9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian
2.1.1 Laporan Keuangan Siklus akuntansi merupakan keseluruhan proses yang dilakukan oleh entitas yang berawal dari sebuah transaksi untuk mengolah data-data keuangan hingga menjadi informasi berupa laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna untuk pengambilan keputusan (Martani, 2012:86). 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Darmono dan Ashari (2005:13) laporan keuangan merupakan informasi yang memuat posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada di luar perusahaan. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau yang sekarang dikenal dengan istilah PSAK (revisi 2009) (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian laporan terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan memiliki tujuan yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
10
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. 2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut SFAC No. 1 Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (FASB 1978) menjelaskan tujuan laporan keuangan diantaranya: 1. Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational investment, credit, and similar decisions. The information should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study the information with reasonable diligence. 2. Financial reporting should provide information to help present and potential investors and creditors and other users to assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective cash receipts. Since investors’ and creditors’ cash flows are related to enterprise cash flows, financial reporting should provide information to help assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective net cash inflows to the related enterprise. 3. Financial reporting should provide information about the economic resources of an enterprise; the claims to those resources (obligations); and the effects of transactions, events, and circumstances that cause changes in resources and claims to those resources. These are sources, direct or indirect, of future cash inflows and cash outflows. Tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang sekarang maupun potensial investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis yang rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu pihakpihak yang sekarang maupun potensial investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dari
11
dividen dan bunga di masa yang akan datang. Tujuan ketiga adalah laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomi dari sebuah perusahaan, mengklaim sumber-sumber tersebut (obligasi) serta pengaruh dari sebuah transaksi, kejadian dan penyebab adanya perubahan dalam sumber-sumber dan klaimnya. Ketiga tujuan pelaporan keuangan tersebut mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan. 2.1.1.3 Pengguna Laporan Keuangan Menurut
Darmono
dan
Ashari
(2005:11)
selain
sebagai
alat
pertanggungjawaban informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Investor atau pemilik Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.
12
b. Pemberi pinjaman atau kreditor Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan pemberian pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. c. Pemasok atau kreditor usaha lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo. d. Pelanggan Dalam beberapa situasi pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama. e. Karyawan Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya dalam hal ini karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan tempat hidupnya.
13
f. Pemerintah Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi seperti sumber alokasi daya, UMK, pajak, pungutan serta bantuan. g. Masyarakat Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisa serta informasi trend dan kemakmuran. 2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan Di dalam PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan disebutkan bahwa komponen-komponen laporan keuangan pada suatu perusahaan yang lengkap itu terdiri dari : a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode d. Laporan arus kas selama periode e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi kebijakan akuntansi penting dan berisi informasi penjelasan lainnya f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat kembali penyajian pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
14
2.1.1.4.1 Laporan Posisi Keuangan Menurut Martani (2012:136) laporan posisi keuangan atau biasa disebut neraca yang melaporkan aset, liabilitas dan modal entitas pada tanggal tertentu merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan. Elemen laporan posisi keuangan terdiri atas: a. Aset Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa mendatang diharapkan akan diperoleh entitas. b. Liablitas Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. c. Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas. 2.1.1.4.2 Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif menurut PSAK No.1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
15
a. Pendapatan b. Biaya keuangan c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint venture yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas d. Beban pajak e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari; 1. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan 2. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan. f. Laba rugi g. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat h. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint venture yang dicatat dengan metode ekuitas i. Total laba rugi komprehensif (yang diatribusikan kepada kepemilikan non pengendali dan pemilik entitas induk) 2.1.1.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Martani (2012:126) laporan perubahan ekuitas merupakan salah satu unsur laporan keuangan lengkap yang harus disajikan oleh perusahaan. Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan naik
16
turunnya aset neto perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran maupun distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan selama periode berjalan. Perubahan ekuitas yang berasal dari kinerja perusahaan menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan selama periode tersebut. Menurut PSAK 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, laporan perubahan ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut: 1. Total laba rugi komprehensif dengan penyajian terpisah untuk jumlah yang dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan alokasi untuk kepentingan non pengendali. 2. Dampak setiap pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali untuk setiap komponen ekuitas. Biasanya ditunjukkan dengan penyesuaian terhadap saldo laba (retained earnings) awal periode. Pengaruh penerapan retrospektif ini disajikan sesuai ketentuan dalam PSAK 25 (revisi 2009) mengenai Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. 3. Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk setiap komponen ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari pendapatan komprehensif lain serta transaksi dengan pemilik seperti penambahan modal atau penarikan.
