BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manfaat kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan kata “manfaat” sebagai “guna, faedah”. Oleh karena itu, berkaitan dengan penelitian ini, manfaat merupakan bentuk kegunaan satu variabel terhadap terwujudnya variabel lain. Dalam hal ini, penelitian akan diarahkan pada bagaimana kalkulasi biaya produk pesanan dimuka dapat memberikan manfaat untuk menunjang efektivitas keputusan penetapan harga jual.
2.2 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya pihak manajemen dalam perusahaan seringkali menghadapi masalah untuk memperoleh informasi biaya dengan bantuan informasi keuangan, manajemen hanya memperoleh informasi berupa biaya total untuk membuat barang atau menyerahkan suatu jasa. Biaya total mengenai berbagai macam jasa yang diserahkan tidak banyak membantu manajemen dalam melakukan perencanaan dan pengendalian biaya manajemen akan melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian biaya debgan baik, apabila mempunyai informasi terperinci mengenai biaya-biaya yang sehubungan debgan produksi dan penjualan barang atau jasa. Salah satu bidang yang dapat memberikan informasi biaya bagi manajemen adalah akuntansi biaya.
15
16
Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2002;6) adalah: “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Deakin dan Maher yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo dan Adjat Djatnika (1996;2) berpendapatan sebagai berikut: “Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mencatat, mengukur dan melaporkan informasi mengenai besarnya biaya”. Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Hal ini dikemukakan oleh bierman dan kawan-kawan (1990;7) yang berpendapatat bahwa : “Cost accounting is the part of an organization’s accounting system that accumulatetion cost and other quantitative data for the purpose described above in both financial and managerial accounting purpose”. Horngren dan kawan-kawan (2003;4) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai berikut: “Cost accounting is management accounting plus a part of financial accounting to the extent that cost accounting provides information that helps the requirement of extern at reporting”. Dari definisi-definisi diatas diketahui bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses yang meliputi pencatatan, penggolongan, pelaporan, dan penafsiran, data biaya dengan tujuan untuk perencanaan, pengendalian, biaya dan pengambilan keputusan.
2.1.2 Fungsi Akuntansi Biaya akuntansi biaya merupakan alat yang dapa memberikan bantuan kepada manajemen dalam memimpin dan menjalankan operasi perusahaaan khususnya dalam pengambilan keputusan. Usry dan Hammer yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo (1996;10) berpendapat bahwa : “Akuntansi biaya melengkapi manajemen dalam perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan stratejik”.
17
Menurut Blocker dan weltner (1984;3-4) akuntansi biaya terdiri dari 4 fungsi yaitu: “A mayor function of accountuing is the determination and analysis of cost and income of a business enterprise so that comporisons by divisions and periods of time can be in order to evaluate the operating efficiency of each division. A second function of cost accounting is the accumulation and utilization of cost data for the pupose of controlling cost. A third function of cost accounting comparises special cost studies and investigation which are invaluable to management in determining policies and formulating plans directed toward profitable operations”. Dilihat dari segi fungsi, maka akuntansi biaya merupakan alat bantu bagi manajemen didalam fungsi perencanaan dan pengendalian. Perencanaan disini maksudnya kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan tujuan dan cara pencapainya, sedangkan pengendalian akan mengarahkan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga hasil yang dicapai sesuai degan rencana. Perencanaan dan pengendalian sangat berhubungan dengan akuntansi biaya. Dalam perencanaan, akuntansi biaya membantu manajemen dalam pembuatan anggaran dan penentuan biaya di muka, sedangkan dalam pengendalian akuntansi biaya membantu manajemen dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar. Selain juga membantu manajemen dalam pengambilan keputusan khususnya menyangkut masa yang akan datang.
2.2.3 Tujuan Akuntansi Biaya menurut Horngen dan kawan-kawan (2003;XVI) tujuan akuntansi diuraikan sebagai berikut: “Cost accounting provides data fir various purpose in cluding planning,controlling and the costing of products, services and customers).
18
Sedangkan menurut hammer dan kawan-kawan (1994;9), tujuan akuntansi biaya adalah sebagai berikut: “1. Creating and executing plans and budgets for operating under expected competitive and economic conditions. An important aspect of plans is their potential for motivating people to perform in way consistent with company goals. 2. Estabilishing costing methods that permit control of activities reduction of costs and improvement of quality. 3. Controlling physical quantities of inventory and determining the cost of each product or service produced for the purposes of pricing and for evaluating the performance of product, department or division. 4. Determining company cost and profit for an annual accountying perood or a shorter period. This includes determining the cost of inventory and cost of good sold accounting the external reporting rules. 5. Chossing among two or more short-run or long-run alternatives that might after revenues or cost”. Tujuan dari akuntansi biaya yang dikemukakan mulyadi (2002;7) “Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus”. Dari uraian diatas dapat dikemukakan secara ringkas bahwa tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen bagi perencanaan, pengendalian biaya, penentuan harga pokok produk dalam pengambilan keputusan khusus. Jadi dengan demikian manajer harus memahami akuntansi biaya guna mengambil keputusan yang tepat agar dapat menjalankan fungsinya dalam perusahaan.
2.3 Biaya 2.3.1 Pengertian Biaya Biaya diindentifikasikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang dan jasa. Biaya adalah perolehan barang atau jasa yang diperlukan yang diukur dalam satuan uang. Menurut Deakin dan Maher (1990;4), biaya (cost) diindentifikasin sebagai berikut: “cost a sacrifice of resource” maksudnya biaya adalah suatu pengorbanan dalam suatu penghasilan.
