BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu Puspitasari (2008), dalam penelitiannya dengan judul “Persepsi Petani
Terhadap Performansi Kerja Penyuluh Pertanian Lapangan Dalam Pengembangan Agribisnis Kedelai Di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja produksi kedelai di daerah tersebut belum efisien. Oleh sebab itu, diperlukan suatu proses pembelajaran bagi petani kedelai melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian yang sebelumnya hanya berfokus pada kegiatan transfer teknologi bagi petani dan keluarganya kini memiliki cakupan lebih luas, yaitu mencakup keseluruhan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya. Disamping itu pelaksanaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Grobogan terdapat permasalahan mendasar yaitu belum terbentuknya Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapelluh), keterbatasan dukungan dana untuk kegiatan penyuluhan pertanian dan menurunnya jumlah tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL) akibat banyaknya tenaga PPL potensial yang dialihtugaskan pada bidang lain. Kondisi ini berimplikasi pada performansi kerja PPL. Sejalan dengan penelitian Puspitasari (2008), penelitian Oktasari (2009), dengan judul “Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluhan Lapangan Dalam Pengembangan Agribisnis Kakao Di Desa Bero Kecamatan Menyaran Kabupaten Wonogiri”. Dengan hasil penelitian yaitu bahwa peran penyuluh pertanian lapang dalam kategori sedang. Sedangkan pengembangan agribisnis dalam kategori sedang. Persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian lapang sebagai motivator, fasilitator dan konsultan tidak signifikan, dan peran penyuluh pertanian lapang sebagai komunikator mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengembangan agribisnis kakao.
Penelitian Hasibuan (2010), dengan judul “Persepsi Petani Terhadap Penyuluhan Pertanian Di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu”. Dengan hasil penelitian yaitu apresiasi petani terhadap penyuluhan pertanian di Kabupaten Seluma dipengaruhi oleh faktor yang berkaitan dengan keadaan petani, sebagian besar petani di daerah Seluma mengakui bahwa kehadiran PPL telah memberikan manfaat bagi kemajuan pertanian mereka. Namun jumlah petani yang mengaku bahwa kehadiran PPL tidak memberikan manfaat bagi mereka juga cukup besar yaitu berkisar pada angka 33%. Penelitian Qomairah (2005), dengan judul “ Persepsi Petani Terhadap Pengembangan Sistem Usahatani dan Kelembagaan Dilahan Lebak ”.
Hasil
penelitian menunjukan bahwa Persepsi petani terhadap teknologi sistem usahatani yang dikaji (padi, jagung, dan lombok) adalah positif, dan persepsi petani terhadap pelayanan kelembagaan penyuluhan pertanian dan Koperasi Unit Desa menyatakan tidak efektif. Dari keempat penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian mengenai persepsi petani yaitu belum Efektif karena (1) petani menggangap penyuluh pertanian tidak memberikan manfaat bagi petani, (2) keterbatasan dukungan dana untuk penyuluhan pertanian, (3) menurunya jumlah tenaga penyuluh pertanian. 2.2
Definisi Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya membantu masyarakat
agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia. Menurut Yusri (1999), penyuluhan berasal dari kata suluh yang artinya obor atau alat penerang, jadi penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha menerangi orang dalam kegelapan. Pengertian yang lebih dalam, penyuluhan adalah usaha memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap agar menjadi tahu, mau dan mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga mereka. Penyuluhan pertanian adalah suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan
dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan
Pertanian
harus
berpijak
kepada
pengembangan
individu
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan sasaran/petani yang akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti keinginan penyuluh pertanian, penyuluhan pertanian harus mengarah pada terciptanya kemandirian petani, tidak menciptakan ketergantungan petani terahadap penyuluh, penyuluh pertanian harus mengacu kepada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik yang tidak banyak manfaatnya bagi perbaikan kualitas hidup sasaran. Dari pandangan tersebut terkandung pengertian bahwa penyuluhan pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat. Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat agar semakin memiliki kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan swakelola bagi penyelenggaraan kegiatankegiatan pertanian guna mencapai tujuan, harapan dan keinginan-keinginan sasaran. Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan harus selalu mengacu pada terwujudnya perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia (Deptan, 2009). Selanjutnya Syarifudin (2009), mengemukakan bahwa penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan sikap dan keterampilan masyarakat tani. Sasaran penyuluhan pertanian adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita, termasuk anak-anak). Penyuluhan pertanian juga mengajar masyarakat tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana cara mencapai keinginan-keinginan itu. Metode yang diterapkan dalam penyuluhan pertanian adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada petani untuk percaya pada apa yang dilihatnya. Sedangkan pola komunikasi
yang
dikembangkan adalah komunikasi dua arah, saling menghormat dan saling mempercayai dalam bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarkat. Penyuluh pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berfikir kreaif dan dinamis yang mengacu pada kegiatan
kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. Pengertian penyuluhan yang tertuang dalam UU No. 16 Tahun 2006 dalam Syarifudin (2009), adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan merupakan pengetahuan tentang bagaimana pola perilaku manusia terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih baik. Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu bentuk pengetahuan tentang perilaku manusia, dimana Van dan Ben Hawkins (1999), dalam Simanjuntak (2007), mengemukakan bahwa Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan menyentuh kepentingan petani. Agen penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang berkompoten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani serta dapat mendorong minat belajar mereka. Penyuluhan merupakan keterlibatan seorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian sangat berperan penting dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta menambah pengetahuan petani tetang bagaimana cara berusahatani yang baik.
2.3
Petani Petani menurut Samsudin (1992), adalah mereka yang untuk sementara
waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Petani sebagai orang yang menjalankan usahataninya mempunyai peran yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai juru tani dan juga sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua anggota rumah tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan dengan kemampuan mengelola usahataninya akan sangat dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut sebagai karakteristik sosial ekonomi petani. Apabila ketrampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah ketrampilan sebagai pengelola mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Menurut Yusdja et al (2004), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui. Selain itu Petani merupakan subjek utama yang menentukan produktivitas usaha tani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginkan usaha taninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usaha tani tergantung pada tekhnologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian di suatu daerah. Disamping itu, untuk mendorong pertumbuhan petanian yang memadai sangat ditentukan salah satunya keuangan pemerintah. Simanjuntak (2007), mengemukakan petani adalah orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian pokok. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan dengan produksi dan permasalahan usahataninya maupun masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kegiatan penyuluhan dilaksanakan oleh para petani sendiri, maka penyuluhan akan lebih menyentuh kebutuhan petani, karena merekalah yang sebenarnya paling mengetahui yang dihadapinya potensi dimiliki, serta harapanharapan yang ingin dicapai, sehingga penyuluhan yang dirancang benar-benar menyangkut hal-hal yang menjadi kebutuhan dan prioritas dalam mendukung kegiatan usahatani yang sedang atau akan dilaksanakan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa petani merupakan pelaku utama dalam menjalankan segala kegiatan usahatani. 2.4
Persepsi Petani Terhadap Penyuluhan Pertanian Persepsi menurut Rahmat (1998), adalah pengalaman tentang obyek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus lokal dalam lingkungan. Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu. Pandangan ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia tinggal atau tempat berinteraksi. Persepsi seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhi tingkah lakunya yang berhubungan dengan yang dipersepsikan. Persepsi adalah pengindraan yang dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan kemampuan mempersepsi antara orang yang satu dengan yang lain, tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini disebabkan persepsi tersebut dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi orang tersebut baik ia seorang komunikator atau komunikan (Effendy 2003). Mulyana (2004) menyebutkan bahwa persepsi adalah inti proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologi dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan oleh orang tersebut untuk memaknai objek persepsi, tidak ada persepsi yang bersifat objektif, sehingga persepsi bersifat pribadi dan subyektif.
Selanjutnya menurut Thoha (1999), persepsi pada hakikatnya adalah proses yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Petani memiliki persepsi yang baik terhadap kinerja Penyuluhan Pertanian dalam aspek responsibilitas. Kinerja penyuluh terlihat dari realisasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang sesuai dengan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan umumnya berupa demonstrasi cara dan pertemuan rutin dengan kelompok tani. Pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pengenalan teknologi tidak hanya dalam tataran konsep tetapi sudah melibatkan petani untuk mencoba belajar secara langsung. Apalagi kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan metode sekolah lapang sangat bermanfaat bagi petani dalam meningkatkan kinerja produksi usahataninnya (Puspitasari, 2009) 2.4.1 Sikap Penyuluh Pertanian Menurut Widyatun (1999), Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak atau berperilaku tertentu. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan denganya. Selain itu sikap juga dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Van den Ben, 1999). Penyuluh pertanian harus mempunyai sikap bijaksana kepada petani dan harus mempunyai percaya diri yang tinggi diantaranya menghayati dan bangga terhadap profesinya, serta merasakan kehadirannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat sasaran, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan telah teruji kemanfaatannya, menyukai dan mencintai masyarakat sehingga penyuluh bisa dihargai oleh petani. Dan apa yang disampaikan oleh penyuluh bisa diterima oleh masyarakat (Purnama, 2004).
Selain itu menurut Umar (2001), sikap memainkan peranan pentinbg dalam membentuk suatu perilaku. Pada umumnya, sikap digunakan untuk menilai efektifitas suatu kegiatan. Sikap merupakan evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon secara konsisten berkenaan dengan atau alternatif-alternatif pilihan yang diberikan. Sikap menempatkan seseorang ke dalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhi sesuatu tersebut. 2.4.2 Pengalaman Penyuluh Pertanian Pengalaman penyuluh pertanian di Indonesia antara lain telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada pencapaian dari berbagai program pembangunan pertanian. Sebagai contoh melalui program Bimbingan Massal (Bimas) penyuluh pertanian dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984, yang dilakukan melalui koordinasi yang ketat dengan instani terkait. Pada pelaksanaan program Bimas penyuluhan pertanian yang dilaksanakan terkesan dilakukan dengan pendekatan dipaksa, terpaksa dan biasa. Petani dipaksa melakukan tekhnologi tertentu, sehingga petani terpaksa melakukannya dan kemudian petani menjadi biasa melakukannya. Pada era dicanangkannya revitalisasi penyuluhan pertanian, pendekatan dari atas tidak relevan lagi, petani dan keluarganya diharapkan mengelola usaha taninya dengan penuh kesadaran, melakukan pilihan-pilihan yang tepat dari alternatif yang ada melalui bantuan penyuluh pertanian dan pihak lain yang berkepentingan. Dengan demikian, petani yakin akan mengelola usahataninnya dengan produktif, efesien dan menguntungkan (Sadono, 1999) 2.4.3 Pengetahuan Penyuluh Penyuluh pertanian harus memiliki pengetahuan tentang cara berusahata tani yang baik, tetapi kenyataannya penyuluh hanya memiliki setengah dari pengetahuan yang diperlukan petani untuk mengambil keputusan, sedangkan petani dan keluarganya melengkapi kekurangannya. Petani akan mengetahui tujuan-tujuan mereka, jumlah modal yang dimiliki, persyaratan tenaga kerja
pertanian mereka selama bulan-bulan yang berbeda, hubungan dengan petani lain, kualitas lahan serta kesempatan-kesempatan menghasilkan uang diluar sektor pertanian. Penyuluh mungkin memiliki sebagian dari pengetahuan tersebut, tetapi biasanya tidak sebanyak pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga petani itu sendiri (Slamet, 2001). Menurut Suriasumantri (2001), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Pengetahuan juga dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. 2.5
Peran Penyuluh Pertanian Menurut Mosher (1997), peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai guru,
penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Selain itu Kartasapoetra (1994), juga menjelaskan tentang peran penyuluh pertanian sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah : (1) Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus
ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian. Selanjutnya Hubeis et al, (1998) mengungkapkan bahwa peran penyuluhan di dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian dapat optimal apabila didukung oleh kelembagaan penyuluhan yang holistik, independen, dan otonom. Kelembagaan penyuluhan harus memberi kebebasan kepada penyuluh pertanian untuk tidak hanya melaksanakan tugas karena status kepegawaiannya sebagai penyuluh.
Penyuluh
pertanian
memerlukan
kelembagaan
yang
tidak
mengharuskan mereka untuk mengembangkan penyuluhan dan membina petani pada arah tujuan tertentu. Lebih lanjut Hubeis et al, (1998) figur-figur penyuluhan dalam tiap subsistem sosial dapat memilih satu dari empat kemungkinan peran penyuluh pembangunan yakni : (1) Katalis, penyuluh pertanian (agen perubahan) sangat diperlukan untuk mengatasi kebekuan dengan cara mendorong timbulnya perasaan ketidakpuasan di masyarakat mengenai hasil pembangunan yang sudah ada. Ketidakpuasan ini akan membantu mereka untuk melihat sesuatu permasalahan dalam pembangunan dengan lebih serius, (2) Penemu solusi, peranan penyuluh pertanian dalam menyebarluaskan gagasan pembangunan merupakan hal yang mendominasi kelancaran operasional sebelum diterapkan di masyarakat, (3) Pendamping, seorang penyuluh dapat memainkan fungsinya sebagai seorang pendamping dalam memberi solusi masalah dengan cara sebagai berikut: (a) Membantu petani tentang cara-cara mengenali dan mendefinisikan keperluan mereka, (b) Membantu petani tentang cara-cara mendiagnosa masalah dan menetapkan tujuan perubahan yang ingin dicapainya, (c) Membantu petani tentang cara-cara memperoleh sumber-sumber informasi, sarana, dan prasarana yang diperlukan, (d) Membantu petani tentang cara-cara memilih dan mengkreasi suatu solusi permasalahan yang disesuaikan dengan kondisi mereka dan (e) Membantu petani dalam mengevaluasi kemanfaatan suatu solusi dalam memenuhi kebutuhan mereka dan mengantisipasi permasalahan yang mungkin akan timbul di masa yang akan datang. (4) Perantara, peran khusus dari penyuluh pertanian sebagai perantara antara pembuat kebijakan dan petani yaitu mempersatukan dua
kepentingan tersebut dengan membuat keputusan terbaik dalam menggunakan sumber daya yang tersedia di dalam dan di luar sistem kehidupan petani. 2.6
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan Pertanian
Persepsi
Petani
Terhadap
Menurut Harun (2010), Penyuluhan Pertanian merupakan pengetahuan tentang bagaimana pola perilaku manusia terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih baik. Namun sebaliknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap penyuluhan yaitu (1) penyuluh pertanian tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi petani, (2) Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu, sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani (Ilham, 2010). Keterbatasan kemampuan penyuluh dalam menyediakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, permodalan dan sumberdaya lain menyebabkan kualitas layanan penyuluh dalam pengembangan Agribisnis dirasakan petani belum optimal. Padahal seharusnya penyuluh secara normatif dapat menjalankan fungsi sebagai jembatan penghubung antara pelaku usaha, instansi dan lembaga terkait dengan pelaku utama agar kemitraan dapat tumbuh dan berkembang. Ketidak tuntasan layanan ini dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang cukup serius dimana petani akan bersikap acuh tak acuh terhadap penyuluhan pertanian dan tidak menghargai informasi yang disampaikannya (Prasetyo, 2002). Tugas utama penyuluhan adalah membantu petani didalam pengambilan keputusan dari berbagai alternatif pemecahan masalah. Tetapi masalah penyuluhan sekarang adalah kegiatan penyuluhan lebih banyak pada proses pelayanan bukan mendidik petani agar mampu mengambil keputusan sendiri.
Penyuluh hanya memiliki setengah dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil
keputusan,
sedangkan
petani
dan
keluarganya
melengkapi
kekurangannya. Mereka akan mengetahui tujuan-tujuan mereka, jumlah modal yang dimiliki, persyaratan tenaga kerja pertanian mereka selama bulan-bulan yang berbeda, hubungan dengan petani lain, kualitas lahan serta kesempatankesempatan menghasilkan uang diluar sektor pertanian. Agen penyuluhan mungkin memiliki sebagian dari pengetahuan tersebut, tetapi biasanya tidak sebanyak pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga petani itu sendiri dimana agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu kliennya untuk mencapai tujuannya, yaitu: (a) Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu masalah, (b) menambahkan kisaran alternatif yang dapat menjadi pilihannya, (c) memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari masing-masing alternatif, (d) membantunya dalam memutusakan tujuan mana yang paling penting, (e) membantunya dalam mengambil keputusan secara sistematis baik secara perorangan maupun berkelompok, (f) membantunnya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan, (g) mendorongnya untuk tukarmenukar informasi dengan rekan petani (Setiawan, 2005).
2.7
Kerangka Pikir Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu. Pandangan ini
dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia tinggal atau tempat berinteraksi. Persepsi seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhi tingkah lakunya yang berhubungan dengan yang dipersepsikan. Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan kepada petani yang bertujuan untuk merubah perilaku dalam mengelola usahanya. Kegiatan pendidikan kepada petani merupakan transfer teknologi yang dapat merangsang masyarakat untuk meningkatkan produktivitas usahanya. Dalam persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian harus didukung oleh sikap penyuluh yaitu Penyuluh pertanian harus mempunyai sikap bijaksana kepada petani dan harus mempunyai percaya diri yang tinggi diantaranya menghayati dan bangga terhadap profesinya, selain itu persepsi petani juga didukung oleh pengalaman penyuluh seperti memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada pencapaian dari berbagai program pembangunan pertanian,
serta
didukung oleh tingkat pengetahuan penyuluh pertanian antara lain Penyuluh pertanian harus memiliki pengetahuan tentang cara berusahatani yang baik sehingga dalam peran penyuluh sangat penting bagi terwujudnya pertanian modern dan menimbulkan semangat kerja para petani agar dapat mengelelola usahataninya secara lebih efektif,efisien dan ekonomis. Secara skematis kerangka pemikiran Persepsi Petani Terhadap Penyuluhan Pertanian di Desa Hulawa, dan Desa Dulohupa Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 1 Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Model Pendidikan Non Formal
Permasalahan
Tujuan
- Bagaimana Karakteristik Petani - Bagaimana Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian
- Menganalisis Karakteristik Petani - Menganalisis Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian
Metodologi Analisis Deskriptif
Output/Hasil Penelitian - Karakteristik petani yang meliputi (Umur,Pendidikan Formal dan Keikutsertaan dalam penyuluhan sudah Optimal. - Persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian sudah Optimal
Gambar 1. Skema Kerangka pikir Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian.