BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan merupakan pencapaian seseorang dalam memperoleh informasi dan dapat mengingat kembali informasi tersebut. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi seseorang setelah melakukan kontrak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007). 2. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa pengetahuan yang ada diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber
6
7
pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain : a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian.Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: 1) Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. 3) Pengalaman pribadi Dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 4) Melalui jalan pikiran Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
8
b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). 3. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni antara lain : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termaksud dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi, rumus, metode, prinsip dalam situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah ketiga dari kasus yang diberikan.
9
d. Analisis (Analysis) Analisi adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian tersebut didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktorfaktor antara lain : a. Faktor Internal 1) Intelegency Quotient (IQ) Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak. Untuk mengukur Intelegensi seseorang dapat diketahui melalui Intelegency Quotient (IQ) yaitu skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Individu yang memiliki intelegensi rendah maka akan diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah.
10
2) Keyakinan (Agama) Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi kepribadian seseorang yang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, berkreasi dan berperilaku individu. b. Faktor Eksternal Menurut
Notoadmojo
(2010)
faktor-faktor
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keperibadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan sesorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka seseorang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
11
2) Massa media/ informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
12
5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia dini. 5. Sumber-sumber Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2012) semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain: a.
Empirisme Kata ini berasal dari kata yunani empeirikos, artinya pengalaman yang dimaksud adalah inderawi yang bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya. Manusia itu pada
13
mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. b.
Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Menurut Descartes seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi, kebenaran itu, menurutnya adalah dia tidak ragu bahwa ia ragu. Menurut Spinoza memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusun system rasionalisme atau dasar ilmu ukur dan dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi.
c.
Intuisi Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.
6. Fungsi Pengetahuan Manusia belajar dari pengalamannya dan berasumsi bahwa alam mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah satu hasil budaya manusia,
dimana
lebih
mengutamakan
kuantitas
yang
obyektif,
dan
mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan dengan keinginan pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan mementingkan dirinya sendiri (Nursalam, 2009). 7.
Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a.
Baik Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh pertanyaan
14
b.
Cukup Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan
c.
Kurang Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan.
B. Konsep Stroke 1.
Pengertian Stroke Menurut WHO stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran otak, stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak(Irfan, 2010). Tidak satupun tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak adalah pusat control sistem tubuh termasuk perintah dari semua gerakan fisik (Irfan, 2010). Penyakit stroke ialah gangguan fisik yang timbul secara mendadak disebabkan gangguan peredaran darah di otak. Salah satu bentuk penyakit stroke yang paling ringan disebut Gangguan Peredaran Darah Otak Sepintas (GPDOS), Transient Ischemic Attack, yaitu gangguan persyarafan setempat yang tiba-tiba terjadi, berlangsung selama kurang dari 24 jam sebagai akibat gangguan peredaran darah otak (Utaminingsih, 2009). Stroke adalah kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplay darah ke otak. Stroke merupakan peringkat ke 2 penyebab kematian dengan laju mortalitas 18%-37%. Stroke adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan
15
neurologis yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang ditangani secara tepat, cepat dan cermat (Dewi, 2011). 2. Jenis Stroke Stroke dapat dibagi menjadi dua ketegori utama yaitu, stroke ischemic dan stroke hemoragic. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke hemmorhagic terdapat timbunan darah di subarachnoid atau intraserebral, sedangkan stroke ischemic terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi (Irfan, 2010). a.
Stroke Ischemic Sekitar 85% karena stroke disebabkan oleh stroke ischemic dan infark. Stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak (Irfan, 2010). Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak, yang disebut infark. Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark akan sebanding dengan tingkat penurunan aliran darah ke jaringan otak. Lokasi tersering asal bekuan yaitu arteri serebral ekstrakranial, jantung (fibrilasi arterial, penyakit katup mitral, trombus ventrikular kiri), arteri kecil yang mempenetrasi pada otak (stroke lakunar) dan plak arkus aorta (Junaidi, 2011).
b. Stroke Hemoragic (SH) Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15%-20% dari semua stroke dapat terjadi apabila lesi vaskular intra serebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau langsung kedalam jaringan otak. Sehingga dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan Perdarahan Subarachnoid (PSA) adalah aneurisma sekular (Berry) dan Malformasi Arteri Venosus(MVA)(Irfan, 2010).
