BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Maulana, 2009, hlm 194). 2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Maulana, 2009) yaitu: a.
Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, meramalkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah mempelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statis dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memecahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. f. Evaluasi
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. B. Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Prawihardjo, S, 2002, hlm 24). 2. Klasifikasi Menurut Suherni (2009) masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : a. Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kesempurnaan terutama selama hamil dan persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. 3. Kebutuhan Masa Nifas Menurut Saleha (2009), kebutuhan ibu masa nifas adalah : a. Nutrisi dan Cairan Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi sebagai berikut : 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
Universitas Sumatera Utara
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnys 3 liter air tiap hari 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan 5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI b. Mobilisasi Dini Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. c. Eliminasi 1) Buang Air Kecil Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih melebihi 100 cc maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi kalau kandung kemih tidak penuh tidak perlu dilakukan kateterisasi 2) Buang Air Besar Ibu post partum diharapkan dapat BAB setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau perrektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum BAB maka dilakukan klisma. d. Personal Hygiene
Universitas Sumatera Utara
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. e. Istirahat dan Tidur Hal yang perlu diperhatikan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah : 1) Ibu dianjurkan agar istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2) Ibu disarankan untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur 3) Kurang istirahat akan menyebabkan produksi ASI menurun, memperlambat involusi uteri, memperbanyak perdarahan dan dapat menyebabkan depresi f. Aktivitas Seksual Aktivitas seksual dapat dilakukan apabila : 1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri 2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan
Universitas Sumatera Utara
C. Mobilisasi Dini Pasca Persalinan Normal Pervaginam 1. Pengertian Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Saleha, S. 2009, hlm 72). Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Setelah persalinan normal jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus dan tandatanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke kamar mandi dengan dibantu satu atau dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi ranjang (Farrer, H. 2001, hlm 239). Penatalaksanan asuhan post partum pada hari pertama yaitu 2 jam post partum seorang ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan kemudian segera melakukan mobilisasi untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat menyebabkan masalah. Mobilisasi yang dilakukan diantaranya miring ke kiri atau ke kanan kemudian duduk dan berdiri. Mobilisasi dini atau aktivitas segera dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal). Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochea dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat mobilisasi alat kelamin ke keadaan semula (Admin, 2009, ¶ 2 http://www.dahsyat.com diperoleh tanggal 13 November 2009).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Fisiologis Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculskletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. b. Faktor Emosional Faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati (mood), depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. c. Faktor Perkembangan Faktor perkembangan yang mempengaruhi mobilisasi adalah usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal (Hidayat, 2008, hlm 104). 3. Rentang Gerak dalam Mobilisasi Dini Ada 3 rentang gerak dalam mobilisasi dini yaitu : a. Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat/bidan mengangkat dan menggerakkan kaki pasien b. Rentang gerak aktif untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara mandiri c. Rentang gerak adalah pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan (Lia, 2008 ¶ 1 http: //www.nursing-informatics.com, diperoleh tanggal 10 September 2009)
Universitas Sumatera Utara
4. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Sebelum melakukan mobilisasi dini, terlebih dulu lakukan dangling. Dangling adalah pasien duduk dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur. Dalam melakukan dangling, ada beberapa tahapan yang harus dilalui di antaranya: a. Lakukan semua tindakan prosedur awal. b. Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan memberi privasi kepada pasien. c. Siapkan peralatan yang diperlukan seperti bantal dan selimut. d. Periksa denyut nadi pasien. e. Turunkan penghalang tempat tidur dan kunci tempat tidur pada posisi yang terendah. f. Perlahan-lahan tinggikan kepala tempat tidur. g. Bantu pasien untuk memakai selimut atau mantel mandi. h. Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan tangan lainnya di bawah lutut pasien. i.
Dengan perlahan dan lembut putar pasien sampai menghadap perawat, biarkan kaki pasien menggantung di tepi tempat tidur
j.
Gulung bantal dan letakkan di belakang punggung pasien untuk dijadikan penopang.
k. Setelah pasien memakai sandal, beri instruksi untuk menggoyangkan kaki. sebuah kursi bisa ditempatkan untuk menopang kaki pasien selama beberapa menit. l.
Mintalah pasien dangling selama waktu yang diperintahkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan dangling adalah : “saat pasien
Universitas Sumatera Utara
pusing atau pingsan, bantu pasien berbaring dan periksa tanda-tanda vital pasien”. m. Periksa kembali nadi pasien. n. Atur kembali bantal di kepala tempat tidur, lepas selimut atau mantel mandi dan sandal pasien. o. Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan satu lagi di bawah lutut. Dengan lembut dan perlahan angkat kaki pasien ke atas tempat tidur. p. Turunkan kepala tempat tidur, pasang penghalang tempat tidur dan periksa kembali nadi pasien. q. Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) dangling, nadi
dan
reaksi
pasien
(Moehammad
Syafari,
2010
¶
1,
http://www.cendekia.com diperoleh tanggal 9 Februari 2010).
Setelah melakukan proses dangling, bila pasien dalam keadaan baik-baik saja maka dilanjutkan dengan tahapan mobilisasi dini, meliput i :
1) Pastikan tempat tidur dalam posisi terendah. Sediakan sebuah kursi untuk berjaga-jaga kalau pasien lelah. 2) Setelah pasien melakukan dangling tanpa rasa sakit, bantu pasien untuk berdiri, periksa nadi pasien. Jika nadi meningkat sampai lebih dari 10 poin, kembali ke tempat tidur. 3) Jika pasien pusing atau pingsan, kembalilah ke tempat tidur. 4) Minta pasien untuk menarik napas dalam dan melihat sekeliling ruangan. Kepala pasien tegak dan mata terbuka. 5) Berbicara dan yakinkan pasien.
Universitas Sumatera Utara
6) Pindahkan lengan perawat ke belakang pinggang pasien dan berbalik sehingga perawat menghadap ke arah yang sama dengan pasien. 7) Pasien berjalan perlahan dengan jarak yang pendek dan kembali ke sisi tempat tidur. Jika pasien tampak lelah dan akan pingsan atau terjadi perubahan besar pada nadi, biarkan pasien beristirahat. 8) Jika pasien pingsan saat pelaksanaan mobilisasi dini : a. Dengan perlahan turunkan pasien ke lantai. b. Lindungi kepala pasien c. Jangan mencoba menahan pasien berdiri. d. Beri tanda untuk meminta bantuan e. Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) mobilisasi dini, nadi dan reaksi pasien (Moehammad Syafari, 2010 ¶ 1, http://www.cendekia.com diperoleh tanggal 9 Februari 2010).
5. Manfaat Mobilisasi Dini Adapun manfaat mobilisasi dini adalah : a. Penderita lebih merasa sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit b. Mobilisasi dini bisa memungkinkan ibu belajar merawat anaknya. Dengan mobilisasi dini memungkinkan ibu merawat anakya, misalnya mengganti pakaian dan menyusui bayinya sesuai posisi yang diinginkan
Universitas Sumatera Utara
c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi dini sirkulasi darah akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Suherni, 2009, hlm 102).
6. Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Kerugian apabila tidak dilakukan mobilisasi dini adalah : a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uteri yang tidak normal sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat dihindarkan. c. Involusi uteri yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi (Lia, 2008 ¶ 1 http: //www.nursing-informatics.com, diperoleh tanggal 10 September 2009).
\
Universitas Sumatera Utara