BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan terutama kepada pihak-pihak diluar korporasi yang menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dengan memberikan informasi dalam pengambilan keputusan bisnis. Selain itu, laporan keuangan juga dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Laporan keuangan dengan kualitas yang baik dapat menunjukkan kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakainya baik pihak eksternal maupun pihak internal. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan
untuk
memperkirakan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan kas dan aset yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang (PSAK No. 25 Tahun 2009). Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakai didalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat, memprediksi jumlah dan penentuan waktu arus kas dimasa yang akan datang yakni dividen dan bunga yang berkaitan dengan investasi mereka (Hanafi dan Halim, 2003). Mereka juga memakai informasi keuangan untuk memengaruhi dan memantau aktivitasaktivitas manajemen. Pada prinsipnya laporan keuangan merupakan informasi yang dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal dalam menginterpretasikan keadaan suatu perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 Tahun 2009 definisi laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” Menurut Kieso et al. (2011) laporan keuangan adalah : “Financial statement are the principal means through which financial information is communicated to those outside an enterprise. This statement provide the firm’s history quantifyed in money terms” Harrison dan Horngren (2005) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : “Financial statement are document that report financial information about a business entity to decision makers” Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Harrison dan Horngren, maka dapat dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan informasi yang menyangkut informasi-informasi tertentu yang penting mengenai kegiatan-kegiatan opersi perusahaan, kepada pihak-pihak luar yang membutuhkannya dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut ini : (1) laporan posisi keuangan pada akhir periode, (2) laporan laba rugi komprehensif selama periode, (3) laporan perubahan ekuitas selama periode, (4) laporan arus kas selama periode, (5) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan (6) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya seperti dijelaskan dalam PSAK No. 1 Tahun 2009. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK Tahun 2009) menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No. 1 Tahun 2009 adalah : “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.” Accounting
Priciples
Boards
Statement
No.
4
(Belkaoui,
2006)
mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif sebagai berikut : 1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan. 2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Untuk meberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari peruahaan bisnis agar :
Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya;
Menunjukkan pendanaaan dan investasinya;
Mengevaluasi
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
komitmen-komitmennya;
Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat :
Menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para investor.
Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan pekerjaan bagi karyawankaryawannya, membayar pajak, dan menghsilkan dana untuk perluasan usaha.
Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen.
Menyajikan profitabilitas jangka panjang.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan. d. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai paerubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban. e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan. 3. Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Relevansi, yang artinya informasi yang dihasilkan laporan keuangan dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai laporan keuangan tersebut dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. b. Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut harus jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya.
c. Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode-metode pengukuran yang sama. d. Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna spesifik. e. Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. f. Komparabilitas (daya banding), yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi yang diterapkan. g. Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain.
2.1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK Tahun 2009) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna. 4. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 5. Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. 6. Substansi Mengungguli Bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. 7. Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. 8. Pertimbangan Sehat Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. 9. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. 10. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan Didalam Kerangka Dasar Penysusunan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK Tahun 2009) dijelaskan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi Pinjaman Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta serangkaian aktivitasnya. Para pemakai laporan keuangan dapat menilai kinerja perusahaan dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama bagi investor dan kreditor. Konsep dasar indikator kinerja adalah suatu ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah kegiatan selesai. Laporan laba rugi dan arus kas adalah indikator yang menjadi perhatian utama bagi investor dan kreditor.
2.2 Laporan Arus Kas 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang wajib di sampaikan oleh perusahaan yang mencatat sahamnya di bursa efek pada
laporan keuangannya. Laporan arus kas sendiri berguna untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas suatu entitas untuk periode tertentu. Menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menginformasikan jumlah arus kas masuk dan arus kas keluar atau sumber dan pemakaian kas dalam suatu perusahaan. Arus kas masuk (cash inflows) merupakan transaksi yang mengakibatkan kenaikan kas. Sedangkan arus kas keluar (cash outflows) merupakan transaksi yang menyebabkan penurunan kas. Investor dan kreditor dapat memanfaatkan informasi arus kas untuk mengetahui mengenai pengelolaan dan penggunaan kas dalam perusahaan tersebut. Menurut Stice et al. (2007) definisi laporan arus kas adalah sebagai berikut: “A statement of cash flows explains the change during period in cash and cash equivalen.” Menurut Kieso et al. (2011), definisi laporan arus kas adalah : “The statement of cash flows is a primary statement that reports the cash receipts, cash payment and net change resulting form the operating, investing and financial activities of an enterprise during a period.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas merupakan laporan utama yang menyajikan informasi mengenai penerimaan kas, pembayaran kas dan hasil perubahan dalam nilai bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan pada suatu periode tertentu. Tujuan laporan arus kas menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 adalah : 1.
