BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Tujuan Perusahaan
Memahami manajemen keuangan dan implementasinya di suatu perusahaan adalah penting, karena dapat memahami sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan. Banyak pihak yang berpendapat bahwa tujuan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba, namun demikian memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan. hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: a.
Memaksimalkan laba tidak memerhatikan dimensi waktu atau berorientasi jangka pendek.
b.
Terminologi laba mempunyai pengertian ganda, karena terdapat banyak pengertian laba (laba kotor, laba operasi, laba bersih, dan sebagainya).
c.
Memaksimalkan laba tidak memperhatikan faktor risiko.
d.
Memaksimalkan laba tidak atau kurang memerhatikan tangggung jawab sosial.
Mengingat tujuan memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang keuangan, sehingga tujuan normatif suatu perusahaan yang paling tepat adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau kekayaaan bagi pemegang saham, yang dalam jangka pendek bagi perusahaan yang sudah go public tercermin pada harga pasar saham perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan perusahaan karena: a.
Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang akan datang atau berorientasi jangka panjang.
b.
Memperhatikan faktor risiko.
c.
Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas daripada sekadar laba menurut pengertian akuntansi.
d.
Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial (Sudana, 2011:7-8).
2.2
Makro Ekonomi
Faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti tingkat bunga domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kurs valuta asing, dan lain-lain (Samsul, 2006:200). Menurut Utami dan Rahayu (2003), ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu GDP (Gross Domestic Product), inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1
Inflasi
2.2.1.1 Pengertian Inflasi Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Tingkat inflasi adalah persentase perubahan pada indeks harga dari satu periode ke periode berikutnya (Samuelson dan Nordhaus, 2004:406). Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produk, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, karena harga-harga barang kebutuhan meningkat, sedangkan pendapatan masyarakat tetap. Penurunan ini akan menyebabkan penurunan pada penjualan perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi dari segi laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan sehingga peningkatan inflasi akan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Oleh karena itu, pada saat inflasi meningkat, investor akan menarik dana yang diberikan kepada perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham perusahaan di Bursa Efek menjadi turun (Tandelilin, 2010:212). 2.2.1.2 Tiga Ketegangan Inflasi Seperti halnya penyakit, inflasi menunjukkan berbagai tingkat kepelikan. Penting untuk mengklasifikannya kedalam tiga kategori (Samuelson,2004:385):
1.
Inflasi Rendah
Universitas Sumatera Utara
Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat diramalkan. Tingkat inflasi ini dapat didefinisikan sebagai tingkat inflasi tahunan dengan digit tunggal. 2.
Inflasi yang Melambung
Inflasi yang melambung adalah inflasi dalam cakupan ganda atau triple misalnya, 20, 100, 200 % per tahun. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari. Pasar financial bertambah buruk saat modal terbang ke luar negeri. Orang-orang menimbun barang, membeli rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga nominal yang rendah. 3.
Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah jenis inflasi yang mematikan. Tidak ada hal bagus yang dapat dikatakan tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-harga meningkat jutaan bahkan miliar persen per tahun. Dampak hiperinflasi adalah harga-harga menjadi kacau-balau dan produksi menjadi tidak terorganisasi. 2.2.1.3 Sumber dan Sebab Awal Inflasi Beberapa penyebab awal terjadinya inflasi adalah sebagai berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2004:391-392): a.
Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat daripada potensi ekonomi produktif, menarik harga naik pada keseimbangan permintaan dan penawaran keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang terjadi dikarenakan naiknya biaya selama periode pengangguran yang tinggi dan pengencangan pemanfaatan sumber daya. 2.2.1.4 Indeks Harga Konsumen (IHK) Inflasi yakni terjadinya kenaikan harga yang meluas di seluruh sistem perekonomian sehingga sesuai apabila untuk mengukur inflasi adalah dengan mengukur kenaikan harga, yakni Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengertian Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah ukuran harga produk-produk tertentu yang dibeli oleh konsumen yang tinggal di wilayah perkotaan. Dengan menggunakan IHK, inflasi dapat diperoleh melalui perbandingan perubahan indeks harga dengan indeks harga awal (Grifin dan Ebert, 2007:36). 2.2.2. Suku Bunga 2.2.2.1 Pengertian Suku Bunga Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang (Samuelson dan Nordhaus, 2004:190). Suku bunga digunakan sebagai ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemilik modal, yang disebut dengan bunga pinjaman. Peningkatan suku bunga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
Universitas Sumatera Utara
ataupun deposito sehingga menyebabkan kinerja pasar modal menjadi lesuh dan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan. Penurunan harga saham juga mengakibatkan penurunan pada nilai perusahaan. Kenaikan tingkat bunga juga akan ditanggung oleh investor, yaitu berupa kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Pada umumnya, masyarakat tidak mau menanggung risiko untuk melakukan investasi dengan biaya yang tinggi, akibatnya investasi menjadi tidak berkembang. Perusahaan banyak mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidupnya dan ini menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berakibat pada penurunan harga saham, yang berarti nilai perusahaan juga akan menurun (Tandelilin, 2010:213-214). 2.2.2.2 Fungsi Suku Bunga Adapun fungsi suku bunga adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2004:81): 1.
Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah akan memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
2.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
Universitas Sumatera Utara
3.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Itu artinya pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
2.2.2.3 Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, 2012). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. 2.2.3
Nilai Tukar
2.2.3.1 Pengertian Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang
berbeda
diperdagangkan
(Samuelson
dan
Nordhaus,
2004:305).
Melemahnya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menimbulkan biaya impor yang lebih besar. Terlebih bagi perusahaan yang berada di bidang manufaktur, yang mana bahan baku untuk produksi diperoleh melalui impor. Peningkatan biaya impor akan menyebabkan pembengkakan biaya produksi. Apabila pembengkakan
biaya ini tidak segera diatasi maka pendapatan
perusahaan akan menjadi turun, yang akan berpengaruh juga pada laba
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Penurunan laba akan
menjadi sinyal negatif oleh investor dan
mampu membuat harga saham menjadi turun (Tandelilin, 2010:214). 2.2.3.2 Jenis-jenis Nilai Tukar Nilai tukar dibedakan menjadi dua jenis (Keown, et al, 2000:885): 1.
Kurs Jual (selling rate)
Asked rate (kurs yang diminta) adalah kurs yang βdimintaβ bank atau pedagang valuta asing untuk dibayar oleh konsumen dalam mata uang domestik untuk mata uang asing saat bank menjual dan konsumen yang membeli. Kurs yang diminta dikenal juga kurs jual (selling rate). 2.
Kurs Beli (buying rate)
Bid rate (kurs yang ditawarkan) adalah kurs dimana bank membeli mata uang asing dari konsumen dengan membayar dalam mata uang domestik. Kurs yang ditawarkan dikenal juga dengan kurs beli (buying rate). 2.2.3.3 Sistem Nilai Tukar Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:312-319) terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu : a.
Sistem Nilai Tukar tetap
Dalam sistem ini, setiap Negara menetapkan nilai mata uangnya dalam jumlah emas yang tetap, sehingga membentuk nilai tukar tetap diantara Negara-negara berdasarkan standar emas.
Universitas Sumatera Utara
b.
Sistem Nilai Tukar Fleksibel
Pada sistem nilai tukar fleksibel, pemerintah berada di luar sistem. Dengan demikian, pasar valuta asing dapat menentukan nilai tukar. Nilai tukar akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. c.
Sistem Nilai Tukar Terkendali
Nilai tukar ditetapkan oleh kekuatan pasar namun, pemerintah membeli atau menjual mata uang atau mengubah penawaran uang untuk mempengaruhi nilai tukar. 2.3
Kinerja Keuangan
2.3.1 Pengertian kinerja Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai βperforming measurementβ, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaaan untuk mengevaluasi efisensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode tertentu (Hanafi, 2003:69). Bagi investor, informasi kinerja keuangan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik, maka nilai usaha akan tinggi sehingga membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Tujuan Pengukuran Kinerja Perusahaan Adapun yang menjadi tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah (Munawir, 2002:31): a.
Mengetahui tingkat likuditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. b.
Mengetahui tingkat solvabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik bagi keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c.
Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d.
Mengetahui tingkat stabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya. 2.3.3 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angkaangka yang ada dalam neraca saja, laba rugi saja, atau kombinasi keduanya.
Universitas Sumatera Utara
Disebut rasio karena dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya (Syahyunan, 2004:81). Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut (Bringham dan Houston, 2006:119): a.
Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan.
b.
Analis kredit, termasuk petugas peminjaman bank dan analis peringkat obligasi yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, dan
c.
Analis saham yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan yang dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan. Beberapa keunggulan analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut (Soyfan Syafri, 2006:298): a.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
Universitas Sumatera Utara
e.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan prusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
f.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Selain keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan. Berikut ini beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan (Syahyunan, 2004:82-83): a.
Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
b.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
c.
Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
d.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.
2.3.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio keuangan dibagi menjadi lima jenis yang berbeda (Horne dan Wachowicz, 2005:205-225): 1.
Rasio likuiditas (liquidity ratio)
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
Universitas Sumatera Utara
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Ada beberapa macam rasio likuiditas, antara lain: rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio). 2.
Leverage
Leverage keuangan (atau utang) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio solvabilitas, maka semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain: rasio utang terhadap total ekuitas (Debt To Equity Ratio), rasio utang terhadap total aktiva (Debt To Total Asset). 3.
Rasio cakupan adalah rasio yang menghubungkan beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya. Jenis
rasio cakupan adalah rasio cakupan bunga (Interest Coverage
Ratio). 4.
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Beberapa macam rasio aktivitas, antara lain: rasio perputaran piutang (Receivable Turnover), rasio perputaran piutang dalam hari (Receivable Turnover In Days), rasio perputaran utang (Payable Turnover), rasio perputaran piutang dalam hari (Payable Turnover In Days). rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover) dan
Universitas Sumatera Utara
rasio perputaran persediaan dalam hari (Inventory Turnover In Days), dan perputaran total aktiva. 5.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. agar dapat melangsungkan hidupnya, sebaiknya perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditur maupun investasi dari pihak luar. Beberapa macam rasio profitabilitas, antara lain: rasio marjin laba kotor (Gross Profit Margin), rasio marjin laba bersih (Net Profit Margin), rasio pengembalian atas aktiva (Return On Assets), dan rasio pengembalian atas ekuitas (Return On Equity).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti memilih 2 jenis rasio, yaitu rasio profitabilitas dan rasio leverage. Untuk rasio profitabilitas akan diwakili rasio pengembalian atas ekuitas (Return on Equity-ROE). Sedangkan rasio yang mewakili dari rasio leverage, yaitu rasio utang terhadap ekuitas (Debt To Equity Ratio-DER). 2.3.5 Return on Equity (ROE) Menurut Horne dan Wachowicz (2005:223-224), Return on Equity (ROE) merupakan pengukuran ringkasan atas kinerja keseluruhan perusahaan. ROE adalah rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. ROE bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam
Universitas Sumatera Utara
keuangan perusahaan karena pada dasarnya, ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham berdasarkan besarnya laba yang dihasilkan. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada giliran akan memberikan laba yang lebih besar lagi. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya. Adapun metode perhitungan Return On Equity adalah sebagai berikut (Ross, et al, 2004:59): Return On Equity =
πππ‘ πΌπππππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦
2.3.6 Debt To Equity Ratio (DER) Rasio utang atas ekuitas (Debt to Equity Ratio-DER) merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya Syahyunan (2004:84). Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Seluruh utang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim waktu yang teratur, ditambah pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Tingginya DER suatu perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang buruk. Perusahaan dianggap tidak mampu menghasilkan laba. Para investor enggan untuk mengivestasikan dananya pada perusahaan yang memiliki DER yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki DER yang cukup tinggi akan memiliki nilai perusahaan yang rendah yang ditunjukkan oleh harga saham di
Universitas Sumatera Utara