16
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematoma intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan
yang
menutupi
otak
/
disebut
hemoragia
subaraknoid.Hemoragia subaraknoid ini adalah jenis stroke yang paling mematikan. Perdarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan oleh aneurisma/ arteri yang melebar yang pecah karena suatu penyakit (Feigin, 2007). Beberapa stroke hemoragik, yaitu: 1)
Hemoragik ekstradural (hemoragik epidural)
2)
Hemoragik subdural (termasuk hemoragik subdural akut)
3)
Hemoragik subaraknoid (hemoragik yang terjadi di ruang subaraknoid)
4)
Hemoragik intraserebral
3. Klasifikasi Stroke Menurut Defisit Neurologisnya Menurut Irfan (2010), stroke dapat diklasifikasikan menurut defisit neurologisnya a.
Transient Ischemic Attack (TIA) Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan timbulnya defisit neurologis akut yang berlangsung kurang 24 jam. Stroke ini tidak akan meninggalkan sisa sehingga pasien tidak terlihat pernah mengalai stroke. Akan tetapi adanya TIA merupakan suatu peringatan akan serangan stroke selanjutnya sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja.
b. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya berlangsung lebih lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND juga tidak meninggalkan gejala sisa. c. Stroke Komplit Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit neurologist akut yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan meninggalkan gejala sisa.
17
d. Progresif Stroke Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit ditentukan prognosanya. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil, berubah-ubah dan dapat mengarah kondisi yang lebih (Irfan, 2010). 4. Etiologi Menurut Junaidi (2011), penyebab stroke sebagai berikut: a.
Trombosis serebral Arterosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba dan kehilangan bicara. Sementara hemiplegia atau parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b. Embolisme serebral Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik
dan infark miokard, serta infeksi pulmonal
adalah tempat-tempat di asal emboli. Mungkin saja pemasangan katub jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini. Risiko stroke setelah pemasangan katub dapat dikurangi dengan terapi antikoagulan pascaoperatif. c. Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplay darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. d. Hemoragik serebral Hemoragi dapat terjadi diluar dura mater (hemoragi ekstradural atau epidural), di bawah dura mater (hemoragi subdural), di ruang sub arakhnoid (hemoragi
subarakhnoid)atau
didalam
substansi
otak
(hemoragi
18
intraserebral) mengilustrasikan lokasi hematoma epidural, subdural dan intraserebral. 5. Manifestasi Klinis Menurut Dewi (2011), serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi atau dalam bentuk lain. Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur dan sebagainya. Kemungkinan lain anda mendapat kesulitan dalam menyusun kata-kata atau melakukan pekerjaan sehari seperti berdiri, berjalan atau mengambil/memegang gelas, pensil, sendok dan garpu, apa yang dipegang akan jatuh. Gangguan lain berupa ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar, kehilangan kemampuan untuk merasakan, mengalami kesulitan untuk menelan dan bernapas. Gejala awal lainya termasuk hilangnya kekerasan otot,seperti jari-jari dan tungkai yang terkulai, kaki menjadi kaku dan kehilangan koordinasi gerakan. Apabila gejala tersebut makin berat maka anda akan dirawat di rumah sakit. Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak,sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalmam beberapa menit (completed stroke). Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, tergantung pada lokasi lesi (pembuluh mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Gejala lain seperti : a.
Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang berlawanan dari
19
otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada otak yang berlawanan. b. Kehilangan komunikasi Fungsi otak lain yang mempengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut : disartria (kesulitan berbicara, disfagia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan) gangguan persepsi (ketidak-mampuan untuk
menginterprestasikan
sensasi).
Kerusakan
fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih (mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi). Menurut Junaidi (2011), penentuan stroke berdasarkan tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Gambaran Klinis untuk Menentukan Jenis Stroke (PIS = perdarahan intraserebral. PSA = perdarahan sub-araknoid)
Jenis stroke
Nyeri kepala Tidak ada/ringan Berat
Gangguan kesadaran Tidak ada/ ringan Berat
Defisit lokal/kelumpuhan Berat Berat
Stroke iskemik/ infark Stroke perdarahan (PIS) Stroke perdarahan (PSA)
Sedang-berat
Sedang
Ringan/tidak ada
Tabel 2.2 Perbedaan Stroke Perdarahan dan Iskemik Gejala dan tanda Saat kejadian/onset Peringatan TIA Nyeri kepala Kejang Muntah Penurunan kesadaran Nadi bradikardia/lambat Edema papil mata Kaku kuduk Kernig, Brudzinski
Stroke perdarahan sedang aktif Tidak ada Hebat Ada Ada Sangat nyata ++(sejak awal) + (sering) + ++
Stroke iskemik Saat istirahat Ada Ringan/sangat ringan Tidak ada Tidak ada Ringan/sangat ringan +/- (hari ke-4) -
20
6. Komplikasi Menurut Junaidi (2011), beberapa komplikasi stroke, diantaranya: a.
Dekubitus Tidur yang terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan luka/lecet pada bagian tubuh yang menjadi tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Jika luka (dekubitus) ini dibiarkan akan terkena infeksi.