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk : a. Mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, b. Struktur keuangan (termasuk likuiditas dan slovabilitas), dan c. Kemampuan memengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dan arus kas masa depan (future cash flow). 3. Meningkatkan daya banding pelaporan keuangan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi peristiwa yang sama. 4. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. 5. Meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Laporan arus kas juga dapat memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi fleksibilitas keuangan perusahaan. Fleksibilitas keuangan (financial flexibility) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan jumlah kas yang memadai dalam upaya menjawab kebutuhan dan kesempatan bisnis yang tidak terduga. Informasi arus kas dimasa lalu terutama arus kas operasi, akan membantu dalam menilai fleksibilitas perusahaan. Arus kas dari kegiatan operasi meliputi seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan laba. Pengukuran ini tidak hanya meliputi pendapatan dan beban, namun juga kebutuhan kas aktivitas operasi. Arus kas operasi meliputi investasi dalam bentuk piutang pelanggan dan persediaan serta pendanaan oleh pemasok barang dan jasa. Tidak seperti laporan keuangan utama lainnya, laporan arus kas tidak disiapkan dari neraca saldo yang telah disesuaikan. Informasi untuk menyiapkan laporan ini biasanya berasal dari tiga sumber : 1. Neraca komparatif, menyajikan jumlah perubahan asset, liabilitas, dan ekuitas dari awal hingga akhir periode. 2. Laporan laba rugi periode berjalan, berisi data yang membantu penentuan jumlah kas yang diterima atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan.
3. Data transaksi tertentu, memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selama periode berjalan. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam menggunakan kas dan setara kas. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi suatu perusahaan perlu dilakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam mengasilkan kas dan setara kas serta kepastian yang diperolehnya.
2.2.2 Pengklasifikasian Laporan Arus Kas Penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut.
2.2.2.1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi (operating activities) merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam laporan posisi keuangan. (Subramanyam, 2010). Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk dapat melanjutkan usahanya.
PSAK No. 2 Tahun 2009 mendefinisikan aktivitas operasi sebagai : “Aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.” Definisi arus kas operasi menurut Stice et al. (2007) adalah: “Operating activities include those transaction and events associated with expenses that enter into determination of net income.” Definisi aktivitas operasi menurut Kieso et al. (2011), yaitu: “Operating activities involve the cash effects of transactions that enter into the determination of net income, such as cash receipts form sales of goods and services and cash payments to suppliers and employees to obtain supplies and to pay expenses.” Harrison dan Horngren (2005) mendefinisikan laporan arus kas dari aktivitas operasi sebagai berikut : “Activities that creates revenue or expense in the entity’s major line of business; a section of the statement of cash flows. Operating activities affect the income statement.” Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umunya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi (PSAK No. 2 Tahun 2009) antara lain: 1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa. 2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain. 3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. 4. Pembayaran kas kepada karyawan. 5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, kliam, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya.
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktifitas pendanaan dan investasi. 7. Penerimaan dan pembayaran
kas dari kontrak yang diadakan uuntuk
tujuan transaksi usaha dan perdagangan. Penyajian laporan arus kas dari aktivitas operasi menurut Stice et al. (2007) dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1. The direct method is essentially a rexamination of each income statement item with objective of reporting how much cash was received or disbursed in association with item. For example, for the item sales in the income statement, there is a corresponding item in the cash flow statement called cash collected from customers. For cost of good sold, the corresponding item is cash paid for inventory. To prepare the operating activities section using the direct method, one must adjust each income statenment item for the effect of the accrual. 2. The indirect method beggin with net income as reported on the income statement and adjust this accruals amount for any items that do not affect cash flow. The adjustments are three basic types: Revenues and expenses that do not involve cash inflow or out flow. Gains and losses associated with investing or financing activities. Adjustments for changes in current operating assets and liabilities that indicated noncash sources of revenues and expenses. Menurut PSAK No. 2 Tahun 2009, pelaporan arus kas dari aktivitas operasi mempunyai 2 metode, yaitu: 1
Metode langsung : dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
2
Metode tidak langsung : dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi nonkas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan.
Dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut menghasilkan jumlah yang sama yaitu jumlah arus kas bersih yang disediakan atau digunakan dalam aktivitas operasi dari kedua metode tersebut metode tidak langsung lebih sering digunakan oleh sebagian besar perusahaan karena mudah digunakan dan dapat
merekonsiliasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi.
2.2.2.2 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dari aktiva lancar. PSAK No. 2 Tahun 2009 menyatakan bahwa : “Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.” Arus kas dari aktivitasi investasi menurut Kieso et al. (2011) adalah : “Investing activities include making and collecting loans and acquiring and disposing of investments (both debt and equity) and property, plant and equipment.” Harrison dan Horngren (2005) mendefinisikan arus kas investasi sebagai berikut : “Investing activities are activities that increase and decrease the long term asset available to the business or a section of statement of cash flow.” Dari definisi yang dikemukakan oleh Harrison dan Horngren dapat dijelaskan bahwa kegiatan investasi termasuk membuat dan mengumpulkan pinjaman, mendapatkan dan, melepaskan atau menjual investasi (baik hutang dan ekuitas) dan properti, bangunan serta peralatan. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan pengungkapan terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi (PSAK No. 2 Tahun 2009) adalah : 1
Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
2
Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
3
Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
4
Uang muka dan pinjaman yang di berikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang di lakukan oleh lembaga keuangan).
5
Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
2.2.2.3 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan melibatkan upaya-upaya untuk memperoleh dana selaku peminjam atau penerbit sekuritas dan membayar kembali pinjaman tersebut, serta sekuritas yang diterbitkan. Menurut PSAK No. 2 (2009), pengertian arus kas dari aktivitas pendanaan adalah : “Aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.” Harrison dan Horngren (2005) mendefinisi arus kas pendanaan sebagai berikut : “Financing activities are activities that obtain the fund from investors and creditors needed to launch and sustain the business or a section of the statement of the statement of cash flows.” Pengertian arus kas dari aktivitas pendanaan menurut Kieso et al. (2011), yaitu : “Financing activities involve liability and equity items. They include (a) obtaining resources from owner and providing them with areturn on their investment and (b) borrowing money from creditors and repaying the amounts borrowed.” Dari definisi yang dikemukakan oleh Kieso et al. dapat diartikan bahwa aktivitas pendanaan melibatkan kewajiban dan ekuitas serta mencakup (a) perolehan sumber daya dari pemilik dan menyediakan laba atas investasi mereka dan (b) peminjaman uang dari kreditur dan membyar jumlah yang dipinjam.
Arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu di lakukan pengungkapan terpisah karena berguna untuk memprediksi kliam terhadap arus kas masa depan oleh para pemaosk modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan (PSAK No. 2 Tahun 2009) adalah : 1. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya. 2. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan. 3. Penerimaan dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman lainnya. 4. Pelunasan pinjaman. 5. Pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease).
2.3
Laporan Laba Rugi
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang mewakili suatu usaha untuk mengukur hasil bersih dari operasi usaha pada periode tertentu. Laporan laba rugi disusun dengan basis akrual, yang berarti bahwa suatu usaha untuk menyamakan pendapatan perusahaan dari periode operasi dengan beban. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep
bandingan
(matching
concept).
Konsep
ini
diterapkan
dengan
membandingkan pendapatan dan beban yang dihasilkan selama periode terjadinya beban
tersebut. Kelebihan ini disebut laba bersih (net income). Jika beban
melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss). Menurut Kieso et al. (2011) pengertian laporan laba rugi adalah : “Income statement, often called the statement of income or statement of earning is the report that measures the success of the enterprise operation for given period of time. The business and investment community uses this report to determine profitability, investment, and credit worthiness. It provides investors and creditors with information that helps them to predict the amounts, timing and uncertainty of the future cash flow.” Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu, menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
