BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang disebut dengan penyakit tekanan darah tinggi. Angka 140/90 menurut WHO merupakan angka paling tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat ( aktifitas normal ). Diatas angka tersebut itulah yang disebut HIPERTENSI atau Tekanan Darah Tinggi
3.
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah . Pembuluh darah membawa darah dari jantung ke alat tubuh dan jaringannya. Tekan darah terjadi karena darah dalam pembuluh darah terus menerus dipompa oleh jantung. Tekanan darah akan berbeda pada waktu jantung kuncup (tekanan sistolik), tekanan darah waktu kuncup lebih tinggi dari pada waktu jantung mengembang. Seorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi bila tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastoliknya ≥ 90 mmHg.Tingginya tekanan darah sistolik berhubungan dengan curah jantung, sedangkan tingginya tekanan diastoliknya berhubungan beratnya resistensi perifer.3 Menurut Kaplan, 1998 hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang dihubungkan dengan perbedaan usia dan jenis kelamin. Hipertensi dikelompok ke dalam tiga jenis : Pada laki-laki yang berusia kurang dari 45 tahun, apabila tekanan darah arterinya pada saat berbaring terlentang, sama dengan atau lebih dari 130/90 mmHg dinyatakan sebagai penderita hipertensi. Pada laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun, apabila tekanan darah arterinya pada saat berbaring terlentang, diatas 140/90 mmHg dinyatakan sebagai penderita hipertensi. Pada perempuan, apabila tekanan darah arterinya sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. 4 Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapatkan dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi ( sistolik ), angka yang lebih rendah diperoleh saat jantung berelaksasi ( diastolik ). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih
atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi biasanya terjadi
kenaikkan sistolik dan diastolik.7 Hipertensi sistolik adalah hipertensi yang diakibatkan oleh peninggian tekanan sistolik lebih 2 kali tekanan diastolik dikurangi 15 mmHg, tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik, atau tekanan sistolik lebih dari 2 kali tekanan diastolik, bila tekanan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Hipertensi diastolik adalah apabila tekanan diastolik ≥ 90 mmHg yang diukur pada dua kali waktu yang berbeda.7 Pada ISH (Isolated Systolic Hypertension) hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Elevasi tekanan darah sistolik menyebabkan resiko penyakit kardiovaskular lebih besar dari pada kenaikkan pada tekanan darah diastolik. ISH yang tidak segera diatasi akan tidak terkontrol dan akan memicu terjadinya stroke, heart attack, gagal jantung congestive, kerusakkan ginjal dan kebutaan. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam waktu 3 sampai 6 bulan, hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.7
B. Klasifikasi Hipertensi WHO-ISH (International Society of Hypertension) pada tahun 1999 dan Joint National Commmittee VI tahun 1997, mempunyai kriteria gradasi tekanan darah yang sama , hanya berbeda dalam istilah : stage dan grade. kriteria normal ( normotensi ) digunakan bila tekanan darah < 130/85 mmHg dan berlaku untuk orang dewasa (≤ 18 tahun) yang tidak sedang memakai obat anti hipertensi.Saat ini, WHO-ISH tidak membedakan kriteria ini baik itu orang muda atau orang tua ,karena pada prinsipnya, tekanan darah yang tinggi bisa menyebabkan komplikasi ke organ lain yang lebih berbahaya. Jadi anggapan bahwa untuk orangtua, angka tinggi tersebut relatif masih
normal, tidak bisa dipertahankan untuk saat ini, mengingat komplikasi jangka panjang yang bisa timbul jika tidak dilakukan intervensi pengendalian tekanan darah.14 Tabel 2.1.Klasifikasi tekanan darah berdasarkan WHO-ISH (1999)dan JNC VI(1997) Kategori JNC Optimal Normal Normal – tinggi Tingkat 1 (hipertensi ringan) Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Tingkat 4 (hipertensi sangat berat)
Kategori WHO
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal Normal Normal - tinggi
< 120 < 130 130 – 139
< 80 < 85 85 – 89
Stadium 1 (hipertensi ringan) Sub grup Bordeline Stadium 2 (hipertensi sedang)
140 – 159
90 – 99
140 – 149
90 – 94
160 - 170
100 - 109
Stadium 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110
≥ 210
≥120
≥ 140
< 90
140 – 149
< 90
Hipertensi sistolik terisolasi Sub grup Bordeline
Tabel 2.2 . Klasifikasi Tekanan darah / hipertensi dapat dibagi sebagai berikut : Klasifikasi
Sistolik ( mmHg ) < 130 120 – 139
Normal Tinggi Normal Hipertensi 140- 159 -Stadium 1 (ringan) 160 - 179 -Stadium 2 (sedang) 180 – 209 -Stadium 3 (berat) -Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 Tekanan darah untuk 18 tahun atau lebih.
Diastolik ( mmHg ) < 85 85 – 89 90 – 99 100 – 109 110 – 119 ≥ 120
Sumber Poter, Patricia A. Pengkajian Keshehatan. C. Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1.Hipertensi primer.
Sekitar 90% hingga 95% penyebab hipertensi belum diketahui. Jadi sebagai penderita janganlah cepat- cepat putus asa jika tekanan darah belum juga turun, meskipun segala nasehat dan obat - obatan sudah dijalankan atau diminum Beruntunglah bahwa yang sudah mengetahui menderita hipertensi. Banyak orang yang tidak menyadari dirinya menderita hipertensi
sehingga tiba-tiba menderita
stroke atau serangan jantung. Itulah sebabnya hipertensi sering disebut dengan the (pembunuh diam-diam
silent killer
/ tanpa diketahui). Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya itu disebut Hipertensi Primer / Esensial.
2.Hipertensi Sekunder Hipertensi yang telah diketahui ada penyebabnya disebut Hipertensi Sekunder. Yang tergolong hipertensi sekunder, antara lain : 1.Hipertensi karena adanya gangguan ginjal. Hipertensi ini terjadi sebagai akibat gangguan baik pada pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal (hipertensi renovaskular) maupun sel-sel ginjal itu sendiri (Hipertensi renal). 2.Hipertensi Akibat Gangguan Pembuluh Darah. Selain gangguan diatas, hipertensi sendiri bisa menyebabkan gangguan ginjal yang makin memperparah hipertensi tersebut. Jadi dari Hipertensi Primer (yang belum diketahui
penyebabnya)
bisa
merusak
organ
ginjal
yang
menyebabkan
hipertensinya tambah parah (Hipertensi sekunder). Begitu sebaliknya Hipertensi sekunder bisa juga memperparah hipertensi dengan rusaknya ginjal. Untuk itulah gangguan hipertensi sekunder mesti cepat-cepat dikoreksi agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius. Jika hipertensi sekunder karena gangguan pembuluh darah di ginjal misalnya, koreksi bisa dilakukan dengan operasi untuk memperbaiki pembuluh darah tersebut. Ketakutan akan operasi menjadi masalah yang kompleks di kemudian hari. Begitu pula dengan hipertensi-hipertensi lain yang telah diketahui dan bisa diperbaiki. Karena jika tidak cepat-cepat diperbaiki akan bisa menyerang ginjal dan lebih memperparah keadaan.9
D. Patofisiologi
Tekanan darah manusia yang normal dapat selalu terjaga karena didukung oleh sistem pengatur tekanan darah. Ada delapan buah mekanisme pengaturan tekanan arteri yang bekerja menstabilkan tekanan darah. Mekanisme ini dibagi menjadi tiga yaitu mekanisme jangka pendek, menengah, dan mekanisme jangka panjang. 10 Mekanisme jangka pendek meliputi mekanisme kemoreseptor, baroreseptor dan mekanisme umpan balik iskemik sistem saraf pusat. Mekanisme ini dimulai bekerja dalam beberapa detik bila ada gangguan yang mempengaruhi tekanan arteri, misalnya perubahan dari posisi duduk ke berdiri, saat berolah raga, saat perut ditekan atau saat mengalami gangguan mental yang mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular panjang. 10 Mekanisme jangka menengah ditunjukkan oleh mekanisme stess-relaksasi pembuluh darah, mekanisme rennin angiotensin-vasokontriksi dan mekanisme perpindahan cairan kapiler. Mekanisme ini bekerja apabila ada gangguan yang berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam yang cenderung merubah tekanan.10 Mekanisme pengaturan tekanan arteri jangka panjang dilakukan oleh sistem pengaturan ginjal – cairan tubuh dan oleh sistem pengatur aldosteron. Mekanisme ini bekerja secara lambat karena memerlukan waktu berjam-jam sebelum menjadi efektif, tetapi apabila sistem ini telah bekerja secara penuh, maka sistem ini memiliki keuntungan umpan balik yang tidak terbatas. 10 Mekanisme pengatur arteri jangka panjang bekerja melalui beberapa langkah, suatu kenaikkan tekanan arteri mengakibatkan kenaikan eskresi air dan elektrolit melalui ginjal, kenaikan eskresi melalui ginjal ini menyebabkan volume cairan ekstra sel berkurang. Sebaliknya kenaikan netto intake (asupan) air dan elektrolit menyebabkan volume ekstra sel meningkat. 10 Oleh karena volume cairan ekstra sel terbagi diantara darah dan ruang interstisial, suatu kenaikkan dalam volume cairan ekstra sel, sampai suatu tingkat kritis, meningkatkan volume darah. Kenaikkan volume darah menyebabkan kenaikkan tekanan pengisian sirkulasi. Hal ini menyebabkan Venous return meningkat, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga curah jantung meningkat. 10
Kenaikkan curah jantung akan meningkatkan tekanan arteri dalam dua cara : 1. Secara langsung, hal ini disebabkan karena tekanan arteri merupakan hasil perkalian antara curah jantung dan tahanan perifer total . 2. Secara tidak langsung, dengan meningkatkan tahanan perifer total melalui proses autoregulasi. Efek tidak langsung kenaikan curah jantung ini lebih penting dalam meningkatkan tekanan arteri, karena dalam keadaan kronis tahanan arteri total paling tidak lima kali lebih besar dari peningkatan curah jantung. Hal ini berari untuk menimbulkan perubahan tekanan darah secara nyata cukup diperlukan perubahan volume cairan tubuh dalam jumlah kecil. 10 Kunci bagi ginjal-cairan tubuh untuk mengatur tekanan arteri adalah efek yang disebabkan oleh perubahan tekanan arteri terhadap pengeluaran urine. Bila ada kenaikan tekanan darah maka ginjal akan mengeskresikan urine yang lebih besar dari pada keadaan normal, sehingga orang tersebut akan kehilangan cairan dengan cepat, sehingga volume darah berkurang dan tekanan arteri akan kembali normal. Bila tekanan darah telah kembali normal maka pengeluaran urine juga kembali normal.10 Hipertensi yang dalam keadaan menetap tekanan darahnya diatas normal yang terus menerus, dapat disebabkan oleh faktor apapun yang mengganggu pengeluaran urine. Gangguan sekresi urine dapat diakibatkan oleh berkurangnya massa ginjal, eskresi aldosteron yang berlebihan oleh kelenjar adrenal atau angiotensin yang berlebihan dalam sirkulasi, bertambahnya tahanan arteri ginjal dan berkurangnya filtrasi glomerulus.10 Pada orang dengan ginjal yang hanya 30 % bagian yang normal, akan terdapat peninggian tekanan darah sekitar 6 mmHg. Hal ini terjadi karena sepertiga masa ginjal
yang
tersisa,
masih
mempunyai
kemampuan
yang
cukup
untuk
mengekskresikan air dan garam yang masuk dalam tubuh dalam jumlah normal tiap harinya. Namun bila intake ditingkatkan, maka pada suatu saat ginjal tidak akan mampu mengeskresikan air dan garam yang dimasukkan dalam jumlah yang berlebihan, tanpa disertai tekanan darah yang cukup berarti. Oleh karena itu bila orang tersebut minum cairan dalam jumlah berlebihan, sebagaian cairan itu terkumpul didalam tubuh, volume darah meningkat, curah jantung meningkat dan tekanan arteri akhirnya naik tinggi.10
Apabila karena sesuatu hal tekanan arteri renalis menurun, maka pasokan darah ke ginjal akan menurun sehingga dapat terjadi iskemik. Dalam keadaan seperti itu ginjal akan mengeskresikan sejumlah rennin dan ini menyebabkan angiotensin didalam darah meningkat. Angiotensin akan menentap di pembuluh darah dan merupakan vasokonstriktor yang kuat terutama bagi arteriole dan venule, sehingga meningkatkan tahanan perifer dan tekanan darah meningkat. Selain itu tekanan darah menjadi tinggi karena ada retensi cairan. Saat iskemik, sekresi rennin mencapai puncaknya dalam beberapa jam dan kembali normal dalam lima sampai tujuh hari. Selama itu, volume cairan tubuh meningkat cukup tinggi untuk meningkatkan tekanan arteri ke tingkat baru yang dipertahankan, hal ini diakibatkan oleh penyempitan arteriole didaerah ginjal sehingga menekan eskresi air dan garam didalam urine. 10 Keadaan patologis ginjal yang lain adalah penebalan membrane glomerulus yang mengurai kecepatan filtrasi cairan dari glomerulus ke dalam tubulus ginjal. Dengan adanya retensi cairan ini akan menyebabkan tekanan arteri jangka panjang meningkat. Penderita ini cenderung mengalami hipertensi apabila makan garam dalam jumlah yang berlebihan. 10 Selain itu, banyak gangguan saraf yang ternyata dapat menyebabkan gangguan hipertensi permanent. Hipertensi temporer dapat berlangsung beberapa jam berturutturut yang diakibatkan oleh perangsangan simpatis pada pembuluh darah yang meningkat tahanan vascular diseluruh tubuh. Namun untuk menimbulkan hipertensi jangka panjang, arteriole ginjal harus berkontraksi secara terus menerus selama beberapa hari oleh ransangan simpatis. Hal ini dapat ditimbulkan oleh keadaan frustasi dan rasa sakit yang terus menerus. 10 E. Gambaran Klinik Secara umum, hipertensi ringan tidak terasa dan tidak menunjukan tanda-tanda yang khas. Perjalanan ini berlangsung perlahan bahkan bisa bertahun-tahun tanpa disadari oleh penderita. Seringkali kondisi tersebut baru diketahui secara tiba-tiba misalnya saat check up kesehatan. 10 Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi ringan. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat
berbeda-beda, hipertensi baru tampak bila telah terjadi komplikasi pada organ target/ vital seperti ginjal, jantung, otak, mata.10 Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, marah, telinga berdenging, kaku kuduk, mrigen, insomnia, mata berkunang-kunang, muka merah, kelelahan dan gelisah dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi yang belum menimbulkan hipertensi. Pada survey di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang berhubungan dengan hipertensi. Pada penelitian A Gani dan kawan-kawan (1981) di Sumatera Selatan didapatkan bahwa pusing, cepat marah dan telinga berdenging merupakan gejala yang sering dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar tidur dan sesak nafas. 10 Gejala yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurology, gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Gagal jantung dan gangguan penglihatan paling banyak ditemukan pada hipertensi berat, yang umumnya diserai gangguan pada ginjal, gangguan serebal akibat hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan arterial serebral berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma. Timbulnya gejala tersebut merupakan tanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan untuk menghindari akibat selanjutnya yang sangat fatal yaitu kematian. 10
F. Pencegahan Hipertensi Pencegahan komplikasi akibat hipertensi dalam suatu populasi mengharuskan resiko penyebab munculnya hipertensi dalam populasi secara keseluruhan. Selain itu juga perlu diidentifikasi penderita hipertensi yang memiliki resiko komplikasi yang meningkat. Hipertensi dalam kontek ini dipakai untuk menyatakan semua aras kenaikan tekanan darah yang berkaitan dengan peningkatan risiko komplikasi dan tidak hanya pada penderita yang memerlukan pengobatan khusus dengan antihipertensi.14 Tindakan Pencegahan untuk pengendalian hipertensi yaitu :
1. Untuk merumuskan prioritas dan merencanakan strategi kesehatan masyarakat di masing-masing negara, diperlukan perkiraan yang sahih dan yang bisa mencerminkan keadaan yaitu yang menyangkut : a. Prevalensi hipertensi. b. Faktor resiko lain untuk penyakit kardiovaskular yang bisa mempengaruhi resiko munculnya komplikasi yang berkaitan dengan hipertensi. c. Faktor resiko yang menyebabkan berkembangnya hipertensi. 2. Perorangan yang mengidap hipertensi harus di identifikasi dan ditangani dengan cara yang tepat secara dini dalam riwayat penyakitnya. Meskipun skrining massa tidak tepat dan juga tidak memungkinkan setiap kesempatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi hipertensi dalam berbagai tempat pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, harus diri sendiri ke tempat pelayanan kesehatan karena adanya kesadaran yang terus meningkat. 3. Program untuk mengendalikan hipertensi harus merupakan tindakan yang terintegrasi sehingga memudahkan diterapkannya perubahan gaya hidup yang tepat dalam menyediakan therapi obat yang efektif jika diperlukan. 4. Masyarakat harus diperdayakan, melalui pendidikan agar dapat berperan secara efektif pada program pencegahan dan pengendalian hipertensi.