19
Menurut Mulyadi (1999;8) “biaya adalah pengobanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Berdasarkan uraian di atas, definisi biaya dibagi dalam empat unsur pokok, yaitu: 1. Biaya merupakan pengorbanan ekonomis. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
2.3.2 Klasifikasi Biaya manajemen
dalam
mengelola
perusahaannya
atau
departemennya
memerlukan data biaya yang akurat. Biaya yang akurat memungkinkan dapat ditentukan harga pokok produk secara teliti dan tepat. Untuk menentukan harga pokok secara teliti maka biaya perlu diklasifikasikan atau digolongkan sehingga dapat dipisahkan antara mana biaya produksi mana pula yang bukan biaya produksi. Penggolongan biaya yang tepat adalah menggunakan konsep “different costs for different purpose”, yang maksudnya bahwa biaya digolonggkan atas dasar tujuan penggunaan dari data biaya tersebut. Usry dan Hammer (1994;15)menggolongkan biaya berdasarkan hubungannya dengan: “1. The product (a single lot, batch, or unit of good or service). 2. The volume of production. 3. The manufacturing depertments, processes, cost centers, or other subdivisions. 4. The accounting period. 5. A decision, action, or evaluation”.
20
Berikut ini dijelaskan masing-masing kelompok biaya diatas: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk. a. Biaya pabrikasi Biaya pabrikasi merupakan jumlah dari tiga unsur biaya yaitu biaya bahan langsung, biaya pekerja langsung dan overhead pabrik. Bahan langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk, biaya pekerja atau tenaga kerja (direct labour) adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Overhead pabrik (factory overhead) didefinisikan sebagai biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak lansung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dibebankan langsung ke produk tertentu. b. Beban komersial. (commercial Expense) 1) Beban pemasaran Beban ini dimulai pada saat biaya pabrik berakhir, yaitu pada saat proses pabrikasi diselesaikan dan barang-barang dalam kondisi siap untuk dijual. Beban pemasaran = biaya distribusi + biaya penjualan 2) Beban administrasi Meliputi biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. Beberapa dari beban tersebut, seperti gaji direktur yang ditugaskan bekerja di pabrik, mungkin dialokasikan sebagai biaya pemasaran. 2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi. a. Biaya variabel Secara umum biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dan perubahan volume. 2) Biaya per unit relative konstan meskipun volume berubah dalam rentang (range) yang relevan
21
3) Dapat dibebankan kepada departemen operasional dengan cukup mudah dan tepat. 4) Dapat dikendalikan oleh seorang penyelia operasi. b. Biaya tetap Karakteristik biaya tetap adalah: 1) Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang (range) keluaran yang relevan. 2) Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang yang relevan. 3) Dapat
dibebenkan
kepada
departemen-departemen
berdasarkan
keputusan manajer atau menurut metode alokasi biaya. 4) Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif daripada penyelia operasi. c. Biaya semi variabel beberapa biaya mengandung unsure-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel inimencangkup suatu jumlah yang tetap dalam rentang keluaran yang relevan, dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah keluaran. Misalnya biaya listrik yang digunakan untuk penerangan cenderung menjadi biaya tetap, karena berapa pun jumlah keluaran yang dihasilkan, penerangan akan tetap diperlukan oleh pabrik yang sedang beroperasi. Sebaliknya, tenaga listrik yang digunakan sebagai sumberdaya untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi sesuai dengan pemakaian peralatan tersebut. 3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi, proses atau segmen lainnya. Dalam sebuah pabrik umumnya dibagi menjadi dua departemen, seperti di bawah ini: a. Departement Produksi Dalam department produksi operasi secara manual atau dengan mesin, seperti memventuk dan merakit dilaksanakan langsung terhadap produk
22
dan bagian-bagiannya, biaya semacam ini akan dibebankan kepada produk tersebut. b. Department Jasa Department jasa memberikan jasa yang bermanfaat bagi department lain. Meskipun department jasa tidak terlibat dalam proses produksi, tetapi biayanya merupakan bagian dari tidak overhead pabrik dan dimasukkan dalam biaya produksi. Dalam hubungannya dengan pembebanan biaya pada dapat department dikenal dua macam biaya yaitu: a. biaya langsung, yaitu jika biaya dapat diindentifikasikan atau ditelusuri terhadap department tersebut. b. Biaya tidak langsung, yaitu jika biaya dapat dipikul bersama oleh beberapa department yang mengambil manfaat dari terjadinya biaya tersebut.
4. Biaya dalam hubungan periode akuntansi a. belanja barang modal (capital expenditure), yaitu biaya yang bermanfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dapat dicatat sebagai aktiva, tetapi pada akhirnya akan masuk dalam arus biaya bila masa manfaatnya telah habis. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), yaitu biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode berjalan dan dicatat sebagai beban. 5. Dalam hubungan dengan keputusan, tindakan dan evaluasi a. biaya diferensial, yaitu biaya yang relevan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan alternative dimasa yang akan datang. b. biaya kesempatan, yaitu pendapatan/ penghematan biaya yang dibebankan sebagai akibat dipilihnya alternative tertentu. c. out of pocket cost, yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran kas sekarang atau dalam jangka waktu dekat. Sebagai akibat dari keputusan manajemen. d. sunk cost, yaitu biaya yang terjadi sebagai akibat dari pengambilan keputusan yang lalu.