para investor dan kreditor dari arus kas masa depan. Laporan laba rugi merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan selama suatu periode akuntansi yang menyajikan unsur-unsur pendapatan dan biaya perusahaan sehingga menghasilkan laba atau rugi bersih. Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan apda suatu periode tertentu. Penyusunan laporan laba rugi ada dua bentuk, yaitu : 1. Bentuk single step, atau biasa disebut bentuk langsung. Dalam bentuk single step, pendapatan dikurangi dengan beban untuk menghitung laba atau rugi bersih. Jadi, hanya ada dua pengelompokkan, yaitu pendapatan dan beban. Dalam mempertemukan unsur pendapatan dan beban hanya dilakukan dalam satu tahap, dimana seluruh pendapatan dari manapun asalnya dijumlahkan terlebih dahulu untuk menghasilkan total pendapatan dalam suatu periode. Begitu pula dengan unsur-unsur beban, seluruh beban dijumlahkan tanpa menunjukkan apakah beban itu terjadi dalam rangka usaha pokok atau diluar usaha pokok untuk menghasilkan total beban dalam suatu periode. 2. Bentuk multiple step, atau biasa disebut dengan bentuk bertahap. Dalam bentuk multiple step, unsur-unsur pendapatan dan beban diklasifikasikan menurut sumbernya, dalam kaitannya dengan kegiatan atau usaha pokok perusahaan. Secara umum laporan laba rugi bentuk bertahap menunjukkan adanya pemisahan hasil usaha (laba rugi) menurut sumbernya, misalnya pemisahan dari aktivitas operasi dan non operasi perusahaan. Kemudian biaya juga diklasifikasikan berdasarkan fungsi-fungsi pokok perusahaan, misalnya fungsi pembelian, penjualan, produksi dan administrasi. Penyajian dalam bentuk ini memungkinkan pemakai membandingkan secara langsung beban tahun berjalan dengan beban tahun sebelumnya serta beban antar kegiatan atau fungsi pada tahun yang sama. Bagi internal perusahaan, khusunya manajemen, laporan laba rugi dapat menjadi informasi untuk menilai sejauh mana efisiensi beban dan laba yang dapat dicapai oleh perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya. Selanjutnya, hal ini
dapat dijadikan motivasi bagi manajer dan seluruh karyawan untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi setiap tahunnya. Laporan laba rugi dapat digunakan untuk membantu pemakai laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan. Menurut Kieso et al. (2011), informasi laba rugi dapat digunakan oleh investor dan kreditor untuk : 1. Mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lalu. Dengan memeriksa jumlah pendapatan dan beban, maka para pemakai laporan laba rugi dapat menilai kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan pesaing. 2. Menyediakan basis untuk memprediksi kinerja dimasa yang akan datang. Informasi kinerja masa lampau dapat digunakan dalam bentuk trend yang menyediakan informasi kinerja masa mendatang. 3. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian arus kas masa datang. Komponen-komponen dalam informasi laba, seperti pendapatan, beban, laba dan rugi menggambarkan hubungan diantara komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai risiko pada tingkat tertentu suatu arus kas di masa mendatang. Para pemakai laporan laba rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi yang akan mengurangi manfaat dari laporan ini untuk meramalkan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. Menurut Kieso et al. (2011), beberapa keterbatasan tersebut diantaranya adalah : “Some of income statement limitation include : 1. Items that cannot be measured reliability are not reported in income statement. 2. Income numbers are affected by the accounting methods employed. 3. Income measurement involve judgement.” Dengan kata lain beberapa keterbatasan laporan laba rugi adalah sebagai berikut : 1. Laporan laba rugi tidak memuat banyak pos yang member kontribusi terhadap pertumbuhan dan kesehatan perusahaan secara umum. 2. Angka laba seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.
3. Ukuran laba merupakan subjek estimasi.
2.3.2 Laba Laba merupakan pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan. Kebanyakan orang mengaitkannya dengan uang sisa dari pendapatan setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laba biasanya mengacu pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya (keuntungan netto dari suatu proses produksi). PSAK No. 1 Tahun 2009 mendefinisikan laba rugi sebagai : “Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.” Soemarso (2004) mendefinisikan laba sebagai berikut: “Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu .” Anthony dan Govindarajan (2008) mendefinisikan laba sebagai berikut: “Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan beberapa indikator (beberapa diantaranya mengarah kepada hal yang berbeda).” Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bawa laba merupakan selisih antara pendapatan yang dihasilkan perusahaan atas beban yang terjadi selama suatu periode tertentu. Besar kecilnya laba ditentukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, laba merupakan alat yang tepat untuk mengukur prestasi dari pimpinan dan manajemen perusahaan atau dengan kata lain efektivitas dan efisiensi dari suatu perusahaan secara garis besar dapat dilihat dari laba yang diperoleh. Untuk menghasilkan laba, berbeda untuk setiap perusahaan, tergantung pada jenis perusahaannya, dapat dimulai dengan mendapatkan persediaan atau jasa tenaga kerja (untuk perusahaan jasa) kemudian mengolahnya menjadi barang yang siap untuk dijual kepada konsumen ataupun penjual jasa untuk perusahaan jasa. Laba dari aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan akan dicatat selama proses
perencanaan, pembelian, produksi, dan penjualan, termasuk selama proses penagihan (Hendriksen dan Van Breda, 2002). Menurut Hendriksen dan Van Breda (2002) konsep laba dapat dijelaskan dalam tiga tingkatan, yaitu : 1. Konsep laba pada tingkat sintatik Pada tingkat sintatik (struktural) dapat digunakan dua pendekatan berikut : a. Pendekatan transaksi dalam pengukuran laba Dalam pendekatan ini, pencatatan laba melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aset dan kewajiban hanya bila ini merupakan hasil dari transaksi internal maupun eksternal. b. Pendekatan aktivitas dalam pengukuran laba Dalam pendekatan aktivitas, laba diasumsikan timbul bila aktivitasaktivitas atau kejadian-kejadian tertentu terjadi, tidak hanya sebagai hasil dari transaksi spesifik. 2. Konsep laba pada tingkat semantik Konsep laba pada tingkat semantik (interpretatif) menggunakan konsep ekonomi sebagai berikut : a. Laba sebagai suatu pengukur efisiensi mengandung makna bahwa laba merupakan kemampuan relatif untuk mendapatkan keluaran maksimal dengan jumlah sumber daya tertentu, atau suatu kombinasi sumber daya yang optimal bersama dengan permintaan tertentu terhadap produk guna memungkinkan imbalan yang maksimum bagi pemilik. b. Laba akuntansi versus laba ekonomi Laba akuntansi digunakan bukan sebagai pengganti laba ekonomi tetapi
sebagai
penyedia
informasi
kepada
memungkinkan investor menghitung laba ekonomi. c. Laba banyak orang
pasar
agar
Laba akuntansi digunakan sebagai upaya untuk meminimalkan masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian asumsi antara pihak-pihak yang berkepentingan. 3. Konsep laba pada tingkat pragmatik Konsep pragmatik dari laba berkaitan dengan proses keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga sekuritas dalam pasar yang teratur terhadap laporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan. a. Laba sebagai alat peramal Laba sering digunakan untuk membantu mengevaluasi daya hasil laba, meramalkan arus kas masa depan, atau menetapkan rasio investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Laba akuntansi juga digunakan untuk mengambil keputusan manajerial. b. Pendekatan pasar modal Pengamatan langsung dan tidak langsung menyatakan bahwa laba per lembar saham dan proyeksi laba per lembar saham yang dilaporkan mempunyai dampak langsung pada harga saham biasa dan dalam permintaan oleh masing-masing investor meskipun hipotesis pasar yang efisien menyiratkan bahwa perorangan tidak dapat memperoleh pengetahuan dan informasi ini. Akan tetapi, dalam bentuk hipotesis pasar efisien semi kuat, pengguna kandungan informasi dari laba yang diasumsikan merupakan dasar dari reaksi pasar terhadap informasi ini. Beberapa studi empiris telah menyatakan bahwa laba per lembar saham atau proyeksi laba per lembar saham yang dilaporkan tidak mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa. Laba digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen. Perubahan kenaikan atau penurunan laba mempengaruhi kebijakan dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan usaha selanjutnya, misalnya menyangkut kebijakan investasi, dividen dan pembayaran utang perusahaan untuk mendukung kelanjutan usaha perusahaan.
2.3.3 Pengukuran Laba Ada dua pendekatan dalam pengukuran laba, yaitu: 1. Pendekatan transaksi (transactional approach) Pendekatan transaksi merupakan pendekatan konvensional yang digunakan oleh akuntan dalam mengukur laba. Pendekatan ini meliputi pencatatan perubahan penilaian asset dan liabilitas yang merupakan akibat dari adanya transaksi baik yang bersifat internal maupun eksternal. Prosedur umum dalam pendekatan ini adalah mencatat pengukuran dan penilaian revenue dan expenses
yang didapat dari
transaksi dan membandingkannya selama periode tertentu. Pendekatan transaksi ini mempunyai beberapa keuntungan, seperti yang di kemukakan oleh Hendriksen dan Van Breda (2002), yaitu: a. Komponen laba bersih dapat diklarifikasi dengan beberapa cara seperti
menurut
produk
atau
kelompok
pelanggan,
guna
memperoleh informasi yang lebih berguna bagi manajemen. b.
Laba yang timbul dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari sebab-sebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh laba tersebut dapat diukur.
c. Pendekatan ini memberikan dasar untuk penentuan jenis serta kuantitas aktiva dan kewajiban yang ada pada akhir periode. d. Efisiensi bisnis mensyaratkan pencatatan transaksi eksternal untuk tujuan-tujuan lain. e. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling melengkapi agar dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam atas data yang mendasari. 2. Pendekatan aktivitas (activities approach) Pendekatan
aktivitas
memfokuskan
pada
merupakan deskripsi
pendekatan
aktivitas
dari
laba
yang
perusahaan,
lebih laba
diasumsikan diperoleh dari aktivitas tertentu perusahaan, misalnya pada saat perencanaan, pembelian, produksi dan proses penjualan. Perbedaan
utama dengan pendekatan transaksi adalah pendekatan aktivitas berdasarkan pada konsep aktivitas dunia nyata (real world concept of activities) atau peristiwa secara garis besar, sedangkan dalam pendekatan transaksi berdasarkan proses pelaporan yang mengukur peristiwa eksternal yaitu transaksi. Pendekatan aktivitas juga memiliki keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Hendriksen dan Van Breda (2002), yaitu : “Pendekatan ini memungkinkan pengukuran beberapa konsep laba yang berbeda-beda, yang dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda”.
2.3.4 Kegunaaan Laba Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu memperoleh laba adalaha tujuan utama setiap badan usaha. Informasi mengenai laba perusahaan merupakan informasi yang penting, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Harahap (2004) laba merupakan informasi penting dalam laporan keuangan untuk : 1. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. 2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran dividen kepada pemegang saham. 3. Laba dijadikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan . 4. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya dimasa yang akan datang. 5. Laba dijadikan dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. Tujuan pelaporan laba menurut Hendriksen dan Van Breda (2002) adalah sebagai berikut: “Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba haruslah merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal. Karena laba akuntansi didasarkan pada konsep seperti realisasi pendapatan dan konsep penandingan (matching) beban dengan pendapatan, maka umunya dianggap bahwa kegiatan utama perusahaan secara keseluruhan.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Tujuan khususnya, yaitu sebagai pengukuran efisiensi manajemen, untuk meramalkan kondisi usaha dan distribusi dividen di masa yang akan datang, dan sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang. Jika dilihat betapa pentingnya informasi laba, maka tidak ada jalan lain bagi perusahaan atau individu yang bertindak sebagai investor, harus menguasai informasi laba tersebut. Penguasaan akan informasi laba ini dapatlah dimulai dengan konsep laba itu sendiri , karena banyak ahli dari berbagai sudut pandang memberikan penjelasan mengenai laba berdasarkan bidangnya masing-masing.
2.4
Prediksi Laba dan Arus Kas Salah satu tujuan umum akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang
dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian bisnis. Adapun nilai kriteria prediksi secara umum adalah suatu probabilitas hubungan antara kejadian ekonomi yang penting bagi pengambil keputusan dan variabel prediktor yang relevan dalam informasi akuntansi. Kecenderungan untuk meramalkan atau menduga khususnya dalam bidang ekonomi akan memberikan dasar yang lebih baik untuk perencanaan. Menurut Stice et al. (2007) prediksi laporan keuangan digunakan untuk membangun suatu estimasi tentang seberapa baik kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Prediksi bermanfaat bagi banker yang peduli terhadap pengembalian uangnya apabila memberikan pinjaman kepada perusahaan, atau investor yang ingin menentukan berapa banyak mereka harus berinvestasi pada suatu perusahaan. Prediksi laporan keuangan juga berguna bagi manajemen perusahaan untuk mengevaluasi alternatif strategi yang ada dan menentukan apakah perencanaan operasi, investasi dan aktivitas keuangan saling mendukung dengan baik. Prediksi atau peramalan dapat digunakan untuk mengetahui keadaan usaha di masa mendatang. Peramalan dilakukan atas dasar data yang didapat dari
periode lampau. Ramalan menjadi popular dan penting berhubungan dengan fungsi efisiensi pasar modal, sehingga ramalan ini dianggap menjadi berguna bagi pemakai informasi akuntansi. Peramalan laba yang relevan melibatkan analisis komponen laba dan penilaian akan masa depan perusahaan tersebut. Informasi laba dapat digunakan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada. Ukuran yang seringkali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Peramalan harus menggunakan seluruh informasi yang tersedia secara efektif, termasuk laba periode sebelumnya. Pemisahan melibatkan pengguna laba berdasarkan lini produk atau segmen dan terutama jika segmen tersebut memiliki perbedaan risiko, profitabilitas atau pertumbuhan. Dalam meramalkan laba kita harus menambahkan harapan masa depan pada pemahaman masa lalu. Subramanyam (2010) menjelaskan bahwa keandalan prediksi laba bergantung pada kualitas predkisi penjualan. Dengan sedikit pengecualian, seperti dana dari aktivitas pendanaan atau dana dari aktivitas investasi, sebagian besar arus kas terkait dan bergantung pada penjualan. Prediksi penjualan meliputi analisis atas : 1. Arah dan tren penjualan, 2. Pangsa pasar, 3. Kondisi industri dan ekonomi, 4. Kapasitas produksi dan keuangan, 5. Faktor kompetisi. Peramalan kas jangka pendek diamati oleh pemakai internal dan eksternal. Bagi pengguna internal seperti manajer, peramalan arus kas diperlukan untuk mengevaluasi aktivitas operasi perusahaan sekarang dan masa depan. Sedangkan bagi pemakai eksternal seperti kreditor, peramalan arus kas digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek. Untuk analisis investasi, para analis keuangan lebih banyak menggunakan informasi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas yang lebih mencerminkan likuiditas daripada informasi laba akuntansi. Prediksi arus kas masa depan
merupakan informasi penting yang membantu pengambilan keputusan bagi pengguna lapporan keuangan.
2.5
Hubungan Laba dan Arus Kas dengan Arus Kas Masa Depan Menurut PSAK No. 25 Tahun 2009 laporan laba rugi merupakan laporan
utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang. PSAK No. 2 Tahun 2009 juga menyatakan bahwa informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas operasi menggambarkan kas yang benar-benar dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya. Informasi ini sangat penting untuk menilai kekuatan keuangan perusahaan karena merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Parawiyati dan Baridwan (1998) meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas perusahaan manufaktur
go public di
Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediktor laba signifikan dalam memprediksi arus kas satu tahun ke depan. Prediktor laba juga memberikan pengaruh yang lebih besar dalam memprediksi arus kas untuk periode satu tahun ke depan dibandingkan prediktor arus kas. Dahler dan Febrianto (2006) meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan pada perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi masa depan untuk kelompok perusahaan berlaba positif.
Barth et al. (2001) menguji peran akrual dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen akrual (perubahan piutang usaha, perubahan utang usaha, perubahan persediaan, depresiasi dan amortisasi, serta akrual lainnya) secara signifikan meningkatkan kemampuan prediktif laba. Hubungan setiap komponen akrual signifikan terhadap arus kas masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen akrual membantu dalam memprediksikan arus kas masa depan. Selain itu, agregat akrual tahun berjalan juga membantu arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan. Penelitian Syafriadi (2000) menyatakan bahwa earnings sebagai variabel independen memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen earnings dibandingkan prediktor arus kas terhadap earnings. Selanjutnya pengujian terhadap kedua hipotesa terakhir, menghasilkan bukti bahwa earnings tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas di masa depan dan earnings tidak memiliki kemampuan inkremental atas arus kas. Finger (1994) menyatakan bahwa laba dapat digunakan sebagai prediktor laba masa mendatang sampai periode delapan tahun. Laba baik digunakan secara parsial maupun bersama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan bagi arus kas masa depan.
2.6
Kerangka Pemikiran Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas
dan
setara
kas
dan
memungkinkan
para
pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas
masa mendatang
(future cash flows) dari berbagai perusahaan.
Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Arus kas dibagi menjadi 3 aktivitas, yaitu : 1. Aktivitas Operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 2. Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. 3. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. (PSAK No. 2 Tahun 2009) Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Untuk meraih tujuan ini, laporan arus kas melaporkan : 1. Kas yang mempengeruhi operasi selama suatu periode. 2. Transaksi investasi. 3. Transaksi pembiayaan. 4. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama suatu periode. (Kieso et al. 2011) Arus kas bisa berbeda dengan laba bersihnya. Perbedaan ini bisa muncul setidaknya karena dua hal :
1. Laporan laba-rugi tidak mengakui pengeluaran modal sebagai beban pada tahun bang modal dibayar. Sebaliknya, perusahaan membayar biaya ini dari waktu ke waktu dalam bentuk pengurangan penyusutan tahunan. 2. Laporan laba-rugi menggunakan metode akuntansi akrual, yang berarti bahwa pendapatan dan beban diakui ketika penjualan dilakukan, bukan ketika kas diterima atau dibayarkan (Brealey et al. 2006) Manfaat laporan arus kas telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Bowen et al. (1986).Penelitian-penelitian kandungan informasi laba telah menunjukkan hasil yang relatif konsisten,namun penelitian kandungan informasi arus kas masih menunjukkan hasil yang belum konklusif (Ali, 1994). Beberapa peneliti melakukan pengujian untuk membandingkan manfaat informasi laba dan arus kas. Hodgson dan Clarke (2000) menyatakan bahwa kebutuhan informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap praktek manipulasi dan perubahan metoda akuntansi. Bowen et al. (1986) lebih menegaskan dalam hasil penelitiannya bahwa arus kas sebagai prediktor arus kas adalah lebih baik dibanding laba, khususnya untuk periode prediksi 1 atau 2 tahun. Menurut Syafriadi (2000) dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu, maka perubahan laba tersebut bersifat acak dan ada korelasi yang serial, ini menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai prediktor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali (1994), yang meneliti mengenai isi informasi inkremental laba dengan hasil penelitian bahwa komponen laba akrual (atau total akrual yang didefinisikan sebagai kas operasi dikurangi laba) dan komponen dana (kas operasi) memilki informasi inkremental, apabila dana didefinisikan sebagai kas operasi. Menurut Palupi (2009) arus kas operasi memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik terhadap arus kas operasi perusahaan satu tahun kedepan. Hasil pengujian yang menunjukkan kemampuan prediksi yang lebih baik dari informasi arus kas menunjukkan bahwa investor sudah cukup canggih dalam menggunakan informasi arus kas tersebut. Informasi aliran kas diyakini lebih mampu mewakili nilai dari perusahaan dibandingkan
informasi laba. Adapun konsep kerangka pemikiran penulis secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1 dan lampiran 1. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya No.
Nama Peneliti
Judul
1
Catherine The Ability of A. Finger Earnings to (1994) Predict Future Earnings and Cash Flow
2
Parawiya ti dan Zaki Baridwan (1998)
Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Public di Indonesia
Variabel Independen dan Dependen Variabel Independen : ( ) Earnings, ( ) Cash Flow. Variabel Dependen : Future Earnings and Cash Flow
Variabel Independen : ( ) Laba, ( ) Arus Kas. Variabel Dependen : Laba dan Arus Kas
Alat Analisis
Hasil Penelitian
Firmspecific regressions
1. Laba dapat digunakan sebagai prediktor laba masa mendatang sampai periode delapan tahun. 2. Laba baik digunakans ecara parsial maupun bersama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan bagi arus kas masa depan. 1. Dalam menguji prediktor laba dibanding prediktor arus kas dalam memprediksi laba dalam satu tahun ke depan menunjukkan bahwa laba dan arus kas adalah signifikan
Regresi berganda
sebagai alat pengubah. 2. Dalam menguji kemampuan prediktor laba dibanding prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas menunjukkan bahwa laba dan arus kas adalah signifikan sebagai pengubah. 3. Pengujian kemampuan prediksi inkremental laba terhadap arus kas menunjukkan bahwa melalui koefisien korelasi diketahui prediktor laba lebih besar korelasinya disbanding prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas.
3
Yolanda Dahler dan Rahmat Febrianto (2006)
Kemampuan Prediktif Earnings dan Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan
Variabel Independen : ( ) Arus kas operasi tahun berjalan, ( ) Laba bersih sebelum pospos luar biasa pada tahun berjalan.
Gabungan earnings model dan CFO model
1. Arus kas operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding laba dalam memprediksi arus kas operasi masa
Variabel Dependen : arus kas dari aktivitas operasi perusahaan periode setelah tahun amatan.
4
Yumi Gantika (2012)
Kemampuan Prediktif Laba dan Arus Kas Aktivitas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Aktivitas Operasi Masa Depan
Variebel Independen : ( ) Laba, ( ) Arus kas dari aktivitas operasi Variabel Dependen : Arus kas dari operasi masa depan
Rasio
depan baik untuk kelompok perusahaan berlaba positif maupun berlaba negatif. 2. Kemampuan arus kas operasi tahun berjalan lebih baik dibanding laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan 1. Laba secara parsial tidak memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi masa depan. 2. Arus kas operasi secara parsial memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi satu tahun ke depan. 3. Arus kas operasi memiliki kemampuan yang lebih baik
disbanding laba dalam memprediksi arus kas operasi satu tahun ke depan. 4. Secara simultan laba dan arus kas operasi memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi satu tahun ke depan. Sumber : Berbagai Penelitian
2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2009). Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Ha1 : Laba dan arus kas berpengaruh positif terhadap arus kas masa depan.