BAB II
2.1
Dinding
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu
ruang dengan ruangan lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang
luar dengan ruang dalam, sebagai penaha cahaya, angin, hujan, debu dan lain-lain yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam bangunan, pemisah ruang dan sebagai fungsi arsitektur tertentu. Terdapat tiga jenis dinding, yaitu (Sahid, 2010):
1. Dinding Struktural
Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan untuk menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom (besi beton). Bahan dinding struktura yang biasa digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata.
2. Dinding non-struktural
Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas, apabila dinding ini dirobohkan makan bangunan tetap berdiri.
Beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti bata merah, batako, bata ringan, kayu dan kaca.
3. Dinding partisi atau penyekat
Dinding penyekat adalah batas vertical yang ada di dalam ruangan (interior). Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antar lain gypsum, papan kalsium, triplek dan kayu.
2.2
Bata Ringan Hebel
Bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrate) adalah bata ringan
berkualitas tinggi dengan bahan material ramah lingkungan. Bata ini terbuat dari pasir silika dan semen berkualitas, serta diperoses dengan teknologi Jerman
berstandarisasi Deutsche Industrie Norm (DIN). Hebel adalah bata ringan yang ramah lingkungan karena dibuat dengan bahan baku dan proses yang ramah
lingkungan. Bata Ringan berukuran presisi, bersudut siku, dan memiliki permukaan rata / halus. Dengan pori-pori lebih rapat karena dipotong dengan
automated cutter. Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban 3
struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan inding berlangsung (Anilaputri 2009).
Keunggulan pemakaian bata ringan adalah memiliki ukuran yang akurat,
kuat tekan yang tinggi dan mempunyai berat yang ringan, isolasi panas dan suara yang baik, sebagai isolasi suara yang baik, mudah dibentuk dan dikerjakan.
Kekurangan pemakaian bata ringan Hebel adalah diperlukan perekat khusus,
umumnya berupa semen instan, harga relatif lebih mahal dibandingkan dengan bata lainnya, tahap pengerjaan yang lebih banyak dibandingkan dengan kalsi, tidak dijual di semua toko bangunan. 2.3
Mortar
Mortar adalah kombinasi pasir, pengikat seperti kapur atau beton, dan air.
Ini diterapkan sebagai adonan tebal dan keras. Mortar bisa menciptakan sebuah
ikatan yang kuat antara batu bata untuk mencegah masuknya air dan kelembaban ke dalam struktur. Ikatan dengan penguatan bersama baut jangkar atau ikatan logam, dan menyesuaikan variasi ukuran batu bata untuk membuat bangunan estetis dan kedap suara (Sarana Bangunan, 2014). Beberapa keunggulan dari mortar adalah:
1. Mudah digunakan dan siap pakai, cukup ditambahakan air.
2. Campuran yang lebih homogen antara semen, pasir silika, filler, dan aditif.
3. Waktu pengerjaan yang lebih cepat, sehingga menghemat biaya. 4. Mencegah retak rambut pada dinding.
5. Sebagai bahan perekat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya. 6. Untuk menutup atau menghilangkan permukaan bata yang tidak rata. 7. Untuk menyalurkan beban.
8. Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalam untuk meratakan permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan pasangan bata.
9. Hasil pekerjaan lebih rata dan rapi.
Mortar yang digunakan sebagai perekat bata ringan antara lain prime,
mortar, drymix, mortar utama, dan lain lain. Namun yang digunakan pada
4
proyek yang ditinjau adalah Mortar Utama-380 untuk perekat bata, Mortar 2.4
Utama-100 untuk plesteran, dan Mortar Utama-200 untuk acian. Kalsi
KALSI merupakan papan bangunan 100% bebas asbes yang didesain utuk
Sistem Konstruksi Ringan atau “Light Weight Construction Sistem”. Konsep sistem konstruksi ini memiliki keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari sistem
tersebut seperti ekonomis, instalasi / pemasangan yang cepat dan tingkat keamanan yang tinggi. Sistem kontruksi ini meliputi beberapa sistem aplikasi seperti aplikasi plafon, partisi, dinding luar, dan lantai. Sistem aplikasi kalsi terdiri
dari beberapa komponen seperti rangka, instalasi listrik/air dan terakhir dipalisi oleh produk Kalsi sebagai pelapis luar. Hasil yang diperoleh dari penggunaan
sistem ini sangat ekonomis, bersih, cepat, relatif tahan terhadap gempa, daya tahan yang baik dan proses pengerjaan yang ringkas/sederhana (PanduanKalsi, 2015).
Beberapa sistem aplikasi papan Kalsi berserta produk-produknya:
Keunggulan dari pemakaian Kalsi adalah 100% bebas asbes, tahan air, tahan
rayap, tahan api, memiliki fleksibelitas yang cukup baik, variasi ketebalan yang banyak, dimensi yang stabil, daya tahan terhadap benturan, mudah dikerjakan, dan variasi finisihing.
Kekurangan dari pemakaian Kalsi adalah tidak dijual di semua toko
bangunan, pembelian berupa lembaran sesuai dengan pabrikasi, dibutuhkan tenaga ahli dalam pemasangannya.
Tabel 2.1 Ukuran standar KalsiPart 8 Tebal (mm) 8 8 *8 8 Sumber: Pandua Kalsi (2015)
Lebar (mm) 1220 1200 1200 1200
Berat rata-rata 1m² adalah 11,68 kg
Panjang (mm) 2440 2400 2700 3000
Berat (kg) 34,77 33,64 37,8 42,05
*Ukuran yang diproduksi berdasarkan pesanan
5
Tabel 2.2 Data Teknis KalsiPart 8
Densitas (Density)
Units
g/cm³
Nilai*
Kuat Lentur (Bending Strenght)
Mpa
10,5
Penyerapan Air (Water Absorbtion)
%
Spsifikasi teknis
Modulus Elastisitas (E-Mod (airdry)) KandunganAir (Moisture Content) Muai Susut dari suhu ruang - basah (jenuh) (Hydric Movement ambient temp saturated) Muai Susut dari suhu basah (jenuh) - kering (oven) (Hydric Movement saturated - oven dry) Konduktivitas Panas (Thermal Conductivity) Sumber: Panduan Kalsi (2015)
≥1.30
*Nilai rata-rata saat pengujian Standard**
SNI 7705:2011, ISO 8336:2009 edisi 2 SNI 7705:2011, ISO 8336:2009 edisi 2
Mpa
8.500
%
10-15
ISO 8336:2009 edisi 2
%
≤0,2
ISO 8336:2009 edisi 2
%
≤0,3
ISO 8336:2009 edisi 2
W/mK
0,20
SNI 7705:2011, ISO 8336:2009 edisi 2
<30
ISO 8336:2009 edisi 2 ISO 8336:2009 edisi 2
Cara Pemasangan Kalsipart 8 untuk partisi
Gambar 2.1 Cara Pemasangan KalsiPart8 untuk partisi (Panduan Kalsi) Sumber: Panduan Kalsi (2015)
6
2.5
Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Kontruksi
Biaya kontruksi dipengaruhi oleh faktor-faktor biaya yang berhubungan
dengan pembiayaan suatu proyek. Biaya proyek kontruksi dapat dikelompokkan
dalam dua jenis, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Nugraha et al, 1985).
2.5.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah semua biaya berhubungan langsung dengan
pekerjaan kontruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan
mengalikan volume/kualitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersbeut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah, buruh, dan biaya peralatan.
Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam jenis ini yaitu: 1. Biaya Bahan
Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi,
biaya penyimpanan material, dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material.
2. Biaya Pekerja/Upah
Biaya upah ini dibedakan atas:
a. Upah harian
b. Upah borongan
c. Upah berdasarkan produktivitas
3. Biaya Peralatan
Beberapa unsur biaya yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan,
biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait denganperalatan (Nugraha et al, 1985)
2.5.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang secara tidak
langsung berhubungan dengan kontruksi di lapangan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah:
7
1. Biaya Overhead
a. Overhead Proyek (di lapangan) Biaya personil lapangan
Fasilitas sementara di proyek (pagar, gudang, kantor, komunikasi, penerangan, transportasi)
Ijin bangunan, pajak, bank garansi, bunga bank Foto dan gambar jadi (AS-Build Drawing) Kontrol kulaitas (test kubus, baja, sondir) Rapat-rapat lapangan Biaya pengukuran
Peralatan kecil-kecil yang umum habis/terbuang setelah proyek selesai.
b. Overhead Kantor Sewa kantor
Honor pegawai Ijin-ijin usaha Prakulifikasi
Referensi bank
Anggota asosiasi-asosiasi 2. Biaya Tak Terduga (contingence)
Biaya tak terduga adalah cadangan biaya dari suati perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan,
yamg menurut pengalaman statistik menunjukkan selalu diperlukan.
Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data dan informasi,
sehingga masalah yang belum menentu pun akan banyak, demikian pula
halnya dengan biaya tak terduga. Pada umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5% - 5% dari biaya total.
Yang termasuk biaya tak terduga adalah: a. Keasalahan
Kesalahan pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan.
8
Gambar yang kurang lengkap (misalnya ada di bestek tetapi tidak dicamtumkan pada gambar).
b. Ketidak pastian yang subyektif
Ketidak pastian subyektif ini timbul karena interpretasi subyektif
Ketidak pastian yang subyektif lainnya ialah fluktuasi harga
terhadap bestek.
material dan upah yang tidak diperkirakan.
c. Ketidak pastian yang obyektif
Ketidak pastian yang obyektif adalah ketidak pastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidak pastian itu ditentukan obyek di luar kemampuan manusia.
d. Variasi efisiensi (change variation)
3. Keuntungan/Profit
Keuntungan adalah hasil jerih payah ditambah dengan faktor resiko.
Semua jenis biaya diatas (tanpa keuntungan) adalah biaya yang mau tidak
mau harus dikeluarkan. Jadi tidak dapat dikurangi (kecuali mengadakan
pelanggaran). Maka satu-satunya biaya yang dapat ditambah dan dikurangi (bila diperlukan) adalah keuntungan. Bila ingin memenangkan suatu
tender sedangkan ada saingan yang cukup besar. Maka harus menurunkan 2.6
harga penawaran dengan mengurangi keuntungan (Nugraha et al, 1985).
Produktivitas
Produktivitas adalah perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil,
dan juga sebagai perbandingan antara jumlah pengeluaran dan masukan yang
diyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai nilai banding antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi yang dalam hal ini adalah peralatan dan tenaga kerja.
Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai
untuk dibandingkan dengan rencana semula. Obyek pengawasan ditujukan pada
pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi secara teknis dapat berlangsung baik. Upaya mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadap estimasi semula.
Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap
9
interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Sedarmayanti, 2001).
Produktivitas tenaga kerja akan besar pengaruhnya terhadap total biaya
proyek, minimal pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan.
Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas (Sedarmayanti, 2001).
Produktivitas pada hakekatnya merupakan nilai banding antara hasil
produksi dan faktor-faktor produksi yang dalam hal ini adalah peralatan dan
tenaga kerja disamping modal dan sistemmanajemennya sendiri. Produktivitas adalah kuantitas pekerjaan per-jam tenaga kerja dan secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input (Sedarmayanti, 2001).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun yang berhubunga dengan pihak di luar tenaga kerja. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Keterampilan dan pengalaman kerja
Secara umum, apabila tenaga kerja semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Tenaga
kerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup. Pengalaman dan keterampilan akan semakin
bertambah jika seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama berulang-ulang, sehingga waktu penyelesaiian yang dibutuhkan semakin
sebentar dan produktivitas dalam melakukan tugas akan meningkan pula.
2. Pendidikan
Pada umumnya orang yang memiliki pendidika lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya pendidikan formal maupun non-formal. Tingginya kesadaran
akan pentingnya produktivitas dapat mendorong tenaga kerja yang bersangkutan
melakukan
tindakan
yang
produktif.
Kurangnya
pendidikan tersebut menyebabkan kesulitan berkomunukasi karena
mereka kurang mengerti maksud dan tujuan dari instruksi yang disampaikan dan berakibat pada produk yang dihasilkan.
10
3. Iklim, Musim atau Keadaan Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan kontruksi. Pada musim hujan kegiatan kontruksi dapat terhenti terutama untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan kontruksi yang belum tertutup. Sedangkan hambatan pada
musim kemarau adalah suhu udara yang panas menyebabkan pekerja cepat lelah dan menyebabkan produktivitas menurun.
4. Sarana Bantu atau Jenis Alat yang Digunakan
Sarana atau alat yang digunakan dalam kontruksi sangat berpengaruh
pada produktivitas. Sarana bantu seperti peralatan kontruksi akan mempercepat penyelesaian kontruksi. Apabila alat yang digunakan tidak baik maka akan memperlambat penyelesaian kontruksi.
5. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta
mengendalikan staf/bawahannya. Apabila menajemennya tepat makan akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan poduktivitas.
6. Insentif
Pemberian
insentif
akam
memacu
semangat
pekerja
dalam
menyelesaikan pekerjaan mengingat imbalan yang akan mereka dapatkan sehingga produktivitas tenaga kerja makin meningkat.
Selain faktor-faktor di atas, masih banyak faktor yang mempengaruhi
produktivitas misalnya gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan dan jaminan sosial (Sedarmayanti, 2001). 2.7
Koefisien Analisa Harga Satuan Pekerjaan dan Koefisien Tenaga Kerja
Dalam menganalisisa biaya konstruksi faktor yang menentukan antara lain
material, sumber daya manusia, dan alat. Pekerjaan konstruksi ditentukan dalam kuantitas pekerjaan dengan satuan meter, meter persegi (m²) ataupun meter kubik (m³).
Dalam sebuah proyek konstruksi kebutuhan sumber daya manusia
berfluktuasi sepanjang waktu proyek. Sumber daya manusia merupakan faktor dominan setelah material (Muzayana, 2008).
11
Jumlah SDM =
Berdasarkan
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pekerjaan
(2.1)
Umum
(BALITBANG PU, 2012) koefisien tenaga kerja dapat dicari menggunakan data berupa jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari, dan produktivitas pekerja tersebut. Dengan rumus seperti berikut: =
(
)
=
(
(2.2) )
=
Keterangan:
=
(
(2.3) (
)
)
(2.4) (2.5)
Tk = Jumlah jam kerja per hari (7jam) P
= Jumlah pekerja yang diperlukan (orang)
Tb = Jumlah tukang batu yang diperlukan (orang)
Ktb = Jumlah kepala tukang batu yang diperlukan (orang) M = Jumlah mandir yang diperlukan (orang) 2.8
Qt = Produktivitas tenaga kerja per hari
Waktu Pengerjaan dan Menghitung Rata-rata (mean)
Biaya yang akan dikeluarkan sebuah proyek konstruksi juga dipengaruhi
oleh waktu pengerjaan proyek tersebut (Rostiyanti, 2008). Waktu pengerjaan dapat dihitung dengan:
Waktu pengerjaan =
(2.6)
12