Bursa Efek yang lebih rendah. Adapun metode perhitungan Debt To Equity Ratio adalah sebagai berikut (Ross, et al, 2004:55): Debt To Equity Ratio =
2.4
πππ‘ππ π·πππ‘ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦
Nilai Perusahaan
Menurut Keown, et al (2005:35), nilai perusahaan adalah nilai pasar dari hutang dan ekuitas perusahaan sedangkan menurut Bringham dan Houston (2004:294), nilai perusahaan adalah nilai jual suatu perusahaan dalam pasar modal. Nilai perusahaan merupakan bentuk memaksimalkan tujuan perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga saham yang dimiliki juga meningkat. Nilai perusahaan selalu memegang peranan dalam pengambilan keputusan investor. pertumbuhan yang positif terhadap nilai perusahaan mengindikasikan peningkatan kinerja perusahaan, sehingga memberikan tanggapan positif dari para investor, seperti meningkatnya permintaan atas saham perusahaan dan keengganan para investor untuk menjual saham perusahaan. Hal ni dapat meningkatkan harga saham perusahaan. 2.4.1 Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia
Universitas Sumatera Utara
membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011:23). Nilai yang ada pada PER ditentukan oleh investor yang berfokus pada masa depan, para investor merupakan pihak yang paling berkepentingan dengan prospek pertumbuhan laba. (Walsh, 2004:158). Adapun metode perhitungan Price Earning Ratio adalah sebagai berikut (Ross, et al, 2004:59): Price Earning Ratio = 2.5
πππππ πππ πβπππ πΈπππππππ πππ πβπππ
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan sebagai penelitian terdahulu, yaitu: 1.
Ling Du dan Jing Li (2015) yang berjudul βStudy on The Factors influencing The PE Ratio of Baogang Groupβ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflation
Rate, GDP, Exchange Rate, Interest Rate, Inventory
Turnover, Operating Profit Margin, Liquidity Rate, Asset-Liability Rate. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menyatakan Inflation Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER, GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER, Current Ratio berpengaruh positif dan siginfikan terhadap PER. Interest Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER, Exchange Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER, Operating Profit Margin berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap PER, dan The Asset-Liability Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER.
Universitas Sumatera Utara
2.
Agustina dan Ardiansari (2015) yang berjudul βPengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaanβ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan melalui Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel independen adalah Faktor Makro Ekonomi melalui Inflasi, Kurs dan Kinerja Keuangan melalui Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menyatakan inflasi dan kurs berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap PER. ROE berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap PER dan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap PER.
3.
Dwipartha (2013) yang berjudul βPengaruh Faktor Ekonomi Makro Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesiaβ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan melalui Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Faktor Makro Ekonomi melalui laju inflasi, suku bunga, tingkat nilai tukar, dan Kinerja Keuangan melalui Return On Equity (ROE). Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil Penelitian menyatakan laju inflasi, suku bunga, dan tingkat nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap PER. ROE berpengaruh positif signifikan terhadap PER.
4.
Septadi, et al (2013) yang berjudul βAnalisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Tingkat Inflasi Terhadap PER (Price Earning Ratio) Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Food and
Universitas Sumatera Utara
Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesiaβ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini Price Earning Ratio (PER). Variabel independennya adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan tingkat inflasi. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil Penelitian menyatakan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap PER, ROE berpengaruh positif signifikan terhadap PER, dan Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 5.
Faezinia (2012) yang berjudul βThe Quantitative of Effective Factors on Price Earning Ratio in Capital Market of Iranβ. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini Price Earning Ratio (PER). Variabel independenNYA adalah Interest Rate (IR), Systematic Risk (SR), Debt To Equity Ratio (DER), Dividend Yied (DY), Market Value, Growth Rate (GR), Return On Equity (ROE), dan Inflation Rate. Teknik analisis yang digunakan adalah EViews Software dan Data Panel. Hasil Penelitian menyatakan Interest Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. Systematic Risk
berpengaruh positif
signifikan terhadap PER, DER
berpengaruh positif signifikan terhadap PER. Dividend Yied berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. Market Value berpengaruh positif signifikan terhadap PER. Growth Rate berpengaruh positif signifikan terhadap PER.. ROE berpengaruh positif signifikan terhadap PER. Inflation Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
1.
2.
