BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.
Usahatani a. Pengertian Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan,
mengorganisasikan
dan
mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (Wanda, 2015 : 602) b. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi (Gustiyana dalam Wanda, 2015 : 603)
9
10
2.
Teori Produksi a. Definisi Produksi Produksi adalah suatu proses untuk mengubah barang input menjadi barang output. Dapat pula dikatakan bahwa produksi adalah rangkaian proses yang meliputi semua kegiatan yang dapat menambah atau menciptakan nilai guna dari barang dan jasa. b. Fungsi Produksi Fungsi
produksi
adalah
hubungan
yang
saling
mempengaruhi antara input dan output. Memproduksi suatu output harus mempertimbangkan besar kecilnya penggunaan input. Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output semaksimal mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan biaya produksi seminimal mungkin. c. Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama produksi berlangsung. Pengertian lainnya adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai (Daniel dalam Wanda, 2015 : 603).
11
3.
Perubahan Iklim Perubahan Iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim ini terjadi karena adanya perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (KLH 2004). IPCC (2007) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim terjadi karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna lahan. Unsur-unsur iklim yang bisa kita rasakan perubahannya diantaranya adalah suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, awan dan curah hujan.
4.
Iklim Musim Iklim musim yang ada di Indonesia terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Timur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering atau kemarau.
12
Kondisi iklim musim di daerah penelitian juga mengalami hal yang sama. Antara bulan Oktober hingga April 2015 adalah musim penghujan dan pada bulan Mei hingga September 2015 adalah musim kemarau. 5.
Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
6.
Mitigasi Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.( UU Nomor 24 Tahun 2007). Kegiatan mitigasi yang dimaksud sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 24 tahun 2007 adalah : a. Pelaksanaan tata ruang b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.
13
7.
Gula Kelapa Gula kelapa atau gula merah terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira kelapa, sering juga disebut dengan gula jawa. Teksturnya berupa bongkahan berbentuk silinder dan berwarna coklat. Biasanya digunakan dalam bahan pemanis makanan dan minuman dengan cara diiris tipis. Gula kelapa dalam perdagangan dikenal sebagai gula merah (gula jawa), biasanya dijual dalam bentuk setengah mangkok, silinder dan berbentuk serbuk (gula semut), (Palungkun dalam Suyudi, 2007: 23). Sebagai produk agroindustri, gula kelapa mempunyai peranan penting terutama eksistensi dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh jenis gula lain dalam pemakaiannya. Hal ini karena gula kelapa mengandung mineral, rasa, aroma dan warna yang khas. Peranan gula kelapa dalam pengolahan pangan diantaranya adalah sebagai penyedap (campuran) masakan, bahan baku pembuatan minuman, industri makanan kecil dan campuran ramuan jamu. Gula kelapa selain digunakan sebagai pemanis juga pembentuk rupa (appearance), tekstur, warna dan aroma serta flavor (Thahjaningsih dalam Tri Yanto dan Naufalin, 2012:11).
8.
Proses pembuatan gula kelapa Nira merupakan bahan baku utama pembuatan gula kelapa, nira adalah cairan bening yang terdapat di dalam mayang kelapa yang pucuknya belum dibuka. Nira sering juga dibuat “legen“ kata ini sebenarnya istilah bahasa jawa berasal dari kata legi artinya manis.
14
Nira ini didapatkan dengan penyadapan atau penderesan. Satu buah mayang dapat disadap selama 10-35 hari tergantung kondisi pohon kelapa, namun produksi optimal hanya 15 hari. Hasil yang diperoleh sekitar 0,5 – 1 liter nira setiap mayang, atau sekitar 2 – 4 liter nira per pohon setiap harinya (Said, 2007 : 21) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya nira yang diperoleh, salah satunya adalah iklim. Penyadapan yang dilakukan pada musim penghujan akan mendapatkan nira lebih banyak daripada musim kemarau. Menurut pengakuan penyadap, bahwa hasil penyadapan dua mayang pada musim penghujan sama dengan tiga mayang pada musim kemarau. Nira hasil sadapan dikumpulkan dalam ember/baskom kemudian sesegera mungkin dimasak untuk mencegah terbentuknya asam. Sisa pengawet yang mengumpul di ujung pongkor sebaiknya jangan diikutkan karena akan menghasilkan warna gula yang kurang baik. Sebelum dimasak nira disaring terlebih dahulu untuk membuang kotoran-kotoran yang berupa bunga kelapa, lebah dan semut. Penyaringan nira ini hendaknya menggunakan kain saring yang bersih dan hasil saringan langsung ditampung dalam wajan. Wajan yang berisi nira bersih dipanaskan di atas tungku. Pada awal pemasakan api harus besar untuk mempercepat proses penguapan. Nira akan mendidih pada suhu sekitar 110°C. Pada saat mulai mendidih, kotoran halus akan terapung ke permukaan bersama buih nira. Kotoran-kotoran ini dibuang dengan menggunakan serok.
15
Pendidihan selanjutnya akan menimbulkan busa nira yang meluapluap berwarna coklat kekuning-kuningan. Sewaktu-waktu nira yang mendidih ini diaduk-aduk untuk menjaga agar buih nira tidak meluap ke luar wajan. Untuk mengurangi meluapnya buih maka tambahkan parutan kelapa, kemiri atau minyak goreng secukupnya (kira-kira 5 gram atau satu sendok makan minyak goreng untuk 25 liter nira yang dimasak). Api dikecilkan ketika nira sudah mengental dan pekatan nira tetap diaduk-aduk. Untuk mengetahui bahwa nira tersebut sudah masak atau belum, dilakukan uji kekentalan, yaitu dengan cara meneteskan pekatan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan tadi menjadi keras, berarti pemasakan sudah cukup dan wajan segera diangkat dari tungku. Waktu yang diperlukan untuk memasak 25-30 liter nira kira-kira 4-5 jam. Pekatan nira segera diaduk untuk mempercepat proses pendinginan. Pengadukan dilakukan sampai suhunya turun menjadi sekitar 70°C. Pengadukan ini juga akan menyebabkan tekstur dan warna gula yang dihasilkan lebih baik dan cepat kering. Pekatan nira yang telah mengering segera dituangkan ke dalam cetakan bambu yang sudah dilapisi plastik untuk mempermudah proses pelepasan setelah gulanya kering.
16
B. Penelitian Terdahulu No Peneliti 1. Khory Nirdayana, Dina Novia Priminingtyas dan Heru Santoso Hadi. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Mangga. . Habitat. Volume XXII, Nomor 2. 2. Heru Santoso H.S, Tatiek Koerniawati A., Nur Layli R. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung. Agrise. Volume. XI, Nomor 3. 3. M.Muslich Mustadjab, dkk. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan Petani Tebu. Jurnal Pembangunan Desa. Volume. XII Nomor. 1 4.
Elly Rasmikayati dan Endah Djuwendah. 2015. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perilaku Dan Pendapatan Petani. Jurnal Manusia Dan Lingkungan.Volume. 22, Nomor 3.
Metode -Analisis Deskriptif. -Analisis Kuantitatif a.Analisis Pengetahuan dan Sikap Usaha Tani Mangga. b.Analisis Biaya c.Analisis Penerimaan d.Analisis Pendapatan
a.
b.
Hasil Pengetahuan petani, terdapat 22% dengan kategori kurang; 51,2 %dengan kategori cukup dan 26,8% dengan kategori baik; Sikap petani, 61% kategori cukup; dan 39,0% dengan kategori baik.
Analisis Usahatani a. Perhitungan biaya produksi. b. Perhitungan penerimaan usahatani. c. Perhitungan keuntungan.
Adanya dampak perubahan iklim menurunkan produksi jagung pada tahun 2010. Pada tahun 2009 produksi jagung yang dihasilkan sebesar 4.246,06 kg/ha sedangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 2.269,76 kg/ha.
a. Uji beda rata-rata b. Analisis regresi berganda dengan dummy variabel
Penurunan rendemen akibat perubahan iklim tidak mempengaruhi penerimaan gula oleh petani, yaitu apabila terjadi perubahan iklim gula yang diterima petani sebesar 39,97kw/ha dan apabila tidak sebesar 38,80 kw/ha.
Penelitian dilakukan dengan metode Survey eksplanatory.
Mitigasi yang dilakukan petani terhadap perubahan iklim, diantaranya memperluas lahan pemilihan sumber irigasi, memilih varietas unggul berorientasi iklim, pertimbangan iklim dalam memilih pupuk, perbaikan teknik usahatani, perubahan pola tanam serta menggeser masa tanam dan waktu panen.
17
No 5.
Peneliti Silvana Maulidah, Heru Santoso, Hadi Subagyo, dan Qiki Rifqiyah. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usaha Tani Cabai Rawit. Agritech. Volume. 8, Nomor 2.
Metode 1. Analisis Kualitatif (Deskriptif) 2. Analisis Kuantitatif a. Analisis Biaya (TC) b. Analisis Penerimaan Total Usahatani (TR) c. Analisis Pendapatan/ Keuntungan Usahatani (Π)
6.
Fahriyah, Heru Santoso dan Sherley Sabita. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Apel. Agrise. Volume XI, Nomor 3.
1. Analisis Kualitatif (Deskriptif) 2. Analisis Kuantitatif
Hasil 1. Sikap petani terhadap adanya perubahan iklim adalah: sebanyak 13 orang melakukan perawatan (menambah perlakuan); 5 orang melakukan pencabutan tanaman cabe; dan 23 orang petani melakukan pembiaran. 2. Dampak perubahan iklim menyebabkan terjadinya penurunan produksi cabai rawit (juga secara kualitas) dan menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan petani. Sikap petani akan adanya dampak perubahan iklim adalah dan perlakuan sebanyak 30 orang (71,4%) dengan cara penyemprotan ZPT, fungisida dan insektisida dan melakukan perawatan seperti penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemangkasan. Sedangkan 12 orang (28,6%) memilih tidak melakukan pemeliharaan dan berinisiatif untuk menanam tanaman lain.
Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, obyek yang dikaji hampir sama yaitu adalah petani. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini juga hampir sama dengan penelitian terdahulu yaitu tentang perubahan iklim terhadap pendapatan petani. Hasil penelitian di atas sebagian dapat diambil untuk hipotesis di penelitian ini. Menurut hasil penelitian di atas perubahan iklim berpengaruh positif terhadap pendapatan petani dan para petani telah melakukan tindakan mitigasi yang semestinya dalam menghadapi perubahan iklim.
18
C. Hipotesis 1.
Variabel umur, produksi, biaya dan hari orang kerja (HOK) diduga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani gula kelapa di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan dan Desa Rangkah, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen.
2.
Usahatani gula kelapa di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan dan di Desa Rangkah, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen diduga di atas UMK Kabupaten Kebumen tahun 2015
3.
Petani gula kelapa diduga telah melakukan mitigasi perubahan iklim dengan cara menyiram dan memupuk tanaman kelapa.
A. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani gula kelapa dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari petani gula kelapa diantaranya adalah umur, produksi gula kelapa, biaya usaha dan hari orang kerja (HOK). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar petani gula kelapa, seperti perubahan iklim. Unsur-unsur yang mempengaruhi perubahan iklim diantaranya adalah suhu, angin, awan, kelembapan udara, dan curah hujan. Unsur yang diambil dalam penelitian ini adalah curah hujan. Perubahan iklim memberikan dampak hampir ke seluruh bagian di permukaan bumi ini. Petani gula kelapa di Kabupaten Kebumen juga terkena dampak adanya perubahan iklim. Nira yang sejatinya menjadi bahan baku utama pembuatan gula kelapa juga terkena dampaknya akibat kemarau panjang tahun lalu. Musim kemarau yang panjang menghasilkan
19
nira sedikit, hal ini berdampak pula pada produksi gula kelapa, nira yang dihasilkan sedikit maka produksinya pun sedikit kemudian mengakibatkan pendapatan petani menurun. Analisis faktor internal yang mempengaruhi pendapatan petani gula kelapa yaitu umur responden, produksi gula kelapa, biaya usaha dan hari orang kerja digunakan alat analisis regresi linear berganda. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani gula kelapa yaitu perubahan iklim yang dilihat dari curah hujan tiap tahunnya selama kurun waktu 31 tahun. Penelitian ini dilakukan pula untuk mengetahui mitigasi atau upaya apa saja yang dilakukan petani gula kelapa guna mengurangi resiko adanya perubahan iklim. Analisis usahatani digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan petani di atas UMK Kabupaten Kebumen tahun 2015. Selain itu untuk mengetahui gambaran tercukupinya kebutuhan sehari-hari petani gula kelapa di Kecamatan Petanahan dan Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen. Analisis usahatani terdiri dari analisis biaya, analisis penerimaan dan analisis keuntungan.
20
Petani Gula Kelapa
Faktor-Faktor Pendapatan Petani Gula Kelapa
Internal
1. Umur 2. Produksi Gula Kelapa 3. Biaya Usaha 4. Jumlah Hari Kerja
Analisis Usahatani Gula Kelapa
Eksternal
Analisis Biaya
Perubahan Iklim (Curah Hujan)
Analisis Penerimaan
Analisis Keuntungan
Mitigasi Perubahan Iklim Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Untung
Rugi