BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Manusia
memerlukan
energi
untuk
mempertahankan
hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot - otot tubuh dalam sistem penunjang (Almatsier, 2004). Pada saat jam pertama melakukan aktifitas, manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi. Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum berangkat kerja atau sebelum berangkat sekolah memberikan tenaga untuk badan selama mulai kerja, antara pukul 08.00 – 11.00 WIB. Jarak waktu makan malam dengan makan pagi cukup lama, yaitu sekitar 10 – 12 jam (Moehji, 1989). Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna atau sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang yang tertuang dalam tumpeng gizi seimbang. Menurut berbagai kajian bahwa frekuensi makan yang baik adalah tiga sekali sehari. Ini berarti bahwa makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan. Sarapan sebaiknya menyumbang gizi sekitar 25%. Gizi sekitar 25 % adalah jumlah yang cukup signifikan karena sisa kebutuhan energi dan zat gizi lainnya tentunya akan dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan makanan selingan diantara dua waktu makan (Khomsan, 2004). Jadwal untuk sarapan pagi yang ditetapkan adalah untuk makan pagi pukul 07.00 - 08.00 atau 08.00 - 09.00 atau 09.00 - 10.00, makan siang pukul 12.00 - 13.00 atau 13.00 atau 14.00, makan malam 18.00 - 19.00 atau 19.00 - 20.00 atau 20.00 - 21.00. Waktu makan disesuaikan menurut kebiasaan masing - masing yang terpenting adalah konsisten setiap hari (Iping, 2006). 4
5
WHO telah merekomendasikan bahwa sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi adalah sarapan yang menyuplai karbohidrat 55 - 65 %, protein 12 - 15%, lemak 24 - 30 %, vitamin, dan mineral yang bisa diperoleh dari sayur atau buah (Almatsier, 2004). Energi dan protein dari sarapan untuk anak – anak dianjurkan berkisar 20 – 25 % yaitu 200 – 300 kalori. Orang yang selalu sarapan pagi adalah orang yang memperhatikan kesehatannya dengan baik. Penelitian menunjukkan orang yang memiliki makan pagi cenderung mendapatkan lebih banyak vitamin dan mineral dan bisa mengurangi lemak dan kolesterol. Hasilnya tubuh lebih ramping, jumlah kolesterol lebih rendah dan sedikit kesempatan untuk makan berlebihan. Menurut Khomsan, 2004 bahwa paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil kalau melakukan sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa
lebih
baik
sehingga
berdampak
positif
untuk
meningkatkan
produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Gibney, 2008 menuliskan bahwa sarapan bermanfaat bagi outcome pendidikan. Pertama, karena penyediaan sarapan disekolah ternyata meningkatkan angka kehadiran sekolah, jumlah waktu yang dihabiskan oleh anak - anak disekolah akan meningkat. Kedua, dengan menghilangkan lapar jangka pendek maka perhatian anak, kemampuan meningkat yang diperlukan saat bekerja, dan kecepatan otak dalam memproses informasi menjadi lebih baik sehingga memungkinkan anak - anak untuk mendapat lebih banyak pengetahuan dari instruksi yang diberikan oleh guru - guru mereka. Terakhir, dalam jangka waktu yang panjang sarapan dapat memperbaiki status gizi anak dan mengoreksi defisiensi mikronutrien sehingga fungsi kognitif anak menjadi lebih baik.
6
Anak usia sekolah memerlukan stamina tetap fit selama mengikuti kegiatan sekolah maupun kegiatan ekstra kulikuler, maka sarana utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan. Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar glukosa akan menurun. Kita tahu bahwa gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak, jika kadar glukosa menurun maka dampak negatifnya adalah ketidak seimbangan sistem saraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Anak akan sulit untuk dapat menerima pelajaran dengan baik, gairah belajar serta kecepatan reaksi juga akan menurun (Khomsan, 2004). Dikutip dari Jurnal Internasional Ilmu Pangan dan Gizi bahwa orang yang mengkonsumsi sarapan setiap hari melaporkan merasa lebih baik, baik secara fisik dan mental daripada mereka yang jarang sarapan di pagi hari. Sarapan tampaknya meningkatkan kewaspadaan, perhatian, dan kinerja dalam tes prestasi standar bagi anak - anak. Para ahli merekomendasikan makan dengan karbohidrat, protein, dan sedikit lemak, jika ingin mendapatkan manfaat penuh dari sarapan. Para ahli mengatakan bahwa karena tidak ada satu makanan memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan, makan berbagai jenis makanan sangat penting untuk kesehatan yang baik. Sarapan pagi sama dengan makan dengan makan siang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Winarno, 1997). Sarapan pagi yang baik mengandung 20 – 30 % jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehari (Roedjito, 1989). Jika sarapan pagi tidak selalu dilakukan, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah yang mengambil cadangan lemak. Alhasil tubuh tidak akan berada dalam keadaan baik untuk melakukan aktifitas. Sehingga anak akan terganggu konsentrasinya (Moehji, 1989). Permasalahan makan pada anak biasanya adalah sulit makan atau tidak mau makan. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan
anak
kekurangan
gizi
sehingga
dapat
mengganggu
pertumbuhan perkembangannya selain itu, anak – anak sekolah umumnya
7
sering tidak mau makan pagi (sarapan) karena berbagai alasan. Misalnya tidak terbiasa sarapan takut terlambat ke sekolah sehingga tergesa – gesa berangkat ke sekolah, atau malas makan dan lain - lain. Kebiasaan tidak sarapan pada anak – anak akan menyebabkan lambung kosong dan kadar gula darah berkurang (keadaan hipoglikemia) sehingga menyebabkan badan lemas mengantuk sulit menerima pelajaran, serta turunnya gairah belajar dan kemampuan merespon (Iriyanto, 2007). Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak tidak sarapan. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan. Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa sarapan merupakan kegiatan yang tidak menggairahkan. Nafsu makan belum ada, keterbatasan menu sehingga yang tersaji dimeja makan tidak menarik, dan waktu yang terbatas menyebabkan orang tidak merasa bersalah meninggalkan sarapan. Selain itu tidak diketahuinya manfaat sarapan sehingga membuat orang begitu mudah mengabaikan sarapan (Khomsan, 2004). Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein rata – rata yang dianjurkan untuk anak - anak No 1.
Umur Energi (Kkal) Protein (gr) Pria, 10 – 12 tahun 2050 50 13 – 15 tahun 2400 60 16 – 18 tahun 2600 65 2. Wanita, 10 – 12 tahun 2050 50 13 – 15 tahun 2350 57 16 – 18 tahun 2200 55 Sumber Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
B. Uang saku Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah.
8
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimilikinya (Napitu, 1994). Menurut Madanijah, (2010), sebagian besar siswa 77% di Kabupaten Bogor menerima uang saku dengan kisaran Rp 500,- – Rp 5.000,- per hari. Selanjutnya, sebanyak 46% siswa mengalokasikan uang saku yang diberikan orangtuanya untuk membeli jajan. Sisa uang saku tersebut oleh anak digunakan untuk membeli peralatan sekolah 11%, transportasi 14%, dan menabung 29%. Semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun di luar sekolah (Andarwulan, 2009). Uang jajan di sekolah pada siswa sekolah pinggir kota Semarang rata – rata perhari adalah Rp 3.088,- sedangkan pada siswa dipusat kota Semarang rata – rata uang jajan di sekolah perhari Rp 5.157,-. Rata - rata uang jajan di luar sekolah perhari pada siswa di pusat kota lebih tinggi yaitu Rp 7.565,sedangkan pada siswa di pinggir kota rata – rata uang jajan di luar sekolah per hari Rp 2.565,-. Namun demikian jika dilihat dari frekuensi jajannya yaitu rata – rata 6,5 kali per minggu, sedangkan di pusat kota rata – rata 4,6 kali per minggu (Astuti dan Handarsari, 2010). Tingkat jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tentu saja berkaitan dengan jumlah pendapatan perekonomian keluarga. Kita tahu umumnya, jika tingkat pendapatan keluarga naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga. Tingkat pendapatan menentukan pola makanan apa saja yang dibeli dengan uang tersebut. Orang yang penghasilannya rendah, biasanya akan membelanjakan pendapatannya untuk makan, sedang yang penghasilannya tinggi sudah tentu akan lebih dari itu. Bentuk makan makanan padi akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga beranjak kependapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakin bertambah pula persentase pertambahan
9
pembelanjaannya termasuk untuk buah - buahan, sayur - sayuran dan jenisjenis makanan lainnya. (Suhardjo, 1985). C. Makanan jajanan Makanan jajanan adalah makanan yang tidak diolah dalam rumah tangga melainkan diperoleh melalui cara membeli sebagai makanan jadi yaitu dari berbagai sumber, seperti pedagang keliling, rumah tangga, toko atau kedai makanan. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat - tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Iswaranti, 2007). Seorang anak melakukan pemilihan makanan itu memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemiihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan, 2003). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), jenis makanan jajanan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongam, yaitu makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue - kue kecil, pisang goreng, kue putu, kue bugis dan sebagainya. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecel, mie bakso, nasi goreng, mie goreng, mie rebus dan sebagainya. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah dan sebagainya. Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati (2003:22) dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: 1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya. 2) Snack atau penganan seperti kue - kue, onde - onde, pisang goreng, dan sebagainya.
10
3) Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet dan sebagainya. 4)
Buah - buahan segar.