G. Faktor Resiko Hipertensi 1. Usia Hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Sekitar 10 % penduduk usia 50 tahun menderita hipertensi dan sekitar 20 % penduduk usia 60 tahun menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi lebih banyak ditemukan pada penduduk usia 70 tahun yaitu sebesar 30 %. Peningkatan tekanan darah ini tidak sama antara peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik Pada usia tua tekanan sistolik maupun diastolik lebih tinggi pada wanita dari pada laki-laki. Keadaan tekanan darah yang meningkat pada usia tua diperlukan untuk mempompakan sejumlah darah ke otak dan organ vital lainnya karena pada usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah
sudah menebal. Tekanan darah yang meningkat ini merupakan prediktor kuat akan resiko terjadinya penyakit koroner, gagal jantung dan stroke.
2. Jenis Kelamin Angka mortalitas dan morbiditas pada wanita akibat penyakit kardiovaskuler lebih rendah dari pada laki-laki. Lagipula prevalesi hipertensi pada wanita sebelum menopause lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pada segolongan umur baik kulit hitam maupun kulit putih yang menderita hipertensi pada wanita lebih baik dibandingkan pada penderita pria. Pada laki-laki muda cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dari pada wanita muda, dan pada usia diantara 35 - 45 tahun kurva untuk tekanan sistolik antara kedua jenis kelamin akan saling berpotongan sesudah itu pada wanita meningkat lebih tajam menurut pertambahan umur dibandingkan pada laki-laki.
3. Asupan Garam Tinggi Garam didalam tubuh menjadi daya tarik bagi zat cair. Makin banyak
makan
garam, makin banyak zat cair yang dibutuhkan oleh tubuh. Garam yang dicairkan dalam tubuh, juga masuk ke dalam darah. Dengan adanya garam, jumlah darah seluruhnya bertambah juga akibatnya bertambahnya kebutuhan zat cair. Dengan bertambahnya darah, tekanan pada dinding –dinding urat nadi bertambah kuat, sedangkan jantung harus bekerja lebih keras untuk mengedarkan jumlah darah yang bertambah. Kedua faktor inilah yang menyebabkan tekanan darah meninggi.Tekanan darah arterial meningkat pada populasi dengan masukan sodium yang tinggi. Masukan sodium yang tinggi akan meningkatkan kadar natrium dalam darah sehingga volume darah juga akan bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Prevalensi hipertensi di daerah pantai lebih tinggi dari pada daerah pegunungan.
4. Perilaku Merokok Merokok merugikan kesehatan sistem kardiovaskular dalam banyak aspek, serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, aterosklerosis dan penyakit
vascular perifer. Merokok juga terlibat dalam terjadinya penyakit serebro vascular (PSV) dan penyakit jantung paru (PJP). Diketahui rokok mengadung lebih dari 4000 jenis bahan kimia dan 40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik. Komponen yang paling banyak diteliti adalah nikotin dan karbon monoksida. Rokok kretek mempunyai kadar nikotin dan tar yang lebih tinggi daripada rokok biasa. Nikotin penyebab ketagihan merokok berperan merangsang bagian – bagian tubuh manusia seperti jantung, saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya sehingga berkerja tidak normal. Efek nikotin merangsang pelepasan adrenalin, menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung serta menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia )
5. Obesitas Kegemukan merupakan kontributor penting terhadap terjadinya hipertensi pada populasi umum, dan juga meningkatkan faktor resiko aterogenik, seperti hiperinsulenemia, resistensi insuline, defisiensi enzim lipoprotein lifase, dan hipertensi sekunder. Obesitas dapat dengan mudah ditentukan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Obesitas dapat memicu timbulnya penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan kematian. Ada bukti nyata bahwa obesitas pada anak-anak dan remaja merupakan indikator untuk hipertensi pada usia mendatang. Obesitas menduduki peringkat kelima dalam faktor resiko masalah kardiovaskuler. Bersama kelebihan sodium, obesitas pada usia remaja dan dewasa serta alkohol merupakan faktor utama yang dicurigai sebagai penyebab hipertensi primer. Menurut studi Framingham, 78 % hipertensi pada pria dan 64 % pada wanita terkait dengan obesitas. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang mempunyai berat badan yang normal dengan tekanan darah setara. Pada Obesitas tahanan perifer berkurang atau normal sedangkan saraf simpatis meningkat dengan aktifitas rennin plasma yang rendah. Telah dibuktikan pula bahwa penurunan berat badan akan disertai dengan penurunan tekanan darah. Survei di Kota Semarang telah dilaporkan berat badan berlebihan merupakan faktor penyerta pada hipertensi pada wanita.
6. Riwayat Penyakit Keluarga Dengan Hipertensi.
WHO 1985 memperkirakan 3 % dari anak yang lahir dari ayah ibu normotensif akan mungkin menderita hipertensi sedangkan kemungkinan ini akan naik menjadi 45 % bila kedua orang tua menderita hipertensi.Tingkat tekanan darah terkait erat dengan faktor genetik. Seseorang dengan kedua orang tua menderita hipertensi akan memiliki kemungkinan 50-75%
untuk menderita hipertensi,
sedangkan bila kedua orang tua normotensis hanya memiliki kemungkinan 4 – 20 % untuk menderita hipertensi. Dari berbagai hasil survei, faktor keturunan tidak disebutkan secara nyata, untuk menyelidiki hal ini memang agak sukar karena penderita sendiri kurang mengetahui hal penyakit keluarganya, kemungkinan bahwa faktor genetik mempengaruhi respon Vasopresor.
7. Aktifitas Olah Raga Olah raga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Tidak diragukan meningkatkan aktivitas dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi. Anda tidak perlu berolah raga seperti seorang atlit, hanya 30 sampai 40 menit tiga sampai lima hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi. Terdapat bukti bahwa olah raga yang teratur dapat menurunkan insidensi penyakit jantung koroner pada populasi normotensi dan hipertensi. Latihan fisik menimbulkan adaptasi fisiologik hampir seluruh sistem dalam tubuh, terutama jaringan otot rangka dan sistem kardiovaskuler. Perubahan adaptif tubuh ini dipengaruhi oleh frekuensi latihan dan terutama intensitas latihan.17
8. Penggunaan Pil Konstrasepsi Pemberian konstrasepsi oral secara terus menerus dapat menimbulkan hipertensi yang bermakna pada beberapa wanita. Kontrasepsi dapat menyebabkan hipertensi dengan mekanisme meningkatnya volume darah. Meningkatnya volume plasma dan kardiak output yang diukur pada 30 wanita yang diberi kontrasepsi oral 2 sampai 3 bulan, ternyata terdapat peningkatan tekanan darah . Estrogen dan
progesterone sintetik yang dipakai sebagai pil kontrasepsi oral menyebabkan retensi natrium. Hal ini sebagai akibat dari (a) Estrogen meningkatkan sintesis substrat rennin oleh hepar, (b) Dengan meningkatnya substrat rennin ini maka angiotensin akan dibuat lebih banyak, sebagai akibat dari meningkatnya kadar angiotensin, pelepasan rennin terhambat, (c) Meningkatnya kadar angiotensin, akan merangsang sintesa aldosteron yang akan menimbulkan retensi natrium, pada saat yang sama terjadi vasokontriksi ginjal dan sistemik. Hal ini dapat terjadi dengan pacuan angiotensin dan aliran ginjal yang berkurang. Semula dari progesteron juga berpengaruh lebih banyak dijumpai pada penyakit vascular yang diderita wanita yang menggunakan 250 mg levonorgester dibanding dengan 150 mg progesteron.
