BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Analisis Laporan Keuangan
2.1.1
Pengertian Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata analisis didefinisikan
sebagai: “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagian-bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antara bagian-bagian untuk memperoleh pengertian dan pemahaman arti seluruhnya.” Dan menurut Komaruddin (1994-163) analisis diartikan sebagai: “Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tandatanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan padu” Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga dapat diketahui ciri-ciri atau tanda pada tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain serta fungsi masing-masing bagian dari keseluruhan. 2.1.2
Pengertian Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna
apabila tidak dilakukan suatu analisis terhadapnya. Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Arens (2000;7) dalam bukunya Auditing, definisi akuntansi adalah: “Accounting is the process of recording classifying and summarizing of economical even in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making” Selain hal tersebut, Munawir (2000 ;31) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil”. Jadi informasi ataupun data yang terdapat dalam laporan keuangan dapat berguna apabila dianalisis karena dengan analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 2.1.3
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai data yang mencakup
berbagai masalah seperti tujuan, laba bersih dan perkembangan perusahaan tersebut, jumlah modal kerja dan perubahan serta hubungan laba terhadap penjualan dan investasi. Dalam mengidentifikasi hubungan-hubungan ini membutuhkan suatu analisis terhadap laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan, sifat analisis dan informasi yang dikehendaki tergantung kepada kebutuhan pemakai dan masalah yang tercakup. Mengenai pengertian analisis laporan keuangan ini dikemukakan oleh beberapa pakar diantaranya. Sofyan Syafri Harahap (2002;190), mengemukakan pendapatnya mengenai analisis laporan keuangan sebagai berikut:
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik data kuantitatif maupun data kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Dari pernyataan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan-perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan dari data-data atau faktor-faktor keuangan serta kecenderungan yang terdapat dalam suatu laporan keuangan ataupun dalam beberapa laporan keuangan komparatif, sehingga dengan melakukan suatu analisis terhadap laporan keuangan, informasi dan data keuangan yang diinginkan akan mudah dimengerti serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 2.1.4
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk mengetahui Likuiditas,
Solvabilitas, Rentabilitas, dan Stabilitas usaha perusahaan, menurut Munawir (2000 ;31-33): 1. Likuiditas Perusahaan Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. 2. Rentabilitas Yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 3. Solvabilitas Yaitu kewajiban perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Stabilitas Usaha
Yaitu menunjukkan kemampuan melakukan usaha dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atau hutang-hutang perusahaan tepat waktu, serta kemampuan perusahaan membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.1.5
Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan
keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut menurut Dwi Prastowo (2000 ; 53) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Memahami latar belakang data keuangan perusahaan. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Mempelajari dan mereview laporan keuangan. Menganalisis laporan keuangan.
Penjelasan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan: 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan. Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang menjadi usaha pokok perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisa laporan keuangan perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Kondisi yang perlu dipahami disini antara lain mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi, pasar dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan. Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan diaplikasikan
perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang sudah dianalisis. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan serta sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum. 4. Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan serta menginterpretasikan hasil analisis tersebut. 2.1.6
Jenis-jenis Analisis Laporan Keuangan Penafsiran dari analisis laporan keuangan merupakan suatu cara untuk
menilai keadaan keuangan dari potensi perusahaan. Melalui analisis laporan keuangan dapat dilihat hubungan komponen Neraca maupun Laporan laba rugi. Jenis laporan keuangan dipandang dari sudut analis adalah: 1. Analisis Eksternal Analisa ini dilakukan oleh pihak diluar peusahaan, sehingga informasi yang diperoleh hanya terbatas pada informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. 2. Analisis Internal Analisis ini dilakukan oleh pihak yang berada dalam perusahaan sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap. Setelah analis memahami dan melakukan penyusunan kembali laporan keuangan, kemudian dilakukan analisis dan penafsiran dengan menggunakan teknik analisis yang tepat sesuai dengan tujuan analisis. 2.1.7
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mempelajari hubungan dan kecenderungan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan
dari
setiap
metode
dan
teknik
analisa
adalah
untuk
menyederhanakan data keuangan dari perusahaan sehingga dapat mudah dimengerti.
Smith dan Skousen (1992 ; 1049) mengemukakan sebagai berikut: “Analytical procedures fall into two main categories: (1) Compansions and measurement based on financial data for two or more period; and (2) Compansions and measurement based on financial data only the current fiscal period”. Dari pernyataan di atas terdapat 2 kategori utama dari metode dan teknik analisis yang digunakan: 1. Analisis Dinamis atau Analisis Horizontal Kategori ini meliputi penyajian laporan, laporan perbandingan, penentuan rasio-rasio dan trend untuk data yang berada dalam laporan-laporan yang berurutan serta menganalisis secara khusus mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam Neraca, Laporan laba rugi, dan Laporan perubahan posisi keuangan. 2. Analisis Statis atau Analisis Vertikal kategori ini meliputi penentuan Neraca untuk tahun-tahun yang berjalan serta penentuan Laporan laba rugi yang bersangkutan dan analisis khusus mengenai penghasilan dan kemampuan untuk menciptakan penghasilan. Menurut Munawir (2000 ; 36), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisis perbandingan laporan keuangan yaitu dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih. 2. Analisis trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan. Tujuannya untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan perusahaan, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan persentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga struktur permodalan dan komposisi pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja, sebab-sebab perubahan modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas (Cash flow statement), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dan mengetahui sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan-hubungan dari pos-pos tertentu dalam Neraca maupun ikhtisar laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis perubahan laba kotor (Gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang diharapkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break event, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan tersebut agar tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break event ini akan dapat diketahui berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisis manapun yang dipakai merupakan permulaan dari proses analisis yang dibutuhkan untuk menganalisis laporan keuangan. Setiap metode analisis tersebut pada akhirnya mempunyai tujuan supaya data yang diperlukan dapat dipahami dan dimengerti, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang menguntungkan. 2.2
Analisis Rasio Keuangan
2.2.1
Pengertian dan Tujuan Analisis Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah
dengan jumlah yang lain, penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menjelaskan baik dan buruk posisi keuangan peruahaan terutama bila angka rasio ini dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Analisis keuangan adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan Analisis ini menghubungkan satu pos dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan dan memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antar pos tersebut. Adapun pengertian analisis rasio menurut Munawir (2000 ; 36) sebagai berikut: “Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam Neraca atau Laporan laba rugi, secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Analisis
rasio
sebenarnya
kurang
bermanfaat
bila
tidak
ada
pembandingnya. Rasio pembanding yang biasa digunakan adalah rasio industri rata-rata atau bisa juga rasio perusahaan dari beberapa tahun tertentu. Di Indonesia sendiri belum ada rasio standar untuk tiap industri, sehingga analisis rasio keuangan dilakukan dengan membandingkan rasio antar tahun dan juga dengan pertimbangan dari para analis. Sedangkan tujuan analisis rasio keuangan yang dikemukakan oleh Munawir (2000 ; 64), sebagai berikut: “Dengan
menggunakan
analisis
rasio
dimungkinkan
untuk
menentukan tingkat Likuiditas, Solvabilitas, keefektifan operasional serta derajat keuntungan suatu perusahaan”. Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain bersifat “future oriented”. Oleh sebab itu analis harus mampu menyelesaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu tertentu, dengan faktor-faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian manfaat suatu angka rasio sepenuhnya bergantung pada kemampuan dan kecerdasan analis dalam menginterpretasikan data yang bersangkutan. Dalam penggunaan analisis rasio masih terdapat keterbatasan. Sofyan Harahap (2002 ; 298), menyatakan keterbatasan analisis rasio sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan yang juga menjadi keterbatasan teknik ini, yaitu: a). Bahan pertimbangan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai semu atau subjektif. b). Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c). Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d). Metode pencatatan yang tergambar dalam Standar Akuntansi bila diterapkan akan berbeda, apabila perusahaannya berbeda. 3. Jika ada data yang tidak tersedia untuk menghitung rasio, maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak berhubungan 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan Standar Akuntansi yang dipakai tidak sama oleh karena itu jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Keterbatasan ini tidak mengurangi kegunaan analisis rasio, namun para analis akan lebih berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Setiap analisis mempunyai tujuan atau kegunaan yang menentukan perbedaan penekanan sesuai dengan tujuan tersebut, serangkaian rasio yang dipilih tergantung dari alasan para analis dalam melakukan analisis rasio keuangan 2.2.2
Jenis Analisis Rasio Keuangan yang Utama Setiap analisis mempunyai tujuan atau kegunaan yang menentukan
perbedaan penekanan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Weston dan Copeland (1989 ; 225), menggolongkan rasio keuangan menjadi empat jenis: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity ratio) Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. 2. Rasio Solvabilitas (Leverage ratio) Mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang, atau mengukur perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya. 3. Rasio Aktivitas (Activity ratio)
Mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola dan menggunakan sumber dayanya. 4. Rasio Profitabilitas (Profitability ratio) Mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. 1. Rasio Likuiditas -
Current ratio, merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva Lancar Current ratio =
-
x 100 %
Hutang Lancar Quick ratio, merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih baik. Aktiva Lancar - Persediaan Quick ratio =
x 100 % Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas -
Total Debt to Equity ratio, menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Total Hutang Total Debt to Equity ratio =
x 100% Total Aktiva
-
Total Debt to Total Asset ratio, mengukur sampai seberapa besar satu perusahaan menggunakan modal pinjaman dari seluruh aktivanya. Total Hutang Total Debt to Total Asset ratio =
x 100 % Total Aktiva
3. Rasio Aktivitas -
Receivable Turnover, merupakan kemampuan dana yang tertanam pada piutang berputar dalam periode tertentu.
Total Penjualan Kredit Receivable Turnover
= Rata- rata Piutang
-
Inventory Turnover, merupakan kemampuan dana yang tertanam pada persediaan berputar pada saat periode tertentu, atau Likuiditas dari persediaan dan kecenderungan adanya yang overstock. Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = Persediaan Rata-rata
4. Rasio Profitabilitas -
Profit Margin, untuk mengetahui keuntungan bersih setiap rupiah penjualan. Laba Setelah Pajak Profit Margin =
x 100 % Penjualan
-
Return on Investment (ROI), merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Laba Setelah Pajak Return on Investment =
x 100 % Total Aktiva
-
Return on Equity (ROE), merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Laba Setelah Pajak Return on Equity =
x 100 % Modal sendiri
2.3
Laporan Keuangan
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang bersangkutan. Jadi untuk dapat mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut, maka diperlukan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari laporan keuangan ini berguna sebagai ukuran untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
2.3.1
Arti Pentingnya Laporan Keuangan Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan
Perusahaan, sangat perlu untuk mengetahui keadaan keuangan Perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002;2): “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. laporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi: Neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara) Misalnya: sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan atas laporan keuangan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya: informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pokoknya laporanlaporan untuk suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan tentang posisi keuangan perusahaan, tentang hasil operasi perusahaan dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan.
Posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu dilaporkan dalam Neraca, operasi-operasi perusahaan selama suatu periode tertentu dilaporkan dalam Laporan laba rugi, Laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan mengenai perubahan-perubahan modal dalam perusahaan. Pengertian laporan keuangan seperti kutipan teori di atas merupakan laporan keuangan dalam artian formal. laporan keuangan tersebut bersifat umum dan ditujukan untuk berbagai pihak diluar perusahaan. 2.3.2
Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak ekstern
dan intern yang terdiri dari banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda beda, oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan perlu memperhatikan tujuantujuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi maka laporan keuangan harus memiliki standar yang biasa disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002 ; 1,2), dinyatakan bahwa: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Dari kutipan teori di atas, maka tujuan dari laporan keuangan pada pokoknya adalah memberikan informasi mengenai kondisi keuangan, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan kepada pihak-pihak yang memerlukannya, untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kepentingannya,
juga
untuk
menilai
kinerja
menajemen
yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap laporan keuangan tersebut.
Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Penanam modal atau investor. 2. Karyawan. 3. Pemberi pinjaman. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya. 5. Pelanggan. 6. Pemerintah. 7. Masyarakat. 8. Manajemen.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh oleh pihak yang tidak berkepentingan langsung dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Konsultan dan para analis keuangan. Konsultan dan para analis keuangan yang berkepentingan daam memberikan nasihat kepada investor dan calon investor dalam mengambil keputusan investasi, maupun dalam menilai prospek investasi perusahaan di masa datang. 2. Ahli hukum Berkepentingan dalam memberi nasihat hukum mengenai pembagian keuntungan dan dividen ataupun perjanjian-perjanjian lain. 2.3.3
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi para pemakai. Karakteristik kualitatif menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 ; 7) yaitu: 1. 2. 3. 4.
Dapat dipahami. Relevan. Keandalan. Dapat dibandingkan.
5. Keandalan informasi yang relevan dan andal. 6. Penyajian wajar. Penjelasan karakteristik kualititaf: 1. Dapat dipahami Maksudnya kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan harus mudah dipahami oleh pemakai. 2. Relevan Informasi dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan Informasi dikatakan handal (reliable) jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (representation faithfullness) atau disajikan secara wajar. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja perusahaan. 5. Keandalan informasi yang relevan dan andal Keandalan informasi yang relevan bisa diukur dari: tepat waktu, keseimbangan
antara
biaya
dan
manfaatnya,
keseimbangan
antara
karakteristik kualitatif. 6. Penyajian Wajar Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar atau menyajikan dengan wajar mengenai: posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. 2.3.4
Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 ; 1-3) terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5.
Neraca (Balance sheet) Laporan laba rugi (Income statement) Laporan arus kas (Statement of cash flow) Laporan perubahan ekuitas (Statement of change in equity) Catatan atas laporan keuangan (Notes to financial statement)
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Neraca (Balance sheet) Definisi Neraca menurut S. Munawir (2000 ; 13): “Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”. Jadi tujuannya adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu perusahaan melakukan tutup buku dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga Neraca sering disebut dengan balance sheet. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Neraca adalah suatu laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu dan memperlihatkan keadaan aktiva, hutang, dan ekuitas. 2. Laporan laba rugi (Income statement) Menurut Dwi Prastowo (2002 ; 16), Laporan laba rugi adalah: “Laporan
keuangan
yang
memberikan
informasi
mengenai
kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu”. Laporan laba rugi merupakan laporan operasi perusahaan tentang penghasilan yang didapat, biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain, Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang menyajikan kinerja suatu kesatuan usaha dalam suatu periode tertentu. 3. Laporan perubahan ekuitas (Statement of change in equity)
Laporan perubahan ekuitas atau Laporan perubahan posisi keuangan merupakan suatu laporan yang memuat seluruh kegiatan penanaman modal dan pembiayaannya. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan aliran modal kerja selama periode tertentu dan perubahan unsur kerja selama periode yang bersangkutan. 4. Laporan arus kas (Statement of cash flow) Laporan ini melaporkan arus kas masuk dan keluar dalam perusahaan pada saat periode tertentu. Laporan arus kas ini menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kas sehingga menghasilkan masukan berupa kas pula. Laporan arus kas terdiri dari 3 sumber utama, yaitu berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan. 5. Catatan atas laporan keuangan (Notes to financial statement) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 ; 1.18) dikemukakan bahwa: “Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam Neraca, Laporan laba rugi, Laporan arus kas, dan Laporan perubahan ekuitas serta informasiinformasi tambahan lain yang dibutuhkan”. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan laba rugi, dan Laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. 2.3.5
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Walaupun sangat berguna untuk mengenali posisi keuangan perusahaan,
laporan keuangan bukan merupakan suatu laporan yang sempurna. Beberapa kelemahan yang dimaksud antara lain: 1. Laporan keuangan bersifat histories karena merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat (hasil yang sudah dicapai perusahaan di masa lalu sehingga laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang bersifat material dan memiliki akibat yang jelas, misalnya: telah terjadi penjualan, adanya piutang, dan lainlain. 5. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif,
artinya
dalam
menghadapai
ketidakpastian, maka yang umumnya dipilih adalah alternatif yang memberikan nilai terkecil. 6. Pada laporan keuangan kita tidak dapat mengetahui fakta yang bersifat kualitatif, karena hal-hal tersebut umumnya diabaikan. Oleh karena itu, dalam membaca laporan keuangan Account Officer harus “melangkah” lebih jauh dari hanya sekedar membaca angka-angka. 2.4
Efektivitas
2.4.1
Pengertian Efektivitas Menurut Arens dan Loebbecke (2000;798) menyebutkan: “Efectiveness refers to the accomplishment of objective, whereas effeciency refers to the resources used to achieve these objective” Sedangkan menurut Komarudin (1994;269) efektivitas adalah: “Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tercapainya tujuan manajemen (dalam arti manajemen efektif) tidak selamanya disertaiefisiensi maksimum, dengan kata lain, manajemen yang efektif tidak slalu disertai manajemen yang efisien. Tercapainya tujuan mungkin hanya dapat dilakukan dengan pemborosan. Karena itu keberhasilan manajemen tidak boleh hanya diukur oleh efektivitas tapi diukur pula oleh efisiensi” Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran yang
berkaitan dengan tujuan yang ditetapkan. Penilaian tentang efektivitas adalah
meliputi penyidikan apakah hasil atau manfaat yang dicapai dari program atau aktivitas yang ditetapkan telah dilaksanakan secara efektif. 2.4.2
Kriteria Efektivitas Kriteria dapat diartikan sebagai tolak ukur atau bahan perbandingan.
Dengan adanya kriteria manajemen dapat menetapkan apakah suatu kondisi dikatakan menyimpang atau tidak. Dan apabila ada penyimpangan maka harus ditentukan apakah penyimpangan itu positif atau negatif. Ada beberapa sumber yang dapat dipakai oleh analisis dalam mengembangkan kriteria: a. Kriteria masa lalu (historical performance) Kriteria ini didasarkan pada hasil-hasil aktual dari pelaksanaan operasi perusahaan kriteria ini digunakan untuk menentukan apakah pelaksanaan menjadi lebih baik atau lebih buruk melalui perbandingan. Keuntungan dari kriteria ini mudah diperoleh. b. Perbandingan dengan perusahaan sejenis (Comparable Performance) Sama seperti penentuan kriteria pertama yaitu melalui perbandingan, namun pada kriteria ini yang digunakan sebagai pembanding adalah perusahaan sejenis. Keutungan dari kriteria ini adalah bersifat obyektif, memungkinkan untuk membandingkan hasil periode yang sama dengan kondisi dan teknologi yang sama. Kelemahan dari kriteria ini adalah seberapa jauh kesamaan perusahaan yang melakukan analisis dan bagaimana memperoleh informasi yang dibutuhkan serta bagaimana kendalannya. c. Standar- standar yang terukur (Engineered Standard) 2.5
Pengertian dan Jenis Kredit
2.5.1
Pengertian Kredit Pengertian
Kredit menurut
Undang-Undang RI No.10 tentang
Perbankan (1998 ;10) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian kredit di atas, dapat dikatakan bahwa: 1. Adanya penyerahan uang atau tagihan. 2. Adanya kesepakatan antara kreditur dan debitur. 3. Adanya suatu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman dan bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Dalam bahasa latin kredit berarti Credere artinya percaya. Maksudnya bagi pemberi kredit adalah percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benarbenar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman. Thomas Suyatno (1991;44), mendefinisikan kredit sebagai berikut: “Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan.” Kredit berfungsi kooperatif antara pemberi kredit dan penerima kredit (kreditur dan debitur). Mereka menarik keuntungan dan menanggung risiko. Dalam arti luas kredit didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, risiko, dan pertukaran ekonomi di masa yang akan datang. 2.5.2
Jenis-jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum menurut Kasmir (1998;83), Jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi jangka waktu (maturity) 1) Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan) Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya: Untuk perumahan; Misalnya: Kredit pemilikan rumah atau untuk pertanian; misalnya: tanaman padi atau palawija. 2) Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan) Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun biasanya untuk investasi. Sebagai contoh: Kredit untuk pertanian seperti: jeruk, peternakan sapi.
3) Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan) Jenis kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun, biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit seperti kredit perumahan. 2. Dilihat dari segi jaminan (Collateral) 1) Kredit dengan jaminan (Secured Loan) Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur. 2) Kredit dengan tanpa jaminan (Unsecured Loan) Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.
3. Dilihat dari sektor usaha terdiri dari: 1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. 2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya: peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi. 3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil menengah atau besar. 4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah. 5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. 6) Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti: dosen, dokter atau pengacara. 7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 8) Dan sektor-sektor lainnya. 4. Dilihat dari segi tujuan kredit: 1) Kredit Komersil (Commercial loan) Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 2) Kredit Konsumtif (Consumer Loan) Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi, dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha, sebagai Contoh: kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit peralatan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. 3) Kredit Produktif (Productif Loan)
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Contoh:
kredit
untuk
membangun
pabrik
yang
nantinya
akan
menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. 5. Dilihat dari segi kegunaannya: 1) Kredit Modal kerja Digunakan
untuk
keperluan
meningkatkan
produksi
dalam
operasionalnya, sebagai contoh: kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2) Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh: Kredit investasi; misalnya: untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin, kecenderungan pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama. 2.6
Bank
2.6.1
Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Menurut Undang-Undang RI No.10 tahun 1998 tentang Perbankan (1998;30) “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Tentang pengertian bank, beberapa ahli memberikan definisi bank antara lain seperti yang dikemukakan oleh Croose dan Hempel, dialih bahasakan oleh Dahlan Siamat (1993;12) adalah sebagai berikut: “Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank”.
Sedangkan menurut Stuart (1994;01) yang dialihbahasakan oleh Thomas Suyatno mendefinisikan bank sebagai berikut: “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, bank dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari uang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”. Dari pengertian teori di atas dapat didefinisikan lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah Funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan melakukan berbagai strategi agar masyarakat mau
mananamkan dananya dalam bentuk simpanan seperti simpanan Giro, simpanan Tabungan dan simpanan Deposito. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada calon nasabah, balas jasa tersebut dapat berupa bunga, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat tertarik untuk menanamkan dananya. Aktivitas kedua sesudah memperoleh dana dalam bentuk simpanan, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijual kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit. Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan utama perbankan. Dengan kata lain keuntungan utama dari bisnis perbankan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan. Di samping itu perbankan juga menghasilkan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung, jasa perbankan lainnya meliputi: 1. Kiriman uang (transfer). 2. Inkaso (collection.) 3. Kliring (clearing). 4. Penjualan mata uang asing. 5. kartu kredit (credit card)
6. Safe deposit box. 7. Travellers Cheque. 8. Letter of credit. 9. Serta jasa bank lainnya. Kelengkapan dan jasa yang ditawarkan sangat tergantung dari kemampuan bank masing-masing. Dengan kata lain semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas yang dimilikinya. 2.6.2
Fungsi dan Jenis Bank Pada prinsipnya perbankan Indonesia dapat dibedakan berdasarkan fungsi
dan kepemilikannya meskipun sesungguhnya pembagian berdasarkan aspek fungsi sudah tidak begitu relevan karena dalam Undang-undang No.7 tahun 1992 hanya dikenal Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat saja. Demikian pula dalam hal kepemilikan karena konsekuensi bentuk hukum bank pemerintah setelah Undang-undang No.7 tahun 1992 tersebut sebagai PT atau Perseroan yang berarti kepemilikan pemerintah tidak lagi 100 % dimiliki karena kemungkinan sebagian beralih kepada pemodal swasta melalui pasar modal pada saat go public. Dilihat dari fungsinya dalam hubungannya dengan masalah perkreditan, bank adalah sebagai berikut: 1. Penerima Kredit Dimana bank menerima dana dari masyarakat. Ini mencerminkan bahwa bank melaksanakan perkreditan secara pasif dengan menghimpun dana dari pihak ketiga. 2. Pemberi Kredit Berarti bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. 3. Perantara Kredit Misalnya dalam memberikan jaminan bank, pengiriman (transfer) uang, inkaso, dan lain-lain. Dalam hal ini merupakan fungsi tambahan. Fungsi umum bank menurut Kasmir (2002;3-4) antara lain:
1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat. Maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan, dengan kata lain menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya Seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes dan jasa lainnya. Menurut Dahlan Siamat (1995;16), bank sebagai lembaga pemberi jasajasa keuangan mempunyai fungsi-fungsi pokok, yaitu: 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. 2. Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi. 3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. 4. Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trust atau perwalian amanat kepada individu dan perusahaan. 5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional. 6. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga. 7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain, misalnya: credit card, traveler’s check, transfer dana, dan sebagainya. Menurut Undang-Undang No.7 tentang Perbankan tahun 1992, yang sekarang telah disempurnakan dalam Undang-undang yang baru yaitu UndangUndang RI No.10 tentang Perbankan tahun 1998 dan Undang-Undang RI No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, maka pada dasarnya jenis dan usaha bank di Indonesia terdiri dari: a.
Bank Sentral
Jenis bank ini tidak bersifat komersial seperti halnya bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bahkan disetiap negara jenis ini selalu ada, di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia. Fungsi bank sentral ini diatur oleh Undang-undang RI No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam Undang-Undang RI No.23 tahun 1999 bab III pasal 7 adalah: “Untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil sangatlah luas seperti salah satunya adalah terjadinya inflasi yang sangat memberatkan masyarakat luas. Tugas Bank Indonesia menurut Undang-Undang RI No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia adalah: 1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. 2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. 3) Mengatur dan mengawasi bank. b.
Bank Umum Pengertian Bank Umum menurut Undang-Undang RI No.10 tentang
perbankan tahun 1998 adalah: “Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya.” Sifat dan jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya yang dapat dilakukan di seluruh daerah. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank). Pada dasarnya kegiatan usaha Bank Umum meliputi: 1) Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. 2) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit seperti kredit investasi yaitu kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi
jangka panjang, kredit modal kerja yang diberikan untuk membiayai suatu kegiatan usaha yang sifatnya jangka pendek, kredit perdagangan, kredit konsumtif serta kredit produktif. 3) Menghasilkan jasa-jasa bank lainnya (services). c.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang RI
No.10 tentang perbankan tahun 1998 adalah: “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang kegiatannya menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau dalam bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Larangan bagi BPR adalah menerima rekening giro serta melakukan kliring. Begitu pula dengan jangkauan wilayah operasinya yang sangat terbatas di kecamatan-kecamatan dan pedesaan saja.”
Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito atau tabungan pada bank lain. 2.7
Prinsip dan Prosedur Dasar Pemberian Kredit
2.7.1
Prinsip Dasar Pemberian Kredit Penilaian kredit atau analisis kredit merupakan kegiatan untuk menilai
keadaan calon debitur. Penilaian kredit yang kurang tepat, akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Pada waktu bank mempertimbangkan suatu permohonan kredit, yang menjadi pertimbangan utamanya adalah apakah kredit yang diberikan akan
mampu dilunasi atau tidak. Sehubungan dengan pertimbangan utama tersebut, bank melakukan penilaian dengan prinsip dasar tertentu. Pada umumnya, bank menggunakan prinsip dasar yang dikenal dengan “analisis 5C”. Konsep ini akan memberikan informasi mengenai itikad baik (Willingness pay) dan kemudian kemampuan membayar (Ability to pay) nasabah, untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Adapun penjelasan analisis 5C menurut Munawir (2000 ; 235-236) adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami ketentuanketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya, termasuk kekuatan yang ia miliki. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (Neraca dan Laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi Likuiditas, Solvabilitasnya, dan Rentabilitas serta ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5. Conditions Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta diakibatkan dengan prospek
usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Sedangkan penilaian dengan analisis 7P menurut Kasmir (2002 ; 119120) adalah sebagai berikut: 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah. 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank.
3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam macam. Sebagai contoh: apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan rugi tetapi juga nasabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk mengembalikan kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi dari sektor lainnya. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana perusahaan mancari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperoleh. 7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Sedangkan penilaian dengan Konsep 3R menurut Hadiwidjaja, Wirasasmita (2000 ; 39) adalah sebagai berikut: 1. Return (hasil yang dicapai) Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur dengan kredit, apakah hasil tersebut dapat menutup pengembalian pinjamannya dan perusahaan bisa berkembang terus atau tidak. 2. Repayment (pembayaran kembali) Bank harus menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjamannya pada saat-saat kredit harus dicicil atau dilunasi. 3. Risk ability and bearing (kemampuan untuk menanggung risiko) Bank harus menilai sampai sejauh mana perusahaan mampu menanggung risiko kegagalan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan dilakukannya analisis permohonan kredit dapat diperoleh keyakinan apakah calon debitur memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada bank dengan tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang disepakati, sehingga risiko kredit macet dapat diminimalisasi. 2.7.2
Prosedur Dasar Permohonan Kredit Prosedur pemberian kredit menurut buku dasar-dasar Perbankan Kasmir
(2002 ; 123-128) maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu
kredit
diputuskan
untuk
dikucurkan.
Tujuannya
adalah
untuk
mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit. Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana cara-cara bank tersebut menilai serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing bank.
Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut: 1. Pengajuan berkas-berkas Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. a. Pengajuan proposal hendaknya berisi -
Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
-
Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
-
Besarnya kredit dan jangka waktu Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari laporan keuangan (Neraca dan Laporan laba rugi) 3 tahun terakhir.
-
Cara pemohon mengembalikan kredit, maksudnya dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya, apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.
-
Jaminan kredit, merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit, baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak.
b. Melampirkan dokumen-dokumen yang meliputi foto copy: -
Akte notaris, untuk perusahaan berbentuk PT atau yayasan.
-
T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan)
-
N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak)
-
Neraca dan Laporan rugi laba 3 tahun terakhir.
-
Bukti diri dari pimpinan perusahaan.
-
Foto copy sertifikat jaminan.
c. Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari Neraca dan Laporan laba rugi yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: -
Current ratio
-
Acid test ratio
-
Inventory turn over
-
Sales to receivable ratio
-
Profit margin ratio
-
Return on net worth
-
Working capital.
2. Penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan berkas. 3. Wawancara awal Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. 4. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usah atau jaminan. Kemudian hasil On the spot dicocokkan dengan hasil wawancara satu. 5. Wawancara dua. Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan On the spot dilapangan. 6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah untuk menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya keputusan kredit yang akan diumumkan meliputi: -
Jumlah uang yang diterima.
-
Jangka waktu kredit.
-
Biaya-biaya yang harus dibayar.
-
Waktu pencairan kredit.
7. Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan: Antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui notaris.
8. Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit dan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. 9. Penyaluran atau penarikan dana. Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu: -
Sekaligus, atau
-
Secara bertahap