BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi 1. Defenisi hipertensi Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pengukuran Tekanan Darah dalah Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
5
6
Sphygnomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001). Adapun
cara
pengukuran
tekanan
darah
dimulai
dengan
membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul. kedua kaput otot biseps, Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001). 2. Klasifikasi a. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint national committee on prevention, detection, evaluasion and treatment of high blood pressure (JNC VI)
7
TABEL 1 KLASIFIKASI TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA Kategori
sistosik
diastolik
Normal
<130
< 85
Hipertensi
>140
90
Hipertensi ringan
140-159
90-99
Hipertensi sedang
160-179
100-109
Hipertensi berat
180-209
110-119
b. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (world health organization) Menurut WHO (world health organization), organisasi kesehatan dunia di bawah PBB (perserikatan bangsa-bangsa), klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut : 1) Tekanan darah normal yakni jika sistolik kurang satu sama dengan 90 mmHg. 2) Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141-149 dan diastolic 9194 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi,yakni jika sistolik lebih besar atau atau sama dengan 160 mmHg dan sistolik lebih besar atau sama dengan mmHg. c. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu : 1) Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999). hipertensi primer, yaitu :suatu gangguan dari system syaraf yang mengontrol tekanan darah. Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-
8
kasus hipertensi. (Sheps, 2005). Sebab yang di ketahui antara lain: sebagai akibat dari penyakit ginjal, kelainan atau gangguan hormonal, kelainan anatomi pembuluh darah dan lain-lain. Dari seluruh penderita tekanan darah tinggi, ternyata sekitar 90% belum dapat di terangkan mekanisme terjadi penyakit secara tepat, tidak diketahui bagaimana mereka tekanan penyakit darah tinggi hal ini di karenakan sebagai hipertensi esensial.
3. Etiologi hipertensi Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
Total Peripheral
Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (Astawan,2002) Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Amir,2002) Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan
9
normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan
Total Periperial Resistence, jantung harus
memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.( Hayens, 2003 ).
4. Patofisiologi hipertensi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor
seperti
kecemasan
dan
ketakutan
dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)
10
a. Tanda dan Gejala Hipertensi Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis
pada
(peningkatan
ginjal
dapat
bermanifestasi
sebagai
nokturia
urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ) Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002) b. Faktor-faktor resiko atau penyebab hipertensi Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
11
usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005). Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001). Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi
hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi ( Astawan,2002 ) Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).
12
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004). Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah
nikotin
akan
menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi.Selain
itu,
karbon
monoksida
dalam
asap
rokokmenggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh (Astawan,2002 ). Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ) Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
13
Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).
B. Bahan Makanan yang Mengandung Sumber Natrium dan Kalsium 1. Defenisi kalsium Kalsium adalah elemen mineral yang paling banyak terdapat dapat dalam tubuh. Terdapat kurang lebih 1.200 gram kalsium, 99% berada di dalam tulang angka, sedangkan % berada di dalam jaringan lain dan cairan tubuh yang secara luas di distribusikan ke seluruh tubuh. Jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan dalam tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium di ambil, maka tulang semakin tipis kemudian keropos. (hendrawan nadesul, 2006). Usaha memperhatikan kadar kalsium darah dalam keadaan normal tergantung pada keseimbangan antara masukan dan pengeluaran kalsium dari aliran darah. Sumber kalsium dari aliran darah adalah di peroleh dengan diet yang mengandung garam kalsium. Kalsium diabsorsi dari saluran cerna dan pengeluaran kalsium terjadi melalui saluran cerna, ginjal dan tulang, absorsi kalsium terutama terjadi di dalam usus halus yang di tingkat kan oleh kerja hormon paratiroit yang sinergis serta metabolis aktif dari vitamin D. (Evy rachmawati, 2006). a. Fungsi kalsium 1) Berpengaruh pada system syaraf 2) Berperan penting dalam kontraksi otot 3) Di perlukan dalam pembentukan darah Di dalam tubuh, kalsium bersinergi dengan nutrisi lain. Vitamin D mengoptimalkan penyerapan kalsium dalam darah, vitamin K mengikat kalsium dalam tulang. Penyerapan kalsium dalam tubuh perlu bantuan vitamin D, tubuh tidak mampu menyerap kalsium dari makanan, sehingga tubuh terpaksa mengambil kalsium dari tulang.
14
b. Kebutuhan kalsium dari dalam tubuh Kebutuhan kalsium perhari tergantung pada umur. Berdasarkan saran US dietary reference intakes 2002, kebutuhan kalsium harian pada umur 9-18 tahun membutuhkan 1.300 miligram. Pada orang dewasa 19-50 tahun, kebutuhan kalsium harian mencapai 1.000 miligram (Evy rachmawati, 2006). c. Proses metabolisme kalsium Proses absorsi kalsium, yang terutama terjadi di dalam bagian atas usus halus, di tingakatkan oleh 1,25- dehidroksikolekalsiferol (dan metabolit aktif lain dari vitamin D) di sertai kerja hormon paratiroid yang sinergis. Adanya metabolit aktif di dalam sirkulsai umum dan bukan di dalam lumen usus dapat meningkatkan sintesa protein pengikat kalsium dalam enterosit. Absorbsi kalsium dapat dikurangi dengan memberikan filtrate per oral ataupun asam lemak atau fosfat berlebihan (DN. Baron, 2005) Kalsium dalam fases terkandung dari diet yang tak diabsorbsi, juga kalsium yang keluar dari plasma ke dalam usus. Dari masukan seharihari 25 mmol (1 kg) kalsium 2,5-7,5 (0,1-0,3 gram) dieksekresikan ke dalam urin dan sisa nya di temukan di dalam fases. Hampir semuan kalsium yang di filtrasi akan diabsorbsi kembali. Kalsium berlaku sebagai zat ambang dan bila kadar kalsium turun maka eksresinya ke dalam urin berhenti. Pada fungsi ginjal yang normal jumlah kalsium yang dieksresikan ke dalam meningkat karena kadar kalsium serum meningkat. Sekirat 2,5 mmol (0,1 g) kalsium hilang setiap hari pada kulit dan keringat. (DN. Baron, 1995) d. Gangguan metabolisme kalsium Adapun kelainan yang disebabkan oleh gangguan kadar kalsium tubuh di antaranya yaitu:
15
1) Steatorea Steatorea terjadi akibat dari peningkatan hebat eksresi kalsium fases, ditemukan bila absorbsi kalsium berkurang (DN. Baron, 1995). 2) Hipokalsemia Disebabkan oleh defesiensi masukan dan atau absorbs kalsium karena hipoparatioroidisme atau karena kehilangan kalsium yang berlebihan melalui ginjal pada kerusakan tubulus atau asidosis. Sering hipokalsemia merupakan sindroma kegagalan ginjal kronik. Kadang-kadang juga terlihat pada pankreatitis akut. Pada neonates, hal ini mungkin disebabkan oleh makan yang tinggi fosfat, sehingga meningkatkan kalsium di dalam usus. (DN. Baron, 1995). 3) Hiperkalsemia Hiperkalsemia biasanya karena kelebihan pemecahan tulang, baik karena hiperparatiroidisme, maupun karena keganasan, termasuk mielomatosis atau kadang-kadang karena imobilisasi. Penyebab tersering adalah metastasis-metastasis osteolitik di dalam tulang. Hal ini hanya akibat absorbsi berlebihan bila terdapat berlebihan dosis atau hipersensivitas terhadap vitamin D atau kelebihan kemasukan alkali beserta kalsium di dalam diet. Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot, gejala-gejala gastrointestinalis, giddiness haus hebat dan kelemahan yang nyata serta kerusakan ginjal disertai poliuria. (DN. Baron, 1995). Ketidak cukupan asupan kalsium, rendahnya absorpsi kalsium dan atau kehilangan kalsium
yang berlebihan
berkontribusi terhadap defisiensi kalsium. Defisiensi kalsium akan menyebabkan ketidaknormalan pada tulang sepertiriketsia dan osteoporosis. Selain itu, defisiensi kalsium juga berasosiasi dengan kejadian kejang (tetani), hipertensi, kanker kolon, dan
16
obesitas atau berat badan berlebih. Riketsia terjadi pada anakanak ketika penambahan jumlah kalsium perunit matriks tulang defisien sehingga mineralisasi tulang terganggu. Riketsia biasanya tampak pada pergelangan tangan, mata kaki, dan lutut (Gropper et al. 2005). e. Sumber kalsium Sumber kalsium adalah sayuran hijau, wortel, kol, kacangkacangan, susu, telur dan mentega. Bila tubuh kekurangan kalsium akan mengakibatkan
kekejangan
dan
kelainan
tulang
serta
dapat
mengakibatkan darah sukar membeku (Irianto dan Waluyo, 2007).
2. Definisi natrium Natrium merupakan komponen yang terdapat dalam plasma. Bersama-sama klor membantu pergerakan rangsangan saraf di sepanjang urat saraf, juga berguna untuk mengatur denyut jantung (Irianto dan Waluyo, 2007). Sodium (Natrium) Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraselular ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraselular meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraselular
tersebut
menyebabkan
meningkatnya
volume
darah
(Astawan, 2003). Disamping itu, konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter dari arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit dan akibatnya adalah hipertensi. Hal yang sebaliknya juga terjadi, ketika asuan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada beberapa individu (Hull, 1993). Sodium adalah salah satu nutrisi pertama terkait dengan hipertensi. Secara khusus, meningkatkan asupan garam secara langsung berkorelasi dengan meningkatkan tekanan darah. Namun, populasi tertentu dari hypertensives (~60%) muncul untuk menjadi jauh lebih sensitif terhadap
17
kelebihan garam daripada yang lain. Dengan demikian, di beberapa, tapi tidak semua, individu hipertensi, tinggi asupan diet garam meningkatkan tekanan darah, dan garam mengakibatkan pembatasan diet dalam pressurereduction darah. Individu hipertensi mungkin memperoleh manfaat dari pengurangan natrium termasuk mereka yang African American, obesitas, atau lebih dari 65 tahun atau memiliki konsentrasi plasma rennin rendah, serta mereka mengambil obat antihipertensi. Pada individu yang sensitif garam konsumsi garam diduga menyebabkan retensi air, dengan rilis yang dihasilkan dari suatu zat yang meningkatkan jantung dan pembuluh darah aktivitas kontraktil. Bergantian, natrium dapat menyusup otot polos vaskular menyebabkan kontraksi untuk menaikkan tekanan darah. Sumber natrium terdapat dalam semua bahan makanan, terutama pada daging, garam dapur, keju, mentega dan sayuran hijau. Bahan makanan dan komposisi natriumnya adalah sebagai berikut (Irianto dan Waluyo, 2007): a. Garam. Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga 4 gram garam dapur setara dengan ½ sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium. b. Semua makanan yang diawet dengan garam, seperti ikan asin, telur asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng, abon, daging asap, asinan sayuran, asinan buah, manisan buah, serta buah dalam kaleng. c. Makanan yang dimasak dengan garam dapur atau soda kue (natrium bikarbonat), seperti biscuit, kracker, cake dan kue-kue lainnya. d. Bumbu-bumbu penyedap masakan. Sekarang ini, sudah banyak penyedap masakan dengan berbagai merk yang beredar di pasaran. Salah satu diantaranya yaitu vitsin/ motto/ micin/ MSG, yang masih sangat lazim digunakan masyarakat untuk menambah cita rasa masakan. Contoh lain yaitu kecap, terasi, petis, tauco, saos sambal dan saos tomat.
18
e. Makanan kaleng. Makanan kaleng sebenarnya terbuat dari bahan makanan segar, namun yang perlu diperhatikan yaitu dalam proses pembuatannya makanan kaleng ditambahkan garam untuk membuat bahan makanan tersebut lebih awet. Contoh makanan yang dikalengkan yaitu corned, dan sarden. Selain itu pada buah kaleng yang diawetkan, juga mengandung pengawet berupa natrium benzoat. Oleh karena itu pada hipertensi dianjurkan untuk menghindari minuman atau pun sari buah dalam kaleng. f. Fast food (makanan cepat saji). Gaya hidup masyarakat pada saat ini mengalami berbagai perubahan, termasuk dalam hal pola makan. Banyak dan padatnya aktivitas dengan waktu yang terbatas telah membuat masyarakat condong memilih makanan yang cepat saji. Selain itu semakin banyak produsen menawarkan berbagai macam makanan cepat saji, mulai dari restoran ternama franchaise dari luar negeri sampai gerobak pinggir jalan. Hal yang perlu diwaspadai adalah makanan cepat saji komposisi makanannya kurang berimbang. Makanan ini tinggi kandungan lemak jenuh, kurang serat, kurang vitamin, dan tinggi natrium. Salah satu hal yang merupakan bumerang bagi penderita hipertensi yaitu kandungan natrium yang terdapat di dalamnya. Produk-produk fast food tersebut seperti sosis, hamburger, fried chicken, pizza, dsb. National Research Council of The National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Jumlah tersebut sama dengan 6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok teh garam dapur. American
Heart
Association
(AHA)
merekomendasikan
konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, yaitu setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan
19
natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh. Penelitian Sobel et al. menyatakan terdapat kaitan antara asupan Natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada individu. Asupan Natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah.Jantung harus memompa keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya adalah hipertensi. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah Kaliumakan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan Natrium ±1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi. Natrium dalam jumlah yang tinggi adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mengkonsumsi Natrium dalam jumlah yang rendah. Natrium memiliki hubungan yang sebanding dengan timbulnya hipertensi. Semakin banyak jumlah Natrium di dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Meskipun demikian, reaksi seseorang terhadap jumlah Natrium di dalam tubuh berbeda-beda (Muliyati, 2011). C. Karangka teori
Tdk terkontrol Keturunan Jenis kelamin umur Terkontrol Alkohol Rokok Ketegangan Asupan makanan - Natrium - Kalsium Aktivitas
Tekanan Darah Sistolik
20
D. Karangka Konsep Asupan makanan :
-
Bahan makanan sumber kalsium
Tekanan darah Sistolik
Asupan makanan : - Bahan makanan sumber natrium
E. Hipotesis 1. Ada hubungan asupan kalsium dengan
tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi. 2. Ada hubungan asupan natrium dengan penderita hipertensi.
tekanan darah sistolik pada