Nama/ Tahun Penelitian Ling Du, dan Jing Li (2015)
Agustina, dan Ardiansari (2015)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Study on The Factors Influencing The PE Ratio of Baogang Group
Dependen: - Price Earning Ratio (PER)
Pengaruh Faktor Ekonomi Makro dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dependen: - Nilai Perusahaan (PER)
Metode Penelitian Analisis Regresi Berganda
Independen: - Inflation rate - Exchange rate - Interest rate - GDP - Inventory Turnover, - Operating Profit Margin, - Asset-Liability Rate - Liquidity Rate
Analisis Regresi Berganda
Independen: - Inflasi - Kurs - Return On Equity (ROE) - Debt To Equity Ratio (DER)
Hasil Penelitian 1. Inflation rate berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 2. Exchange rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER. 3. Interest rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER. 4. GDP berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 5. Inventory Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 6. Operating Profit Margin berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 7. Asset-Liability rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. 8. Liquidity rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. 1. Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 2. Kurs berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 3. Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 4. DER berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan (PER).
Lanjutan Tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Terdahulu No
3.
4.
Nama/ Tahun Penelitian Dwipartha (2013)
Septadi, et al (2013)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Dependen: - Nilai Perusahaan (PER)
Analisis Pengaruh ROA, ROE, dan Inflasi Terhadap PER Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dependen: - PER.
Metode Penelitian Analisis Regresi Berganda
Independen: - Inflasi - Suku Bunga - Nilai tukar - Return On Equity (ROE)
Independen: - Return On Assets (ROA) - Return On Equity (ROE) - Inflasi
Analisi Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian 1. Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 2. Suku bunga berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 3. Nilai tukar berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 4. Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (PER). 1. Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 2. Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 3. Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap PER.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
5.
2.6
Nama/ Tahun Penelitian Faezinia (2012)
Judul Penelitian The Quantitative of Effective Factors on Price Earning Ratio in Capital Market of Iran
Variabel Penelitian Dependen: - Price Earning Ratio (PER). Independen: - Interest Rate (IR) - Growth Rate (GR) - Dividen Yield (DY) - Systematic Risk (SR) - Debt To Equity Ratio (DER) - Market value - Return On Equity (ROE) - Inflation Rate
Metode Penelitian EViews Software dan Data Panel
Hasil Penelitian 1. Interest Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. 2. Growth Rate berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 3. Dividen Yield berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. 4. Systematic Risk berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 5. Debt To Equity Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 6. Market value berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. 7. Return On Equity berpengaruh positif signifikan terhadap PER. 8. Inflation Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER.
Kerangka Konseptual
Dalam perspektif manajemen keuangan dinyatakan tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan, maka perusahaan akan memaksimalkan kekayaan dari pemegang saham. Price Earning Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011:23). Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin, 2010:212). Penelitian yang dilakukan Faezinia (2012), Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:190). Suku bunga yang meningkat menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Selain itu, Suku bunga yang meningkat akan turut meningkatkan
biaya
modal
yang
harus
ditanggung
perusahaan
(Tandelilin,2010:213-214). Penelitian yang dilakukan Faezinia (2012), tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER).
Universitas Sumatera Utara
Nilai tukar adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk kegiatan produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2010:214). Penelitian yang dilakukan Ling Du dan Jing Li (2015), nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhdap Price Earning Ratio (PER) Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005:223224). Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Penelitian yang dilakukan Dwipartha (2013), Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan melalui Price Earning Ratio (PER). Rasio utang atas ekuitas (Debt to Equity Ratio-DER) merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2004:84). Jika rasio ini buruk, maka perusahaan akan memiliki masalah riil jangka panjang; salah satunya dapat menyebabkan kebangkrutan (Walsh, 2004:122). Penelitian yang dilakukan Agustina dan Ardiansari (2015), Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan melalui Price Earning Ratio (PER). Sehingga dapat dikembangkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Faktor-Faktor Makro Ekonomi: -
Inflasi
-
Suku Bunga
-
Nilai Perusahaan
Nilai Tukar Kinerja Keuangan:
(Price Earning RatioPER)
-
Return On Equity (ROE)
-
Debt To Equity Ratio (DER) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis adalah βFaktor-faktor makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, nilai tukar dan Kinerja keuangan yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Price Earning Ratio-PER) Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.
Universitas Sumatera Utara