BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan dengan tujuan membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2014). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana, dan sistem informasi keluarga. Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sasaran program KB adalah PUSpada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun (Kemenkes RI, 2014).
2.2
Alat Kontrasepsi Kontrasepsi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencengah terjadinya
kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Menurut BKKBN (2015), kontrasepsi merupakan usaha untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma.
8
9
Alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan di Bali adalah alat kontrasepsi suntikan dan pil, sedangkan alat kontrasepsi IUD, implan, MOW dan MOP masih sedikit digunakan di Bali. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, implan) masih rendah di Bali, akan tetapi akseptor KB IUD lebih banyak dibandingkan dengan akseptor KB implan. Walaupun alat kontrasepsi IUD dan implanmerupakan metode kontrasepsi jangka panjang, akan tetapi penggunaan IUD dan implan tidak seimbang, dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi IUD lebih banyak daripada penggunaan alat kontrasepsi implan(BKKBN, 2015). Dalam melaksanakan upaya pencegahan kehamilan terdapat beberapa metode kontrasepsi yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi mantap, dan metode kontrasepsi modern. 2.2.1 Metode kontrasepsi sederhana Metode kontrasepsi sederhana dapat dibagi lagi menjadi metode sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat meliputi metode pantang berkala, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simtomtermal, koitus interuptus. Sedangkan metode sederhana dengan alat meliputi penggunaan kondom, barrier intravagina atau kondom untuk wanita, dan spermisida (Sulistyawati, 2014). 2.2.2 Metode Kontrasepsi Modern 1.
Kontrasepsi oral (PIL) Kontrasepsi oral (PIL) merupakan alat kontrasepsi hormonal yang memiliki
keunggulan seperti tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid mnjadi teratur, dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. Serta memiliki kelemahan seperti mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari, mual pada tiga bulan pertama, pusing, dan nyeri payudara (Sulistyawati, 2014).
10
2.
Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik terdiri dari metode kontrasepsi suntik kombinasi merupakan
metode kontrasepsi yang diberikan sebulan sekali. Kontrasepsi suntikan progestin ada dua jenis yaitu Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan. Depo noretisteronenantat (Depo Noristrat), mengandung 200 mg noretindronenantat yang diberikan setiap satu bulan. Cara kerja kontrasepsi ini untuk mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Wiknjosastro, 2009).
Kontrasepsi ini memiliki keuntungan seperti, tidak
memiliki pengaruh pada hubungan suami istri, serta klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Serta memiliki kekurangan seperti menimbulkan gangguan haid, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, klien bergantung pada sarana pelayanan kesehatan karena harus kembali untuk disuntik, sering menimbulkan efek samping masalah berat badan (Sulistyawati, 2014). 3.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan di dalam uterus. AKDR
dibuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya yang bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan ovum sehingga kehamilan tidak terjadi (Kurniawati, 2013). Kontrasepsi ini memiliki keuntungan efektif untuk jangka panjangdanpulihnyakesuburantidak lama setelah AKDR dicabut. AKDR memiliki kekurangan seperti perubahan siklus menstruasi, menstruasi lebih lama dan banyak, saat menstruasi akan terasa lebih sakit, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaanportio uteri dan mengganggu hubungan seksual (Manuaba, dkk. 2010). Pemeriksaan panggul diperlukan dalam pemasangan AKDR, perubahan lokasi dan translokasi atau ekspulsi keluar dari rahim sehingga masih menimbulkan terjadinya
11
kehamilan. Tingkat kegagalan AKDR sebesar 1-3 kehamilan pada 100 wanita pertahun (Kurniawati, 2013). 4.
Implan Implan atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang berisi hormon
lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam. Implan dipakai selama lima tahun (Kurniawati, 2013). 2.2.3 Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). MOW adalah tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sedangkan MOP adalah tindakan pengikatan dan pemotongan vas deferens agar sperma tidak keluar dari penis sehingga kedua metode kontrasepsi ini bersifat permanen (Kurniawati, 2013).
2.3
Implan
2.3.1 Pengertian Implan Implan atau susuk KB adalah merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari hormon lovonorgestrel yang dipasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam dan implan dipakai selama lima tahun (Kurniawati, 2013). 2.3.2 Jenis kontrasepsi implan Menurut Sulistyawati (2014) jenis kontrasepsi implan yang digunakan yaitu : Norplant terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,3 mm yang berisi 36 mg levonorgestreldengan lama kerjanya lima tahun.Implanonterdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira 40 mm dan diameter 22 mm yang berisi 68 mg tiga ketodesogestreldengan lama kerjanya tiga
12
tahun.Jadenadan
indoplantterdiri
dari
dua
batang
yang
berisi
75
mg
levonorgestreldengan lama kerjanya tiga tahun. 2.3.3 Efektivitas implan Menurut sulistyawati (2014) kontrasepsi implan efektif lima tahun untuk norplant dan tiga tahun untuk jadena, indoplant atau implanon, nyaman untuk digunakan. Selain itu sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) implan memberikan perlindungan yang sama atau lebih baik dari kebanyakan IUD (Mochtar, 2011). 2.3.4 Cara kerja kontrasepsi implan Melepaskan sejumlah hormon yang dapat mencegah lepasnya ovum dari tuba fallopi dan mengentalkan lendir pada mulut uterus sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam uterus, menipiskan selaput lendir uterus sehingga hasil pembuahan tidak dapat tertanam di dalam uterus (Kurniawati, 2013). 2.3.5 Indikasi dan kontraindikasiimplan Menurut Wiknjosastro (2009) yang diperkenankan menggunakan kontrasepsi implan adalah wanita pada usia reproduksi wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka panjang tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan IUD, wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen, wanita yang setelah keguguran dan setelah melahirkan serta menyusui atau tidak menyusui, wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi. Yang tidak diperkenankan menggunakan kontrasepsi implan adalah wanita yang hamil atau disangka hamil, wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya, wanita yang menderita kanker payudara, wanita penderita penyakit hati, hipertensi, jantung, dan diabetes mellitus (Kurniawati, 2013).
13
2.3.6 Efek samping Efek samping dalam penggunaan implan adalah gangguan pola haid terutama pada 6-12 bulan pertamaseperti terjadinya perdarahan bercak (spotting), perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah, mual-mual, pening atau sakit kepala, perubahan perasaan atau kegelisahan, penurunan atau peningkatan berat badan. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB (Wiknjosastro, 2009). 2.3.7 Cara pemasangan implan Pemasangan dilakukan pada waktu menstruasi atau selambat-lambatnya hari ke-7 sejak dimulainya menstruasi. Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implanyaitu sebagai berikut: meja periksa (tempat tidur), batang implan, doeklobang steril, mangkok tempat kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi(konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11 atau 15, verban band aid atau plaster, kasa steril, lidocain, forcep mosquito, bak instrumen, cairan chlorin0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah, kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2006). Persiapan pelaksanaan pemasangan implanyaitu: bersihkan lengan dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien, baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan dalam bak steril), dan masukkan kapsul implandalam mangkok steril (Saifuddin, 2006). Tindakan sebelum pemasangan adalah cuci tangan dengan enam langkah, pakai sarung tangan DTT, hitung alat-alat pemasangan (jumlah kapsul), lakukan
14
pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doeksteril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis tiga ml (Saifuddin, 2006). Proses pemasangan kapsul implandimulai dari melakukan insisi dangkal dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut yang kecil dan angkat trokarkeatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit, tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsipastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2006). 2.3.8 Keuntungan penggunanimplan Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implanyaitu metode kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas cukup tinggi dengan tingkat kegagalan <1
15
setiap 100 wanita pertahun, perlindungan jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu aktivitas, akseptor hanya perlu kembali ke pelayanan kesehatan hanya jika merasa ada keluhan, tidak mengganggu produksi ASI, dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan (Kurniawati, 2013). 2.3.9 Kerugian penggunaan Implan Kerugian dari penggunaan implanyaitu gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi sering memanjang atau memendek, akseptor perlu kembali ke klinik pelayanan kesehatan jika menginginkan pencabutan, serta tidak menjamin pencegahan penularan penyakit menular seksual atau HIV/AIDS (Kurniawati, 2013). Dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implanmerupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implanmerupakan alat kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.Implanmerupakan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas cukup tinggi dan banyak keuntungan apabila dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya sehingga pemakaian implansebagai metode kontrasepsi jangka panjang dianjurkan oleh pemerintah. Dibandingkan dengan alat kontrasepsi IUD yang salah satu kelemahannya
adalah perubahan lokasi dan translokasi
atauekspulsi keluar dari rahim sehingga masih menimbulkan terjadinya kehamilan. implanmempunyai tingkat kegagalan yang lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode kontrasepsi implanmemiliki efektivitas cukup tinggi pada wanita yang memakainya.
