BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dukungan Keluarga 2.1.1 Pengertian Istilah dukungan diterjemahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) sebagai (a) sesuatu yang didukung; (b) sokongan bantuan. Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima sesorang dari orang lain. Dukungan ini biasanya diperoleh dari lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk di dalamnya adalah anggota keluarga, orang tua dan teman (Mariyah, 2004) Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Duval dan Logan (1986) keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan,
mempertahankan
budaya
dan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga (Efendi dan Makhfudli, 2009).
14
Menurut Anderson Carter dalam Efendi & Makhfudli (2009), ada beberapa pembagian tipe keluarga yaitu : 1) Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak 2) Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan sebagainya 3) Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti 4) Keluarga duda dan janda (single family), keluarga ini terjadi karena adanya perceraian atau kematian 5) Keluarga
berkomposisi.
Keluarga
yang
kehidupannya
berpoligami dan hidup secara sama-sama 6) Keluarga kabitas. Dua orang menjadi satu tanpa satu pernikahan tetapi membentuk satu keluarga Keluarga didefinisikan dengan beberapa cara pandang. Keluarga
dapat
dipandang
sebagai
tempat
pemenuhan
kebutuhan biologis para anggotanya. Cara pandang dari sudut psikologis
keluarga
adalah
tempat
berinteraksi
dan
berkembangnya kepribadian anggota keluarga. Secara ekonomi keluarga
dianggap
sebagai
15
unit
yang
produktif
dalam
menyediakan materi bagi anggotanya dan secara sosial adalah sebagai unit yang bereaksi terhadap lingkungan lebih luas (Supartini, 2004) Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial, karena dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial, oleh karena itu sebelum membahas dukungan keluarga, maka terlebih dahulu dijelaskan mengenai dukungan sosial. Dukungan sosial adalah adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Cobb dalam Kuntjoro, H.Z.S, 2002). Dukungan
sosial
adalah
suatu kumpulan
proses
sosial,
emosional, kognitif dan perilaku yang berlangsung dalam sebuah hubungan pribadi dimana individu memperoleh bantuan untuk melakukan penyesuaian adaptif atas masalah yang dihadapinya (Dalton et al., 2001 dalam Wandasari 2004) Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
16
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan keluarga dalam memberikan kenyamanan,
perhatian, kepercayaan
melalui
proses sosial, emosional, kognitif dan perilaku yang berlangsung dalam hubungan kekeluargaan demi menerima dan memberikan bantuan terhadap penderita yang sakit
2.1.2 Bentuk Dukungan Keluarga Keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang (Friedman 1998, p.11). Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998, p.197) menjelaskan
bahwa
keluarga
memiliki
beberapa
bentuk
dukungan yaitu : 1. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator (penyebar) informasi tentang dunia. 2. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan membenahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota.
17
3. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. 4. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Menurut
Friedman
(1998,
p.197),
studi-studi
tentang
dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga. Baik dukungansosial keluarga yang eksternal maupun internal terbukti bermanfaat. House dalam Nursalam (2009, p. 29) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial menjadi : a) Dukungan informatif Mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk b) Dukungan penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
18
c) Dukungan instrumental Mencakup bantuan lansung, misalnya orang memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberikan pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan d) Dukungan emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian kepada orang yang bersangkutan Bentuk dukungan keluarga menurut Friedman mempunyai kesamaan perspektif dengan bentuk dukungan sosial menurut House. Penulis menyatukan teori yang dikemukakan oleh Friedman dan House dalam membahas mengenai dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang dibahas adalah mengenai dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan instrumental. Dukungan
informasional,
keluarga
berfungsi
sebagai
kolektor dan desiminator informasi melalui usaha keluarga untuk mencari, menyebar, menjelaskan dan mempertegas informasi, yang ditunjukkan dalam betuk pemberian nasehat, informasi dan saran. Dukungan emosional, keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, yang dapat ditunjukkan
19
dalam bentuk ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian kepada orang yang bersangkutan. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit yang secara langsung memberikan bantuan atau dukungan dalam bentuk materi
2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga Menurut Friedman (1998, p. 196), dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan sosial dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan sosial keluarga eksternal. Dukungan sosial keluarga eksternal adalah dukungan dari luar keluarga. Penulis tidak membahas mengenai dukungan keluarga yang bersumber dari keluarga eksternal, tetapi membahas dukungan keluarga yang bersumber dari keluarga internal. Penulis bersifat fleksibel dan tidak ingin memberi batasan pada anggota keluarga dalam memberi dukungan, sehingga menetapkan tipe keluarga besar (extended family) sebagai sumber dukungan keluarga
20
2.2 Kecemasan 2.2.1 Pengertian Menurut American Psychiatric Association (1994) dalam Barlow(2006)
menetapkan
anxietyatau
kecemasan
adalah
keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejalagejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan fisiologi dalam tubuh manusia(Ramaiah, 2003). Kecemasan menurut freud adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang (Semiun, 2006). Menurut Nugroho(2000) dalam Maryam (2008) mengemukakan kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hal ini tejadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang. Kecemasan
merupakan
kekuatan
yang
besar
dalam
menggerakan tingkah laku. Kecemasan adalah rasa takut yang ditimbulkan oleh diri sendiri (Swansburg, 2001). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami ketegangan fisik, kekhawatiran dan ketakutan yang tidak jelas
21
dalam diri sendiri, sebagai reaksi peringatan terhadap bahaya yang akan datang.
2.2.2 Simtom atau Gejala Kecemasan Simtom atau gejala kecemasan (Semiun, 2006) yaitu : a) Simtom somatik atau gejala fisik Simtom-simtom
somatik
kecemasan
dapat
dibagi
menjadi dua kelompok yaitu, pertama adalah simtomsimtom langsung yang terdiri dari keringat, mulut kering, bernafas pendek, denyut nadi cepat, tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut dan otot terasa tegang. Simtom-simtom tambahan dapat terjadi karena orang tersebut mulai bernapas terlalu cepat atau disebut hyperventilation.
Hyperventilationdapat
menyebabkan
kepala pusing, jantung berdenyut dengan cepat, dada terasa sakit dan kehabisan napas. Kedua, apabila kecemasan itu berkepanjangan, simtomsimtom tambahan seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, otot melemah dan gangguan usus (kesulitan dalam pencernaan, rasa nyeri pada perut) mungkin akan terjadi. Simtom-simtom ini menunjukkan gangguan fisiologis yang disebabkan oleh rangsangan yang
22
berkepanjangan. Dalam beberapa kasus, rangsangan yang berkepanjangan itu dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
berat
(misalnya
asiditas
lambung
yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulcer) Tidak semua orang yang mengalami kecemasan akan mengalami simtom-simtom fisik yang sama. Hal ini terjadi karena perbedaan-perbedaan individual dalam pemolaan reaktivitas otonomi. b) Simtom motorik Orang-orang yang cemas sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom-simtom motor ini merupakan gambaran rangsangan kognitif dan somatik yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam. Karena kegiatan-kegiatan ini adalah acak dan tidak dipusatkan pada salah satu tujuan, maka kegiatankegiatan tersebut sering tidak efektif dan mengganggu individu untuk berfungsi secara efektif.
23
2.2.3 Tipe Kecemasan Freud membagi kecemasan dalam tiga tipe (Krishnawati, 2010) yaitu : a) Kecemasan realistik, yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya b) Kecemasan neurotikadalah rasa takut jangan-jangan instinginsting
(dorongan
id)
akan
lepas
dari
kendali
dan
menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum c) Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah jika mereka berbuat sesuatu yang bertentangan dengan moral
2.2.4 Tingkat Kecemasan Tingkat kecemasan dapat diklasifikasikan dalam empat katagori, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Maryam, 2008) a) Kecemasan ringan Kecemasan
ringan
terjadi
peningkatan
kesadaran,
terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara
24
positif. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah sedikit mengalami peningkatan tanda-tanda vital b) Kecemasan sedang Individu merasa lebih tegang, menurunnya konsentrasi dan persepsi dan dalam kondisi sadar tetapi fokusnya sempit. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah adanya gejala-gejala fisik yang berkembang seperti sakit kepala, sering berkemih, mual palpitasi dan letih c) Kecemasan berat Kecemasan
ini
membuat
persepsi
individu
menjadi
terganggu, perasaan terancam atau takut meningkat dan komunikasi menjadi terganggu. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah peningkatan tanda-tanda vital lebih dramatis, diare, diaporesis, palpitasi, nyeri dada dan muntah d) Panik Individu merasa terancam, gangguan realitas, tidak mudah untuk berkomunikasi, dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah terjadinya kombinasi dari gejala-gejala diatas dapat lebih buruk bila intervensi yang dilakukan gagal.
25
2.3 Water-Sealed Drainage atau WSD 2.3.1 Pengertian Water-Sealed
Drainage
atau
WSD
adalah
metode
memasukkan selang ke dalam rongga pleura yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan atau udara (Swidarmoko, 2010)
Gambar 2.1 Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD) Menurut
antariksa
(2011),
prinsip
dari
Water-Sealed
Drainage adalah : 1) Gravitasi Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah 2) Tekanan negatif Udara atau cairan menghasilkan tekanan positif (763 mmHg atau lebih) dalam rongga pleura. Udara dan cairan water sealed pada selang dada menghasilkan tekanan dada yang lebih kecil (761 mmHg) 3) Suction Kekuatan tariknya yang lebih kecil dari tekanan atmosfer (760 mmHg).
Suction dengan kekuatan negatif 26
20 cmH20
menghasilkan tekanan sub atmosfer 746 mmHg sehingga udara atau cairan berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah 4) Water sealed drainage Tujuan dari water sealeddrainageadalah pengeluaran udara atau cairan dari rongga pleura dan memasukan obat ke dalam rongga pleura atau pleurodesis. Botol water sealeddiisi dengan cairan steril yang didalamnya terdapat selang yang unjungnya terendam sekurang-kurangnya 2 cm
di bawah
permukaan air, untuk mencegah hubungan langsung antara rongga pleura dengan udara luar. Cairan ini memberi batasan antara tekanan atmosfer dengan tekanan sub-atmosfer.
2.3.2 Indikasi Kondisi-kondisi yang memerlukan pemasangan WSD adalah semua hal yang menyebabkan tekanan intra pleura positif atau meningkat (Antariksa, 2002) : a) Pneumotoraks b) Empiema toraks c) Hematotoraks d) Chylothorax e) Efusi pleura ganas atau malignant pleural effusion
27
f) Pasca operasi torakotomi Pemasangan WSD bisa dilakukan, apabila pasien terlebih dahulu telah menandatangani formulir persetujuan tindakan medis (informed consent). Akan tetapi, dengan
informed
consent pasien harus terlebih dahulu mendapatkan penjelasan mengenai sifat, efek, untung/ruginya, prognosis, alternatif dan sebagainya mengenai water-sealed drainagesebelum diminta menandatangi informed consent. Dokter bertanggung jawab secara legal menjelaskan informasi tersebut agar pasien dan keluarga dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang disebut informed decision. Penandatanganan formulir persetujuan yang resmi merupakan bukti bahwa proses informed consent telah dilaksanakan dan pasien sudah sadar dan mengetahui isi dan konsep dari informed consent (Baradero, 2008) PemasanganWater Sealed Drainage (WSD) menggunakan pipa khusus (kateter) steril yang dimasukan ke dalam rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Lokasi pemasangan WSD terletak di intercostal space IV atau V pada anterior/medial axillary line. Daerah ini merujuk pada triangle of safety yang merupakan daerah aman untuk pemasangan WSD.
28
Sebelum trokar dimasukkan ke rongga pleura, terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang antar iga kelima pada linea aksilaris media. Sebelum melakukan insisi kulit, daerah tersebut harus diberikan cairan desinfektan dan dilakukan injeksi anestesi lokal dengan xilokain atau prokain 2% dan kemudian ditutup dengan kain duk steril. Setelah trokar masuk ke dalam rongga pleura, pipa khusus (kateter) segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian trokar dicabut sehingga hanya pipa khusus tersebut yang masih tertinggal di rongga pleura. Pemasukan pipa khususdiarahkan ke atas melalui ruang insisi kulit di ruang antar iga kelima. Pipa khusus tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa yang lebih panjang dan terakhir dengan pipa kaca yang dimasukan ke botol steril yang telah terisi cairan NaCl (Sudoyo, 2009). Bagian unjung distal pipa kaca dimasukan sedalam 2 cm di bawah permukaan cairan NaCl tersebut. Sumbatan botol harus memiliki lubang ventilasi untuk mencegah peningkatan tekanan akibat masuknya udara atau cairan ke dalam botol. Kondisi pasien yang dapat menyulitkan pada proses pemasangan WSD adalah adanya perdarahan, syok neurogenik, infeksi, emfisema sub kutis dan empiema (Swidarmoko, 2010)
29
2.3.3 Pleural Drainage System Pleural drainage systemterdiri dari dua (Swidarmoko, 2010) : 1) Bottle collection system a) One bottle collection system, merupakan pleural drainage system berfungsi
yang menggunakan satu botol tidak hanya sebagai
water
sealtetapi
sekaligus
botol
penampung b) Two bottle collection system, menggunakan dua botol, botol pertama untuk menampung cairan dan botol kedua berfungsi sebagai water seal sehingga bagus sekali bila terdapat banyak cairan pleura c) Three bottle collection system, dipilih jika dibutuhkan suction (tekanan negatif yaitu -15 sampai-20 cm H2O) 2) One way flutter valve One way flutter valve dibuat dengan prinsip klep satu arah yang akan menutup bila tekanan dalam pleura lebih kecil dari pada tekanan atmosfer dan membuka bila terjadi sebaliknya. One way flutter valvebagus sekali digunakan pada pneumotoraks tanpa cairan.
30
2.4 Dukungan
Keluarga
DalamMenurunkan
Kecemasan
Pra
Pemasangan Water-Sealed Drainage (WSD) Secara psikologi dan fisiologi, tubuh manusia akan memberi respon terhadap segala sesuatu yang dialami oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan salah satu respon tubuh terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang, karena kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan fisiologi dalam
tubuh
manusia(Ramaiah,
2003).
Keselamatan
dan
keamanan dalam konteks secara fisiologis berhubungan dengan sesuatu yang mengancam tubuh seseorang dan kehidupannya. Ancaman bisa nyata atau hanya imajinasi misalnya penyakit, nyeri, cemas dan lain sebagainya. Kadang-kadang, ketidaktahuan akan sesuatu atau ketidakpastian akan membuat perasaan cemas dan tidak aman (Asmadi, 2008) Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang (Nugroho, 2000). Ketidakjelasan mengenai prosedur pemasangan WSD, karena kurangmendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sangat memicu timbulnya kecemasan pada pasien. Pasien penyakit saluran pernapasan, denganadanya penumpukan cairan atau udara yang berlebihan dalam rongga pleura, akan menghadapi
31
tindakan pemasangan water-sealed drainageatau WSDdalam menjalani masa perawatan di rumah sakit. Tindakan pemasangan water-sealed drainageatau WSD adalah metode memasukkan selang ke dalam rongga pleura yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan atau udara (Swidarmoko, 2010). Prosedur tindakan pemasangan WSD, terutama bagi pasien-pasien dengan berbagai kondisi penyakit pada saluran pernapasan harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan kecemasan dan rasa sakit pasien (Karangelis, 2010). Tindakan pemasangan WSD dipikirkan membahayakan diri pasien karena secara langsung melukai jaringan tubuh. Tindakan melukai musculus dan memasukan trokar dari daerah intercostal space IV atau V pada anterior/medial axillary line ke rongga pleura menimbulkan kecemasan pasien yang timbul pada periode pra pemasangan WSD. Secara psikologis, pasien tentu sangat membutuhkan adanya dukungan menghadapi tindakan pemasangan WSD. Keluarga adalah sumber pemberi dukungan yang dapat diandalkan pasien. Salah satu nilai keluarga yang penting adalah menganggap keluarga
sebagai
tempat
untuk
memperoleh
kehangatan,
dukungan, cinta dan penerimaan (Friedman, 1998). Keluarga dengan tulus hati bersedia memberi dukungan kepada anggota
32
keluarganya yang sakit. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Tamher, 2009). Menerima dan menjalani
tindakan
pemasangan
WSD
dapat
menurunkan
kecemasan pasien, karena cara terbaik untuk menyelesaikan kecemasan adalah memilih kenyataan dan bukanlah hal yang dibayangkan (McKay, 2005) Dukungan keluarga menambah rasa percaya diri dan motivasi pasienuntuk menjalani tindakan pemasangan WSD, sehingga diharapkan
mampu
menurunkan
kecemesan
pasien
pra
pemasangan WSD. Untuk itu, penulis ingin menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpotensi mengurangi kecemasan pasien pra pemasangan water-sealed drainage
33