17
4. Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham. Pos ini juga dapat disajikan pada catatan atas laporan keuangan. 2.1.1.4.4 Laporan Arus Kas Menurut Martani (2012:145) laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu periode tertentu. Melalui laporan arus kas pengguna laporan keuangan ingin mengetahui bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Laporan arus kas disajikan menurut klasifikasi sebagai berikut : 1. Aktivitas operasi Aktivitas operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan seperti: Arus kas masuk: penjualan barang dan jasa, penerimaan royalti atau komisi, pendapatan bunga dan dividen yang diterima. Arus kas keluar: pembayaran pemasok, pegawai, pajak dan bunga pinjaman. 2. Aktivitas investasi Aktivitas investasi merupakan aktivitas berupa perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas seperti:
18
Arus kas masuk: penjualan aset tetap, aset tak berwujud, saham atau instrumen utang entitas lain, penerimaan dari pembayaran yang diberikan dari entitas lain. Arus kas keluar: pembelian aset tetap, aset tak berwujud, investasi saham atau instrumen utang entitas lain, pengeluaran untuk pemberian pinjaman kepada entitas lain. 3. Aktivitas pendanaan Aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi serta kontribusi modal dan pinjaman entitas seperti: Arus kas masuk: menerbitkan saham, menerbitkan instrumen utang. Arus kas keluar: membeli saham treasury, membayar utang atau pinjaman, membayar dividen kepada pemegang saham. 2.1.1.4.5 Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Surya (2012:36) catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi tambahan tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta menyajikan informasi mengenai kebijakan akuntansi tertentu yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan.
19
2.1.1.4.6 Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali
pos-pos
laporan
keuangan
atau
ketika
entitas
mereklasifikasikan pos-pos dalam laporan keuangannya (PSAK No.1 revisi 2009). 2.1.2
Penilaian Kinerja Langkah pertama dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah
mengetahui kinerja perusahaan apakah perusahaan memiliki prospek yang baik dalam hal kesehatan keuangan serta stabilitas keuangannya atau tidak. Penelitian kali ini menggunakan empat alat dalam penilaian kinerja perusahaan yaitu Return on Investment, Earning per Share, Price Earning Ratio dan Return on Equity. 2.1.2.1 Return on Investment Menurut
Sutrisno
(2012:223)
ROI merupakan
salah
satu
rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan dengan pembanding keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. ROI juga sering disebut dengan ROA karena investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut merupakan aset perusahaan yang ditanamkan atau yang diinvestasikan. Rumus ROI adalah sebagai berikut:
20
2.1.2.2 Earning per Share Menurut Sutrisno (2012:223) kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. EPS atau pendapatan per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT. Rumus EPS adalah sebagai berikut:
2.1.2.3 Price Earning Ratio Menurut Sutrisno (2012:224) PER merupakan alat analisis keuangan rasio penilaian yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga per lembar saham di pasar dengan EPS. Bagi para investor semakin tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan akan mengalami kenaikan. Rumus PER adalah sebagai berikut:
PER merupakan analisis rasio yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan laba suatu perusahaan. Rasio PER ini berbanding terbalik dengan EPS karena semakin tinggi nilai EPS maka nilai PER akan semakin kecil begitupun sebaliknya.
