BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Portofolio 2.1.1 Pengertian Portofolio Portofolio adalah kombinasi atau gabungan sekumpulan aktiva yang
dimiliki oleh pemodal perorangan atau lembaga, baik berupa aktiva riil
maupun aktiva finansial (Halim, 2005: 54). Kombinasi berbagai aktiva itu juga menentukan tinggi risiko dan potensi keuntungan yang diperoleh portofolio tersebut. Dalam hal ini, portofolio menyangkut identifikasi aktivaaktiva mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing aktiva tersebut. Teori portofolio pertama kali dikemukakan oleh Harry Markowitz pada tahun 1952, yang mengatakan pada prinsipnya portofolio terdiri dari pengukuran risk dan return, alokasi dana antara investasi yang berisiko maupun yang tidak berisiko (risk free) dan penetapan portofolio yang optimal. 2.1.2 Tujuan Pembentukan Portofolio Menurut Sunariyah (2004; 195), tujuan dari pembentukan portofolio adalah: 1.
Pada risiko tertentu berusaha mencapai keuntungan semaksimal mungkin
2.
Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai risiko yang minimal Untuk meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang
diterima, dapat dilakukan dengan cara diversifikasi untuk memperkecil risiko secara Markowitz yaitu pembentukan portofolio dengan sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio. Semakin banyak jenis sekuritas yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. (Jogiyanto, 2010; 281)
7
8
2.1.3 Portofolio Efisien
Portofolio-portofolio efisien berada di efficient set. Portofolio
portofolio efisien merupakan portofolio-portofolio yang baik, tetapi bukan
yang terbaik. Portofolio efisien merupakan portofolio dengan return yang
tinggi dan dengan risiko yang rendah. (Jogiyanto, 2010; 307)
Gambar 2.1 Portofolio-Portofolio Efisien
Efficient Set
E (Rp)
• C • •E B • •F D
• •
A
G
Risiko (𝛔𝐩 ) Sumber: Jogiyanto (2010:308)
Dengan asumsi bahwa investor adalah orang yang rasional, maka investor akan memilih portofolio D dibandingkan dengan portofolio E atau portofolio F. Portofolio E lebih baik dari portofolio F dan portofolio D lebih baik dari portofolio E, karena dengan risiko yang sama, return ekspektasian portofolio D lebih tinggi dibandingkan dengan return ekspektasian portofolio E atau F. Dengan demikian portofolio D adalah portofolio efisien. Dengan cara yang sama dapat juga dijelaskan bahwa portofolio C lebih baik dari portofolio E atau G. Portofolio E lebih baik dari portofolio G dan portofolio C lebih baik dari portofolio E, karena dengan return ekspektasian yang sama, risiko portofolio C lebih kecil dibandingkan dengan risiko portofolio E atau G. Dengan demikian portofolio C juga merupakan portofolio yang efisien. Dengan cara yang sama juga, maka dapat ditentukan bahwa titik di kurva A sampai dengan B akan berisi dengan portofolioportofolio efisien.
9
Dari penjelasan di atas, maka portofolio efisien dapat didefinisikan
sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan
tingkat risiko yang sama atau memberikan risiko terkecil dengan tingkat
return ekspektasian yang sama. Investor yang rasional akan memilih
portofolio efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan
mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yairu return ekspektasian atau risiko
portofolio. (Jogiyanto, 2010; 308) 2.1.4
Portofolio Optimal Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return
ekspektasian dan risiko terbaik. Penentuan portofolio optimal dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (Jogiyanto, 2010; 309) 1.
Portofolio Optimal Berdasarkan Preferensi Investor Model Markowitz memberikan nilai portofolio dengan risiko terkecil untuk return ekspektasian yang tertentu. Kadang kala, investor lebih memilih risiko yang lebih besar dengan kompensasi return ekspektasian yang lebih besar juga. Tiap-tiap investor mempunyai preferensi atau tanggapan risiko yang berbeda-beda. Investor yang mempunyai tanggapan kurang menyukai risiko (risk averse) mungkin akan memilih portofolio di titik B, investor yang mempunyai tanggapan menyukai risiko (risk taker) mungkin akan memilih portofolio di titik A, dan yang mempunyai tanggapan netral terhadap risiko (risk neutral) mungkin akan memilih portofolio di titik di antaranya A dan B di Gambar 2.2. Tiap-tiap investor akan mempunyai tanggapan yang berbeda, sehingga seorang investor akan memilih portofolio berbeda dengan investor lainnya selama portofolio tersebut merupakan portofolio efisien yang masih berada di efficient set. Portofolio mana yang akan dipilih oleh investor tergantung dari fungsi utilitinya
masing-masing.
Utiliti
investor
juga
mencerminkan
tanggapan investor terhadap risiko. Portofolio yang optimal untuk tiap-tiap investor terletak pada titik persinggungan antara fungsi utiliti
10
investor dengan efficient set. Titik ini menunjukkan portofolio efisien
yang tersedia yang dapat dipilih (karena terletak di efficient set) yang
menyediakan kepuasan tertinggi yang dapat dinikmati oleh investor
(karena terletak di fungsi utilitinya). Untuk investor ke-1, portofolio optimal adalah berada di titik C1 yang
memberikan kepuasan kepada investor ini sebesar U2. Jika investor
ini rasional, dia tidak akan memilih portofolio D1 karena walaupun
portofolio ini tersedia dan dapat dipilih yang berada di attainable set,
tetapi bukan portofolio optimal yang efisien, sehingga akan memberikan kepuasan sebesar U1 yang lebih rendah dibandingkan dengan kepuasan sebesar U2. Idealnya, investor ini akan memilih portofolio yang memberikan kepuasan yang tertinggi. Investor ke-1 jika dihadapkan kepada pilihan untuk memilih portofolio C1 atau E1, maka dia akan memilih portofolio E1 karena portofolio E1 memberikan kepuasan sebesar U3 yang lebih tinggi dari portofolio C1 yang hanya memberikan kepuasan sebesar U2. Akan tetapi dapatkah investor ini memilih portofolio E1? Dia tidak dapat memilih portofolio E1 karena portofolio ini tidak tersedia di pasar ( portofolio ini tidak berada di attainable set). Dengan argumentasi yang sama, investor ke dua akan memilih portofolio optimal yang berada di efficient set yang juga menyinggung fungsi ulititinya, yaitu di titik C2.
11
Gambar 2.2 Portofolio Optimal berdasarkan Preferensi Masing-Masing Investor
E(Rp)
U2 U3 U1 E1
C2
A
C1 D1
B
𝝈𝒑 Sumber: Jogiyanto (2010; 310)
2.
Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut ini: 1.
Waktu yang digunakan hanya satu periode
2.
Tidak ada biaya transaksi
3.
Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasian dan risiko dari portofolio
4.
Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko Asumsi bahwa preferensi investor hanya didasarkan pada return
ekspektasian dan risiko dari portofolio secara implisit menganggap bahwa
investor
mempunyai fungsi utiliti yang sama.
Pada
kenyataannya tiap-tiap investor mempunyai fungsi utiliti yang berbeda. Jika preferensi investor terhadap portofolio berbeda karana mereka mempunyai fungsi utiliti yang berbeda, optimal portofolio untuk masing-masing investor akan dapat berbeda. Demikian juga jika tersedia pinjaman dan simpanan bebas risiko, maka optimal portofolio akan dapat berbeda seandainya pinjaman dan simpanan bebas risiko ini tidak tersedia. Model Markowitz tidak mempertimbangkan hal ini. Jika investor hanya mempertimbangkan risiko portofolio yang terkecil
12
tanpa mempertimbangkan simpanan dan pinjaman bebas risiko
(riskless lending and borrowing) dan investor diasumsikan sebagai
risk averse individu, maka titik B di Gambar 2.2 merupakan titik yang
dipilih yang merupakan portofolio yang optimal. Di titik ini, kombinasi aktiva akan memberikan portofolio yang efisien dengan
risiko terkecil.
Titik portofolio optimal (titik B di Gambar 2.2) dapat ditentukan
dengan menggunakan metode penyelesaian optimasi. Portofolio
optimal di titik B ini merupakan portofolio optimal dengan risiko terkecil, sehinggal portofolio ini disebut portofolio varian minimal atau MVP (Minimal Varian Portfolio). Fungsi objektif yang digunakan adalah fungsi risiko portofolio berdasarkan metode Markowitz. Fungsi objektif ini kemudian diminimalkan dengan memasang beberapa kendala. Kendala yang pertama adalah total proporsi yang diinvestasikan di masing-masing aktiva untuk seluruh n aktiva adalah sama dengan 1 (atau dana yang diinvestasikan seluruhnya berjumlah 100%). Misalnya 𝑤𝑖 adalah proporsi aktiva ke-i yang diinvestasikan di dalam portofolio yang terdiri dari n aktiva, maka kendala pertama ini dapat dituliskan sebagai: 𝑛
𝑤𝑖 = 1 𝑖=1
Kendala yang kedua adalah proporsi dari masing-masing sekuritas tidak boleh bernilai negatif sebagai berikut: 𝑤𝑖 ≥ 0 untuk i = 1 sampai dengan n. Kendala yang ketiga adalah jumlah rata-rata dari seluruh return masing-masing aktiva (𝑅𝑖 ) sama dengan return portofolio (𝑅𝑝 ): 𝑛
𝑤𝑖 . 𝑅𝑖 = 𝑅𝑝 𝑖=1
13
3.
Portofolio optimal berdasarkan preferensi investor sebenarnya adalah
portofolio yang belum benar-benar optimal, tetapi optimal menurut
investor tertentu dengan preferensi risiko tertentu. Demikian juga portofolio
optimal
Markowitz
belum
benar-benar
merupakan
portofolio yang optimal, tetapi hanya optimal untuk risiko portofolio
Portofolio Optimal dengan Aktiva Bebas Risiko
terkecil (minimal variance portfolio). Portofolio yang benar-benar
optimal secara umum (tidak tergantung pada preferensi investor
tertentu) dapat diperoleh dengan menggunakan aktiva bebas risiko. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan risiko yang sama dengan nol. Portofolio optimal secara umum adalah portofolio di titik M di gambar berikut ini: Gambar 2.3 Portofolio Optimal E(Rp)
E(Rp)
M θ
𝑅𝐵𝑅
𝜎𝑝
𝜎𝑝
Sumber: Jogiyanto (2010; 315)
Portofolio optimal ini merupakan hasil persinggungan garis lurus dari titik 𝑅𝐵𝑅 dengan kurva efficient set. Titik persinggungan M ini merupakan titik persinggungan antara kurva eficient set dengan garis lurus yang mempunyai sudut atau slope (θ) terbesar. Slope ini nilainya
14
adalah sebesar return ekspektasian portofolio dikurangi dengan return
aktiva bebas risiko dan semuanya dibagi dengan deviasi standar return
dari portofolio sebagai berikut:
θp =
Notasi:
θ E Rp
E R p −R BR 𝜎p
= slope dari portofolio optimal = return ekspektasi portofolio optimal
RBR = return aktiva bebas risiko
σp 4.
= risiko (deviasi standar) portofolio optimal
Portofolio Optimal dengan Adanya Simpanan dan Pinjaman Bebas Risiko Portofolio optimal secara umum sebelumnya hanya memasukkan aktiva-aktiva berisiko ke dalam portfolionya. Aktiva bebas risiko hanya digunakan untuk menentukan letak dari portofolio optimalnya, tetapi tidak dimasukkan sebagai aktiva di portofolionya. Dengan adanya aktiva yang bebas risiko, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), investor mempunyai pilihan untuk memasukkan aktiva ini ke portofolionya. Karena aktiva bebas risiko variannya (deviasi standarnya) sama dengan nol, kovarian antara aktiva bebas risiko ini dengan aktiva berisiko yang lainnya akan menjadi sama dengan nol. Investor dapat memasukan aktiva bebas risiko ke dalam portofolio optimal aktiva berisiko dalam bentuk simpanan (lending) atau pinjaman (borrowing). Dalam bentuk simpanan (lending) berarti membeli aktiva bebas risiko dan memasukannya ke dalam portofolio efisien aktiva berisiko. Dalam bentuk pinjaman (borrowing) berarti meminjam sejumlah dana dengan tingkat bunga bebas risiko (menjual aktiva bebas risiko) dan menggunakan dana ini untuk menambah proporsi di portofolio efisien aktiva berisiko.
15
Return
2.2
Menurut Jogiyanto (2010; 205) return merupakan hasil yang diperoleh
dari suatu investasi. Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau ekspektasian yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa return
mendatang. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa datang. Return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing aktiva tunggal di dalam portofolio tersebut. Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik (geometric mean). Rata-rata geometrik banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung return mingguan atau return bulanan yang dihitung berdasarkan rata-rata geometrik dari return-return harian. Untuk perhitungan return seperti ini, rata-rata geometrik lebih tepat digunakan dibandingkan jika digunakan metode rata-rata aritmatika biasa. Return ekspektasian (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian sifatnya belum terjadi. Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut:
16
1.
Berdasarkan nilai ekspektasian masa depan
2.
Berdasarkan nilai-nilai return historis
a.
Metode rata-rata (mean method)
b.
Metode trand (trend method)
c.
Metode jalan acak (random walk method)
3.
Berdasarkan model return ekspektasian yang ada Expected return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-
return ekspektasian masing-masing aktiva tunggal di dalam portofolio.
2.3
Risiko Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa
(events) yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun dapat dikelola dan dikendalikan. (Barnas, 2011) Menurut Jogiyanto (2010; 227) risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Var Horne dan Wachowics, Jr. (1992) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Untuk menghitung risiko, metode yang banyak digunakan adalah deviasi standar (standard deviation) yang mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya. Dalam perhitungan deviasi standar dapat dilakukan berdasarkan probabilitas dan berdasarkan data historis. Tidak seperti halnya return portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh return sekuritas tunggal, risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata-rata tertimbang masingmasing sekuritas tunggal.
17
Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan secara formal oleh Harry M. Markowitz di tahun 1950-an, beliau menunjukkan bahwa secara
umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa aktiva tunggal ke dalam portofolio.
Risiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut. Risiko portofolio dapat diukur dengan: (Jogiyanto, 2010; 256) 1.
Besarnya deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance)
Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau
varian (variance) yang merupakan kuadrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai
tiap-tiap item menyimpang dari rata-ratanya. 2.
Besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return sekuritassekuritas tunggal yang ada di dalamnya.
2.3.1 Jenis Risiko Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar, yaitu: (Barnas, 2011) 1.
Risiko sistematis (systematic risk) Risiko yang sistematis yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perubahn situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara umum. Risiko sistematis disebut juga undiversifiable risk karena risiko ini tidak dapat dihilangkan atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.
2.
Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Risiko yang tidak sistematis yaitu risiko yang unik, yang melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja. Risiko tidak sistematis merupakan risiko spesifik perusahaan, karena tergantung dari kondisi mikro perusahaan, seperti risiko industri, financial leverage risk, operating leverage risk, dan lain-lain. Risiko ini dapat diminimumkan
18
bahkan dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada
banyak sekuritas (portofolio), karena itu disebut juga diversifiable
risk.
2.3.2 Risiko Terkait Produk Bank Syariah
Adapun risiko yang dihadapi bank syariah dalam operasional yang
terkait dengan produk pembiayaan yang dijalankan oleh bank syariah yaitu
menurut Karim (2004; 241) meliputi: 1.
Risiko yang terkait dengan Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran atau maupun sekaligus. Dengan demikian, pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Risiko ini timbul karena: a.
Kenaikan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR). Tingkat marginkeuntungan saat ini dan prediksi perubahannya
dimasa mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah (DCMR). Semakin cepat perubahan DCMR diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayan. b. Kenaikan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR). Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya dimasa mendatang yang berlaku dipasar perbankan konvensional (ICMR). Semakin cepat perubahan ICMR diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan. c.
Kenaikan Expected Competitive Return for Investors (ECRI). Ekspektasi bagi hasil kepada pihak ketiga yang kompetitif dipasar
pebankan
syariah
(ECRI).
Semakin
besar
perubahan
ECRI
diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
19
Oleh karena itu, bank dapat menetapkan jangka waktu maksimal
untuk pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
diatas.
2.
Risiko terkait Pembiayaan Ijarah Risiko yang terkait pembiayaan ijarah mencakup beberapa hal
berikut:
a.
Dalam hal barang yang disewakan milik bank, timbul risiko tidak produktifnya assetijarah karena tidak adanya nasabah. Hal ini
merupakan business risk yang tidak dapat dihindari.
b.
Dalam hal barang disewakan bukan milik bank, tombul risiko rusaknya barang oleh nasabah diluar pemakaian normal. Oleh karena itu, bank dapat menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan yang tidak disebabkan oleh pemakaian normal.
c.
Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewa bank kemudian disewakan kepada nasabah, timbul risiko tidak perform-nya pemberi jasa. Oleh karena itu, bank dapat menetapkan kovenan bahwa risiko tersebut merupakan tanggung jawab nasabah karena pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah.
3.
Risiko terkait Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) Risiko yang terkait pembiayaan IMBT terjadi ketika pembayaran
dilakukan dengan metode ballonpayment, yakni pembayaran angsuran dalam jumlah besar diakhir periode.Dalam hal ini, timbul risiko ketidakmampuan nasabah untuk membayarnya.Risiko tersebut dapat diatasi dengan memperpanjang jangka waktu sewa (ijarah). 4.
Risiko tekait Pembiayaan Salam dan Istishna Pembiayaan salam dan istishna merupakan pembiayaan yang
dicirikan dengan pembayaran dimuka dan penyerahan barang secara
20
tangguh. Dengan demikian, belum wujudnya barang yang menjadi objek
pembiayaan menimbulkan dua risiko, yakni:
a.
Risiko gagal serah barang (non-deliverable risk) Risiko gagal-serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan
perjanjian rasio koletral 220%, yaitu 100% lebih tinggi dari rasio
standar 120%.
b. Risiko jatuhnya harga barang (price-drop risk)
Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa
jenis
pembiayaan
ini
hanya
dilakukan
atas
dasar
kontrak/pesanan yang telah ditentukan harganya.
5.
Risiko terkait pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Jenis risiko yang terkandung di dalam pembiayaan mudharabah dan
musyarakah di kelompokan kedalam tiga aspek, yaitu: a.
BusinessRisk (risiko bisnis yang dibiayai), yakni risiko yang terjadi pada firstway outyang dipengaruhi oleh: 1) Industry Risk, yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh: i. Karakter masing-masing jenis usaha yang bersangkutan ii. Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry financial standard) 2) Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan forcemajeur, permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C import, bank garansi), marketrisk (forexrisk, interest risk, security risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturisasi pembiayaan.
b. ShrinkingRisk
(risiko
berkurangnya
nilai
pembiayaan
mudharabah/musyarakah), yakni risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
21
1) Unusual business risk, yaitu bisnis yang luar biasa yang
ditentukan oleh:
i. Penurunan drastis tingkat penjualan bisnis yang dibiayai
ii. Penurunan drastis harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
iii. Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang
dibiayai
2) Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau revenue sharing:
i. Untuk jenis profit and losssharing, shrinking risk muncul
bila terjadi losssharing yang harus ditanggung oleh bank. ii. Untuk jenis revenue sharing, shrinking risk terjadi bila nasabah tidak mampu menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya ditanggung nasabah, sehingga tidak mampu melanjutkan usahanya. 3) Disaster risk yaitu keadaan force majeur yang dampaknya sangat besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank. c.
Character risk (risiko karakter buruk mudharib), yakni risiko yang terjadi pada third way outdipengaruhi oleh: 1) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank 2) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai dengan kesepakatan 3) Pengelolaan
internal
perusahaan,
seperti
manajemen,
organisasi, pemasaran, teknis produksi, dan keuangan, yang tidak
dilakukan
secara
professional
sesuai
standar
pengelolaan yang disepakati antara bank dan nasabah. Untuk mengantisipasi character risk, bank menetapkan kovenan khusus pembiayaan mudharabah dan musyarakah yaitu apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh characterrisk, kerugian akan
22
dibebankan kepada nasabah. Untuk menjamin agar nasabah mampu
menanggung kerugian akibat characterrisk tersebut, maka bank akan
menetapkan jaminan, risiko pada saat eksekusi jaminan tergantung
pada: 1) Kesempurnaan pengikatan jaminan
2) Nilai jual kembali jaminan (marketability jaminan)
3) Faktor negatif lainnya, seperti tuntunan hukum pihak lain atas
jaminan, lamanya taksasi ulang jaminan 4) Kredibilitas penjamin (jika ada)
2.3.3 Dampak Risiko yang Dihadapi Bank Syariah Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat risiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan (stakeholders)
bank, yaitu pemegang saham,
karyawan, dan nasabah, serta berdampak juga kepada perekonomian secara umum. Pengaruh risk loss pada pemegang sahaman karyawan adalah langsung, sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut akan diuraikan dampak potensial terhadap stakeholders dan ekonomi. (Barnas, 2011) a.
Dampak terhadap pemegang saham, pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain: 1.
Penurunan nilai investasi, yang akn memberikan pengaruh terhadap penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan, turunnya harga saham menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan pemegang saham.
2.
Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat dari turunnya keuntungan perusahaan.
3.
Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor.
23
b. Dampak terhadap karyawan
Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk
event) yang menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka.
Pengaruh tersebut dapat berupa: 1.
sanksi
indisipliner
karena
kelalaian
yang
menimbulkan kerugian.
2.
Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji.
3.
Dikenakan
c.
Pemutusan hubungan kerja.
Dampak terhadap nasabah Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak seketika dapat diidentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara berkelanjutan, pada gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri. Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah: 1.
Merosotnya tingkat pelayanan
2.
Berkurangnya jenios dan kualitas produk yang ditawarkan
3.
Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana
4.
Perubahan peraturan.
d. Dampak terhadap perekonomian Sebagai institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank memiliki risiko yang melekat (inherent) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan tersebut dinamakan risiko sistemik (systematic risk). Risiko sistematik secara spesifik adalah risiko kegagalan bank yang dapat merusak perekonomian secara keseluruhan dan secara langsung berdampak kepada karyawan, nasabah, dan pemegang saham.
24
Secara umum, masyarakat awam tidak mengenal apa yang disebut
sebagai risiko sistematik. Namun mereka tidak asing dengan istilah run on a
bank (baik riil maupun hanya persepsi dari nasabah). Artinya sebuah bank di
“rush” oleh nasabah bank yang ingin menarik kembali dananya secara
bersamaan dan besar-besaran.
Hal ini terjadi pada saat bank tidak dapat memenuhi kewajibanya.
Bank tidak dapat menyediakan dana yang cukup pada saat nasabah
malakukan penarikan dananya. Bank sangat rentan terhadap risiko sistematik yang melekat pada industri perbankan. Risiko sistematik yang mempengaruhi bank-bank lain
tidak dapat dihindari jika sebuah bank mengalami risk loss. Berbagai regulasi diharapkan akan menjadi paying pelindung bagi industri perbankan. Perlindungan tidak hanya diberikan kepada bank terkait, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, tetapi juga kepada perekonomian secara keseluruhan. 2.4
Kovarian Menurut Jogiyanto (2010; 257) kovarian merupakan pengukur yang
menunjukan arah pergerakan dua buah variabel. Nilai kovarian yang positif menunjukan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, yaitu jika yang satu meningkat, maka yang lainnya juga meningkat atau jika yang satu menurun, yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menunjukan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat, yang lainnya menurun atau jika satu menurun, yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel independen, yaitu pergerakan satu variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel yang lainnya. Kovarian dapat dihitung menggunakan cara probabilitas maupun menggunakan data historis. Hasil perhitungan kovarian dapat disusun kedalam tabel berikut ini:
25
Tabel 2.1 Matriks Kovarian
Mb Md Ms Mi
Mb ρ mb.mb.σ mb.σ mb ρ mb.md.σ md.σ mb ρ ms.mb.σ ms.σ mb ρ mi.mb.σ mi.σ mb
Sumber: Nawawi (2006)
Keterangan: Mb = Murabahah Md = Mudharabah
Md ρ mb.md.σ mb.σ md ρ md.md.σ md.σ md ρ mm.md.σ ms.σ md ρ mi.md.σ mi.σ md
Ms ρ mb.ms.σ mb.σ ms ρ md.ms.σ md.σ ms ρ ms.ms.σ ms.σ ms ρ mi.mi.σ ms.σ ms
Mi ρ mb.mi.σ mb.σ mi ρ md.mi.σ md.σ mi ρ mi.ms.σ mi.σ ms ρ mi.mi.σ mi.σ mi
Ms = Musyarakah Mi = Istishna
Untuk menentukan varian portofolio, diperlukan proporsi setiap aktiva
dalam portofolio dan perlu dihitung jumlah matriks kovarian karena mengandung lebih dari 2 aktiva. Hasil perhitungannya dapat disusun dalam tabel: Tabel 2.2 Matriks Kovarian dan Proporsi Aktiva
W mb W md W ms W mi
Mb Md Ms Mi
Sumber: Nawawi (2006)
W mb Mb Var (Rmb) Cov (Rmd,Rmb) Cov (Rms,Rmb) Cov (Rmi,Rmb)
W md Md Cov (Rmb,Rmd) Var (Rmd) Cov (Rms,Rmd) Cov (Rmi,Rmd)
Keterangan: Mb = Murabahah Md = Mudharabah
W ms Ms Cov (Rmb,Rms) Cov (Rmd,Rms) Var (Rms) Cov (Rmi,Rms)
W mi Mi Cov (Rmb,Rmi) Cov (Rmd,Rmi) Cov (Rmi,Rms) Var (Rmi)
Ms = Musyarakah Mi = Istishna
W = Poporsi aktiva Dengan demikian perhitungan varian lebih mudah, setiap varian dan kovarian pada matriks dikalikan dengan proporsi aktiva pada kolom yang berkenaan dan dikalikan lagi dengan proporsi aktiva pada baris yang berkenaan. Contohnya pada Cov (Rmb, Rmd), maka hasil perkaliannya adalah Cov (Rmb, Rmd).Wmb.Wmd. setelah memperoleh hasil setiap unsur pada matriks, maka jika semua hasil kali di jumlahkan seluruhnya merupakan varian portofolio. Untuk mendapatkan deviasi standar portofolio didapat dari akar kuadrat jumlah varian. 2.5
Koefisien Korelasi Menurut Jogiyanto (2010; 264) konsep dari kovarian dapat dinyatakan
dalam bentuk korelasi (correlation). Koefisien korelasi menunjukkan besarnya
26
hubungan pergerakan antara dua variabel relatif terhadap masing-masing standar deviasinya.
Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai
koefisien korelasi +1 menunjukan korelasi positif sempurna, nilai koefien korelasi
0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi +1
(positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat didiversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan risiko aktiva individualnya. Jika dua
buah aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat didiversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien korelasinya di antara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara korelasi aktiva dengan risiko portofolio. Gambar 2.4 Hubungan Korelasi antar Aktiva dengan Risiko Portofolio Korelasi antar aktiva
Risiko Portofolio
+1
0
-1
tetap
berkurang
nol
Sumber: Jogiyanto (2010; 265)
Hasil perhitungan koefisien korelasi dari portofolio yang mengandung lebih dari 2 aktiva dapat disusun kedalam tabel matriks koefisien korelasi berikut ini:
27
Tabel 2.3 Matriks Koefisien Korelasi
Mb Md Ms Mi
Md
𝜌 mb,mb 𝜌 md,mb 𝜌 ms,mb 𝜌 mi,mb
𝜌 mb,md 𝜌 md,md 𝜌 ms,md 𝜌 mi,md
Sumber: Nawawi (2006)
Keterangan: Mb = Murabahah Md = Mudharabah
Mb
2.6
Ms
𝜌 mb,ms 𝜌 md,ms 𝜌 ms,ms 𝜌 mi,ms
Mi
𝜌 mb,mi 𝜌 md,mi 𝜌 ms,mi 𝜌 mi,mi
Ms = Musyarakah Mi = Istishna
Hubungan Risiko dengan Return Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko
dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan. (Jogiyanto, 2010; 227) Setiap risiko investasi selalu mempunyai kemungkinan memperoleh positive return, negative return, atau no return. Dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual dan pembeli, atau penyewa dan yang menyewakan.
Yang
ada
adalah
hubungan
antara
pemodal
dan
yang
memproduktifkan modal. Jadi tidak ada pihak yang telah melaksanakan kewajibannya, tapi masih tertahan haknya. Si pemodal telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan modal juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut. Hak bagi mereka berdua akan timbul ketika usaha memproduktifkan modal tersebut telah menghasilkan pendapatan atau keuntungan. Hak mereka adalah berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan, sesuai kesepakatan awal, apakah bagi hasil itu akan dilakukan berdasarkan pendapatan atau berdasarkan keuntungan. (Karim, 2004; 334)
28
2.7
Tinjauan Umum Bank Syariah 2.7.1 Pengertian Bank Syariah
Bank
Syariah
adalah
bank
yang
beroperasi
dengan
tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank
Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi
SAW. Dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam. (Muhammad, 2005; 1) Sedangkan definisi Bank Syariah dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 2.7.2 Falsafah Operasional Bank Syariah Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari. Berikut adalah falsafah yang harus diterapkan oleh Bank Syariah (Muhammad, 2005; 2): a.
Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: 1) Mengindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman, ayat: 34); 2) Menghindari penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Ali’Imron: 130);
29
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang
ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya denganmemperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba
No. 1551 s/d 1567); 4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka
tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai
hutangsecara sukarela (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d
1572). b.
Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisaa ayat 29,
maka setiap transaksi kelembagaan syariahharus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang,sehingga akan mendorongproduksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi. 2.7.3 Produk Bank Syariah Secara
garis
besar,
pengembangan
produk
bank
syariah
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1.
Produk Penghimpunan Dana a. Wadiah Prinsip wadiah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam. Prinsip wadiah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu (1) wadiah yad amanah dan (2) wadiah yad dhomanah. b. Mudharabah Aplikasi dari prinsip ini adalah bahwa penyimpan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini
30
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli
maupun syirkah.Jika terjadi kerugian maka bankbertanggungjawab
atas kerugian yang terjadi. Terdapat tiga jenis mudharabah, yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan
prinsip
menggunakan dana yang dihimpun.
ini
tidak
ada
pembatasan
bagi
bank
dalam
2) Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. 3) Mudharabah Muqayadah off Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya 2.
Produk Penyaluran Dana a. Jual Beli Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk pembiayaan sebagai berikut: 1) Murabahah Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh. 2) Salam
31
Jual beli barang yang belum ada, dimana pembayaran
dilakukan secara tunai, barang diserahkan secara tangguh.Bank
sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual.Dalam transaksi
ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan.
3) Istishna
Jual beli seperti akad salam namun pembayarannya dilakukan
oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.
diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Istishna
b. Sewa Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beliobjek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah ijarah muntahhiyah bittamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. c. Bagi Hasil Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola sebagai berikut: 1) Musyarakah, adalah kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak, semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama serta mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal perjanjian. 2) Mudharabah, adalah kerjasama dengan antara shahibul mal dengan
mudharib,
dimana
shahibul
mal
yaitu
bank
memberikan dana 100% kepada mudharib yaitu nasabah yang memiliki keahlian dalam menjalankan suatu usaha serta
32
mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati
bersama di awal perjanjian.
3) Mudharabah Muqayadah Pada dasarnya sama seperti mudharabah, namun letak
perbedaannya adalah adanya pembatasan penggunaan modal
sesuai dengan permintaan pemilik modal.
3.
Produk Jasa Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut:
a. Al-Hiwalah, yaitu transaksi pengalihan utang-piutang b. Rahn, yaitu untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. c. Al-Qardh, yaitu digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. d. Wakalah, yaitu dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. e. Kafalah, yaitu bank garansi yang digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. 2.8
Tinjauan Umum Pembiayaan 2.8.1 Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank syariah, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (Antonio, 2001; 160). Pembiayaan ataufinancing,yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga (Muhammad,2005; 17). Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut aktiva produktif.Menurut Ketentuan Bank Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah
33
maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta
Sertifikat
Syariah (Peraturan Bank Indonesia No.
5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).
Bank Indonesia
2.8.2 Tujuan dan Fungsi Pembiayaan A. Tujuan Pembiayaan Sehubungan dengan aktivitas bank syariah, maka pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Oleh karena itu,tujuan pembiayaan yang dilaksanakan bank syariah adalah untuk memenuhi kepentinganstakeholder, yakni: (Muhammad, 2005; 18) 1.
Pemilik Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
2.
Pegawai Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.
3.
Masyarakat a.
Pemilik dana Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
b.
Debitur yang bersangkutan Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif).
c.
Masyarakat umumnya Mereka
dapat
dibutuhkannya.
memperoleh
barang-barang
yang
34
4.
Pemerintah Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan negara, di samping itu akan diperoleh
pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).
5.
Bank Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan,
diharapkan bank dapat
usahanya agar tetapbertahandan meluas jaringan usahanya,
meneruskan dan mengembangkan
sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
B. Fungsi Pembiayaan Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana di atas, pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk: (Muhammad, 2005; 19) 1.
Meningkatkan daya guna uang Para
pengusaha
menikmati
pembiayaan
dari
bank
untuk
memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklahidle(diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun kemanfaatan bagi masyarakat.
2.
Meningkatkan daya guna barang Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan/dikirim dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa, pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.
35
3.
Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti
cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena
pembiayaan
menciptakan
suatu
kegairahan
berusaha
sehingga
penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.
4.
Menimbulkan kegairahan berusaha Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi
yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya.
5.
Stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain: -
pengendalian inflasi
-
peningkatan ekspor
-
rehabilitasi prasarana
-
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting.
6.
Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah,
36
pemilik modal dan buruh/ karyawan mengalami peningkatan pendapatan,
maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan
devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan komsumsi
berkurang,
sehingga
langsung
atau
tidak,
melalui pembiayaan,
pendapatan nasional akan bertambah.
2.8.3 Jenis-Jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah
memiliki banyak jenis pembiayaan. Adapun jenis pembiayaan pada bank
syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu: (Muhammad, 2005; 22) 1.
Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut: a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, meliputi: 1) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal
berdasarkan
nisbah
yang
telah
disepakati
sebelumnya. b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang), meliputi: 1) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah
37
dengan margin/keuntungan yang disepakati antara Bank Syariah
dan nasabah.
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga
terlebih dahulu.
2) Pembiayaan Salam
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishnaadalah perjanjian jual-beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. c. Pembiayaan dengan prinsip sewa, meliputi: 1) Pembiayaan Ijarah Pembiayaan ijarahadalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bitamlik/Wa Iqtina Pembiayaan ijarah muntahiya bitamlik/wa iqtinayaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. d. Surat Berharga Syariah Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. e. Penempatan Penempatan adalah penanaman dana Bank Syariah pada Bank Syariah lainnya dan/atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah antara lain dalam bentuk giro, dan/atau tabungan wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA) dan/atau bentukbentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
38
f. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana Bank Syariah dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah,
termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis
transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat Bank
Syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan syariah. g. Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal Bank Syariah
dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berkibat Bank Syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah. h. Transaksi Rekening Administratif Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen, Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C, dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah. i. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) SBIS adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. 2.
Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan: a. Pinjaman Qardh Pinjaman qardh atau talangan adalah penyediaan dan dan/atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
39
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam
jangka waktu tertentu. 2.8.4
1.
Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah a.
Pengertian Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana bank (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pengelola (mudharib) yang mengelola modal tersebut. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. (Antonio, 2001; 95) b.
Landasan Syariah Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.Hal ini tampak dalam arti ayat-ayat Al-Quran berikut ini. “....dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT....” (Al-Muzammil: 20) “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT....” (Al-Jumu’ah: 10) “Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karuniaTuhanmu....”(Al-Baqarah: 198)
c.
Jenis-Jenis Mudharabah 1.
Mudharabah Mutlaqah Bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2.
Mudharabah Muqayyadah Bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
40
tempat usaha. Adanya kecenderungan umum shahibul maal
dalam memasuki jenis dunia usaha.
d.
Manfaat Mudharabah 1.
Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2.
Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread. 3.
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5.
Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
e.
Risiko Mudharabah Risikoyang
terdapat
dalam
mudharabah,
terutama
pada
penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi. Di antaranya : 1.
Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
2.
Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3.
Penyembunyian keuntungan nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
f.
Skema Mudharabah
41
Gambar 2. 5 Skema Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Nasabah (Mudharib)
Keahlian Ketrampilam
Modal 100%
Bank (Shahibul Maal)
Proyek/Usaha
Nisbah X%
Pembagian Keuntungan Modal
Nisbah Y%
Pengambilan Modal Pokok
Sumber: Antonio (2001; 98)
2.
Musyarakah a.
Pengertian Musyarakah Musyarakah adalah suatu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi
dana
dengan
kesepakatan
bahwa
keuntungan dan risikoakan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001; 90). b.
Landasan Syariah Secara umum landasan syariah untuk musyarakah mencerminkan untuk memperbolehkan melakukan usaha ini. Hal ini tampak pada arti ayat Al-Quran berikut ini: “....maka mereka berserikat pada sepertiga....” (An-Nisaa: 12) “Dan, sesungguhnya kebanyakan dari dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain
42
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.”
(Shaad: 24)
Jenis-Jenis Musyarakah Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak).Musyarakah pemilikan tercipta
karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan
c.
pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.Musyarakah akad
tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.Musyarakah akad terbagi menjadi: 1.
Syirkah al-Inan Kontrak antara dua orang atau lebih,
setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. 2.
Syirkah Mufawadhah Kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
3.
Syirkah a’maal Kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
4.
Syirkah Wujuh Kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.Jenis ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut.Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang.
43
d.
Manfaat Musyarakah 1.
Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2.
Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
3.
Pengembalian
pokok
cashflow/arus
kas
pembiayaan usaha
disesuaikan
nasabah
sehingga
dengan tidak
memberatkan nasabah.
4.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5.
Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
e.
Risiko Musyarakah Risiko yang terdapat dalam musyarakah,
terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi, yaitu sebagai berikut: 1.
Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
2.
Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3.
Penyembunyian keuntungan nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
f.
Skema Musyarakah
44
Gambar 2.6 Skema Musyarakah
Nasabah Parsial: Asset Value
Bank Syariah Parsial Pembiayaan
Proyek Usaha
Keuntungan
Bagi hasil keuntungan sesuai Porsi kontribusi modal (nisbah) Sumber: Antonio (2001; 94)
2.8.5 Piutang (Jual Beli) 1.
Murabahah a.
Pengertian Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. (Antonio, 2001; 101)
b.
Landasan Syariah “…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”(Al-Baqarah:275)
c.
Manfaat Murabahah Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah,salah satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga kepada nasabah.
d.
Risiko Murabahah 1.
Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
45
2.
Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah.
Bank tidak bisa mengubah harga jua beli tersebut. 3.
Penolakan nasabah, barang yang sudah dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab.
4.
Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik
nasabah. e.
Skema Murabahah Gambar 2.7 Skema Murabahah
1. Negosiasi & Persyaratan
BANK
2. Akad Jual Beli
3. Beli Barang
NASABAH 6. Bayar 5. Terima Barang & Dokumen
Suplier 4. Kirim Penjual
Sumber: Antonio (2001; 107)
2.
Salam a.
Pengertian Salam Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka (Antonio, 2001; 108).
b.
Landasan Syariah “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”(Al-Baqarah:282)
46
c.
Jenis Salam Salam Paralel berarti melaksanakan dua transaksi salam antara
bank dan nasabah, dan antara bank dengan pemasok atau pihak
ketiga lainnya secara simultan. d.
Manfaat Salam Manfaat salamadalah selisih harga yang didapat dari nasabah
dengan harga jual kepada pembeli.
e.
Skema Salam Gambar 2.8 Skema Salam
Produsen ditunjuk oleh Bank 4. Kirim Pesanan PRODUSEN PENJUAL 3. Kirim Dokumen
NASABAH
5. Bayar
2. Pemesanan Barang Nasabah & Bayar Tunai
1. Negosiasi Pesanan Dengan Kriteria
BANK SYARIAH Sumber: Antonio (2001; 113)
3.
Istishna a.
Pengertian Istishna Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. (Antonio, 2001; 113)
b.
Landasan Syariah “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”(Al-Baqarah:282)
47
c.
Skema Istishna Gambar 2.9 Skema Istishna
NASABAH KONSUMEN (PEMBELI)
PRODUSEN PEMBUAT 1. Pesan
3. Jual
2. Beli
BANK PENJUAL
Sumber: Antonio (2001; 115)
2.9
Kajian Empiris Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis mengambil referensi dari
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh penulis lain sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
48
Tabel 2.4 Kajian Empiris
Tahun: 2006
Peneliti: Nazwar Ulfa Nawawi
Peneliti: Eriawan Nikmaturrahman
Judul Penelitian: Alternatif Investasi dan Pembentukan Portofolio Optimal Bank Syariah (Studi Kasus pada UUS PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk) Variabel yang diteliti: Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah
Judul Penelitian: Alternatif Investasi dan Pembentukan Portofolio Optimal pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
Metode dan Alat Analisis: Portofolio optimal dengan Aktiva Bebas Risiko, Ms. Excel 2003 Hasil Penelitian: Kombinasi portofolio yang optimal tersebut terdiri dari 58,27% pembiayaan murabahah, 30,23% pembiayaan mudharabah, 11,5% pembiayaan ijarah, dan 0% pembiayaan musyarakah, dengan return sebesar 14,5% dan standar deviasi 4,83%. Serta rata-rata return hasil portofolio yang sudah ada dengan rata-rata return dari portofolio optimal yang dibentuk adalah sama. Sumber: www.digilib.ui.ac.id, diolah kembali
Tahun: 2007
Variabel yang diteliti: Kredit yang diberikan (Rp), efek-efek (Rp), kredit yang diberikan (valas), efek-efek (valas), dan penempatan pada bank lain (valas) Metode dan Alat Analisis: Portofolio optimal dengan Aktiva Bebas Risiko, Ms. Excel 2003 Hasil Penelitian: Kombinasi portofolio yang paling optimal terdiri dari 46,8% kredit yang diberikan (Rp), 27,34% efek-efek (Rp), 7,61% kredit yang diberikan (valas), 7,36% efek-efek (valas), dan 10,9% penempatan pada bank lain (valas), dengan return 26,5% dan standar deviasi 10,8%. Serta ratarata return hasil portofolio yang sudah ada dengan rata-rata return dari portofolio optimal yang dibentuk adalah sama.
49
2.10
Kerangka Pemikiran Bank Syariah
Penyaluran Dana
Pembiayaan Murabahah
Return
Risiko
Pembiayaan Musyarakah Return
Risiko
Pembiayaan Mudharabah Return
Risiko
Pembiayaan Istishna Return
Risiko
Portofolio
Portofolio Efisien Portofolio Optimal Dalam penyaluran dananya, bank syariah memiliki produk pembiayaan sebagai cara penyaluran dananya untuk memperoleh keuntungan dari bagi hasil dan margin keuntungan sesuai kesepakatan. Selain memperoleh keuntungan dari penyaluran pembiayaan tersebut, terdapat pula risiko yang harus ditanggung oleh bank syariah. Salah satu upaya untuk mengurangi risiko dengan mendapatkan keuntungan yang optimal adalah dengan dibentuk portofolio, dimana bank syariah mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi pembiayaan. Penyaluran pembiayaan bank syariah didominasi oleh murabahah, kemudian diikuti dengan pembiayaan-pembiayaan lain, seperti mudharabah, musyarakah, istishna, dll. Pembiayaan dengan akad murabahah memiliki risiko yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan pembiayaan lainnya.
50
Masalah dalam portofolio adalah bagaimana memilih dan menentukan kombinasi yang terbaik antara risiko dan tingkat keuntungan agar terbentuk
portofolio yang optimal.
2.11
Hipotesis Statistik Penelitian ini terutama untuk melihat jenis pembiayaan yang memiliki
return tinggi dan risiko yang rendah, kemudian membentuk portofolio yang
efisien dan portofolio optimal bagi Bank Syariah Mandiri. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : µ1 ≥ µ2 (rata-rata return dan risiko dari portofolio yang ada saat ini lebih besar atau sama dengan rata-rata return dan risiko dari portofolio optimal) Ha : µ1 < µ2 (rata-rata return dan risiko dari portofolio yang ada saat ini lebih kecil dari rata-rata return dan risiko portofolio optimal)