b. Bekuan darah Bekuan darah mudah terjadi pada kaki yang lumpuh, penumpukan cairan, pembengkakan dan embolisme paru-paru. c. Pneumonia Terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya terinfeksi. d. Kekakuan otot atau sendi Terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot atau sendi, untuk itu fisioterapi dilakukan sehingga kekakuan tidak terjadi atau minimal dikurangi. e. Stres/ depresi Terjadi karena merasa tidak berdaya dan ketakutan akan masa depan. f. Nyeri pundak dan subluxation/dislokasi Keadaan pangkal bahu yang lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat ganti pakaian atau saat di topang orang lain.
21
g. Pembengkakan otak h. Infeksi : saluran kemih i. Kardiovaskuler : gagal jantung, serangan jantung, emboli paru j. Gangguan proses berpikir dan ingatan: pikun (demensia). 7. Upaya Penanganan Stroke Menurut Utaminingsih (2009) ada tiga upaya yang dilakukan bagi penderita stroke atau yang belum mengalaminya yaitu: a. Pencegahan Pada prinsipnya stroke dapat dicegah. Faktor-faktor resiko stroke yang utama adalah hipertensi, hipotensi, diabetes, alkohol, kolesterol, stress serta kurang istirahat. Pengurangan konsumsi garam, pola makan yang seimbang dan olahraga terbukti menurunkan resiko stroke. b. Pengobatan Untuk penderita stroke diberikan pelayanan khusus dan yang berkualitas dengan melibatkan berbagai keahlian ilmu pengobatan dari berbagai bidang kedokteran dan tenaga kesehatan lainnya dan juga diberikan edukasi pada pasien. c. Rehabilitasi Rehabilitas harus dimulai sedini mungkin sejak serangan stroke pertama. Keterlambatan akan memberikan hasil yang kurang baik. Selama fase akut, program rehabilitas dapat dimulai 24-36 jam pasca stroke. Salah satu program rehabilitas adalah imobilisasi yang dilakukan bersama instruktur fisioterapi dan pasien harus taat pada latihan yang dilakukan. Berbagai macam bentuk imobilisasi yaitu: Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur dan latihan gerak sendi ROM. Latihan gerakan sendi atau ROM dilakukan pada semua anggota badan secara pasif 2 kali sehari untuk mencegah kontraktur (Sri,2008).
22
8. Akibat yang Dapat Ditimbulkan Stroke Sebagian stroke bersifat fatal, sementara yang lain menyebabkan cacat tetap atau sementara. Sekitar 2 dari 10 orang yang mengalami stroke akut akan meninggal dalam 1 bulan pertama 3 dari 10 orang meninggal dalam 1 tahun, 5 dari 10 orang yang meninggal dalam 5 tahun dan 7 dari 10 orang meninggal dalam 10 tahun. Tanpa kejadian yang memadai 10-20% pasien mengalami dekubitus (luka akibat terlalu lama tidur/berbaring) dengan atau tanpa disertai infeksi dalam bulan pertama. Dekubitus adalah salah satu penyebab utama kematian setelah stroke (Feigin, 2007). Junaidi (2008), mengemukakan beberapa kecacatan yang mungkin diderita pasien pasca stroke seperti tidak mampu berbicara atau kemampuan berkomunikasi menjadi berkurang, tidak mampu berjalan secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat, gangguan buang air besar, ngompol, gangguan menelan atau makan, ketidakmampuan berpindah posisi, misal dari tempat tidur ke kursi, perlu bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari misalnya berpakaian mandi mencuci dan lain-lain. C. Konsep ROM 1. Pengertian ROM ROM merupakan derajat untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan pergerakan. ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Subianto, 2012). Latihan ROMpasif merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada penderita stroke (Murtaqib,2013).Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi penderita dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat
23
permanen pada penderita stroke paska perawatan di rumah sakit, sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan penderita pada keluarga, meningkatkan harga diri dan mekanisme koping penderita (Murtaqib, 2013). Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fiiologis dari jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini dapat di berikan sedini mungkin dan tiap gerakan di ulang sebanyak 3 kali atau sesuai toleransi untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi dan lain-lain (Kusyati, 2006). Perawatan pasien stroke merupakan salah satu program menyeluruh yang terkoordinasi antara medis dan rehabilitasi tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional yang ada. Beberapa metode rehabilitas dapat dilakukan oleh instansi pelayanan kesehatan mengingat pentingnya rehabilitas pada klien post stroke salah satunya latihan ROM yang dilakukan selama 1 minggu dan 2 minggu, 1 hari 2 kali yaitu pagi dan sore selama 10-15 menit, maka memiliki kesempatan untuk mengalami penyembuhan dengan baik (Murtaqib, 2013). 2. Indikasi ROM MenurutIrfan (2010), indikasi ROM adalah : a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran Rasional : Seorang pasien stroke mungkin mengalami kelumpuhan tangan, kaki dan muka, semuanya pada salah satu sisi. Kelumpuhan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. b. Kelemahan otot Rasional : kelemahan otot mengakibatkan otot mudah lelah sehingga dengan dilakukan ROM kekuatan akan akan bertambah.
24
c. Fase rehabilitasi fisik Rasional : pasien dengan rehabilitas terkadang jarang melakukan gerakan sehingga bisa juga mengakibatkan kekuatan otot menjadi lemah. d. Klien dengan tirah baring lama Rasional : ekstrimitas yang tidak digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk beraktivitas. 3. Kontraindikasi Menurut Irfan (2010), kontraindikasi pelaksanaan ROM pasif adalah a. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisidan drainase. b. Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan turgor kulit. c. klien dengan perubahan perfusi : serebral atau kardiopulmonar yang berhubungan dengan resiko emboli lemak. 4. Tujuan ROM Pasif Menurut Irfan (2010) tujuan ROM pasif yaitu : a) Merangsang sirkulasi darah, b) Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, c) Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, d)Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur, e) Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot. 5. Manfaat ROM Pasif Menurut Irfan (2010) manfaat ROM yaitu : a. Memperbaiki tonus otot b. Meningkatkan massa otot c. Mengurangi kehilangan tulang d. Meningkatkan mobilisasi sendi e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.
25
6. Pelaksanaan ROM Pasif Menurut Kusyati (2006), prosedur pelaksanaan ROM yaitu: Prosedur Umum a. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme b. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau memasang sketsel c. Selama latihan pergerakan, kajikemampuan untuk mentoleransi gerakan ROM dari masing-masing persendian yang bersangkutan d. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap latihan e. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan pada pergerakan pasien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur. f. Tiap gerakan di ulang 3 kali sesuai toleransi Prosedur Khusus a. Gerakan bahu 1) Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi pasien (Pegang lengan bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang pergelangan tangan pasien dengan tangan kanan perawat). 2) Fleksi dan ekstensikan bahu Gerakan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur. Kembalikan ke posisi sebelumnya. 3) Abduksikan bahu Gerakan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala pasien sampai di atas kepala. 4) Adduksikan bahu Gerakan lengan pasien ke atas tubuhnya sampai tangan yang bersangkutan menyentuh tangan pada sisi sebelahnya. 5) Rotasikan bahu internal dan eksternal a) Letakkan lengan di samping tubuh pasien sejajar dengan bahu b) Siku membentuk sudut 90o dengan kasur c) Gerakan lengan ke bawah hingga telapak tangan menyentuh kasur,
26
d) kemudian gerakan ke atas hingga punggung tangan menyentuh tempat tidur. b. Siku 1) Fleksi (membengkokkan siku sehingga lengan bawah bergerak mendekati bahu dan tangan sejajar dengan bahu) 2) Ekstensi (meluruskan tangan dan menurunkan bahu). 3) Pronasi dan supinasikan siku a) Genggam tangan pasien seperti orang yang sedang berjabat tangan b) Putar telapak tangan pasien ke bawah dan ke atas, pastikan hanya terjadi pergerakan siku, bukan bahu. c. Gerakan pergelangan tangan Fleksi (menggerakkan telapak tangan ke arah dalam lengan bawah) 1) Ekstensi (meluruskan kembali) 2) Hiperekstensi (menggerakkan punggung tangan kearah belakang sejauh mungkin) 3) Abduksi/ fleksi radial (membengkokkan pergelangan tangan kearah medial) 4) Adduksi/ fleksi lunar (membengkokkan pergelangan tangan ke arah lateral). d. Jari 1) Fleksi (bengkokan jari-jari tangan dan ibu jari kearah telapak tangan) 2) Hiperekstensi (membengkokkan jari ke belakang sejauh mungkin) 3) Abduksi (buka dan pisahkan jari-jari tangan) 4) Adduksi (dari abduksi, kembalikan ke posisi semula) 5) Oposisi ( sentuhkan masing-masing jari pada ibu jari)
27
e. Pinggul dan lutut 1) Fleksi (mengangkat kaki kearah depan) 2) Ekstensi (menurunkan kembali) 3) Hiperekstensi (mengangkat kaki kearah belakang tubuh) 4) Abduksi (mengangkat kaki kearah lateral tubuh) 5) Adduksi (menggerakkan kembali kearah medial) 6) Rotasi internal (memutar kaki dan paha kearah kaki lainnya) 7) Rotasi eksternal (memutar kaki dan paha menjauhi kaki yang lainnya) 8) Sirkumduksi (menggerakkan kaki membentuk putaran) f. Pergelangan kaki 1) Fleksi dorsal (menggerakkan ke arah paha belakang) 2) Fleksi plantar (menggerakkan kaki sehingga jari menghadap ke bawah) g. Telapak kaki 1) Inversi (memutar telapak kaki kearah medial 2) Eversi (memutar telapak kaki) h. Jari kaki 1) Fleksi (menekuk jari kebawah) 2) Ekstensi (meluruskan jari) 3) Abduksi (merenggangkan jari) 4) Adduksi (merapatkan jari) 5) Kembalikan klien ke kondisi semula 6) Pasang kembali pengaman tempat tidur 7) Cek tanda-tanda vital, respon verbal dan non verbal klien
28
D. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang ROM dengan Pelaksanaan ROM Pada Pasien Stroke Penyakit stroke adalah gangguan fisik yang timbul secara mendadak disebabkan gangguan peredaran darah di otak. Salah satu bentuk penyakit stroke yang paling ringan disebut Gangguan Peredaran Darah Otak Sepintas (GPDOS), Transient Ischemic Attack, yaitu gangguan persyarafan setempat yang tiba-tiba terjadi, berlangsung selama kurang dari 24 jam sebagai akibat gangguan peredaran darah otak (Utaminingsih, 2009). Perawatan pasien stroke seperti rehabilitas telah terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan, sehingga penderita stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik (Murtaqib, 2013). Salah satu program rehabilitas sering digunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit motorik adalah latihan ROM (Subianto, 2012). ROMyaitu derajat untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan pergerakan. ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Subianto, 2012). Latihan ROM adalah salah satu upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada penderita stroke fase perawatan di rumah sakit, sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan penderita pada keluarga, meningkatkan harga diri dan mekanisme koping penderita (Murtaqib, 2013). Dalam perawatan pasien stroke, sangat penting bagi perawat untuk mengetahui teknik-teknik dalam melakukan praktik pelaksanaan rentang gerak sendi ROM pasif pada pasien stroke hal ini akan terlihat dari perawat dalam pelaksanaannya. Kemampuan perawat dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh unsur pengetahuan (Murtaqib, 2013).
29
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan yang kurang akan memberikan
dampak
negatif
terhadap
klien
maupun
terhadap
perawat
(Notoatmodjo, 2012). Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalle (2013) dengan judul hubungan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dengan pelaksanaan ROM pada pasien stroke di RSD Kabupaten Sanjai, menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antar variabel pengetahuan dengan pelaksanaan ROM. Hal ini menunjukkan untuk pelaksanaan intervensi keperawatan yang baik tentang pelaksanaannya pada pasien stroke diperlukan pula pengetahuan pelaksanaan ROM pada pasien stroke. E. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan perwat tentang ROM dengan pelaksanaan ROM pasif padapasien stroke di Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 adalah sebagai variabel Independen adalah Pengetahuan
perawat tentang ROM dan variabel dependen
adalah pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke, lebih jelasnya dilihat pada skema dibawah ini : Skema 2.1 Kerangka Konsep Peneliti Variabel IndependentVariabel Dependent Pengetahuan Perawat Tentang ROM
Pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke
30
F. Hipotesa Ha: Ada hubungan pengetahuan perawat tentang ROM dengan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke di ruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.