16
2.4
Pengetahuan
2.4.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasiltahu dari manusia dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha& Ruben, 2013). Pengetahuan akseptor KB akan mempengaruhi penerimaan program KB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dini (2014) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi implanpada WUS.Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Nuzula (2015) menemukan faktor yang berhubungan dalam pemakaian implan pada pasangan usia subur yaitu nilai budaya, pengetahuan tentang implan, dan informasi dari petugas kesehatan. Pengetahuan yang baik tentang implan akan mendorong wanita pasangan usia subur untuk memakai implan. Namun penelitian lain mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi non AKDR pada wanita usia 20-39 tahun (Adhayani, 2011).
17
2.4.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Mubarak (2011) mempunyai enam tingkatan yaitu : Tahu (know)diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh
bahan
atau
rangsangan
yang
telah
diterima.Memahami
(comprehension)diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas.Aplikasi (application)diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.Analisa (analysis)adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.Sintesis (synthesis)diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
ke
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan
yang
baru.Evaluasi
(evaluation)diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada misanya dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB. 2.4.3 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2007), kategori penilaian dapat dibagi menjadi beberapa kriteria antara lain: 1. Pengetahuan baik
: 76% - 100 %
2. Pengetahuan cukup
: 56 % - 75 %
3. Pengetahuan kurang
: < 56%
18
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : 1.
Umur Umur adalah waktu mulai dari seseorang dilahirkan sampai saat ini. Semakin
tinggi umur seseorang, semakin banyak informasi yang diperoleh. Dengan memperoleh komunikasi akan menguatkan keyakinan untuk mencapai tujuan. Semakin bertambah umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuzula (2015) mengatakan bahwa berdasarkan karakteristik responden pada variabel umur didapatkan OR= 0,82, yang artinya peluang umur < 20 tahun atau > 35 tahun untuk memakai implan 0,8 kali dibandingkan dengan yang umur 20-35 tahun. Penelitaian lain juga mengatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan pemilihan jenis kontrasepsi di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Grestari, 2014). 2.
Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai- nilai baru diperkenalkan (Mubarak, 2006). Berdasarkan penelitian sebelumnya dikatakan bahwaada hubungan yang bermakna faktor pendidikan terhadap pemakaian AKDR dimana makin tingginya pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi tentang AKDR(Widyawati,
19
dkk 2012). Penelitian lain juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan persepsipenggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu (Yustiani, dkk 2013). 3.
Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.Menurut penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang MKJP. (Fienalia, 2012). 4.
Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi minta ibu dalam penggunaan kontrasepsi implan yaitu pengetahuan, pendidikan, dan tingkat ekonomi. 5.
Paritas Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Paritas
sangat berpengaruh terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan, dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah (Nursalam, 2008). Menurut penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan MKJP (Eman&Elviani, 2012). Namun penelitian lain yang dilakukan oleh Fienalia (2012) mengatakan bahwa dimana didapatkan hubungan secara signifikan antara jumlah anak hidup dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang, responden yang memiliki anak ≥ 3 orang memiliki
20
peluang 3,9 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang dibandingkan dengan yang mempunyai anak 0-2 orang. 6.
Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan maka psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 7.
Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 8.
Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru. Cara memperoleh informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui tenaga kesehatan, teman, dan media massa. Menurut penelitian Adhayani (2011) penerimaan informasi KB mmiliki hubungan dengan pemilihan KB. Dimana dengan analisis bivariat didapat nilai p sebesar 0,011 (p<0,05) maka secara statistik terdapat hubungan yang signifikan. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa ada kaitan antara informasi yang diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki PUS tentang kontrasepsi. Penelitian lain juga mengatakan bahwa peluang untuk memakai implan pada kelompok yang mendapatkan informasi dari petugas kesehatan 6,6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi (Nuzula, 2015).
21
2.5
Persepsi akseptor KB tentang implanberdasarkan Teori Health Belief Model Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkannnya
(Notoatmodjo, 2012). Teori health belief model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan berdasarkan persepsi dan kepercayaan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya yaitu : 1.
Perceived susceptibility (Kerentanan yang dirasakan) Perceived susceptibility yaitu kepercayaan akan kerentanan yang dirasakan
oleh seseorang yang mendorongnya untuk mengadopsi perilaku, dimana tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit yang akan timbul bila seseorang merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut. Atau merupakan persepsi tentang indikasi dan kontraindikasi pemakaian kontrasepsi terkait kerentanan yang dirasakan. 2.
Perceived severity (Bahaya atau kesakitan yang dirasakan) Perceived severity yaitu keyakinan seseorang tentang keseriusan atau
keparahan kejadian yang terjadi. Persepsi ini biasanya diperoleh dari informasi atau pengetahuan juga dari kepercayaannya tentang kesulitan yang didapat akibat penyakit tersebut. 3.
Perceived benefits (manfaat yang dirasakan) Perceived benefits yaitu manfaat yang dirasakan seseorang jika mengadopsi
perilaku tertentu. Atau merupakan persepsi seseorang tentang kegunaan dari perilaku baru untuk mengurangi resiko terkena penyakit.
22
4.
Perceived barrier (hambatan yang dirasakan) Perceived
barrier
yaitu
hambatan-hambatan
yang
dirasakan
untuk
melaksanakan perubahan perilaku. Unsur hambatan yang dirasakan memiliki nilai yang signifikan dalam menentukan apakah terjadi perubahan perilaku atau tidak. 5.
Cues to Action ( isyarat untuk bertindak) Cues to Action yaitu peristiwa, orang, ataupun hal-hal yang dapat menggerakan
seseorang untuk mengubah perilaku mereka, yakni dapat berupa informasi dari media masa, nasihat dari orang sekitar, maupun pengalaman pribadi atau keluarga (Priyoto, 2014). Menurut penelitian Yustiani, dkk (2013) mengatakan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki persepsi penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dari pada ibu rumah tangga yang lebih rendah tingkat pendidikannya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryam (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi ibu tentang program keluarga berencana (KB) dengan penggunaan kontrasepsi. Persepsi responden tentang program KB dengan penggunaan kontrasepsi memang sejalan dengan pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan responden tergantung dari apa yang responden ketahui sehingga akan berdampak pada respon dan perilaku dalam penggunaan kontrasepsi tersebut. Selain itu sebagian responden masih takut menggunakan implan, penyebabnya yaitu informasi yang salah bahwa kapsul implan dapat hilang ketika akan dicabut, dan implan dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Perasaan takut tersebut merupakan faktor psikologis dari persepsi seseorang, dimana persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Walgito, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2005) mengatakan bahwa semakin positif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin tinggi motivasi menjadi
23
akseptor KB, sebaliknya jika semakin negatif persepsi seseorang terhadap KB maka semakin rendah motivasi menjadi akseptor KB.