21
2.1.2.4 Return on Equity Menurut Sutrisno (2012:223) Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak/Earning After Tax (EAT). Rumus ROE adalah sebagai berikut :
2.1.3
Pasar Modal Pasar modal terdiri dari dua kata yaitu pasar dan modal. Pasar modal dapat
didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang jangka panjang (Martalena dan Malinda, 2011:2). 2.1.3.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sutrisno (2012:300) pasar modal atau capital market berkaitan dengan penyediaan dana-dana yang berjangka panjang. Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai perekonomian suatu negara apakah berjalan dengan baik atau tidak. Sedangkan menurut Sunariyah (2011:5) pasar modal merupakan tempat bertemunya individu atau badan usaha yang memiliki kelebihan dana (investor/surplus funds) dan individu atau sekelompok orang yang membutuhkan modal (emiten) dalam menjalankan suatu usaha. Pasar modal seringkali dijadikan
22
objek penelitian karena sifatnya yang representasi dapat menggambarkan kondisi perekonomian di suatu negara. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang masing-masing perusahaan. 2.1.3.2 Peran dan Manfaat Pasar Modal Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) pasar modal memiliki peranan dan manfaat bagi para investor dan beberapa emiten diantaranya: 1. Pasar modal sebagai wahana pengalokasian dana secara efisien. 2. Pasar modal merupakan alternatif investasi. 3. Pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. 4. Pasar modal merupakan pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. 5. Pasar modal menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi secara nasional. 2.1.3.3 Instrumen Pasar Modal Menurut Martalena dan Malinda (2011:6) terdapat beberapa instrumen pasar modal yang sering digunakan oleh para investor dan emiten yaitu diantaranya: 1. Saham Saham merupakan suatu tanda penyertaan modal seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Terdapat dua macam jenis saham diantaranya:
23
a. Saham biasa yang memiliki karakteristik sebagai berikut: Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui dalam RUPS. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada RUPS. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. b. Saham preferen yang memiliki karakteristik sebagai berikut: Hak klaim lebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa jika perusahaan dilikuidasi. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. Dapat dikonversi menjadi saham biasa. Menurut Sunariyah (2011:49) pada dasarnya ada dua pengembalian (return) yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham diantaranya : a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen dapat diperoleh oleh pemodal jika memegang saham dalam kurun waktu yang relatif
24
lama dengan kata lain sampai periode dimana pemodal diakui sebagai pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen. b. Capital gain (loss) Capital gain merupakan selisih antara harga saham periode t dan harga saham periode t-1. Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi (high risk-high return). Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham berupa capital gain (loss) dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Jogiyanto (2000:108)
Dimana: Pt : Harga saham periode t Pt-1 : Harga saham periode t-1 2. Obligasi Obligasi merupakan efek yang bersifat hutang jangka panjang. 3. Right issue Right issue merupakan hak memesan saham terlebih dahulu dengan harga tertentu dan diperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (dua minggu).
25
4. Waran Waran merupakan hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu dimasa yang akan datang. Waran dapat diperdagangkan enam bulan setelah diterbitkan dengan masa berlaku tiga sampai lima tahun. 5. Reksadana Reksadana merupakan portofolio aset yang dibentuk oleh manajer investasi. 2.1.3.4 Penilaian Return Saham Menurut Sabardi dan Susanto (2002:2) terdapat dua metode penilaian atau analisis yang biasa digunakan para investor untuk menilai return saham yang akan diterima diantaranya: 1. Analisis fundamental Analisis fundamental merupakan suatu metode peramalan pergerakan instrumen keuangan dimasa mendatang berdasarkan pada perekonomian, politik, lingkungan dan faktor relevan lainnya serta statistik yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran instrumen keuangan tersebut. 2. Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan suatu metode peramalan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar dimasa yang akan datang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan IHSG. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar dibandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi.
26
2.2
Kerangka Pemikiran Salah satu upaya untuk mengembangkan usaha suatu perusahaan adalah
dengan adanya dana tambahan baik itu dari pihak internal (pemilik perusahaan) maupun eksternal (investor, kreditor, pemasok, pelanggan, karyawan, pemerintah dan masyarakat). Investor baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri biasanya membutuhkan alat ukur finansial untuk mengukur tingkat laba perusahaan, pertumbuhan laba suatu perusahaan serta konsep-konsep penilaian kinerja dan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian investasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kepastian investasi yang akan dilakukan terhadap perusahaan yang memiliki kinerja baik supaya tidak mengalami kerugian. Laba akuntansi biasanya sering dijadikan perhatian para investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Salah satu alat ukur finansial dari rasio profitabilitas untuk mengetahui tingkat laba suatu perusahaan adalah ROI. Semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka harga saham yang dijual pun akan meningkat maka tingkat pengembalian (return) saham yang diperoleh oleh para investor akan semakin besar pula. Octora et al (2003) melakukan penelitian untuk menganalisa pengaruh penilaian kinerja dengan konsep konvensional dan konsep value based terhadap rate of return dengan sampel 50 perusahaan periode 2001-2002. Variabel independen penelitiannya adalah ROI, OCF dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah rate of return. Hasil penelitiannya adalah penilaian kinerja konsep konvensional (ROI=6,7% dan OCF=0,4%) dan konsep value based
