7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kekerasan dalam rumah tangga 1. Pengertian Kekerasan dalam rumah tangga yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk
ancaman
untuk.
melakukan
perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga” ( Kemenkes RI, 2010). 2. Jenis – jenis kekerasan dalam rumah tangga (Kurnianingsih, 2004). a. Kekerasan fisik ( physical abuse) Kekerasan yang dilakukan dengan kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain, Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan cidera fisik (Bagong, 2000). b. Kekerasan psikis ( Psychological abuse) Kekerasan psikis yang didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi yaitu tindakan yang diambil pelaku dan implikasi psikologis yang dialami korban. Diperlukan keterangan dari psikologis atau psikiatri yang tidak saja menyatakan kondisi korban tetapi juga menguraikan penyebabnya ( Assegaf, 2004). c. Kekerasan seksual ( Material abuse or theft of money or personal property) Kekerasan seksual adalah aktivitas seksual yang dipaksakan atau dibawah tekanan, termasuk percakapan atau tindakan yang
7
8
distimulasi secara seksual, perabaan atau hubungan seksual yang tidak tepat ( Tobach, 2008). d. Penelantaran rumah tangga (Violation of right) Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut (pasal 9). Penelantaraan rumah tangga dapat dikatakan dengan kekerasan ekonomi (Fakih, 2003) 3. Bentuk – bentuk kekerasan dalam rumah tangga pada ibu rumah tangga menurut Terry E, Lawson (2006) . a. Kekerasan fisik (Physical abuse) 1) Kekerasan fisik ringan berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan cedera ringan dan rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat. Jika kekerasan fisik ringan dilakukan berulang-ulang (repetisi), maka dapat dimasukkan ke dalam kekerasan fisik berat (Herkunto, 2000). 2) Kekerasan fisik berat berupa
penganiayaan
berat seperti
menendang,
memukul,
menyundut, melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan cedera berat, tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari, pingsan, luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat, menderita sakit lumpuh, terganggunya daya pikir
7
9
selama 4 minggu lebih, gugurnya atau matinya kandungan seseorang wanita, dan kematian korban (Tomagola, 2000). b. Kekerasan psikis ( Psychological abuse) 1)
Kekerasan psikis berat Berupa
tindakan
pengendalian,
manipulasi,
eks-ploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial. tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina,
penguntitan,
kekerasan dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis,
yang
masing-masingnya
dapat
mengakibatkan
tindakan
pengendalian,
penderitaan psikis berat (Brannon, 2011). 2)
Kekerasan psikis ringan Kekerasan manipulasi,
psikis
ringan,
eks-ploitasi,
berupa
kesewenangan,
perendahan
dan
penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial. tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina, penguntitan, ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis,
yang masing-masingnya dapat mengakibatkan
penderitaan psikis ringan ( Sarwono, 2009). c. Kekerasan seksual (Material abuse or theft of money or personal property) 1) Kekerasan seksual berat Kekerasan seksual berat berupa Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menim-bulkan rasa muak atau jijik, terteror, terhina, dan merasa dikendalikan, pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak menghendaki, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu., terjadinya hubungan seksual
7
10
dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergan-tungan korban yang seharusnya dilindungi, tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera ( Beauvis & yuarsi, 2002). 2)
Kekerasan seksual ringan Kekerasan seksual ringan berupa pelecehan seksual secara verbal, seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan, dan julukan dan secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban. Jika kekerasan seksual ringan dilakukan berulang-ulang (repitisi), maka dapat dimasukkan senagai kekerasan seksual berat (Nelson & Discosta, 2002).
d. Penelantaran rumah tangga (Violation of right) 1) Kekerasan ekonomi berat Tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat sarana ekonomi
berupa
memaksa
korban
bekerja
dengan
cara
eksploitatif termasuk pelacuran, melarang korban bekerja tetapi menelantar-kannya, dan mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban ( Camara, 2000). 2) Kekerasan ekonomi ringan Berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kekerasan ekonomi yang dimaksud dalam UU ini adalah tindakan-tindakan dimana akses korban secara ekonomi dihalangi dengan cara korban tidak boleh bekerja tetapi ditelantarkan, kekayaan korban dimanfaat-kan tanpa seijin korban, atau korban dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan materi. Dalam kekerasan ini, ekonomi digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan korban ( fatkul , 2003).
7
11
4. Dampak kekerasan terhadap prempuan dalam rumah tangga (Efendi , 2009). a.
Akibat kekerasan pada fisik (Saraswati, 2009). 1) Lecet, memar, hematom, luka bekas pukulan senjata tajam dan adanya kerusakan organ dalam. 2) Cacat, resiko cedera sebagai akibat trauma, misalnya gangguan pendengaran ,kerusakan mata dan cacat lainnya 3) Kematian 4) Kerusakan integritas kulit
b.
Akibat pada perkembangan kesehatan mental ( Irwanto, 2002). Perkembangan kesehatan mental pada pihak korban kekerasan dalam rumah tangga mengalami perlakuan yang salah pada umumnya lebih lambat dari manusia yang normal, yaitu: 1)
Mengalami gangguan kepribadian kesehatan mental yaitu menjadi kurang percaya diri, harga diri rendah, dan selalu mengaanggap dirinya tidak sempurna sebagai seorang istri yang sakinah dalam melayani suami atau pasangannya.
2)
Koping individu tidak efektif, takut serta tingkat kecemasan yang rendah.
3) Perkembangan kejiwaan juga mengalami ganggaun yaitu: a) Emosi Emosi adalah merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Golmana, 2002). b) Konsep diri Adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000)
7
12
c) Agresif Agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong
untuk
menghindari
perlakuan
tersebut
(Anantasari, 2006). c.
Akibat dari penganiayaan seksual (Nurul, 2004). Tanda- tanda penganiayaan seksual antara lain:
d.
1)
Trauma
2)
Nyeri
3)
Perdarahan anaus
4)
Gangguan emosi, misalnya enuresis, anoreksia
Akibat dari penelantaraan rumah tangga (Hayati, 2000). 1)
Terpaksa masuk kedunia melacur
2)
Menjadi pencuri dan mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya.
3)
Merampas milik orang lain
B. Perilaku 1. Pengertian perilaku Perilaku secara umum adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata, tidak seperti pikiran atau perasaan. Perilaku merupakan sesuatu yang dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari (Morgan, 2006). Perilaku juga dapat diartikan dalam dua arti, yaitu perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua adalah, Perilaku dalam arti sempit yaitu segala yang mencakup reaksi dan dapat diamati (Chaplin, 2008). Perilaku kekerasan secara khusus merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Nita Fitria, 2009).
7
13
2. Jenis –jenis perilaku a. Perilaku Reflek Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spotan terhadap stimulus yang diterima oleh individu tidak sampai kepusat susunan saraf atau otak, tapi langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima oleh reseptor respon timbul melalui afektor melalui pusat kesadaran atau otak (Walgito, 2004). b. Perilaku Naluri Adalah perilaku yang dipengaruhi oleh gerak reflek yang kompleks atau merupakan rangkaian tahap- tahap yang banyak, masing – masing tahap merupakan perilaku reflek yang sederhana. Akan tetapi pendapat ini dibantah bahwa perilaku reflex tanpa perasaan sedangkan perilaku naluri disertai dengan perasaan (branca, 2007 dalam walgito) 3. Faktor – faktor yang mendukung terjadinya perilaku kekerasan (Sujono & Purwanto, 2009) a. Faktor Predisposisi 1) Faktor biologis a)
Intinctual drive theory (teori dorongan naluri) Dorongan naluri merupkan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia, Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik bersifat rohaniah maupun jasmaniah (Ngalim, 2009). Seseorang yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tubunya, seksual yang tidak terpenuhi sehingga melakukan kekerasan seksual, Pada keadaan ini respon psikologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, menimbulkan rasa marah, merasa tidak adekuat,
7
14
mengungkapkan secara verbal menjadi lega, kebutuhan terpenuhi. (Latipun, 2010). b)
Psycomatic Theory ( teori psikomatik) Pengalaman marah merupakan akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun
menghambat
rasa
marah
(Lianawati, 2009). Dengan respon marah individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti seseorang sehingga dapat menimbulkan kekerasan fisik yang mampu memberikan kelegaan bagi individu setelah menyakiti orang lain. (Fudyartanta, 2005). Rasa marah itu timbul karena suatu ancaman atau kebutuhan sehingga mengakibatkan stress kemudian marah dan mengungkapkan secara verbal sehingga menjaga keutuhan orang lain dan merasa lega , ketengangan menurun dan rasa marah teratasi, muncul rasa bermusuhan mengakibatkan rasa bermusuhan menahun sehingga muncul rasa marah pada diri sendiri dan rasa marah pada orang lain atau lingkungan sehingga menimbulkan agresif mengamuk dan depresi psikosimatik 1) Faktor Psikologis a) Frustrasion aggression theory ( teori agresif frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi. Frustasi adalah suatu respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, kepuasaan, atau rasa aman, yang biasanya individu tidak menemukan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya. Frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan (Sarwono, 2002). Timbulnya frustasi karena suatu tekanan atau depresi sehingga muncul marah dengan masalah yang tidak terselesai sehingga
7
15
menimbulkan gangguan agresif yaitu dengan marah, perilaku agresif merupakan perilaku yang menyertai marah karena dorongan individu untuk menuntut sesuatu yang dianggapnya benar, dan masih terkontrol. (Alwisol, 2006). b) Behavioral theory (teori perilaku) Kemarahan merupakan suatu proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dalam rumah tangga atau diluar rumah tangga. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Setyobroto, 2004). Perilaku ini akan timbul apabila individu marah dengan suatu keadaan fasilitas yang tidak terpenuhi sehingga muncul rasa amuk, rasa amuk adalah
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilang konrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sehingga muncul perilaku kekerasan fisik yang mengakibatkan cidera pada orang lain (Yusuf, 2008). c) Existential theory( teori exsistensi) Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif
(Zainal,
2002). Cara demikian
tentu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan
tingkah
laku
destruktif
seperti
tindakan
kekerasan fisik yang ditujukan kepada orang lain atau lingkungan dan perilaku yang diekspresikan dengan mengejek. Apabila perasaan marah di ekspresikan dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata- kata yang dapat mengerti tanpa menyakiti hati orang lain maka perasaan marah
7
16
dapat teratasi tanpa menimbulkan perilaku destruktif (Misiak, 2005). 2) Faktor sosio cultural (sosial dan budaya) a) Social environment theory ( teori lingkungan) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah- olah perilaku kekersan diterima (Andreas, 2008). Contohnya individu yang menyalurkan
kemarahannya dengan
menilai,
mengkritik
tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit, menghina, merendahkan orang lain (Otto , 2004). b) Social lerning theory ( teori belajar sosial) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi (Latief, 2012). Contohnya perilku marah yang diekspresikan dengan berdebat, bicara kasar, disertai kekerasan (Azhar, 2011). b. Faktor Presipitasi Menurut (Sujono & Purwanto, 2009) Stressor yang mencentuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat buruk. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contohnya stressor yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian , krisis dan lain- lain. Sedangkan dari dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta , ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang control, menurunnya percaya diri. Selain itu lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindkan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
7
17
C. Kerangka Teori Faktor biologis a. Teori dorongan naluri b. Teori psikomatik Faktor Psikologis a. Teori agresif frustasi b. Teori perilaku c. Teori exsistensi
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga
Faktor sosial cultural a. Teori lingkungan b. Teori belajar Faktor Presipitasi
(skema 2. kerangka teori) Kausatif / penyebab
7
18
D. Variabel penelitian Variabel penelitian ini adalah gambaran perilaku kekerasan dalam rumah tangga ( studi pada ibu rumah tangga). E. Pertanyaan penelitian 1)
Bagaimana gambaran tentang pengetahuan perilaku kekerasan dalam rumah tangga?
2)
Bagaimana bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga pada ibu rumah tangga?
3)
Apakah dampak yang timbul akibat dari kekerasan dalam rumah tangga?
4)
Bagaimanakah penyebab kekerasan dalam rumah tangga?
7