Hubeis (1993) membedakan antara makanan yang mengenyangkan (meals), makanan jajanan (snacks) dan minuman (beverages) dalam makanan jajanan. Makanan mengenyangkan adalah makanan yang secara rutin dimakan yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Makanan jajanan adalah makanan yang dimakan diantara makan rutin, sedangkan minuman adalah cairan yang diminum sebagai pendamping makanan rutin/makanan jajanan atau berdiri sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2005) tentang makanan jajanan di SDN 1 Pamijen Sukaraja, menunjukkan bahwa sebagian besar makanan jajanan yang dijual belum memenuhi nilai gizi yang diharapkan. Makanan yang dianggap sebagai makanan berat, seperti: bubur nasi dan bubur sum - sum, berat perporsi hanya 20 - 40 gram, dengan nilai energi 32 59 kkal, dan protein 0,3 - 0,98 gram, sedangkan makanan semi basah seperti: cilok, mendoan, bakwan, timus goreng, dan sosis goreng, berat per porsi hanya 5 - 30 gram, dengan nilai energi 0 - 95 kkal, dan protein 0 – 3,2 gram. Tentu saja hal ini masih jauh dari nilai gizi yang diharapkan dapat disumbangkan dari makanan jajanan. Apabila ingin dapat memetik manfaat dari mengkonsumsi makanan jajanan, maka harus pandai - pandai dalam memilih makanan jajanan yang dibeli sehingga dapat menunjang nilai gizinya. Berikut adalah beberapa jenis makanan jajanan yang memenuhi standar makanan jajanan yang bergizi.
11
Tabel 2.2 Jenis - Jenis Makanan Jajanan yang Bergizi No
Nama jajanan 1. 2. 3. 4.
Ukuran perporsi (gram) 50 50 50 50
Energi (Kkal)
Protein (gram)
Misoa 172.5 4.25 Bakwan 140 4.1 Pastel 153.5 2.25 Gemblong kacang 172.2 2.9 merah 5. Bubur manado + 100 230.5 6.85 ayam Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)
Anjuran konsumsi 2 porsi 2 porsi 2 porsi 2 porsi 1 porsi
Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari karbohidrat. Sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Pada tabel 2.3 di bawah ini disajikan jenis makanan jajanan dan kandungan gizinya. Tabel 2.3 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan No Jajanan
Ukuran
Berat (g)
Energi (kalori)
Protein (g)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
1 buah 1 porsi 1 bungkus 1 bungkus 1 bungkus 1 porsi 4 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 porsi
40 250 16 16 25 150 50 50 60 2 40 170
100 100 80 472 152 203 107 109 132 100 134 95
1,7 10,3 0.9 2,0 0,0 6,7 0,6 0,4 1,4 0,0 2,1 4,4
Bakwan Bakso Chiki Coklat Es mambo Gado - gado Klepon Misro Pisang goreng Permen Risoles Siomai
Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, (2001) Indonesia masih banyak permasalahan yang terkait dengan penggunaan bahan tambahan makananan. Meskipun sudah diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 235/ Menkes/ Per/ VI/ 79 dan direvisi melalui SK Menteri
12
Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 mengenai Bahan Tambahan Makanan (BTM), penyalahgunaan pemakaian zat pengawet, zat pewarna dan zat pemanis masih sering ditemukan. Produsen makanan jajanan di kota – kota besar Indonesia baik produk makanan maupun minuman anak - anak menggunakan bahan pewarna dan pemanis buatan. Konsumen yang tergolong rawan pada kasus ini adalah anak sekolah dasar, karena mereka cenderung mengikuti pola kebiasaan makan di lingkungan sekitarnya seperti sekolah mupun rumah tanpa mengetahui sisi baik buruknya dari suatu hal yang baru. Anak-anak cenderung lebih memperhatikan aspek secara visual dibandingkan faktor - faktor lain seperti rasa, tekstur, nilai gizi dan mutu mikrobiologisnya. Berbagai alasan mengapa anak - anak sekolah senang mengkonsumsi makanan jajanan (Susanto, 1986 : 640) sebagai berikut : 1) Anak sekolah tidak sempat makan pagi di rumah, keadaan ini berkaitan dengan kesibukan ibu yang tidak sempat menyediakan makan pagi ataupun karena jarak sekolah yang jauh dari rumah atau mereka tergesa - gesa berangkat ke sekolah. 2) Anak tidak punya nafsu makan / lebih suka jajanan daripada makanan di rumah. 3) Karena alasan psikologis pada anak, jika anak tidak jajan di sekolah, anak ini merasa tidak punya kawan dan merasa malu. 4) Anak biasanya mendapatkan uang saku dari orang tua yang dapat digunakan untuk membeli makanan jajanan. 5) Walaupun di rumah sudah makan tetapi tambahan makanan dari jajan tetap masih diperlukan oleh karena kegiatan fisik di sekolah yang memerlukan tambahan energi.
13
D. Kerangka Teori Pengetahuan anak & orang tua Pendapatan orang tua
Sarapan pagi
Besar uang saku
Konsumsi makanan jajanan
Lingkungan sosial Ketersediaan makanan jajanan di sekolah Budaya
Sumber : modifikasi dalam Brown et al,2005 : Shills 2006 : Surasno, 2008
Gambar 1. Kerangka Teori
14
E. Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat
Sarapan pagi di rumah
Jumlah uang saku
Konsumsi makanan jajanan di sekolah
Gambar 2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis -
Ada hubungan sarapan pagi di rumah dengan konsumsi makanan jajanan di sekolah pada siswa SD N Sukorejo 02 Semarang.
-
Ada hubungan jumlah uang saku dengan konsumsi makanan jajanan di sekolah pada siswa SD N Sukorejo 02 Semarang.