23
2.4 Pengertian dan Unsur-unsur Harga Pokok Produksi 2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Informasi mengenai harga pokok produksi memegang peranan yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Istilah harga pokok produksi dalam suatu perusahaan industri mempunyai hubungan erat dengan biaya produksi. Pengertian harga pokok menurut Usry Hammer (1994;15) adalah sebagai berikut : manufacturing cost also called production cost or factory cost is usually defined as the sum of three element: direct material, direct labour and factory overhead. Sedangkan menurut sigel dan shim (1991;113), dalam kamus istilah adalah: “Harga produksi merupakan sebuah unsur dalam mempersiapkan laporan laba rugi, terdiri atas biaya yang menghasilkan barang: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”. Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya yang ada hubungandengan fungsi produksi atau semua biaya yang mempunyai kaitan erat dengan kegiatan pengolahan biaya bahan baku menjadi produk siap untuk jual, dimanapun terdiri dari tiga elemen yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2.4.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi 2.4.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung menurut Horngern (1997;40) biaya bahan baku langsung/ direct material costs. “are the acquisition costs of all materials that eventually become part of the cost object (say, units finished or in process), and that can be traced to the cost object in an economically feasible way. Acquisition cost of direct materials include fright-in (inward delivery) charges, sales taxes, and custom duties. Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan biaya bahan baku langsung adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan semua bahan yang diindentifikasi sebagai bagian dari barang jadi yang dapat ditelusuri dengan cara yang mungkin secara ekonomis, termasuk biaya masuk dan pajak penjualan. Contohnya adalah lembar baja dan subperakitan bagi perusahaan mobil. Bahan
24
langsung sering tidak mencakup unsur-unsur kecil seperti lem dan paku, karena biaya penelusuran unsur-unsur
kecil seperti lem dan paku, karena biaya
penelusuran unsur- unsur yang tidak signifikan tampaknya tidak sebanding dengan nilai atau manfaat mendapatkan harga pokok produk yang lebih akurat.
2.4.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung menurut horngren (1997;40) biaya tenaga kerja langsung adalah “direct manufacturing labour cost include compensation of all manufacturing labour that is specially indentified with the cost object (say, units finished or in process), and that can be traced to the cost onject in an economically feasible wa”. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa upah semua tenaga kerja yang dapat diindentifikasikan dengan cara yang mungkin secara economis terhadap produksi barang jadi. Contohnya adalah tenaga kerja para operator mesin dan para perakit.
2.4.2.3 Biaya Overhead Pabrik biaya overhead pabrik menurut horgren (1994;40) adalah “indirect manufacturing costs considered to be part of the cost object (say, units finished or in process), but that cannot be individually traced to the cost object in an economically feasible way, examples include power supplies, indirect manufacturing labour plant rent, plant insurances, property taxes on plant, plant depreciation,and the compensation of plant mergers”. Dari pengertian di atas yang dimaksud biaya overhead pabrik adalah biaya yang tidak dapat dibebankan atau ditelusuri secara langsung pada produk atau dapat dikatakan biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang bukan bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan proses produksi. Terdapat dua sub kelompok biaya overhead pabrik, yaitu:
25
1. overhead pabrik variabel. Contohnya adalah daya, perlengkapan, dan sebagian tenaaga kerja tidak langsung tertentu termasuk variabel atau tetap tergantung pada pola perilakunya dalam perusahaan tertentu. 2. overhead pabrik tetap. Contohnya adalah sewa gedung, asuransi, pajak bumi dan bangunan, penyusutan dan penyelia.
2.5 Sistem Biaya Sistem akuntansi biaya merupakan bagian dari suatu sistem akuntansi yang digunakan dalam perusahaan, baik yang merupakan kumpulan dari formulir, catatan, dan laporan yang terkoordinasi dengan tujuan untuk menyajikan informasi biaya bagi manajemen perusahaan secara garis besar akuntansi biaya dapat dikelompokkan menjadi dua sistem.
2.5.1 Sistem Harga Pokok Sesungguhnya Menurut Supriyono (1994;40) sistem harga pokok sesungguhnya adalah “suatu sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok produk”. Pada sistem ini, harga pokok produk baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya dikumpulkan. Jika dihubungkan dengan tujuan pokok akuntansi biaya, maka sistem ini hanya dapat digunakan untuk tujuan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan untuk manajemen, sistem harga pokok ini tidak dapat menyajikan informasi yang memadai menurut Supriyono (1994;46), hal ini disebabkan oleh: 1. tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran terhadap daya guna dan hasil guna yang dicapai. 2. untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk atau pesanan untuk pekerjaan tertentu.
26
Sistem Harga Pokok Ditentukan Di Muka Sistem harga pokok ditentukan di muka merupakan sistem pembebanan harga pokok pada produk yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di muka, sebelum proses produksi dilakukan. Hal ini beralasan karena manajemen memerlukan data biaya, baik mengenai sifat dan jalannya suatu produksi maupun sebelum kontrak penjualan disetujui. Harga pokok produk perlu dihitung terlebih dahulu untuk tujuan penetapan harga jual. Penyediaan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan produksi atau pengendalian biaya. Harga pokok yang ditentukan di muka ini pada akhirnya akan dibandingkan dengan harga pokok yang sesungguhnya terjadi, guna perhitungan selisih antara keduanya informasi mengenai penyebab selisih ini dapat digunakan untuk menilai prestasi manajer yang bertanggungjawab atas terjadinya selisih tersebut. Sistem harga pokok dimuka terdiri dari dua yaitu sistem harga pokok standard and system harga pokok taksiran. Berikut ini dibahas lebih lanjut setiap bagiannya.
2.5.2.1 Sistem Harga Pokok Standar menurut Mulyadi (2002;415) yang dimaksud harga pokok standar adalah “salah satu bentuk harga pokok yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan produksi tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor- faktor lain tertentu”. Sistem biaya standar merupakan sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga manajemen dapat mendeteksi kegiatankegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya mencatat biaya yang seharusnya dikeluarkan dan yang sesungguhnya serta menyajikan analisis penyimpangan sesungguhnya dari biaya standar. Dalam perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan timbul masalah dalam penetapan besarnya harga pokok standar untuk setiap pesanan yang akan diterima. Hal ini disebabkan karena produk apa yang akan dihasilkan, bagaimana
27
spesifikasinya dan berapa jumlahnya, masih harus menunggu datangnya pesanan dari pembeli. Atas dasar sifat tersebut maka besarnya harga pokok standar untuk setiap pesanan yang akan diolah baru disusun pada saat diterimanya setiap pesanan. Standar tersebut berbeda antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lainnya, makin banyak pesanan yang diterima dalam periode tertentu berarti semakin banyak harga pokok standar yang ditentukan. Oleh karena itu perusahaan yang berproduksi atas dasr pesanan menggunakan sistem harga pokok taksiran dalam menghitung harga pokok produknya.
2.5.2.2 Sistem Harga Pokok Taksiran Harga pokok taksiran merupakan salah satu bentuk harga pokok yang ditentukan di muka sebelum produksi atau penyerahan jasa yang dilaksanakan. Sistem harga pokok taksiran adalah sistem biaya produksiyang menggunakan suatu bentuk biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi. Dasar yang digunakan dalam penentuan norma fisik dalam sistem biaya taksiran terbatas pada pengalaman produksi masa lalu. Jika terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut, maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya, apakah karena pemborosan, penghematan, atau kesalahan dalam penaksiran norma fisik yang dilakukan sebelumnya. Adapun tujuan penggunaan sistem harga pokok taksiran menurut Mulyadi (2002;382), adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjembatani menuju sistem harga pokok standar. 2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem harga pokok standar. 3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan 4. Untuk mrngurangi biaya akuntansi Berikut ini Supriyono (1994;48) membahas besarnya harga pokok taksiran untuk setiap unsur biaya produksi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
28
1. Taksiran biaya bahan baku Taksiran biaya bahan baku meliputi: taksiran kuantitas setiap jenis bahan baku yang diperlukan untuk mengolah satuan produk tertentu dan taksiran harga setiap jenis bahan baku yang diperlukan tersebut. Penaksiran kuantitas bahan baku yang dikonsumsi dalam setiap satuan produk didasarkan pada harga kontrak pembelian dalam jangka waktu tertentu, daftar barang dari supplier, trend dan prediksi harga pasar. Jika bahan baku harus dibeli dari waktu ke waktu dan harganya tergantung pada keadaan pasar, taksiran harga didasarkan pada daftar harga yang dipublikasikan. 2. Taksiran biaya tenaga kerja langsung Besarnya taksiran biaya tenega kerja langsung dipengaruhi sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan. Apabila sistem yang digunakan perusahaan sistem upah per unit yang dihasilkan besarnya taksiran biaya tenaga kerja langsung dapat diperoleh dari penentuan taksiran upah per unit yang akan digunakan untuk waktu yang akan datang. Apabila sistem yang digunakan perusahaan sistem upah per jam langsung, besarnya taksiran biaya tenaga kerja langsung dapat ditentukan dengan menaksir waktu (jam kerja) yang diperlukan untuk mengolah satu produk dan menaksir besarnya tarif biaya tenaga kerja langsung per jam yang akan berlaku untuk waktu yang akan datang. Untuk menentukan taksiran jam kerja yang diperlukan harus digunakan waktu normal yang memperhitungkan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari. Untuk perusahaan yang menggunakan sistem upah tenega kerja langsung atas upah per bulan, maka besarnya taksiran biaya tenaga kerja langsung ditentukan dengan menjumlah total biaya tenaga kerja langsung di dalam suatu periode dibagi volume produksi yang ditaksir (direncanakan) akan dihasilkan dalam periode tersebut.
3. Taksiran biaya overhead pabrik Perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik diberikan kepada pekerjaan atau pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Alasan dari pembebanan biaya tersebut antara lain :
29
a. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan berubah dari satu bulan ke bulan yang lain, hal ini disebabkan karena : 1) Adanya perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan. 2) Perubahan tingkat efesiensi produksi. 3) Adanya biaya overhead pabrik secara sporadic, menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun. 4) Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu. b. Manajemen memerlukan informasi harga pokok per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan, padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat diketahui jumlahnya pada setiap akhir bulan atau akhir tahun. Dalam memperhitungkan tarif biaya overhead pabrik yang dapat digunakan diantaranya adalah satuan produk, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam kerja langsung dan jam mesin. Untuk menentukan biaya taksiran setiap produk yang dihasilkan maka jumlah taksiran biaya overhead tersebut dibagi dengan taksiran kapasitas yang akan dipakai sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik, misalnya: volume produksi, jam mesin, jam kerja langsung dan lain-lain. Adapun pehitungan atas tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik Tarif biaya overhead = -------------------------------------------Taksiran dasar pembebanan Sedangkan langkah-langkah penerapan sistem harga pokok taksiran untuk metode harga pokok pesanan menurut R.A Supriyono (1994;61) adalah sebagai berikut :
30
1. Perusahaan menerima pesanan dari langganan yang menyebutkan spesifikasi, jumlah, dan tanggal penyerahan produk yang dipesan. 2. Atas dasar spesifikasi dari pemesan, perusahaan menyusun besarnya taksiran biaya total dan biaya per unit pesanan yang bersangkutan. Setiap pesanan disusun besarnya harga pokok pesanan yang terpisah dengan pesanan yang lain. 3. Atas dasar besarnya biaya taksiran pesanan yang bersangkutan, perusahaan menentukan besarnya harga jual yang ditawarkan kepada pemesan. Biasanya harga jual tersebut adalah sebesar biaya taksiran ditambah biaya non produksi dan laba yang diperhitungkan untuk pesanan yang bersangkutan. 4. Perusahaan melakukan negosiasi atau perundingan dengan pemesan untuk menentukan persetujuan mengenai besarnya harga jual pesanan yang bersangkutan. Jika dalam perundingan tidak tercapai kesepakatan mengenai harga jual maka tidak ada pelaksanaan pengerjaan pesanan. Jika tercapai kesepakatan tentang harga jual maka dilanjutkan pada kegiatan memproduksi pesanan yang bersangkutan. 5. Atas dasar kesepakatan harga jual dan syarat-syarat lainya, perusahaan
melaksanakan
pengolahan
pesanan.
Dengan
menggunakan dokumen dasar pembukuan, biaya sesungguhnya dikumpulkan. Biaya bahan baku dan biaya tenega kerja langsung dikumpulkan
untuk
setiap
pesanan.
Biaya
overhead
pabrik
sesungguhnya dikumpulkan dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya dan tidak dirinci untuk setiap pesanan. 6. Biaya overhead pabrik dibebankan pada setiap pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka. 7. memindahkan harga pokok pesanan yang telah selesai ke rekening persediaan produk selesai sebesar harga pokok taksirannya.
31
8. Memindahkan harga pokok taksiran pesanan yang dijual atau diserahkan kepada pemesan dari rekening persediaan produk selesai ke rekening harga pokok penjualan. 9. Menghitung harga pokok taksiran pesanan dalam proses pada akhir periode dan memindahkannya dari rekening barang dalam proses ke rekening persediaan produk dalam proses. 10. Menghitung dan mengalokasikan selisih biaya yang terjadi ke setiap pesanan.
2.6
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
2.6.1
Metode Harga Pokok Pesanan Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh
karakteristik kegiatan perusahaan tersebut. Oleh karena itu sebelum dibahas metode harga pokok pesanan, perlu diuraikan lebih dahulu karakteristik kegiatan usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap
metode
pengumpulan
biaya
produksi.
Mulyadi
(2002;40-41)
mengemukakan karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan berikutnya. 2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain. 3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang. Adapun karakteristik metode harga pokok pesanan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan produksinya secara individual. 2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini; biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
32
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut istilah biaya overhead pabrik. 4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. 5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah unit yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Sedangkan metode harga pokok pesanan menurut Usry dan Hammer (1994;45) adalah : “in job order costing, cost are accumulated for each batch, lot, or customer order. This method is used when the products manufactured within a departemen or cost center are heterogeneous and of charging each job with its cost”. Maksudnya, biaya setiap pesanan yang diproduksi untuk setiap pelanggan tertentu atau biaya setiap partai (lot) yang akan dibebankan pada perusahaan, akan dicatat dalam kartu biaya pesanan (job order cost sheet) atau kadang-kadang cukup disebut kartu biaya (cost sheet). Kartu biaya dirancang untuk mengumpulkan biaya langsung dan tidak langsung yang dibebankan ke masingmasing pekerjaan. Kartu biaya ini akan ditotal setiap hari atau setiap minggu menurut pesanan dan akan digunakan untuk pencatatan ayat jurnal ikhtisar. Biaya pabrikasi tidak langsung yang dibebankan dalam kartu biaya dihitung berdasarkan biaya actual yang dikeluarkan. Kartu ini berbeda untuk setiap perusahaan baik dalam bentuk, isi maupun susunannya. Menurut Mulyadi (2002;40-41), dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi.
33
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan. 5. Menentukan harga pokok persediaan produk
jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca.
2.6.2
Metode Harga Pokok Proses Menurut Mulyadi (2002;70) metode harga pokok proses memiliki
karakteristik produksi sebagai berukut: 1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. 2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. 3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Sebagai contoh perusahaan yang memproduksi massa adalah perusahaan semen. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan diterbitkannya perintah produksi setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu. Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan. Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada :
1. Pengumpulan biaya produksi. Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departement produksi per periode akuntansi. 2. Perhitungan haraga pokok produksi per satuan Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi
34
dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap periode akuntansi (akhir bulan). 3. Penggolongan biaya produksi Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses, perbedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak perlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk. 4. Unsur biaya yang dikelompokan dalam biaya overhead pabrik Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik, terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang telah ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik langsung maupun tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
2.7
Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode Harga Pokok Produksi
2.7.1
Posedur Akuntansi Biaya Bahan Baku Metode biaya pesanan akan berhubungan langsung dengan harga pokok
pesanan, oleh karena itu pembahasan biaya pesanan juga tiada lain adalah metode harga pokok pesanan. Proses akuntasi dalam penentuan harga pokok berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut : prosedur akuntasi biaya bahan baku dan bahan
35
penolong meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan baku dan bahan penolong di dalam pabrik. 1. Pembelian bahan baku. Persediaan bahan baku
Rp. XXX
Hutang dagang
Rp. XXX
2. Pemakaian bahan baku. Bahan yang diperlukan untuk pabrik dikeluarkan berdasarkan formulir permintaan bahan yang mencantumkan nomor pekerjaan dan merinci jenis serta jumlah bahan baku yang dibutuhkan. Arus bahan langsung kepabrik akan dicatat sebagai transfer bahan dari perkiraan bahan ke perkiraan dalam proses. Pemakaian bahan akan dicatat sebagai berikut : Barang dalam proses
Rp. XXX
Persediaan bahan baku
Rp. XXX
Jika bahan yang diminta untuk pekerjaan tidak digunakan, maka akan disiapkan laporan pengembalian bahan dan bahan tersebut akan dikembalikan ke gudang, pengembalian ini memerlukan satu ayat jurnal, yaitu : Persediaan bahan baku
Rp. XXX
Barang dalam proses
Rp. XXX
Surat permintaan bahan digunakan juga untuk mencatat pengeluaran bahan tidak langsung dari gudang. Jika bahan tidak langsung ini tidak akan digunakan dalam pabrik dapat dibebankan ke perkiraan beban pemasaran atau beban administrasi, tetapi jika digunakan dalam pabrik akan dibebankan ke perkiraan pengendali overhead pabrik pada saat bahan itu dikeluarkan. Dan dicatat dengan ayat jurnal yaitu : Pengendali overhead pabrik
Rp. XXX
Persediaan bahan baku Prosedur Akuntansi Biaya Tenaga Kerja 1. Penentuan besarnya gaji dan upah
Rp. XXX
36
Untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung dalam metode harga pokok persediaan diperlukan dua macam jam kerja yaitu jam kerja total selama periode tertentu dan jam yang digunakan untuk mengerjakan masing-masing pesanan. Dalam hal ini menurut Supriyono (1994;66), perusahaan harus membutuhkan dokumen seperti di bawah ini. a. Daftar hadir (time clock card). Yang menunjukan data jumlah jam kerja karyawan setiap hari dalam jangka waktu tertentu (mingguan, bulanan) sesuai dengan jangka waktu pembayaran upah. b. Kartu jam kerja karyawan (job time ticket). Manfaat kartu ini yaitu untuk memasukan biaya tenaga kerja langsung pada setiap kartu harga pokok pesanan. Jurnal untuk mencatat terjadinya gaji dan upah adalah sebagai berikut : Biaya gaji dan upah
Rp. XXX
Hutang pajak pendapatan karyawan
Rp. XXX
Piutang karyawan
Rp. XXX
Utang gaji dan upah
Rp. XXX
2. Pembayaran gaji dan upah. Pada saat pembayaran gaji dan upah maka akan dijurnal sebagai berikut : Hutang gaji dan upah
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
3. Distribusi gaji dan upah. Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukan ke dalam rekening biaya dalam proses, sedangkan elemen gaji dan upah lainnya ke kartu biaya yang bersangkutan jurnal distribusi gaji dan upah sebagai berikut : Barang dalam proses Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. XXX
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp. XXX
Biaya administrasi dan umum
Rp. XXX
Biaya pemasaran
Rp. XXX
37
Gaji dan upah
Rp. XXX
Prosedur Akuntansi Biaya Overhead Pabrik Menurut Mulyadi (2002;54), “pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua yaitu, pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi”. Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya baru dapat dihitung pada akhir periode sedangkan harga pokok produk harus dihitung pada saat pesanan selesai tanpa menunggu hasil akhir periode, jadi untuk menbebankan biaya overhead pabrik kepada pemesan digunakan tarif yang ditentukan di muka. Jika tarif yang ditentukan di muka telah ditetapkan maka pesanan yang dihasilkan dalam tahun yang bersangkutan dibebani oleh overhead pabrik atas dasar tarif tersebut. Biaya overhead pabrik yang sebenarnya terjadi dikumpulkan selama periode tertentu untuk kemudian dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Apabila tarif biaya overhead pabrik telah ditentukan, Supriyono (1994;72) mengungkapkan prosedur akuntansi biaya overhead pabrik selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada pesanan. Suatu produk atau pesanan akan dibebani sesuai dengan kapasitas sesungguhnya yang dinikmati pesanan yang bersangkutan dikalikan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka. Biaya overhead yang dibebankan pada produk akan dicatat pada rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan dan dimasukan dalam karyu harga pokok pesanan. Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah sebagai berikut: Barang dalam proses
Rp.XXX
Biaya overhead pabrik yang dibebankan
RpXXX
2. prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya yang bersangkutan akan dicatat dalam rekening biaya overhead pabrik
38
sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam kartu pembantu biaya overhead pabrik sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam kartu pembantu biaya overhead pabrik. Jurnal setiap elemen biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut : a. Biaya bahan penolong Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.XXX
Persediaan bahan penolong
Rp.XXX
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp.XXX Biaya gaji dan upah
Rp.XXX
c. Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.XXX
Akumulasi penyusutan mesin dan peralatan
Rp.XXX
Akumulasi penyusutan bangunan
Rp.XXX
d. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.XXX
Persediaan sparepart
Rp.XXX
e. Biaya asuransi pabrik Biaya ini umumnya timbul dari berakhirnya (expired) sebagian persekot asuransi. Jurnal untuk pencatatan persekot asuransi yang sudah menjadi biaya. Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.XXX
Persekot asuransi
RP.XXX
f. biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran kas. Biaya overhead pabrik sesungguhnya Kas
RP.XXX Rp.XXX
Prosedur Akuntansi Produk Selesai dan Produk dalam Proses
39
Jika suatu pesanan selesai dikerjakan, maka biaya-biaya produk yang telah dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan kemudian dijumlah. Jumlah harga pokok pesanan tersebut dikeluarkan dalam rekening biaya dalam proses dengan jurnal sebagai berikut : Persediaan produk jadi
Rp.XXX
Barang dalam proses-biaya bahan baku
Rp.XXX
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
Rp.XXX
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik
Rp.XXX
Sedangkan untuk pesanan yang masih dalam proses pengerjaan maka akan di jurnal sebagai berikut : Persediaan produk dalam proses
Rp.XXX
Barang dalam dalam proses-biaya bahan baku
Rp.XXX
Barang dalam dalam proses-biaya tenaga kerja langsung
Rp.XXX
Barang dalam dalam proses-biaya overhead pabrik
Rp.XXX
2.7.5 Prosedur Akuntansi Penjualan dan Penyertaan Produk Kepada Pemesan penyerahan atau penjualan produk kepada pemesan dicatat dengan jurnal sebagai berikut : Piutang dagang
Rp.XXX
Penjualan
Rp.XXX
Harga pokok pesanan yang di jurnal tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Harga pokok penjualan Persediaan produk jadi
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Rp.XXX Rp.XXX
40
2.8.1 Full Costing pengertian full costing menurut Supriyono (1994;289), adalah sebagai berikut; “full costing”merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel. Biaya bahan baku
Rp.XXX
Biaya tenaga kerja langsung
Rp.XXX
Biaya overhead pabrik tetap
Rp.XXX
Biaya overhead pabrik variabel
Rp.XXX +
Harga pokok produk
Rp.XXX
Dalam metode full costing ini akan terjadi penundaan biaya overhead tetap sebagai biaya sampai produk jadi tersebut laku dijual, akibatnya biaya overhead pabrik tetap masih akan menjadi aktiva jadi barang belum terjual. Laporan rugi laba yang disusun dengan metode ini menitik beratkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok yang ada dalam perusahaan yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Dengan demikian laporan rugi laba metode full costing akan tampak sebagai berikut: Penjualan
Rp.XXX
Harga pokok penjualan
Rp.XXX
Laba kotor atas penjualan
Rp.XXX
Biaya komersial; Pemasaran
Rp.XXX
Administrasi & umum
Rp.XXX Rp.XXX
Laba bersih
2.8.2
Variabel Costing
Rp.XXX
41
Pengertian variabel costing menurut Supriyono (1994;289), adalah sebagai berikut : “Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel.” Biaya bahan baku variabel
Rp. XXX
Biaya tenaga kerja variabel
Rp. XXX
Biaya overhead variabel
Rp. XXX +
Harga pokok produk
Rp. XXX
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode variabel costing merupakan metode perjitungan harga pokok produk yang hanya membebani produk dengan biaya yang berubah secara langsung sesuai volume produksi. Sedangkan biaya overhead tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produksi, tetap dianggap sebagai periode cost yang dibebankan langsung ke dalam rugi laba pada periode terjadinya.
2.9
Pengertian Harga Jual Tinggi rendahnya harga jual sangat penting karena menyangkut
kemampuan perusahaan untuk mencapai penjualan yang diharapkan. Adapun pengertian harga jual menurut Supriyono (1994;282), adalah sebagai berikut : “Harga jual adalah jumlah metode yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah keseimbangan antara sejumlah nilai dari barang atau jasa yang diberikan atau yang diterima dengan harga pokok yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2.10
Penetapan Harga Jual Secara historis, harga ditetapkan oleh penjual dan pembeli melalui tawar-
menawar kedua belah pihak, penjual berusaha meminta harga yang lebih tinggi daripada biaya yang mereka keluarkan untuk memproduksi suatu produk, sedangkan pembeli akan berusaha mendapatkan harga yang lebih rendah dari
42
yang mereka sanggup membayar melalui tawar-menawar, keputusan penetapan harga jual ini sampai pada harga yang dapat dicapai oleh kedua belah pihak. Menurut Supriyono (1994;332), penetapan harga jual berhubungan dengan : 1. Kebijakan penetapan harga jual (pricing policies) Adalah pernyataan sikap manajemen terhadap penetapan harga jual produk atau jasa. Kebijakan ini tidak menetukan harga jual tetapi menetapkan faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dan aturan dasar yang perlu diikuti dalam penentuan harga jual. 2. Keputusan penetapan harga jual Keputusan penetapan harga jual adalah penetapan harga jual produk atau jasa suatu organisasi yang umumnya dibuat untuk jangka pendek. Keputusan ini dipengaruhi oleh kebijakan penentuan harga jual, pemanfaatan kapasitas dan tujuan organisasi.
2.10.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Jual Penetapan harga jual merupakan masalah yang rumit karena membutuhkan pertimbangan banyak faktor. Supriyono (1994;332) mengemukakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga jual : 1. Tujuan perusahaan, khususnya laba dan return on investment yang diharapkan. 2. Biaya yang dikeluarkan. 3. Pendapatan yang diharapkan. 4. Jenis produk atau jasa yang dijual. 5. Jenis industri. 6. Citra atau kesan masyarakat. 7. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang keputusan dan kebijakan. 8. Tindak atau reaksi pesaing. 9. Tipe pasar yang dihadapi. 10. Trend ekonomi. 11. Gaya manajemen.
