BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian dan Usahatani Menurut Suratiyah (2006 : 8), pertanian adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahanya yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula. Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan manusia dalam melakukan pertanian disebut Ilmu Usahatani. Suratiyah (2006 : 11), mengemukakan ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate, enterprise). Pada umumnya yang dimaksud dengan usahatani adalah usaha keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Perbedaan pokok antara usahatani keluarga dan perusahaan pertanian Suratiyah (2006 : 12) terletak pada delapan hal sebagai berikut. 1. Tujuan akhir Tujuan akhir usahatani keluarga adalah pendapatan keluarga petani (family farm income) yang terdiri atas laba, upah tenaga keluarga, dan bunga modal sendiri.Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul –betul dikeluarkan oleh petani. Laba, upah tenaga keluarga ,dan bunga modal sendiri dianggap satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan lagi. Sementara perusahaan pertanian tujuan akhirnya adalah keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya,yaitu selisih antara nilai hasil produksi dikurangi dengan biaya. 2. Bentuk hukum Usahatani keluarga tidak berbadan hukum.Sedangkan perusahaan pertanian pada umumnya mempunyai badan hukum, misalnya PT, Firma, dan CV.
4
3. Luas usaha Usahatani keluarga pada umumnya berlahan sempit yang biasanya disebut petani gurem karena penggunaan lahan kurang dari 0,5 Ha, dan perusahaan pertanian pada umumnya berlahan luas karena orientasinya pada efisiensi dan keuntungan. 4. Jumlah modal Usahatani keluarga mempunyai modal per satuan luas lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan pertanian. 5. Jumlah tenaga yang dicurahkan Jumlah tenaga ang dicurahkan per satuan luas usahatani keluarga lebih besar dari pada perusahaan pertanian. 6. Unsur usahatani Membedakan unsur usahatani keluarga dengan perusahaan pertanian terletak pada tenaga luar yang dibayar. Pada usahatani keluarga melibatkan petani dan keluarga serta tenaga luar ,sedangkan perusahaan pertanian hanya tenaga luar yang dibayar. Unsur lainnya tanah dan alam sekitarnya serta modal merupakan unsur yang dimiliki, baik usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian. 7. Sifat usaha Usahatani keluarga pada umumnya bersifat subsistence ,komersial, maupun semi komersial (transisi dari subsistence ke komersial). Sementara perusahaan pertanian selalu bersifat komersial ,artinya selalu mengejar keuntungan dengan memperhatikan kualitas maupun kuantitas produknya. 8. Pemanfaatan terhadap hasil-hasil pertanian Perusahaan pertanian selalu berusaha memanfaatkan hasil-hasil pertanian yang mutakhir ,bahkan tidak segan-segan membiayai penelitian demi kemajuan usahanya. Perusahaan pertanian biasanya mempunyai bagian penelitian dan pengembangan yang berfungsi
untuk mencari dan menentukan terobosan-
terobosan baru baik dari segi teknik bercocok tanam, pengolahan hasil, maupun pemasarannya. Sementara usahatani keluarga karena keterbatasan modal, peralatan, dan human capital maka terobosan-terobosan baru tergantung pada hasil penelitian dan pengembangan pemerintah melalui Departemen pertanian
5
dengan Balai-Balai penelitian dan pengembangan Teknologi serta tenagatenaga penyuluh. Petani menerapkan hasil-hasil penelitian tersebut setelah mengamati dan mengikuti demonstrasi plot (demplot) serta upaya-upaya sosialisasi yang dilakukan pemerintah lainya. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Mosher (1968) dalam Anggreini (2005 : 10). Menurut Shinta (2011 : 2), di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya. Dalam melakukan suatu usahatani perlu mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien, guna memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu, pertimbangan tersebut berupa suatu kebijakan. Kebijakan ada pada setiap lembaga atau organisasi yang dapat diturunkan dalam bentuk strategi, rencana, peraturan, kesepakatan, consensus dan kode etik, program dan proyek. Keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh proses pembuatannya dan pelaksanaannya. Analisis kebijakan sebagai ilmu pengetahuan juga memerlukan pendekatan multisipliner dan pengembangannya memerlukan pendekatan lintas sektoral. Artinya kebijakan di satu sektor harus memperhatikan implikasinya bagi kegiatan atau dampak di sektor lain. Persoalannya kebijakan lintas sektoral sulit dikembangkan karena masing-masing sektor akan mempunyai strategi yang efektif, program, proyek dan anggaran terpisah. Djogo et all. (2003 : 7).
6
B. Pengembangan Usaha Suatu usaha perlu adanya teknik pengembangan usaha dan juga pengembangan jaringan usaha. Menurut Basrowi (2011 : 157), mengemukakan teknik pengembangan usaha yaitu sebagai berikut : a. Perluasan Skala Ekonomi Perluasan skala ekonomi dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Ini dilakukan bila perluasan usaha atau peningkatan 0ut-put akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti skala usaha yang ada ekonomis (economics of scale). Sebaliknya, bila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (disecominics of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik yang paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya. b. Perluasan Cakupan Usaha, Perluasan cakupan usaha, cara ini bisa dilakukan dengan cara menambah jenis usaha baru, produk dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi berbeda. Misalkan usaha jasa angkutan kota diperluas dengan usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa pendidikan diperluas dengan usaha jasa pelatihan, dan kursus-kursus. Dengan demikian lingkup usaha ekonomis (economics of scope) dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh biaya produksi total berrsama (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih kecil dari pada penjumlahan biaya produksi dari masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. c. Memelihara Spirit Usaha Memelihara spirit usaha untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan di pasar dapat dilakukan dengan cara berikut :
7
1. Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khusus tentang alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan. 2. Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan pemasaranya, tentang proses distribusi
dan perbaikan teknik
produksinya untuk dapat bersaing. 3. Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ideide baru. Dengan iklim yang kondusif, para entrepreuneur akan lebiih kreatif dalam mentrasformasikan ide-idenya. d. Menumbuhkan Semangat Mengembangkan Peluang Usaha Sebagai
negara
sedang
berkembang,
Indonesia
termasuk
masih
kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami karena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. e. Kiat-Kiat Sukses Berwirausaha Memulai usaha itu memang sungguh luar biasa sulit. Tidak hanya diperlukan modal, tetapi juga tekad, keterampilan, pengetahuan, naluri, dan ketekunan. Beberapa kiat-kiat sukses berwirausaha yang bisa dijadikan acuan bagi yang baru memulai berwirausaha maupun yang telah menjalani usaha : 1. Ketekunan Seseorang pengusaha sukses di bidang medis dan pendidikan mengatakan bahwa yang terpenting dalam berwirausaha adalah ketekunan, Dia juga memberikan contoh banyaknya pengusaha sukses yang justru tidak sukses dalam pendidikanya. Justru orang-orang yang mempunyai nilai akademis yang tinggi, biasanya malah tidak sukses dalam dunia usaha.
2. Berani mengambil risiko
8
Seseorang yang lain juga menonjolkan sifat-sifat keberanian dari seorang pengusaha. Seorang pengusaha harus berani mengambil risiko, walaupun secara perhitungan matematis mungkin tampak tidak menguntungkan, tetapi justru sering kali malah menguntungkan. Bahkan keuntunganya tidak sedikit, tetapi banyak sekali. 3. Terampil dan tidak putus asa Biasanya pengusaha sukses itu pernah mengalami beberapa/banyak kegagalan. Tetapi karena mereka tidak mengenal putus asa dan selalu bangkit, selain memperoleh pelajaran dari pengalaman, mereka jadi, terampil dalam mengatasi banyak hal dalam berwirausaha. 4. Berdoa Rupanya para pengusaha sukses juga rajin berdoa. Maklum saja karena selama berwirausaha mereka sering kali mempertaruhkan segalanya, termasuk hidupnya dan keluarganya demi kegiatan berwirausahanya. 5. Berani berubah Seorang yang memulai usaha sendirinya harus berani menghadapi perubahan yang bakal mengubah seluruh hidupnya. Perubahan itu bisa positif maupun negatif. Tetapi sebagai langkah awal, para pemula harus memili tekad yang kuat untuk mau berubah dan menghadapi segala tantangan yang bakal menghadangnya. 6. Pandai mengelola Seseorang pernah berkata : “Pengusaha yang sukses itu adalah pengusaha yang mampu mempekerjakan orang-orang yang cerdas di bidangnya”. Memang benar adanya, kesuksesannya ditopang oleh para pekerjanya yang berkompeten di bidangnya. Nah, dengan demikian para pengusaha harus mampu memilih dan mempekerjakan orangorang seperti ini. Selain dapat mengelola sumber daya manusia, para pengusaha juga harus pandai mengelola sumber daya yang lain. 7. Segar dan pintar Ini ada sebuah nasihat dari seorang motivator usaha : “Kalau badan Anda segar, jadilah militer. Kalau otak Anda pintar, jadilah profesor.
9
Tapi kalau badan Anda segar dan otak Anda pintar, jadilah wirausahawan”. Jadi, dia menekankan pentingnya kesegaran tubuh dan kepintaran otak. Syukurlah jika kita bisa memiliki keduanya. Paling tidak, modal sukses sudah ada pada kita. 8. Kemauan terus belajar Seorang pengusaha sukses pernah berkata bahwa semua usahanya, baik yang gagal mau pun berhasil itu adalah tempat belajarnya dan dia mau untuk terus mempelajari setiap usahanya. Bahkan tidak hanya mempelajari apa yang telah dia peroleh dari pengalamanya atau dari teori atau buku, dia juga melakukan percobaan-percobaan dan bermanuver dalam usahanya. Menurut Sriyana (2010 : 100) upaya mengembangkan jaringan usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub kontrak maupun pengembangan kluster. Pola-pola jaringan semacam ini sudah terbentuk akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola jaringan usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UKM di Indonesia. Meskipun sayangnya banyak industri kecil yang justru tidak memiliki jaringan sub kontrak dan keterkaitan dengan perusahaanperusahaan besar sehingga eksistensinya pun menjadi sangat rentan. Sedangkan pola
pengembangan
jaringan
melalui
pendekatan
kluster,
diharapkan
menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam klaster bisnis sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di pasar global. Selain jaringan usaha, jaringan pemasaran juga menjadi salah satu kendala yang selama ini juga menjadi faktor penghambat bagi Usaha Kecil Menengah untuk berkembang.
C. Strategi Dalam Penilaian Prospek Usaha Dalam penilaian suatu prospek usaha yaitu menggunakan pendekatan manajemen strategi, pendekatan manajemen strategi yaitu sebagai berikut : Menurut David (2004) dalam Suhendri (2008 : 15), manajemen strategis didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
10
keputusan-keputusan yang memungkinkan organisasi dalam mencapai tujuannya. Manajemen strategis merupakan perpaduan manajemen pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, informasi, penelitian dan pengembangan dalam mencapai keberhasilan. Tujuan dari manajemen strategis adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru untuk masa depan, meliputi aktivitas membuat perumusan, sasaran-sasaran organisasi, strategi-strategi, dan pengembangan rencana-rencana, tindakan, dan kebijakan untuk mencapai sasaran. Menurut David (2004) dalam Suhendri (2008 : 15), proses manajemen strategis terdiri dari : 1. Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, membuat strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dijalankan. 2. Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya, sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Termasuk pengembangan budaya yang mendukung, penciptaan struktur yang efektif, pengarahan strategi pemasaran, penyiapan anggaran, pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja. 3. Evaluasi strtategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Tahap ini akan mengevaluasi hasil pelaksanaan dan strategi yang telah dirumuskan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah: (1) Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal berdasarkan strategi yang telah ada, (2) Mengukur kinerja, dan (3) Melakukan tindakan-tindakan korektif. Meskipun para pakar menggunakan berbagai istilah untuk strategi induk seperti ”master strategi,”atau “master strategi” atau “business strategy” dalam bahasa inggeris, pada dasarnya yang dimaksud ialah “suatu pendekatan umum yang bersifat komprehensif atau menyeluruh yang berperan sebagai penuntun kegiatan utama suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.”Dengan perkataan lain,strategi induk memberi petunjuk tentang cara-
11
cara apa yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran jangka panjang perusahaan. Bahkan sangat popular untuk mengatakan bahwa strategi bisnisadalah suatu pernyataan yang dibuat secara sadar tengtang dalam bidang apa perusahaan akan berkecimpung di masa yang akan datang. Suatu strategi induk memainkan peranan yang amat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan. Suatu strategi induk menentukan arah yang sifatnya mendasar bagi pengambilan keputusan menjatuhkan pilihan yang sifatnya mendasar stratejik. Di samping itu strategi induk juga berperan sebagai landasan untuk berbagai upaya yang mantap, berkelanjutan dan secara terkoordinasi, yang kesemuanya ditunjukkan pada pencapaian tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan. Karena demikian halnya, dalam dunia manajemen pada umumnya disepakati bahwa salah satu tantangan yang harus dihadapi para manajer ialah peningkatan kemampuan merumuskan strategi induk secara tepat untuk kemudian dirinci dan dilaksanakan para bawahan mereka masing-masing (Siagian 2000 : 139). Siapapun yang sudah biasa berkecimpung dalam kegiatan perumusan strategi perusahaan dan menjadi pelaku dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi pasti mengetahui bahwa analisis “SWOT” merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa “SWOT” merupakan akronim untuk kata-kata “Strengths,” (Kekuatan), “Weaknesses,” (Kelemahan), “Oportunities,” (Peluang) dan “Threats” (Ancaman). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi termasuk satuan bisnis tertentu, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan. Jika dikatakan bahwa analis “SWOT” dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi (Siagian 2000 : 172).
12
Menurut Saladin (2004 : 167), mengemukakan analisis internal yaitu menyelidiki faktor-faktor internal yang menciptakan otot persaingan bagi perusahaan dan juga menjadi kendala atau hambatan bagi kekuatan perusahaan. Konsep menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan, merupakan alat yang amat jitu untuk menilai kemampuan perusahaan. Salah satu analisis internal yang amat penting adalah situasi finansial perusahaan, karena situasi finansial menjadi kekuatan dan kelemahan utama, disamping faktor bauran pemasaran perusahaan sedangkan analisis eksternal yaitu dalam rangka pemahaman kekuatan dan kelemahan perusahan, maka diperlukan mengumpulkan informasi mengenai peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal suatu perusahaan. Lingkungan eksternal itu dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu : 1. Lingkungan Kompetitif, yaitu lingkungan yang sangat mempengaruhi kekuatan dan hambatan yang menentukan sifat persaingan dalam industri, dimana menurut Porter ada lima lingkungan eksternal yang sangat mempengaruhi, yakni kekuatan tawar-menawar pemasok, adanya barang pengganti, munculnya industri baru, dan para pesaing perusahaan itu sendiri. 2. Lingkungan umum, yaitu lingkungan eksternal yang berupa perubahanperubahan dari faktor-faktor seperti peraturan pemerintah, perubahan teknologi, faktor sosial budaya, faktor ekonomi, dan kependudukan. Menurut T.L. Wheelen dan J.D. Hunger (2003) dalam Yunus (2013 : 19), bahwa SWOT adalah akronim Stengths yang memaksimalkan kekuatan-kekuatan, dan Opportunities memaksimalkan peluang, Weaknesses secara bersamaan meminimalkan kelemahan-kelemahan, dan Threats
meminimalkan ancaman-
ancaman dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor strategis. Jadi analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langkah (distinctive competence) perusahaan, yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan.
13
D. Prospek Pengembangan Usaha Sutejo (1945 : 28), menyimpulkan secara jelas prospek adalah ; “Suatu gambaran keseluruhan, baik ancaman ataupun peluang dari kegiatan pemasaran yang akan datang yang berhunbungan dengan ketidak pastian dari aktifitas pemasaran atau penjualan”. Dengan demikian prospek merupakan kondisi yang akan dihadapi oleh perusahaan dimasa yang akan datang baik kecendrungan untuk meningkatkan atau menutup. Kodisi ini dipengaruhi oleh berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan sehingga diperlukan perencanaan dan perumusan strategis perusahaan secara baik. Khususnya kebijakan pemasaran dan perusahaan dapat meningkatkan pemasaran produksinya dengan memanfaatkan peluang-peluang dan mengetahui berbagai bentuk ancaman dikemudian hari.
E. Penelitian Terdahulu Penelitian
terdahulu
yang
dilakukan
peneliti
sebelumnya
yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Hardiyanti, et all. (2013) dengan judul Prospek Pengembangan Usaha Pada Industri Rumah Tangga Kacang Telur “OHARA” Kota Palu. Pendapatan bersih yang diperoleh industri rumah tangga kacang telur “Ohara” untuk setiap satu kali produksi yaitu sebesar Rp. 1.297.503,-. Tingkat pengembangan industri kacang telur “Ohara” dipengaruhi oleh faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman. Berdasarkan hasil SWOT, posisi strategi pengembangan usaha industri kacang telur “Ohara” berada pada kuadran I (satu) menggambarkan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan untuk mengembangkan usaha kacang telur “Ohara” karena memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada, serta menggunakan alternatif strategi WT. alternatif strategi WT, yakni menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluangpeluang yang ada. Penelitian berikutnya yaitu suatu penelitian yang dilakukan Rusmadi (2007), dengan judul Prospek Pengembangan Sapi Potong Di Kabupaten 14
Penajam Paser Utara. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kabupaten termuda di Kalimantan Timur yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten pasir. Terbentuknya Kabupaten Penajam Paser Utara berdasarkan UU No. 7 Tahun 2002. Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki luas wilayah + 3.333,06 km2 dan terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Penajam (1.207.37 km2), Kecamatan Sepaku (1.172,36 km2), Kecamatan Waru (553,88 km2) dan Kecamatan Babulu (399,45 km2) dengan jumlah penduduk 121.121 jiwa. Kabupaten Penajam Paser Utara adalah kabupaten baru dimekarkan dan terletak antara
00o54’43,78” – 01o30’00”LU dan 116o40,54” –
116o49’24,08” BT yang secara administrative memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kota Balikpapan. - Sebelah timur berbatasan dengan selat makasar dan Kota Balikpapan. - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir. - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Barat. Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengembangan sapi potong satu siklus pada skala penjualan 304 adalah Rp 1.391.681.333,00 atau Rp 4.577.899,00/ ekor. Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan penjualan sapi sebanyak 304 ekor sebesar Rp 1.216.000.000,00 dan pupuk organik sebesar Rp 1.997.280.000,00 Biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus produksi sebesar Rp 1.821.598.667,00 untuk 304 ekor sapi potong. Berdasarkan analisis B-C rasio diperoleh nilai 1,76. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengembangan sapi potong di Penajam Paser Utara dengan kapasitas penjualan 304 ekor per siklus usaha layak dan menguntungkan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Marawali (2004), dengan judul Prospek Pengembangan Usaha Sapi Potong Dalam Mendukung Agribisnis Yang Berdaya Saing Di Nusa Tenggara Timur. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa dalam perspektif agribisnis diperlukan peningkatan produktivitas
ternak
untuk
memenuhi
permintaan
pasar.
Peningkatan
produktivitas ternak baik dari segi kuantitas dan kualitas, sekaligus diikuti
15
peningkatan efisiensi usaha sehingga produk yang dijual sangat kompetitif. Manajemen pemeliharaan ternak sapi petani di NTT masih bersifat ektensif tradisional dengan memanfaatkan rumput alam dan padang pengembalaan yang ada. Walaupun demikian ternak memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan akan daging sapi regional maupun kebutuhan daging Nasional. Rendahnya produktivitas ternak sapi serta kompleksnya masalah yang ditemui di dalam sistem usaha ternak merupakan potensi dan peluang untuk pengembangan usaha ternak sapi. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran dan usaha yang serius dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hadi dan Ilham (2002), dengan judul Problem Dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Usaha pemeliharaan sapi potong rakyat mempunyai karakteristik umum sebagai berikut : a) tujuan usaha adalah pembibitan atau penggemukan, b) skala usaha sangat kecil, yaitu 1-3 ekor/peternak, c) sistem reproduksi belum efisien, d) mulai tampak adanya pergeseran pemilihan bangsa sapi dari yang kurang produktif ke yang lebih produktif, dan e) cara pemeliharaan ternak di daerah pertanian intensif umumnya dikandangkan dengan teknik pemeliharaan sederhana, sedangkan di daerah pertanian ekstensif dilepas di padang penggembalaan. Usaha pembibitan sapi potong secara ekonomi menguntungkan jika peternak menggunakan semen Simmental atau sederajat dan induk PFH, tetapi kurang prospektif dengan menggunakan induk PO jika untuk tujuan komersial. Namun pembibitan dengan menggunakan induk PO (SO dan Bali di daerah-daerah tertentu) dengan cara tradisional serta tidak untuk usaha komersial sampai saat ini masih mampu bertahan dan sangat dominan. Di masa datang permintaan terhadap sapi bakalan hasil persilangan dengan menggunakan semen sapi unggul diperkirakan akan meningkat cepat, karena bobot badan anak sapi hasil persilangan dapat tumbuh lebih cepat. Penelitian yang dilakukan Hamdani (2007), dengan judul Prospek Usaha Tambak Di Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Usaha tambak utama yang dilakukan di Kecamatan Sedati sampai saat ini adalah budidaya bandeng dan udang windu, dengan sistem usaha Monokultur maupun Polikultur.
16
Pola usaha yang ditetapkan adalah Semi Intensif yang masih dekat dengan Pola Tradisional, sehingga produktivitasnya relatip masih rendah. Perkembangan jumlah rumah tangga petani tambak selama 6 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah rumah tangga yang dimilikinya rata-rata berkurang. Produksi bandeng cenderung meningkat, produksi udang windu cenderung menurun. Jumlah tenaga kerja rata-rata 2 orang tenaga kerja tetap, dan 5-10 orang tenaga kerja tetap/5hektar tambak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan secara signifikan pada rumah tangga petani tambak, dan pada produksi bandeng. Terdapat penyerapan tenaga kerja menunjukkan sebesar 1.660 orang tenaga kerja tetap, dan 4.150 orang tenaga kerja tidak tetap. Tingkat konversi seluas 4 hektar. Keuntungan yang didapat pada produksi bandeng/udang windu sebesar Rp. 9.378.556/hektar/satu kali tanam. R/C Ratio rata-rata sebesar 3.13, berarti usaha ini efisien dan layak untuk dipertahankan atau dikembangkan.
17
F. Kerangka Pemikiran Teoritis Secara skematis, kerangka pemikiran operasional di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Komoditi Jagung Manis
Petani
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Kekuatan
Peluang
Kelemahan
Ancaman
Prospek Pengembangan Jagung Manis Gambar 1 . Kerangka Pemikiran Teoritis Prospek Pengembangan Suatu usaha untuk dapat menjalankan proses pengembangan usaha dan mampu memproduksi dan menawarkan jasa yang bernilai untuk konsumen harus mengoptimmalkan prospek pengembangan, suatu usaha mengharapkan adanya alternatif yang baru seperti analisis faktor eksternal usaha dan analisis internal usaha. Penelitian
ini
dilakukan
untuk
menghasilkan
alternatif
prospek
pengembangan usaha jagung manis yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh petani kelak atau di masa yang akan datang. Sebelum mencapai tujuan akhir, penelitian ini perlu melalui beberapa tahapan. Tahap pertama mengidentifikasi 18
misi dan tujuan dari suatu usaha. Hal ini perlu diketahui agar jelas arah dan maksud pendirian usaha tersebut, sehingga strategi yang ingin dihasilkan memenuhi maksud dan tujuan usaha tersebut. Langkah selanjutnya, menganalisis strategi pengembangan yang telah diterapkan oleh petani jagung manis di Kecamatan Tilongkabila selama ini dari tahun 2008 sampai dengan saat ini. Menggunakan analisis SWOT maka dapat diketahui faktor-faktor yang merupakan, peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan suatu pengembangan usaha jagung manis yang ada di Kecamatan Tilongkabila. Selanjutnya ditetapkan alternatif dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil akhir penelitian ini yaitu berupa alternatif pengembangan yang meliputi faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yaitu peluang dan juga ancaman dan kemudian sampai ke prospek pengembanganya.
19