27
(EVA=8,8%) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Hasil dari peneliti Octora et al berbeda dengan hasil penelitiannya Sunardi (2010) yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penilaian kinerja dengan ROI dan EVA terhadap return saham dengan menggunakan sampel sebanyak 45 perusahaan periode 2007-2008. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah ROI dan EVA sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROI, EVA serta ROI dan EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian menunjukkan ROI, EVA serta ROI dan EVA memiliki pengaruh sebesar > α = 5%. Selain itu pendapatan per lembar saham yang beredar pun perlu diperhatikan bagi para pemegang saham. Salah satu alat ukur finansial yang biasa digunakan adalah EPS yang merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Semakin besar laba yang diperoleh suatu perusahaan maka akan semakin meningkat pula pendapatan dari jumlah saham yang beredar. Dengan demikian para investor akan menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut sebab dilihat dari tingkat pengembalian (return) saham akan lebih menguntungkan. Handoko (2008) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh EVA, ROE, ROA dan EPS terhadap perubahan harga saham perusahaan kategori LQ 45 di BEJ periode Agustus 2003-Januari 2005. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EVA, ROE, ROA dan EPS sedangkan variabel
28
dependennya adalah perubahan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan EVA, ROE, ROA dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham sedangkan secara parsial hanya variabel EPS yang memiliki pengaruh signifikan sebesar 10% terhadap perubahan terhadap harga saham. Variabel EVA, ROE dan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan karena tidak memenuhi taraf 5% dan juga 10%. Penelitian dari Handoko simpulannya sama dengan Supami (2009) yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Earning per share, Current Ratio dan Return on Assets terhadap harga saham yang masuk di Daftar Efek Syariah tahun 2007. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EPS, CR dan ROA sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan EPS, CR dan ROA berpengaruh signifikan secara simultan dengan nilai F hitung sebesar 10,666, sedangkan secara parsial EPS (t=3,247) dan ROA (t=0,275) berpengaruh positif dan CR (t=1,132) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Setelah mengetahui tingkat laba dan pendapatan per lembar saham yang beredar kita perlu mengetahui apakah perusahaan mengalami pertumbuhan laba atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami pertumbuhan laba adalah dengan menghitung PER perusahaan tersebut yaitu harga saham di pasar dibagi dengan nilai EPS. Apabila perusahaan memiliki nilai PER yang setiap periodenya mengalami peningkatan maka perusahaan telah mengalami pertumbuhan laba. Para investor pasti menilai kinerja perusahaan dengan berbagai pertimbangan salah satunya apakah perusahaan tersebut
29
mengalami pertumbuhan laba atau tidak. Walaupun kenaikan pertumbuhan laba tersebut tidak begitu signifikan namun setidaknya memberikan prospek return saham yang meningkat bagi para investor. Hamka (2012) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh EPS, PER dan ROE terhadap harga saham (studi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI) dengan menggunakan sampel sebanyak 12 perusahaan periode 2008-2011. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EPS, PER dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan baik secara simultan maupun parsial EPS, PER dan ROE memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian dari Hamka (2012) simpulannya berbeda dengan Modal (2011) yang melakukan penelitian sama dengan Hamka (2012) yaitu untuk menganalisis pengaruh EPS, PER dan ROE terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EPS, PER dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitiannya adalah secara parsial variabel PER dan EPS tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain berinvestasi dalam bentuk aset para investor pun dapat berinvestasi dalam bentuk modal sendiri. ROE merupakan alat ukur finansial untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak atas pengelolaan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sama halnya dengan alat ukur finansial ROI karena laba yang dipakai pada ROE adalah laba setelah pajak. Semakin
30
tinggi laba setelah pajak suatu perusahaan maka harga saham dari suatu perusahaan pun akan semakin tinggi pula sehingga akan meningkat pula tingkat pengembalian yang akan diterima oleh para pemegang saham. Adapun penelitian sebelumnya dari Rahmawati (2012) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh Return on Assets, Return on Equity dan Earning per Share terhadap harga pasar saham pada perusahaan di BEI (studi kasus pada PT Bakrie Telecom Tbk. dengan menggunakan sampel 22 perusahaan periode Desember 2006 – Maret 2012. Variabel independen yang digunakannya adalah ROA, ROE dan EPS sedangkan variabel dependennya adalah harga pasar saham. Hasil dari penelitiannya adalah secara simultan ROA, ROE dan EPS berfluktuatif setiap tahunnya tahun 2007 ROA, ROE dan EPS merupakan titik tertinggi akibat meroketnya pelanggan BTEL, 2008 harga saham tertinggi sebesar Rp 438,00, 2009 harga saham terendah sebesar Rp 71,00 dan pada tahun 2011 ROA, ROE dan EPS mengalami penurunan akibat naiknya beban usaha. Sedangkan secara parsial ROA (0,227) tidak berpengaruh terhadap harga pasar saham sedangkan ROE (0,539) dan EPS (0,636) berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Hasil penelitian Rahmawati berbeda dengan penelitian dari Harjito dan Aryayoga (2009) yang menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan return saham di BEI dengan sampel sebanyak 30 perusahaan periode 2004-2007. Variabel independen yang digunakannya adalah EVA, ROA, ROE dan NPM sedangakan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitiannya adalah EVA dan profitabilitas perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham.
31
2.2.1 Pengaruh Penilaian Kinerja Menggunakan Return on Investment, Earning per Shares, Price Earning Ratio dan Return on Equity terhadap Return Saham ROI, EPS, PER dan ROE merupakan alat analisis rasio keuangan yang menggunakan informasi laba sebagai dasar perhitungan. ROI merupakan alat analisis rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat laba suatu perusahaan atas invetasi yang telah dilakukan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh suatu perusahaan maka secara otomatis harga saham pun akan meningkat karena laba perusahaan mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan harga saham suatu perusahaan. Selain untuk mengetahui tingkat laba suatu perusahaan para investor pun menggunakan informasi laba untuk menghitung pendapatan yang akan diterima investor atas saham yang telah beredar yaitu dengan menghitung EPS yaitu laba setelah pajak dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Setelah kita mengetahui tingkat laba dan pendapatan yang akan diperoleh kita juga bisa mengetahui apakah perusahaan mengalami pertumbuhan laba atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami pertumbuhan laba atau tidak adalah dengan menghitung PER yaitu harga saham di pasar dibagi dengan nilai EPS. Dengan kata lain nilai EPS dan PER saling berhubungan berbanding terbalik. ROE sama halnya dengan ROI hanya saja sesuatu yang diinvestasikan ke perusahaan lainnya itu berbeda pada ROE yang diinvestasikannya adalah modal sendiri. Namun pengaruhnya dengan return saham sama saja. Semakin tinggi nilai ROI, EPS, PER dan ROE maka return saham yang diterima oleh para investor pun akan semakin tinggi.
32
Purba (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh EPS, DPR, PER, ROI, ROE dan ROA terhadap harga saham PT Gudang Garam Tbk periode 20042011. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EPS, DPR, PER, ROI, ROE dan ROA sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan EPS, DPR, PER, ROI, ROE dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial DPR, PER dan ROI berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan sedangkan EPS, ROE dan ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
penelitian
Purba
berbeda
dengan
hasil
penelitian
dari
Kusumawardani (2010) yang melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR dan ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah EPS, PER, ROE, FL, DER, CR dan ROA dan variabel dependennya adalah harga saham dan kinerja. Hasil penelitiannya adalah pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja bernilai negatif yaitu sebesar -112,9% karena manajemen perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaannya. Secara parsial EPS, PER, ROE, DER dan ROA berpengaruh terhadap harga saham dan sedangkan FL dan CR tidak berpengaruh parsial terhadap harga saham.
33
Adapun bagan dari kerangka pemikirannya dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
PENILAIAN KINERJA
RETURN ON INVESTMENT
PRICE EARNING RATIO
EARNING PER SHARE
RETURN ON EQUITY
RETURN SAHAM
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian yang telah dipaparkan diatas penulis
dapat mengambil hipotesis penelitian sebagai berikut: H01
: Return on Investment tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
34
HA1
: Return on Investment berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
H02
: Earning per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
HA2
: Earning per Share berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
H03
: Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
HA3
: Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
H04
: Return on Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
HA4
: Return on Equity berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
H05
: Return on Investment, Earning per Share, Price Earning Ratio dan Return on Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan.
HA5
: Return on Investment, Earning per Share, Price Earning Ratio dan Return on Equity berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan.