BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku 1.
Defenisi Perilaku Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (a) Perilaku tertutup (Covert behavior) terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. (b) Perilaku Terbuka (Overt behavior)terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior” (Notoadmodjo, 2007). 2.
Pengetahuan (knowledge) Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu: (a) Tahu (Know)diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. (b) Memahami (Comprehension), memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
Universitas Sumatera Utara
tersebut. (c) Aplikasi (Application)diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. (d) Analisis (Analysis)adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. (e) Sintesis (Synthesis)menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. (f) Evaluasi (Evaluation)berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada kinerja yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2011). b. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
Universitas Sumatera Utara
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2011). c. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung.
3.
Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertututp terhadap
suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu yang dalam kehidupan seharihari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 2007). Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: (a) Menerima (receiving)diartikan bahwa seorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). (b) Menanggapi (responding)diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapai. (c) Menghargai (valuing)diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. (d) Bertanggungjawab (responsible), Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakini, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain. 4.
Tindakan atau Praktik (Practice) Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya suatu tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: (a) Persepsi (Perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. (b) Praktik terpimpin (guided response)Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. (c) Praktik secara mekanisme (mechanism) apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. (d) Adopsi (adoption)adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
Universitas Sumatera Utara
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. B. Neonatus 1. Defenisi Neonatus Neonatus adalah individu yang dimulai dari umur 0-28 hari. Neonatal dibagi menjadi 2 bagian yaitu: masa neonatal dini, umur 0-7 hari, dan masa neonatal lanjut 8-28 hari. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (Depkes, 2012). Masa bayi atau neonatus merupakan masa perkembangan motorik, kognitif, dan sosial yang cepat. Bersama memberi asuhan, bayi membentuk dasar percaya pada dunia dan dasar hubungan interpersonal dimasa yang akan datang. Bulan pertama kehidupan yang kristis, meskipun bagian dari masa bayi, sering dibedakan karena adanya penyesuaian yang besar kekeadaan ekstra uterus dan penyesuaian psikologis orang tua (Wong, 2008). C. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus 1. Pertumbuhan 1.1.Defenisi Pertumbuhan Pertumbhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru. Menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009). 1.2 Defenisi perkembangan Perkembangan
adalah
perubahan
dan
perluasan
secara
bertahap
kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Peningkatan dan
Universitas Sumatera Utara
perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasai serta pembelajaran (Wong, 2009). 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus Pertumbuhan dan perkembangan post natal diawali dengan masa neonatus (028 hari) ditandai dengan terjadi proses adaptasi sistem organ tubuh, proses dari organ tersebut dimulai dari aktivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit, dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, dan menghisap (rooting reflex) dan menelan (Hidayat, 2005). Perubahan selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja yang terjadi dalam waktu 24 jam yang terdapat mekonium. Hal tersebut akan dilanjutkan proses defekasi seperti dari proses eksresi dari apa yang dimakan (ASI) frekuensi dari defekasi tersebut dapat berkisar antara 3-5 kali seminggu, akan tetapi juga banyak dijumpai pada bayi mengalami konstipasi pada bayi dengan PASI Perubahan pada fungsi organ yang lain seperti ginjal belum sempurna (Hidayat, 2005). Urine masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai urine warna merah muda karena banyak mengandung senyawa urat. Kemudian kadar haemoglobin darah tepi pada neonatus berkisar antara 17-19 g/dl, kadar hematokrit saat lahir adalah 52%, terjadi peningkatan kadar leokosit sekitar 25.000-30.000/ul dan setelah umur satu minggu akan terjadi penurunan hingga kurang dari 14.000/ul. Keadaan fungsi hatipun masih relatif imatur dalam memproduksikan faktor pembekuan sebab belum terbentuk flora usus yang akan
Universitas Sumatera Utara
berperan dalam absorbsi vitamin K, kemudian adanya kekebalan bayi oleh karena adanya imunoglobulin (Hidayat, 2005). Pada masa neonatus perkembangan motorik kasar dapat diawali tanda gerakan seimbang pada tubuh, mulai mengangkat kepala, kemudian pada motorik halus dimulainya tanda-tanda kemampuan untuk mampu mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan (Hidayat, 2005). Pada perkembangan bahasa ditunjukkan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel dan pada perkembangan adaptasi sosial ditunjukkan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang (Hidayat, 2005). 3.
Pola Tumbuh Kembang Pola tumbuh kembang bersifat jelas, dapat diprediksi, kontinu, teratur, dan
progresif. Pola ini bersifat universal dan mendasar bagi semua individu, namun unik dalam hal cara dan waktu pencapaiannya. Kecenderungan arah tumbuh kembang terjadi dengan arah atau tahap yang teratur dengan saling terkait, serta mencerminkan perkembangan dan maturitas neuromuskular. Pola kecenderungan pertama adalah arah sefalokaudal atau kepalake-kaki. Kecenderungan kedua adalah proksimodistal, atau kejauh. Kecenderungan ketiga adalah deferensiasi, menjelaskan perkembangan dari tahap operasional sederhana ke aktiviras dan fungsi yang kompleks. Kecenderungan urutan tumbuh kembang terjadi pada semua dimensi yang jelas dan dapat diperkirakan yaitu anak-anak merangkak sebelum merambat, merambat sebelum berdiri, dan berdiri sebelum berjalan. Tahap akhir
dan
kepribadian terbentuk pada awal pembentukan rasa percaya diri.
Universitas Sumatera Utara
Laju perkembangan yaitu pertumbuhan yang cepat sebelum dan setelah kelahiran mengalami penurunan secara bertahap di masa kanak-kanak awal. Pertumbuhan relatif lambat selama masa kanak-kanak pertengahan, meningkat secara nyata pada awal masa remaja, dan menurun pada masa dewasa awal. Periode sensitif, biasanya disebut dengan periode kritis, sensitif, rentan, dan optimal adalah periode dalam kehidupan organisme ketika organisme tersebut rentan terhadap pengaruh positif dan negatif. Periode pranatal : konsepsi sampai lahir, Germinal :konsepsi sampai kira-kira 2 minggu, embrio : 2 sampai 8 minggu, janin 8 sampai 40 minggu (lahir). Masa bayi : lahir sampai 1 tahun. Neonatus : lahir sampai 27 atau 28 hari, bayi: 1 sampai kira-kira 1 tahun (Wong, 2009) 4.
Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan memiliki ciri-ciri yaitu yang pertama, di
dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan lain-lain. Yang ke dua, dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa. Ketiga yaitu pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu. Dan yang terakhir yaitu secara perlahan pertumbuhan akan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada. Sedangkan perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan fungsi alat kelamin. Kedua, perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke
Universitas Sumatera Utara
arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal. Ketiga, perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda. Dan perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, dimana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat, 2008). 5.
Refleks Bayi Baru Lahir Menurut Kelly (2010), refleks bayi baru lahir adalah respons otomatis dan
spontan terhadap rangsangan ekternal dan internal. Refleks adalah bahan pembangun kecerdasan dan dasar dari kombinasi fisik. Berikut adalah beberapa refleks sebagai penanda kesehatan sistem saraf yaitu sebagai berikut: Refleks Moro (terkejut)
Pemicu
Gambaran
Rangsangan
Bayi
eksternal:
merentangkan
perubahan
lengan
pencahayaan,
tungkainya,
suara
akan Mulai terlihat pada
kerah
sementara
tiba-tiba
tubuhnya
rangsangan
melengkung
internal:
6 bulan. segera
gerak menaiknya
atau posisi yang dada
usia 1-2 minggu dan dan menghilang pada usia
bising, kemudian
perubahan,
Muncul/menghilang
tangisan
bayi sendiri atau bergerak
otot
selama tidur Sucking
Menyentuh bagian Bibir
(menghisap)
mulut
atau
pipi mencucudan
bayi dengan puting lidahnya atau jari
melengkung
bayi Refleks mengaut 4 bulan pertama setelah ditarik 6 bulan menghilang kerah secara bertahap
Universitas Sumatera Utara
dalam. Rooting
Mengusap
pipi Kepala bayi kearah Terus
atau area di sekitar sumber mulut.
berlanjut
sentuhan selama bayi menyusu
dan mencari puting dengan mulutnya
Papillary
Sunar yang terang Kelopak bayi akan permanen
(berkedip)
menyentuh
mata, membuka
dan
atau suara bising menutup yang mendadak Menelan
dengan
cepat
Makanan didalam Trakea mulut
bayi permanen
menutup pada saat esofagus membuka
Babinski
Menepuk
dengan Jari-jari, tangan atau Mulai
(menggenggam) tangan menekan
atau kaki
berkurang
bayi setelah 10 hari dan
tumit melengkung seperti menghilang sekitar 4
ditelapak kaki
memegang benda
bulan.
Refeleks
dikaki dapat terus ada sampai usia 8 bulan Melangkah
Pegang bayi dalam Bayi
akan Berkurang setelah 1
posisi berdiri dan mengangkat
kaki minggu
kaki
agak secara
menekan ke lantai
atau
dan
bergantian, menghilang pada usia jari-jari
kaki sekitar 2 bulan
melengkung
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Secara umum faktor penentu yang berpengaruh pada tumbuh-kembang adalah
faktor genetik dan faktor lingkungan, disamping faktor internal dari anak itu sendiri. Adapun faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi yaitu: (1) Ras, anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter rasa tau bangsa Indonesia atau sebaliknya. (2) keluarga, ada
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus. (3) umur, kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja. (4) jenis kelamin, fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. (5) genetik, adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi cirri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil. (6) kelainan Kromosom, umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s. Faktor yang kedua yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak atau bayi yaitu faktor eksternal yang meliputi: (1) Faktor prenatal pada, faktor prenatal meliputi gizi, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio dan psikologi ibu. (2) Faktor persalinan, komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. (3) Faktor pasca persalinan, meliputi gizi, penyakit kronis,lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (DepKes, 2012). 7.
Aspek Tumbuh Kembang Ada 2 aspek tumbuh kembang pada neonatus yaitu : (a) gerak kasar atau
motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk , berdiri, dan sebagainya. (b) gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
D. Stimulasi Tumbuh Kembang 1. Defensi Stimulasi Tumbuh Kembang Stimulasi tumbuh kembang adalah suatu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat dilingkungan rumah tangga masingmasing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan
dasar yang
diberi stimulasi terarah yaitu kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. (Depkes 2012). Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya :: ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, mengajak berjalan, bermain dan menjelang tidur. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal maka tanpa disadari pengaruh justru memberikan rangsangan emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru akan menimbulkan ketakutan pada bayi (Bety, 2012). Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya : ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong, mengajak berjalan, bermain dan menjelang tidur. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh. Pengasuh yang sering marah,
Universitas Sumatera Utara
bosan, sebal maka tanpa disadari pengaruh justru memberikan rangsangan emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru akan menimbulkan ketakutan pada bayi (Bety, 2012). Stimulasi pada bayi dapat dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman, menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda berbunyi dan memegang mainan (Bety, 2012). E. Dasar penelitian Ide penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas tentang ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi dengan jumlah sampel 30 orang dengan teknik total sampling, penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sactional dan analisa menggunakan univariat dengan pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai variabelnya. Penelitian Pane (2012) yang bertujuan untuk mengetahui ikatan kasih sayang ibu pasca salin dan perkembangan bayi umur 0-28 hari di klinik bersalin Delima dengan jumlah sampel 34 orang dengan teknik total sampling, penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan prosfektif, analisa penelitian ini menggunakan univariat dan bivariat dengan tindakan kasih sayang ibu pasca salin
dan perkembangan bayi usia 0-28 hari sebagai
variabelnya. Perbedaan penelitian dengan yang saya lakukan adalah penelitian saya bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu terhadap stimulasi tumbuh kembang motorik halus dan motorik kasar neonatus di kelurahan Mabar Hilir Pasar IV dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah sampel 30 orang dengan teknik total sampling, penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sactional, analisa penelitian ini menggunakan univariat dengan pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai variabelnya.
Universitas Sumatera Utara