43
12. Tujuan non laba. 13. Tanggung jawab perusahaan.
2.10.2 Keputusan Penetapan Harga Jual Pada umumnya harga jual suatu produk ditentukan oleh faktor pertimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar, faktor persaingan, faktor biaya dan faktor peraturan pemerintah. Kebanyakan perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produknya. Hal ini karena faktor permintaan dan penawaran, faktor persaingan dan faktor peraturan pemerintah merupakan faktor yang sulit dikuantifikasikan dalam perhitungan penetapan harga jual sehingga dalam menetapkan harga jual manajer akan menghadapi ketidakpastian. Adapun dasar penetapan harga jual berdasarkan biaya yang dikemukakan oleh Hilton (1994;727), adalah sebagai berikut : “First, most companies sell many product or service. There simply is not time enough to do a though demand and marginal costs analysis for every product or service. Manager must rely on a quick and straight forward method for setting prices and cost based pricing formulas provide it. Second eventhough market consideration ultimately may determine the final product price, a cost based pricing formulas gives the manager place to stsrt. Finally, and most importantly, the cost of product or service provides a floor below which the price cannot be set in the long run. Although a product may be ‘given away’. Initially, at aprice below cost a productt’s price ultimately must cover its costs in orser for the firm to remain in bisiness”. Sedangkan Hammer dkk (1994;765) mengemukakan bahwa : “Ussually cost are considered to be starting point on a pricing situation over when are rigid relationship does not exist”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang memiliki kapasitas relatif tinggi yang berpengaruh dalam menetapkan harga jual adalah biaya. Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus ditetapkan. Jika harga jual di bawah biaya produksi maka akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, yang dalam jangka waktu tertentu akan mengganggu perusahaan atau mengakibatkan perusahaan tidak going concern. Dengan demikian informasi biaya produk senantiasa diperlukan dalam pengambilan keputusan penetapan harga jual.
44
Rumus perhitungan harga jual berdasarkan biaya secara umum dapat dinyatakan dalam rumusan sebagai berikut : Harga jual = Biaya produksi + Presentase Mark Up
Biaya non produksi + laba yang diharapkan Persentase Mark Up = --------------------------------------------------------- X 100% Biaya Produksi
2.10.3 Metode Penetapan Harga jual Dalam keadaan normal, manajemen harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa dapat menutup biaya penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya ditambah dengan laba yang wajar. Beberapa metode dalam penetapan harga jual menurut Mulyadi (1993;42-45) adalah, sebagai berikut : “Cost type contract merupakan kontrak pembuatan produk atau jasa dimana pihak pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar presentasi tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Time and matrial pricing, pada metode ini harga jual ditentukan sebesar biaya-biaya penuh ditambah dengan laba yang diharapkan. Cost plus pricing,
metode cost plus pricing atau metode
penetapan harga jual berdasarkan biaya adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.” Adapun istilah laba menurut Downes dan Goodman (1994;435) adalah sebagai berikut : “Profit (laba) adalah perbedaan positif sebagai hasil dari menjual produk dan jasa dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya untuk membuat barang tersebut”. Taksiran biaya produksi dapat dihitung dengan dua pendekatan : Full Costing dan Variabel Costing, jika biaya bahan dipakai sebagai penetapan harga
45
jual, baik dalam penetapan full costing maupun variabel costing, seluruh biaya dibagi menjadi dua biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh volume produk dan biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume produk. 1. Pendekatan Full Costing Dalam pendekatan full costing, biaya yang berhubungan langsung dengan biaya volume adalah berupa biaya produksi, sedangkan biaya yang tidak berhubungan dengan volume produksi adalah berupa biaya non produksi. Dengan demikian taksiran harga jual merupakan penjumlahan dari taksiran total biaya produksi baik biaya produksi variabel Maupun tetap, taksiran total biaya non produksi dan laba yang diharapkan. Taksiran biaya produksi
Rp. XXX
Taksiran biaya komersial (non produksi)
Rp. XXX +
Taksiran total biaya
Rp. XXX
Laba yang diharapkan
Rp. XXX +
Taksiran harga jual
Rp. XXX
2. Pendekatan Variabel Costing Pada pendekatan variabel costing, biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya variabel, sedangkan biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya tetap. Taksiran harga jual merupakan penjumlahan dari taksiran biaya variabel (baik biaya produksi maupun biaya non produksi), taksiran biaya tetap (baik biaya produksi mau pun non produksi) dan laba yang diharapkan. Taksiran biaya variabel
Rp. XXX
Taksiran biaya tetap
Rp. XXX +
Taksiran total biaya
Rp. XXX
Laba yang diharapkan
Rp. XXX +
Taksiran harga jual
Rp. XXX
46
2.10.4 Efektivitas Pengambilan Keputusan Penetapan Harga Jual Menurut Kommaruddin(2000;269), “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Sasaran dalam efektivitas keputusan penetapan harga jual menurut Mas’oed machfoedz (1993;79) adalah : 1. Pengambilan keputusan penetapan harga jual dapat ditentukan dengan cepat. 2. Harga jual yang ditetapkan harus tepat sesuai dengan perhitungan dan dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. 3. Persentase laba yang diharapkan dapat dipertahankan. 4. Harga jual harus dapat bersaing di pasaran.5. Pemesan setuju dengan harga jual yang ditetapkan.
2.11
Peranan Kalkulasi Harga Pokok Pesanan Terhadap Harga Jual Produk Perusahaan
yang
memproduksi
berdasarkan
pesanan
memproses
produksinya berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh pemesan. Pemesan selalu meminta taksiran di muka dari produk yang dipesannya. Agar harga jual tidak ditetapkan terlalu tinggi atau rendah, maka perusahaan perlu menggunakan suatu metode yang bisa memberikan informasi yang akurat mengenai harga pokok produksi yang dapat dipakai sebagai dasar dalam penentuan harga jual setelah ditambah dengan laba. Metode tersebut adalah metode harga pokok pesanan yaitu, suatu cara penetapan harga pokok melalui pengumpulan biaya-biaya produksi untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
47
Kalkulasi harga pokok melalui metode harga pokok pesanan ini memungkinkan perusahaan menaksir biaya pesanan secara akurat sehingga perusahaan dapat menawarkan harga jual yang bersangkutan sekaligus memperoleh laba yang diharapkan dari setiap pesanan.