9. Diabetes Mellitus Resiko Penyakit kardiovaskular meningkat sekitar 60%-80% dengan adanya intoleransi glukosa (tidak hanya yang nyata diabetus), Intoleransi glukosa berkolerasi positif dengan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol darah total. Hipertensi merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus khususnya pada penderita diabetik nefropati. Progesivitas diabetik nefropati meningkat sehubungan dengan peningkatan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus. Prevalensi penderita hipertensi pada penderita diabetes militus lebih tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada populasi normal. Peningkatan ini adalah dua kali lipat. Pada penderita insulin dependen diabetes militus (IDDM), nefropati diabetic merupakan penyebab terjadinya hipertensi, dan didapatkan peningkatan prevalensi hipertensi yang berhubungan dengan lamanya menderita IDDM dan peningkatan ekskresi albumin pada nefropati diabetik. Pada penderita non insulin dependen diabetes militus (NIDDM), hipertensi sering ditemukan sebelum atau saat NIDDM ditegakkan. Para ahli sepakat bahwa resistensi insulin merupakan dasar kelainan pada penderita NIDDM dengan hipertensi. Insulin merupakan suatu stimulator yang poten untuk pertumbuhan otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertrofi dinding pembuluh darah, selain itu insulin akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis dan retensi natrium.
10. Kehamilan Pada kehamilan terjadi peningkatan tahanan perifer, yang dapat meningkatkan respon vaskular terhadap agen- agen presor, turunnya volume plasma dan berkurangnya fungsi ginjal . Gejala yang menonjol adalah toksemia gravidarum yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh polipeptida yang disekresi oleh plasenta. Jelas toksemia banyak terjadi pada primigravida dengan diagnosis klinis pre eklamsia. Kurang lebih 20 % dari hipertensi pada kehamilan dapat disertai satu atau lebih gejala seperti udema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah dan gangguan visual (Superimposed pre eklamsia) bahkan timbul eklamsia dan perdarahan otak.
11 Faktor Pekerjaan dan Sosio Ekonomi Data epidemiologi menunjukkan bahwa tekanan darah mempunyai tendensi yang lebih tinggi pada golongan penduduk sosio ekonomi rendah karena diduga menumbulkan stress psikososial. Prevalensi hipertensi yang tertinggi pada golongan pekerja administratif dan manager (25%). Pada kaum tanpa kerja, ditemukan prevalensi sebesar 9,6%.
H. Diagnosis Seperti penyakit lain diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/ penunjang. Pada pemeriksaan fisik dicari data obyektif sesuai dengan informasi pada anamnesa. Peninggian tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi primer sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran, misalnya faktor alat dan tempat pengukuran, pengukuran sebaiknya 5 menit dan dilakukan pengukuran pada posisi berbaring sebanyak dua
kali atau lebih. Pemeriksaan dengan interval antara 5-10 menit. Lebar
manset sebaiknya duapertiga dari panjang lengan atas, balon dipompa sampai diatas tekanan sistolik kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg perdenyut jantung. Tekanan sistolik dicatat pada terdengar bunyi yang pertama,
sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi. Posisi pasien dapat juga dengan duduk dan lengan sejajar dengan posisi janung .3
I. Kerangka Teori Berdasarkan teori diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
GENETIK / RIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGA
FAKTOR KHARAKTERISTIK - UMUR - JENIS KELAMIN - PEKERJAAN
- OLAH RAGA - KEBIASAAN MEROKOK - ASUPAN GARAM TINGGI KEJADIAN HYPERTENSI
PELAYANAN KESEHATAN - PIL KONTRASEPSI
J.Kerangka konsep
PERILAKU
PENYAKIT & PERISTIWA KESEHATAN - OBESITAS - DIABETES MILITUS - KEHAMILAN
VARIABEL BEBAS - UMUR - JENIS KELAMIN - OBESITAS
VARIABEL TERIKAT - KEJADIAN HIPERTENSI
- OLAH RAGA - MEROKOK - RIWAYAT HIPERTENSI DALAM KELUARGA
VARIABEL PENGGANGGU - MINUM OBAT
K. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi dan umur ≥ 45 tahun merupakan faktor resiko hipertensi. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dan jenis kelamin laki-laki merupakan faktor resiko hipertensi. 3. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi dan perokok merupakan faktor resiko hipertensi. 4. Ada hubungan antara Obesitas dengan
kejadian hipertensi dan obesitas
merupakan faktor resiko hipertensi. 5. Ada
hubungan
antara
riwayat
hipertensi
dalam
keluarga
dengan
kejadian hipertensi dan ada riwayat hipertensi dalam keluarga merupakan faktor resiko hipertensi. 6. Ada hubungan antara aktifitas olah raga dengan kejadian hipertensi dan tidak olah raga secara teratur merupakan faktor resiko hipertensi.