8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuh kembang Masyarakat perkembangan
pada
umumnya
mempunyai
beranggapan
pengertian
sama,
bahwa tetapi
pertumbuhan
sebenarnya
dan
berbeda.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik yang ditandai dengan pertambahan sel, baik dari segi jumlah maupun ukuran sel. Seperti pertumbuhan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan pertumbuhan gigi. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur tubuh. Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara bersamaan. Pertumbuhan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan atau perkembangan anak (Hidayat, 2008 dalam Nurlinda, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dari individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara bersamaan pada setiap individu (Soetjiningsih dkk, 2013).
9
2.2 Tahap tumbuh kembang anak Tumbuh kembang utama pada masa anak dan remaja : 1. Masa pranatal Masa pranatal dimulai dari saat konsepsi sampai lahir. Pada masa ini tumbuh kembang sangat cepat. Sel telur yang dibuahi mengalami pembentukan struktur tubuh dasar dan organ-organ termasuk kalsifikasi gigi. Pertumbuhan fisik tercepat dalam rentang kehidupan dan sangat peka terhadap ligkungan. 2. Masa bayi dan anak dini (0 -3 bulan) Masa ini pertumbuhan masih pesat walaupun mengalami penurunan kecepatan dan proses kematangan berlanjut dari panca indera yang berfungsi pada waktu lahir, pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung cepat, kelekatan pada orang tua dan benda sekitar, telah mempunyai kemampuan belajar dan mengingat. 3. Masa prasekolah (3 tahun โ 6 tahun) Masa ini keluarga adalah fokus perhatian, ketrampilan motorik kasar dan halus juga kekuatan meningkat, kemampuan berbicara meningkat juga dengan bantuan kelengkapan geligi yang mendukung kejelasan artikulasi bahasa. 4. Masa praremaja (6 tahun -12 tahun) Masa ini teman sebaya yang menjadi fokus utama, memori dan kemampuan berbahasa meningkat, pertumbuhan fisik mulai melambat, kekuatan dan ketrampilan meningkat. 5. Masa remaja (12 tahun -20 tahun) Masa ini kematangan organ reproduktif dimulai sampai mencapai dewasa, kemampuan berpikir abstrak dan penalaran sudah berkembang, perubahan fisik cepat dan jelas (Soetjiningsih dkk, 2013).
10
2.3 Tumbuh kembang gigi Gigi geligi akan tumbuh dan berkembang dalam waktu yang berbeda, proses pertama tumbuh kembang gigi adalah pada masa prenatal, ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5-6 minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang. Tumbuh kembang gigi dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Siklus tumbuh kembang ini berurutan mulai tahap inisiasi, tahap proliferasi, tahap histodiferensiasi dan tahap morfodiferensisi, yang kemudian berlanjut pada tahap pembentukan jaringan keras pada usia kehamilan 16 minggu.
2.3.1
Tahap Kalsifikasi Gigi Pada usia kandungan menginjak 16 bulan, kalsifikasi atau awal pembentukan
jaringan keras terjadi melalui proses pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama pengendapan matriks.Proses kalsifikasi ini akan membentuk jaringan gigi yang disebut ename dan dentin yang pada akhirnya akan membentuk mahkota gigi sulung. Enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-perubahan metabolik yang kecil. Kalsifikasi jaringan ini tidak seragam tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan dan berbeda pada masing-masing pertumbuhan individu. Bila terjadi gangguan pada tahap kalsifikasi ini akan mengakibatkan kelainan struktur jaringan keras gigi. Seperti penelitian yang dilakukan Willyanti dan Sjarif (2005) di RSUP dr. Hasan Sadikin, didapatkan adanya faktor status gizi atau kesehatan keseluruhan ibu
11
hamil, faktor berat badan lahir dan tipe Kecil Masa Kehamilan yang menentukan tingkat keparahan defek email gigi sulung pada anak dengan Kecil Masa Kehamilan.
2.3.2
Tahap Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai ketika gigi
masih di dalam tulang rahang. Erupsi gigi sulung yang normal terjadi pada bayi yang telah dilahirkan mulai umur 6 bulan. Erupsi gigi merupakan proses yang dimulai terus-menerus segera setelah mahkota gigi terbentuk. Pada saat yang sama, tulang rahang bertambah panjang dan tinggi sehingga terdapat gerakan dari seluruh benih gigi susu ke arah permukaan oklusal. Mahkota gigi yang telah terbentuk dalam bentuk dan ukuran tertentu tampak penuh dan menumpuk ketika masih di dalam pertumbuhan tulang yang kecil. Gangguan-gangguan pada erupsi gigi lebih umum daripada gangguan-gangguan pada pembentukan dan kalsifikasi gigi. Gangguan erupsi gigi sulung yang terjadi adalah erupsi dini dan erupsi terlambat. a. Erupsi Dini Terkadang gigi insisivus satu bawah satu atau dua buah telah erupsi pada saat bayi dilahirkan. Gigi tersebut akan lepas sebelum gigi aslinya erupsi. Erupsi gigi yang dini umum bagi tipe anak yang kurus dan biasanya bersifat keturunan. b. Erupsi yang Terlambat Dalam batas-batas normal gigi susu pertama mungkin tidak tampak sampai anak berusia 1 tahun. Selanjutnya erupsi yang terlambat memberi kesan suatu gangguan sistemik dari nutrisi atau endokrin. (Itjingningsih, 2013)
12
2.3.3
Erupsi
Waktu erupsi gigi sulung
i1
i2
c
m1
m2
7,5
9
18
14
24
6
7
16
12
30
dalam bulan
Erupsi gigi geligi sulung biasanya menurut urutan sebagai berikut : 1. Gigi i1 (insisif sentral) bawah : umur 6 bulan. 2. Gigi i2 (insisif lateral) bawah : umur 7 bulan. 3. Gigi i1 (insisif sentral) atas : umur 7,5 bulan. 4. Gigi i2 (insisif lateral) atas : umur 9 bulan. 5. Gigi m1 (molar pertama) bawah : umur 12 bulan. 6. Gigi m1 (molar pertama) atas : umur 14 bulan. 7. Gigi c (kaninus) bawah : umur 16 bulan. 8. Gigi c (kaninus) atas : umur 18 bulan. 9. Gigi m2 (molar kedua) bawah : 24 bulan. 10. Gigi m2 (molar kedua) atas : 20 bulan.
2.3.4
Fungsi gigi sulung Gigi sulung memiliki peran penting pada masa balita. Gigi sulung berfungsi
secara normal selama 6 tahun masa hidup manusia sebelum digantikan oleh gigi permanen. Fungsi dari gigi sulung adalah : 1. Gigi sulung diperlukan untuk pengunyahan makanan yang efisien (mastikasi). 2. Gigi sulung memberi dukungan terhadap pipi dan bibir guna menjaga penampilan dari wajah dan saat tersenyum.
13
3. Gigi sulung dibutuhkan agar dapat berbicara dengan jelas. 4. Gigi sulung diperlukan untuk mempertahankan ruangan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen.
2.4 Faktor yang mempengaruhi erupsi gigi sulung Erupsi gigi sulung dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, baik lingkungan prenatal atau di dalam kandungan juga lingkungan pascanatal atau setelah dilahirkan (willyanti dkk, 2009). Faktor lingkungan prenatal berhubungan erat dengan status gizi ibu saat hamil dan lingkungan pascanatal berhubungan erat dengan riwayat kelahiran seperti berat badan saat dilahirkan. Faktor lingkugan pasca natal lainnya adalah status gizi balita. Berdasarkan penelitian dari Almonaitiene R, et al. (2008), didapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari gigi pada anak, yaitu faktor genetik, jenis kelamin, nutrisi, status gizi, sosialekonomi, dan hormonal. 2.3.1
Status gizi ibu saat hamil Kehamilan adalah proses faal yang terjadi pada manusia untuk mendapatkan
generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan yang utama untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah kebutuhan akan asupan gizi yang cukup, baik dalam kuantitas maupun kualitas (Kemenkes RI, 2013). Kesehatan ibu saat hamil sangat penting karena berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin, termasuk pertumbuhan dan perkembangan gigi. Pada masa prenatal terdapat proses pembentukan jaringan keras dari gigi terutama gigi sulung. Pada usia kehamilan 4 bulan, mulai terbentuk benih gigi insisif sentral (i1) dan insisif lateral (i2), pada 5 bulan terbentuk benih gigi kaninus (c) dan
14
benih gigi molar (m) pertama dan kedua pada usia kehamilan 6 bulan (Scheid & weiss, 2011). Masalah gizi yang bisa terjadi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan gizi sehingga ibu hamil menderita kurang energi kronis (KEK), kurang vitamin dan mineral seperti asam folat, zat besi, zat seng, yodium, ataupun fluor dan kalsium yg penting bagi pertumbuhan dan perkembangan gigi. Kekurangan vitamin dan mineral dapat menyebabkan ibu hamil menderita anemia gizi besi dan GAKI. Jika ibu hamil menderita KEK, GAKI dan anemia gizi besi maka akan berakibat buruk terhadap tumbuh kembang janin. Status kesehatan ibu saat hamil bisa diukur dengan antopometri yaitu pengukuran berat badan sebelum dan selama kehamilan agar dapat memantau pertambahan berat badan yang ideal selama kehamilan. Berikutnya dengan pengukuran lingkar lengan atas (LILA), jika pengukuran lingkar lengan atas < 23,5 cm maka ibu hamil dinyatakan KEK atau kurang energi kronis. Selain itu juga dilakukan pengukuran Hb, jika Hb < 11 g/dl maka dinyatakan anemia gizi (Kemenkes RI, 2013). 2.3.2
Berat badan lahir Kemenkes RI. menyatakan bahwa bayi lahir prematur adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan < 37 minggu dan bayi berat lahir rendah adalah lahir dengan berat <2.500 gram. Sedangkan untuk bayi lahir normal adalah lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat > 2.500 gram. Banyak hal yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, seperti faktor ibu : penyakit yang berhubungan dengan kandungan, usia ibu yang dibawah 20th atau lebih dari 35th dan keadaan sosio ekonomi.
15
Bayi lahir dengan berat badan rendah akan mudah terkena penyakit infeksi jika tidak ditangani dengan baik. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonaturum), gangguan pada sistem pencernaan karena lambung cenderung kecil, gangguan sistem perkemihan dan sistem persyarafan (Kemenkes RI, 2013). 2.3.3
Status gizi balita Keadaan gizi merupakan bagian dari pertumbuhan balita. Pemantauan
pertumbuhan fisik balita perlu dilakukan untuk dapat mengetahui apakah pertumbuhan berjalan normal atau tidak, baik dari segi medis maupun statistik. Ada banyak ukuran yang digunakan untuk memantau pertumbuhan fisik, antara lain : ukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi. Status gizi balita dapat diukur secara antropometri. Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan dan tinggi badan (Soetjiningsih dkk, 2013). Beberapa klasifikasi untuk menentukan status gizi berdasar kurva pertumbuhan WHO yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), indeks massa tubuh menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
16
1. Berat Badan menurut Umur Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak terjadi.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka berat badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. 2. Tinggi Badan menurut Umur Tinggi
badan
merupakan
antropometri
yang
menggambarkan
keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tubuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh kurang gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama . 3. Berat Badan menurut Tinggi Badan Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Hasil pengukuran antropometri tersebut akan diinterpretasikan sesuai standar deviasi unit yang disebut juga Z-score. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan . Z-score adalah skor yang
17
menggambarkan jarak atau selisih nilai seseorang ke nilai rerata / mean dari kelompok orang tersebut, dan dinyatakan dalam bentuk satuan Standard Deviasi (SD) (Soetjiningsih dkk, 2013). Rumus perhitungan Z-score adalah : ๐๐ข๐ฅ๐๐ข ๐ข๐ง๐๐ข๐ฏ๐ข๐๐ฎ ๐ฌ๐ฎ๐๐ฃ๐๐ค โ ๐ง๐ข๐ฅ๐๐ข ๐ฆ๐๐๐ข๐๐ง ๐๐๐ค๐ฎ ๐ซ๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ค๐๐ง ๐๐ข๐ฅ๐๐ข ๐ฌ๐ข๐ฆ๐ฉ๐๐ง๐ ๐๐๐ค๐ฎ ๐ซ๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ค๐๐ง Tabel 2. 1 Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z โscore Indeks
Status Gizi
Ambang Batas
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Normal Pendek Gemuk Normal Kurus Sangat kurus
> 2 SD โฅ -2 SD sampai 2 SD < -2 SD < -3 SD โฅ -2 SD < -2 SD > 3 SD โฅ -2 SD sampai 2 SD < -2 SD < -3 SD
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
2.3.4
Genetik
Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor genetik berpengaruh dalam perkembangan gigi serta erupsi gigi. Dalam penelitian longitudinal dan crosssectional didapatkan adanya perbedaan waktu antara tumbuhnya gigi pada ras yang berbeda. Erupsi gigi pada ras anak-anak Afrika dan Afrika-Amerika terjadi lebih awal daripada erupsi gigi pada ras anak-anak Asia dan Kaukasia (Khan, 2011). Terdapat kelainan genetik tertentu yang dapat mempengaruhi erupsi gigi. Kelainan genetik tersebut dapat dibagi menjadi kelainan pada pembentukan email, kelainan pada pembentukan folikel email dan kelainan pada aktivitas osteoclastic (Almonaitiene dkk, 2010).
18
2.3.5
Nutrisi
Nutrisi sebagai faktor penting dalam pertumbuhan sangat mempengaruhi pembentukan gigi dan juga proses erupsi gigi. Nutrisi seimbang dalam makanan dapat menyediakan energi, zat pertumbuhan dan perkembangan gigi. Peran protein dalam menunjang pertumbuhan tubuh dan berbagai jaringan termasuk pertumbuhan jaringarn tulang seperti mandibula. Kekurangan protein atau yang biasa disebut defisiensi protein juga dapat mempengaruhi dimensi panjang mandibula. Vitamin dan mineral yang berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang dan gigi adalah vitamin D. Selain mengendalikan keseimbangan mineral, vitamin D juga membantu absorbsi kalsium dari usus dan pemanfaatan kalsium dan posphor untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Bisa didapatkan ada ikan, susu, kuning telur, margarin, hati. Kalsium bersama dengan posphor berfungsi dalam membentuk matrik tulang dan gigi. Bisa didapatkan pada makanan dengan sumber hewani yaitu seafood, susu dan produk olahannya. Sumber nabati yaitu bayam, daun melinjo, sawi, lobak, daun katuk, kacang-kacangan (Kristiyanasari, 2010). 2.3.6
Sosial Ekonomi
Dalam beberapa penelitian telah ditemukan bahwa anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih tinggi menunjukkan pertumbuhan gigi yang lebih awal daripada anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang rendah. Hal tersebut dikarenakan anak-anak dari sosial-ekonomi yang lebih tinggi mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik sehingga gizi dan faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan awal gigi dapat terpenuhi dengan baik (Syanariah, 2011).