perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Penilaian a. Pengertian Penilaian Menurut Poerwanti (2001), penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pembelajaran, sebagai upaya untuk mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik, sebagai bahan pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, oleh karenanya penilaian hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat. Menurut Gronlund & Linn (1995), penilaian merupakan istilah umum yang mencakup keseluruhan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa (pengamatan, peringkat, pengujian menggunakan kertas dan pensil) dan membuat penilaian mengenai proses pembelajaran. Menurut Subali (2010), dalam dunia pendidikan, penilaian diartikan sebagai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi untuk mengukur taraf pengetahuan dan keterampilan subjek didik yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan evaluasi. Informasi adalah data yang diperoleh melalui pengukuran dan nonpengukuran termasuk di dalamnya dengan melakukan observasi kelas, menggunakan tes yang standar atau buatan tes guru, proyek dan portofolio subjek belajar. b. Pengukuran Menurut Subali (2010), untuk memperoleh informasi yang berupa data kuantitatif dilakukan pengukuran. Pengukuran merupakan proses
untuk
memperoleh deskripsi numeric atau kuantitatif tentang tingkatan karakteristik
commit to user yang dimiliki seseorang dengan aturan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
c. Evaluasi Menurut Subali (2010), evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi dari program yang bersangkutan. Dalam hal ini termasuk di dalamnya untuk mengetahui keberhasilan seluruh subjek belajar yang menempuh suatu program 2.
Teknik Penilaian Poerwanti (2001) dilihat dari tekniknya, penilaian proses dan hasil belajar
dibedakan menjadi dua macam, yaitu denga teknik tes dan Non tes. Namun, pada umumnya pengajar lebih banyak menggunakan tes sebagai alat ukur. a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas penggunaannya. b. Teknik Nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar. Teknik penilaian pendidikan ada bermacam-macam, ada yang tergolong tes apabila menyangkut benar salah dan nontes bila tidak menyangkut benar salah. Grounlund & Linn (1995) mengklasifikasikan teknik penilaian tes menjadi beberapa kategori, yakni tes bentuk pilihan, tes bentuk mengkonstruksi jawaban, dan penilaian yang diperluas. Tes bentuk pilihan dapat berupa pilihan ganda, salah benar, menjodohkan/memasangkan, tes bentuk mengkonstruksi jawaban dapat berupa tes isian, uraian terstruktur, dan uraian terbuka, penilaian yang diperluas dapat berupa proyek atau portofolio. Menurut Subali (2010), ada beberapa hal penting terkait teknik pembuatan instrumen penilaian, yaitu (a) butir-butir soalnya tidak bermakna ganda (ambiguity), (b) bahasanya benar dan disesuaikan dengan kondisi peserta ujian, (c) petunjuk pengerjaan jelas termasuk cara koreksinya juga harus dikemukakan, commit user (d) antar butir tidak tumpang tindih atautobergantung satu dengan yang lain, (e)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
diurutkan dari yang mudah ke yang sukar, (f) waktu untuk mengerjakan memadai, (g) tiap butir soal mengukur kemampuan yang diinginkan dan sudah sesuai dengan spesifikasi kemampuan yang akan diukur, dan (h) sudah disiapkan bagaimana teknik interpretasi hasil yang diperoleh nantinya, yakni menggunakan interpretasi acuan norma atau interpretasi acuan patokan. Menurut Anastasi dan Urbina (1997), dalam melaksanakan analisis butir soal yang ada, peneliti dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kualitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reabilitasnya. 3. Bentuk Tes Menurut Suwandi (2009), tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam bergantung pada dasar yang digunakan, yang antara lain berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes. Bentuk tes menurut Suwandi (2009), secara garis besar dapat dibedakan dua macam bentuk tes, yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif sering disebut dengan tes bentuk esai. 1. Tes subjektif Tes subjektif disebut juga tes esai, adalah suatu bentuk pertanyaan yang
menuntut
jawaban
siswa
dalam
bentuk
uraian
dengan
mempergunakan bahasa sendiri. bentuk esai siswa dituntut untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes dalam bentuk subjektif berupa esai ini memungkinkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru yang dihadapkan
kepadanya.
Tes
ini
menuntut
siswa
untuk
dapat
menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep, mengorganisasikannya ke dalam koherensi yang logis, dan kemudian menuangkan hasil pemikiran itu ke dalam bentuk ekspresi tulis dengan menggunakan kata-katanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
sendiri. Alat ini ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. 2. Tes objektif Tes objektif disebut juga tes jawab singkat (short answer test). Test objektif merupakan bentuk tes yang terdiri dari tes jawaban benar-salah (true false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching). Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda (multiple choice) dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas 4.
Prinsip Penilaian Prinsip penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah sebagai berikut : 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, Budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta commit to user didik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Prinsip penilaian menurut Gronlund & Linn (1995) yaitu : 1. Harus ada spesifikasi yang jelas apa yang mau dinilai: penempatan, formatif,atau sumatif; 2. Harus komprehensif: afektif, psikomotor, dan kognitif; 3. Butuh berbagai ragam teknik/metode penilaian, baik metode tes maupun nontes; 4. Harus dapat memilih instrumen penilaian yang sesuai; 5. Harus jelas apa maksud dan tujuan diadakan penilaian, jadi akan jelas pula apa tindak lanjutnya. 5. Fungsi Penilaian Menurut Subali (2010), manfaat penilaian bagi subjek belajar adalah : untuk bimbingan belajar, bimbingan pribadi, dan kebutuhan subjek belajar yang berkaitan dengan studinya.
Jadi, meliputi aspek bimbingan dan aspek
pembelajaran. Dengan demikian evaluasi proses dan hasil belajar akan berfungsi untuk memberi: 1. arah dan petunjuk dalam pelaksanaan pembelajaran, baik guru maupun subjek belajar; 2. gambaran tentang diri subjek belajar mengenai perkembangan baik kemampuan maupun personalitasnya, sehingga mereka mampu mengenali diri/mawas diri serta seberapa jauh produktivitasnya, sehingga mampu menentukan langkah/keputusan lebih lanjut guna peningkatan prestasi; 3. dorongan/motivasi subjek belajar agar mampu berusaha untuk meraih prestasi yang lebih baik; dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
4. masukan untuk perbaikan dan pelaksanaan program guna memperbaiki proses pembelajaran yang akan diselenggarakan saat berikutnya. 6. Langkah-langkah Penilaian Menurut Subali (2010), agar dapat diperoleh penilaian atau alat ukur yang baik perlu dikembangkan suatu prosedur atau langkah-langkah yang benar, yang meliputi perencanaan penilaian yang memuat maksud dan tujuan penilaian yaitu: 1. penyusunan kisi-kisi; 2. penyusunan instrumen/alat ukur; 3. penelahan (review) untuk menilai kualitas alat ukur/instrumen secara kualitatif, yakni sebelum digunakan; 4. uji coba alat ukur, untuk menyelidiki kesahihan dan keandalan secara empiris; 5. pelaksanaan pengukuran; 6. penilaian yang merupakan interpretasi hasil pengukuran; 7. pemanfaatan hasil penilaian. Menurut Mardapi (2008) terdapat Sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan ujicoba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes dan menafsirkan hasil tes. Instrumen tes yang baik dapat meningkatkan kualitas hasil penilaian yaitu profil kemampuan peserta didik. Menurut
Tim Sisjian
(1997/1998),
langkah-langkah pengembangan
produk penilaian adalah sebagai berikut: a. Penentuan tujuan tes Menurut Kartowagiran (2011), tujuan pemberian tes Higher Order Thinking Skills pada penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan konsep peserta
didik
pada
kompetensi/sub
kompetensi
terkait ekosistem dan
lingkungan setelah diajarkan. Penguasaan ini dapat diartikan, sejauh mana peserta didik memahami atau mungkin menganalisis materi tertentu yang telah dibahas di commit to userkognitif mana mereka menguasai ruang kelas. Dengan kata lain, pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
materi yang telah diberikan. Tujuan tes harus jelas agar arah dan ruang lingkup pengembangan tes selanjutnya juga jelas. b. Penyusunan Kisi-kisi soal Higher Order Thinking Skills Kisi-kisi adalah panduan atau acuan dalam menyiapkan bahan ajar, menyelenggarakan pembelajaran, dan mengembangkan butir-butir soal uji. Kisi-kisi soal tes yang merupakan bagian dari silabus ini biasanya berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, penilaian, waktu. Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi adalah indikator jabaran dari kempetensi dasar (KD). Kisi-kisi soal yang dibuat merupakan perpaduan materi pelajaran dengan indikator Higher Order Thinking Skills. c. Penulisan butir-butir soal/tes dan matrik soal Higher Order Thinking Skills Penulisan butir-butir soal Higher Order Thinking Skills merupakan langkah penting dalam upaya pengembangan alat ukur kemampuan atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator jenis dan tingkat perilaku
yang
hendak
diukur
menjadi
pertanyaan-pertanyaan
yang
karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam kisi-kisi. Butir soal merupakan jabaran atau dapat juga wujud dari indikator, Dengan demikian setiap pernyataan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diminta. Mutu setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes secara keseluruhan. Matrik Soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau memiliki Higher Order Thinking yang rambu-rambunya dibuat dengan perpaduan antara dimensi proses kognitif Higher Order Thinking Skills dengan dimensi pengetahuan yang meliputi faktual, konseptual, prosedural dan metakognisi dari Anderson dan Krathwohl. d. Telaah Soal atau Analisis Kualitatif Soal Telaah soal atau analisis kualitatif soal teoritik
soal
tes
yang telah
tersusun.
Telaah
adalah mengkaji secara ini
dilakukan
dengan
memperhatikan aspek, yaitu aspek materi, aspek instrumen penilaian. e. Uji Coba Soal Uji coba soal pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui kualitas soal tes berdasarkan pada empirik atau respon dari peserta tes. commit to user g. Perakitan Soal Tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Agar skor tes yang diperoleh tepat dan dapat dipercaya maka soal tes harus valid dan reliabel. Butir-butir soal perlu dirakit menjadi alat ukur yang yang terpadu. Perakitan tes dengan cara : (1) menentukan KD materi ekosistem dan lingkungan berdasarkan Kurikulum 2013 (2) membuat matriks soal
Higher
Order Thinking Skills berdasarkan pedoman Taksonomi Bloom dengan menentukan butir soal pada masing-masing aspek kognitif dan aspek pengetahuan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Tabel Matrik Soal Higher Order Thinking Skills Dimensi
Aspek Kognitif Higher Order Thinking Skills Menganalisis (C4)
Menilai (C5)
Menciptakan (C6)
Pengetahuan
Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif
7. Higher Order Thinking Skills a.
Pengertian Menurut Lewis & Smith (1993), Higher Order Thinking Skills merupakan
suatu keterampilan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat,
tetapi membutuhkan kemampuan lain yang lebih
tinggi.
Keterampilan Higher Order Thinking Skills sebagai keterampilan berpikir yang terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang sudah tersimpan dalam ingatannya, selanjutnya menghubungkan informasi tersebut dan menyampaikannya untuk mencapai tujuan atau jawaban yang dibutuhkan. King, Goodson, Ludwika, dan Rohani (2010) mengatakan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa dapat diberdayakan dengan memberikan masalah yang tidak biasa dan tidak menentu seperti pertanyaan atau dilema, sehingga penerapan yang sukses dari kemampuan ini adalah ketika siswa berhasil
menjelaskan, memutuskan, menunjukkan, dan menghasilkan commit to user penyelesaian masalah dalam konteks pengetahuan dan pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Heong et. al (2011) menyatakan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru. Wardana (2010) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatife. b. Higher Order Thinking Skills Menurut Revisi Taksonomi Bloom Beberapa teori yang berkaitan dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Menurut Anderson & Krathwohl (2001), Taksonomi Bloom untuk tingkat analisis, sintesis dan evaluasi (Taksonomi Bloom lama) dan tingkat menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Revisi Taksonomi Bloom). Pada Taksonomi Bloom Revisi, yang termasuk ke dalam kategori Higher Order Thinking
Skills
adalah
pada
tingkat
Analyze
(Menganalisis),
Evaluate
(Mengevaluasi) dan Create (Mencipta). Adapun definisi untuk masing-masing tingkat tersebut adalah sebagai berikut. 1. Analyze (Menganalisis) Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya
commit to user faktor penyebab dan akibat dari dan mampu mengenali serta membedakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
sebuah skenario yang rumit. Kategori Analyze terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing) a. Differentiating (membedakan) Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagianbagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai. b. Organizing (mengorganisasi) Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsurunsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait. c. Attributing (mengatribusikan) Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan. 2. Evaluate (Mengevaluasi) Mengevaluasi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (memeriksa) dan Critiquing (mengkritik). a. Checking (memeriksa) Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil serta mendeteksi keefektifan
commit to user prosedur yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
b. Critiquing (mengkritik) Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar. 3. Create (Mencipta) Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya. Proses Create dapat dipecah menjadi tiga fase, yaitu: masalah diberikan,
dimana
siswa
mencoba
untuk
memahami
soal,
dan
mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan
siswa
yang
mencoba
untuk
memahami
soal
(Merumuskan/Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Merencanakan/Planning). Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Memproduksi/Producing). Menurut Anderson & Krathwohl (2001), terdapat empat jenis atau kategori pengetahuan yang mencakup semua jenis pengetahuan yang commit to user terdapat Taksonomi Bloom. Empat kategori yakni, pengetahuan faktual,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural, dan pengetahuan metakognitif. 1. Pengetahuan Faktual Pengetahuan Faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan ini berisi elemenelemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terdiri dari dua subjenis, yaitu: a. Pengetahuan Tentang Terminologi Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda, gambar). b. Pengetahuan Tentang Detail-detail dan Elemen-elemen yang Spesifik Pengetahuan ini tentang peristiwa detail-detail dan elemenelemen yang spesiik merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa atau ukuran suatu fenomena. 2. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan Konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasipengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan Konseptual terdiri dari tiga subjenis, yaitu: a. Pengetahuan Tentang Klasifikasi dan Kategori Pengetahuan ini meliputi kategori, keals, divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. b. Pengetahuan Tentang Prinsip dan Generalisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22 Pengetahuan ini merupakan bagian yang dominan dalam
sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena atau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. c. Pengetahuan Tentang Teori, Model, dan Struktur Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai paradigm, epistemology, teori dan model yang digunakan dalam disiplin-disiplin
ilmu
untuk
mendeskripsikan,
memahami,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena. 3. Pengetahuan Prosedural Pengetahuan Prosedural merupakan pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan berbagai prosedur. Pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis, yaitu: a. Pengetahuan Tentang Keterampilan dalam Bidang Tertentu dan Algoritme Pengetahuan ini merupakan prosedur untuk mengalikan bilangan-bilangan pecahan dalam aritmatika, ketika dipraktikkam, umumnya menghasilkan jawaban yang tetap. b. Pengetauan Tentang Teknik dan Metode dalam Bidang Tertentu Pengetahuan yang mencakup pengetauan yang galibnya merupakan hasil consensus, kesepakatan, atau ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan, eksperimen, atau penemuan langsung. c. Pengetahuan Tentang Kriteria untuk Menentukan Kapan Harus Menggunakan Prosedur yang Tepat Pengetahuan ini diharapkan mengetahui metode-metode dan teknik-teknik yang pernah dipakai dalam penelitian-penelitian. 4. Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis, yaitu: a. Pengetahuan Strategis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23 Pengetahuan Strategis adalah pengetahuan perihal strategi-
strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. b. Pengetahuan
Tentang
Tugas-tugas
Kognitif,
yang
Meliputi
Pengetahuan Kontesktual dan Kondisional Pengetahuan ini mencakup pengetahuan bahwa pelbagai tugas kognitif itu sulir dan memerlukan sistem kognitif dan strategistrategi kognitif. c. Pengetahun Diri Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. 8. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan Penilaian Yang Mengukur Higher Order Thinking Skills Nofiana (2013) mengembangkan instrumen evaluasi two-tier multiple choice question yang mengukur keterampilan berpikir tingak tinggi pada materi kingdom Plantae. Hasil penelitian Nofiana (2013) mengungkapkan bahwa pengembangan instrumen evaluasi yang digunakan memiliki validitas dengan interpretasi minimal “cukup”, serta memiliki reabilitas yang tinggi. Lissa (2012) mengembangkan insrumen penilaian keterampian Higher Order Thinking Skills pada materi sistem respirasi dan ekskresi. Hasil penelitian Lissa (2012) mengungkapkan bahwa penerapan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skills yang dirancang sedemikian rupa dapat memberikan pengaruh yang positif atau signifikan terhadap hasil belajar. Budiman (2014) mengembangkan instrumen asesmen Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada mata pelajaran matematika memiliki produk akhir yang mampu mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, yaitu soal pilihan ganda yang memiliki tingkat kesukaran sedang, daya pembeda yang baik, semua pengecoh yang berfungsi baik, dan soal uraian yang memiliki tingkat kesukaran sedang dengan pembeda baik. Lewy (2009) mengembangkan soal untuk mengukur kemampuan berpikir commit user tingkat tinggi pokok bahasan dan derettobilangan di kelas IX akselerasi SMP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Xaverius Maria Palembang memiliki perangkat soal yang valid dan praktis, dan dari hasil ujicoba semua siswa dapat menggunakan perangkat soal dengan baik serta hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan nilai 35,59 dimana hasil ini termasuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi kategori baik. 9.
Materi Ekosistem Menurut Campbell, Reece, & Mitchell (2004), ekosistem adalah hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu yang mempelajari hubungan
timbal
balik
antara
makhluk
hidup
dengan
lingkungannya
disebut ekologi. Tempat hidup makhluk hidup disebut habitat. Lingkungan makhluk hidup terdiri dari lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik terdiri dari seluruh makhluk hidup. Lingkungan abiotik terdiri dari suhu, cahaya, air, kelembapan, udara, garam-garam mineral, dan tanah. Terdapat 3 interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Yaitu interaksi antar-individu, interaksi antar-populasi, dan interaksi antara komponen abiotik dan biotik. Bentuk interaksi antar populasi adalah: 1. Predasi. Antara makan dan dimakan. Yang memakan disebut predator, yang dimakan disebut mangsa (prey). 2. Kompetisi. 3. Simbiosis.
Terdiri
dari
simbiosis
mutualisme
(sama-sama
menguntungkan), simbiosis komensalisme (satu diuntungkan dan satu lagi tidak diuntungkan maupun tidak dirugikan. Contoh: anggrek menempel di pohon mangga), dan simbiosis parasitisme (satu diuntungkan dan satu dirugikan). Suatu individu dibagi empat, yaitu produsen, konsumen, dekomposer (pengurai). Contoh: bakteri dan jamur), dan detrivor (pemakan bangkai. Contoh: cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut, dan kutu kayu). Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan ekosistem buatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
1. Ekosistem air (akuatik) terdiri dari ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem esturari (antara sungai dan laut/delta), ekosistem pantai pasir, ekosistem pantai batu, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem laut dalam. 2. Ekosistem darat (terestrial) terdiri dari hutan hujan tropis, sabana (curah hujan lebih rendah dari hutan hujan tropis dan didominasi oleh semak dan pohon), padang rumput (curah hujan lebih rendah daripada sabana), gurun, hutan gugur, taiga (dingin dan didominasi oleh hutan pinus), dan tundra (di dekat kutub utara disebut tundra artik dan di puncak gunung disebut tundra alpin). 3. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Contoh: bendungan, waduk, hutan tanaman produksi, sawah, pedesaan, kolam, perkotaan, dll. Dalam rantai makanan, ada produsen, konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen puncak. Rantai makanan yang kompleks, saling berkaitan, dan bercabang-cabang disebut jaring-jaring makanan. Piramida ekologi menggambarkan struktur trofik suatu ekosistem. Struktur trofik adalah peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi (menggambarkan tingkat kehilangan
energi
dari
suatu
rantai
makanan),
piramida
biomassa
(menggambarkan tingkat berkurangnya transfer energi pada setiap tingkat trofik) dan piramida jumlah (menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat trofik). Dalam suatu ekosistem, energi kimia sebagian besar hilang pada setiap tingkat trofik tetapi materi pada tiap tingkat trofik tidak hilang. Materi tersebut didaur ulang yang melibatkan makhluk hidup dan batuan yang disebut daur biogeokimia. 1. Daur air: air laut > menguap > kondensasi > turun hujan > air mengalir ke laut. 2. Daur karbon: karbon di atmosfer > diserap pohon | dihirup hewan > daun mengering dan jatuh | hewan mati > dan dan hewan mengalami pembusukan > bahan bakar fosil > pembakaran bahan fosil > karbon ke commit to user atmosfer.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Suksesi adalah proses perkembangan suatu komunitas melalui tahap-tahap yang dapat diprediksi. Suksesi terdiri dari suksesi primer, suksesi sekunder, dan komunitas klimaks. Suksesi primer adalah formasi suatu komunitas baru pada suatu daerah yang diawali oleh suatu daerah yang kosong atau gundul. Biasanya terjadi setelah letusan gunung berapi. 1. Suksesi sekunder adalah pembentukan kembali suatu komunitas ke bentuk kondisi awal setelah daerah tersebut rusak. Penyebab suksesi sekunder adalah kebakaran, banjir, gempa bumi, atau aktivitas manusia. 2. Komunitas klimaks adalah hasil akhir dari suksesi yang berupa komunitas yang mengalami keseimbangan. 10. Materi Lingkungan Menurut Campbell, et al (2004), pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan peruntukkannya. Zat atau bahan yang menyebabkan polusi disebut polutan. a. Pencemaran Udara Peningkatan CO2 dapat menyebabkan pemanasan bumi melalui efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca terjadi karena gas CO2 yang lebih ringan dari udara, melayang di udara, berkumpul, dan membentuk suatu lapisan. Cahaya matahari menembus atmosfer dan memantul pada permukaan bumi untuk kembali ke luar angkasa. Proses ini menimbulkan energi panas di atmosfer bumi. Panas tersebut dapat dikeluarkan melalui atmosfer. Namun, adanya lapisan CO2 menyebabkan energi panas memantul kembali ke bumi, begitu juga dengan cahaya. Hal ini menyebabkan panas bumi meningkat dan disebut dengan pemanasan global (global warming). Akibat lebih jauh dari pemanasan ini antara lain naiknya permukaan laut karena melelehnya gununggunung es di kutub bumi, hilangnya pulau-pulau kecil, dan perubahan iklim dunia. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan pengurangan penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
barang-barang yang menghasilkan karbon dioksida yang tinggi, seperti penggunaan kendaraan bermotor. Terdapat beberapa sumber pencemaran udara. Berbagai pencemar udara yang dianggap penting adalah sebagai berikut. 1. Oksida karbon : karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). 2. Oksida belerang : sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) 3. Oksida nitrogen : nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan nitrogen oksida (N2O). 4. Komponen organik volatil : metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluoro karbon (CFC), dan kelompok bromin. 5. Suspensi partikel : debu, tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, asam sulfat (H2SO4), dan pestisida. 6. Substansi radioaktif : radon-222, iodin-131, dan radioisotop lainnya. b. Pencemaran Air Secara garis besar, pencemaran air dapat disebabkan oleh mikroorganisme dalam
air,
limbah
organik,
dan
limbah
anorganik.
Pencemaran
oleh
mikroorganisme, umumnya dapat menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan. Limbah organik, seperti limbah rumah tangga, minyak, plastik, dan larutan pembersih, merupakan penyebab kematian pada ikan maupun organisme lainnya. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob yang menggunakan oksigen dalam air. c. Pencemaran Tanah Pencemaran tanah ini dapat disebabkan oleh bahan-bahan, seperti limbah plastik, botol kaca, kaleng, zat kimia, dan logam-logam berat. Akibat dari pencemaran ini dapat mengganggu organisme tanah, bakteri yang berguna bagi fiksasi nitrogen sehingga mengubah komposisi tanah. Pencemaran tanah ini pun memengaruhi kandungan air tanah secara langsung. Biasanya beberapa jenis bakteri dan bahan partikel lainnya yang mencemari permukaan tanah dapat tersaring sehingga air tanah menjadi cukup bersih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
B. Kerangka Pikir
Tuntutan di Era Abad 21 melalui Pendidikan Aspek life skill yang meliputi Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat dipacu melalui pembelajaran active learning perlu ada alat ukur penilaian
1.
2.
3.
Standar Proses dan Penilaian teradi gap yang cukup besar. Observasi 5 Sekolah di Surakarta menunjukan soal UN, UTS, UAS, US, Ulangan Harian dan buku paket yang digunakan masih dalam ranah kognitif yang rendah. Penilaian di sekolah belum mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
Penilaian untuk mengukur Higher Order Thinking Skills siswa
Penelitian yang relevan Pengembangan instrument evaluasi untuk mengukur berpikir tingkat tinggi siswa (Noviyana, 2013) Pengembangan Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Lissa, 2012)
commit to user
6 Kategori Berpikir Kritis : C1-C6 Serta 3 ranah kognitif berpikir tingkat tinggi (Anderson & Krathwohl, 2001)
Penilaian Prosedur untuk mengukur taraf pengetahuan dan ketrampilan subjek didik yang hasilnya untuk keperluan evaluasi