Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Terbuka Hijau 2.1.1 Definisi Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian ruang terbuka (open spaces). Betapa luasnya cakupan ruang terbuka ini, maka yang akan dibahas adalah ruang terbuka di kawasan perkotaan. Berbagai referensi menyatakan bahwa ruang terbuka adalah daerah atau tempat terbuka di lingkungan perkotaan (Gunadi, 1995). Ruang terbuka berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space), yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior space) di dalam bangunan. Perbedaannya adalah bahwa ruang luar adalah ruang terbuka yang sengaja dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif, seperti halaman sekolah, lapangan olahraga, termasuk plasa (plazza) atau square. Sedangkan ruang terbuka merupakan zona hijau yang bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian air waduk atau danau, bantaran sungai, bantaran rel kereta api, saluran/ jejaring listrik tegangan tinggi, dan simpul kota (nodes), berupa ruang taman rumah, taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman, lahan pertanian kota dan seterusnya. Ruang terbuka yang disebut Taman Kota (park), yang berada di luar atau diantara beberapa bangunan di lingkungan perkotaan, semula dimaksudkan pula sebagai halaman atau ruang luar, yang kemudian berkembang menjadi istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena umumnya berupa ruang terbuka yang sengaja ditanami pepohonan maupun tanaman, sebagai penutup permukaan tanah. Tanaman produktif berupa pohon berbuah dan tanaman sayuran pun kini hadir sebagai bagian dari RTH berupa lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota yang amat penting bagi pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota. Ruang terbuka harus ditanami tetumbuhan, atau hanya sedikit terdapat tetumbuhan, namun mampu berfungsi sebagai unsur ventilasi kota, seperti plaza dan alun-alun.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 12
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Dalam Master Plan RTH Kota Bogor (2007), definisi lain mengatakan bahwa secara umum ruang terbuka publik (open space) di perkotaan terdiri dari
ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung
manfaat
ekologis,
sosial-budaya
dan
arsitektural
yang
dapat
memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan (retensi/ retention basin). Selain itu menurut Purnomohadi (1995) bahwa (1) RTH adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga. Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yang berbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir, dan sebagainya. RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 13
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/ nasional. Menurut Stephen (1992 ) ruang terbuka hjau yang ideal harus memenuhi tiga kriteria, yaitu : responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Sementara demokratis berarti ruang publik seharusnya
dapat digunakan oleh
masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya, serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakua berarti ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dunia luas, dan konteks sosial. Dengan karakteristik ruang sebagai tempat interaksi warga masyarakat, tidak diragukan lagi arti pentingnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kapital sosial, yaitu sikap kompromi dan toleransi antarwarga. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, memilki beberapa definisi terkait RTH yakni:
Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang Iebih luas baik dalam bentuk area/ kawasan maupun dalam bentuk area memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang terbuka
hijau
adalah
area
memanjang/
jalur
atau
mengelompok,
yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
2.1.2 Peran dan Fungsi RTH Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 14
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi: Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (’paru-paru kota’), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin; Fungsi
sosial,
ekonomi
(produktif)
dan
budaya
yang
mampu
menggambarkan ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian; Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lainlain; Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap
kota
secara
keseluruhan).
Mampu
menstimulasi
kreativitas dan
produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik dan psikis’. Dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan , Fungsi RTHKP adalah sebagai berikut: 1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; 2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; 3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati; 4. Pengendali tata air; dan 5. Sarana estetika kota. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 15
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
2.1.3 Manfaat RTH Manfaat RTH secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan
dari
adanya
fungsi
ekologis,
atau
kondisi
’alami’
ini
dapat
dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi. Secara langsung, manfaat RTH adalah berupa bahan-bahan yang untuk dijual dan kenyamanan fisik. Sedangkan RTH yang manfaatnya tidak langsung adalah bermanfaat dalam perlindungan tata air dan konservasi
hayati/untuk
keanekaragaman
hayati.
Selain
itu,
RTH
dapat
bermanfaat bagi kesehatan dan ameliorasi iklim (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008). Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, manfaat RTHKP adalah sebagai berikut: a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial; d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; f.
Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; h. Memperbaiki iklim mikro; dan i.
Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
2.1.4 Tipologi RTH Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (2008) pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 16
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Gambar : 2 Tipologi RTH
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008) Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenis- jenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 17
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Table 1. Kepemilikan RTH
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 18
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat. Status kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyedia dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH privat atau non-publik yang penyedia dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota.
2.1.5 Elemen Pengisi RTH Elemen ruang terbuka meliputi taman-taman dan lingkungan umum : ruang hijau kota seperti pepohonan, bangku-bangku, perkebunan, air, penerangan, paving, pancuran minum, patung, jam dan sebagainya yang ada di dalamnya Jalur pejalan kaki, tanda-tanda dan fasilitas-fasilitasnya. Krier (1979) dalam bukunya yang berjudul Urban Space menyebutkan bahwa dua elemen dasar adalah lapangan (Square) dan jalan (Street). Hal ini identik dengan ruang dalam yang terdiri dari koridor dan ruang (Room). Elemen ruang terbuka yang perlu dilihat adalah lima dimensi tampilan yang diutarakan oleh Kevin Lynch tersebut meliputi vitality, sense, fit, access dan control. Vitalitas (vitality) merupakan suatu kriteria umum yang menitikberatkan pada suatu sistem keamanan, kecocokan ukuran atau kelayakan antara tuntutan manusia dengan yang tersedia. Kepekaan (sense) meliputi bentuk, kualitas dan identitas lingkungan. Kelayakan (fit) menitik beratkan pada kelayakan antara ruang dan karakter bentuk yang ada. Pencapaian (access) merupakan kemudahan individu untuk
menuju
tempat
tersebut.
Pemeriksaan
(control)
merupakan
kontrol
pengelolaan dan pengarahan pada ruang-ruang kegiatan. RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 19
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria Arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menseleksi jenis-jenis yang akan ditanam. Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan: a) Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota. b) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar). c) Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme). d) Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang. e) Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural. f)
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota.
g) Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh masyarakat. h) Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal. i)
Keanekaragaman hayati.
Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan dikembangkan guna
mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan
juga nasional. (IPB,Makalah Lokakarya PENGEMBANGAN SISTEM RTH DI PERKOTAAN)
2.1.6 Kaitan RTH Dengan Aktivitas Pengunjung Setiap tatanan fisik akan mengundang atau memicu perilaku tertentu dalam beraktivitas. Sebagai sebuah lingkungan fisik dan sosial, sebuah kawasan ruang terbuka hijau akan selalu memiliki hubungan timbal balik antara elemen fisik tertentu, dalam hal ini yaitu elemen ruang tebuka hijau (bangku taman) dengan perilaku pengujung dalam beraktivitas di ruang terbuka tersebut.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 20
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
2.2. Pusat Perbelanjaan 1.2.1 Definisi Dalam buku” Panduan Perancangan Bangunan Komersil”, istilah pusat pembelanjaan memiliki beberapa pengertian di antaranya adalah: 1. Bentuk perdagangan idividual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivi taskomersil. (Beddington, Design for shopping Center). 2. Suatu tempat pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersil, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (Profit) sebanyak-banyaknya. (Gruen, Centers for Urban Environment: Survival of the Cities). 3. Kompleks pembelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu,
sedangkan
pengawasan
dilakukan
oleh
pengelola
yang
bertanggung jawab secara menyeluruh. (Beddington, Design for shopping Centere). 4. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko. (Urban Land Institute, Shopping Centre Development Handbook). 5. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau berekreasi. (Beddington, Design for Shopping Centre). Dari berbagai pengertian di atas, terdapat beberapa kata kunci terait dengan pusat perbelanjaan, yaitu: 1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa, dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 21
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
2. Dapat berfungsi juga sebagai tempat berkumpul dan berekreasi.
1.2.2 Perkembangan Pusat Perbelanjaan Konsep dibangunnya pusat perbelanjaan, shopping center, shopping mall, atau mal bukan merupakan suatu inovasi baru. Mal, merupakan satu bentuk evolusi dari pasar tradisional yang pada intinya adalah satu lokasi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh banyak orang (konsumen) untuk membeli segala sesuatu yang dibutuhkan. Konsep mal ternyata sudah ada sejak abad pertengahan. Di Timur Tengah, Grand Bazaar Isfahan adalah suatu lokasi pusat perdagangan yang terdiri dari kumpulan beberapa toko independent yang bernaung di bawah satu struktur, berdiri sejak abad ke 10. Begitu juga dengan Grand Bazaari Tehran, pasar tertutup sepanjang 10 km. The Burlington Arcade di London dibuka tahun 1819. Konsep pembangunan mal ini diperkenalkan di Amerika Seriat pada tahun 1828 dengan dibangunnya The Arcade di daerah Providence, Rhode Island. Pembangunan shopping center atau mal ini pun diikuti oleh kota-kota besar lainnya di berbagai negara pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20. Dasar pemikiran terbentuknya jenis-jenis shopping center seperti : suburb mall, super mall, giant mall, dan mega mall adalah adanya permasalahan yang ditimbulkan oleh shopping center atau mal di dalam kota yang menyebabkan kota menjadi penuh sesak dan kotor. Permasalahan ini dirasakan sekitar abad 20 di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa, sehingga pemerintah Amerika Serikat dan Eropa bersama masyarakatnya memperbaiki kualitas hidup mereka dengan pembangunan shopping center atau mal di luar kota dan daerah suburb. Perkembangan shopping center di Indonesia berawal pada era 1970- an di Jakarta, muncul pusat perbelanjaan seperti aldiron plaza, pusat pertokoan senen dan pasar-pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Pada pertengahan 1980-an, ternyata muncul gagasan baru dengan arsitek asing yang mulai masuk bersama modal dari luar negeri. Akhir 1980-an dan 22 pemulaan 1990-an mulai bermunculan mal perbelanjaan dengan konsep atrium yang lebih besar yang memungkinkan pengunjung memperluas jangkauan pandangan ke seluruh lantai bangunan.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 22
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Dalam perkembangannya, Pusat Perbelanjaan memiliki beberapa konsep dalam rancangannya, seperti: Table 2. Konsep Pusat Perbelanjaan.
Mall
Konsep perancangan shopping center dimana ada jalan yang mengaitkan sejumlah toko-toko.
Atrium
Arti asal kata halaman yang dapat mengumpulkan udara sebagaimana lazimnya terdapat di rumah halaman orang Yunani dan Romawi, sehingga konsep perancangan atrium adalah dengan menyisakan sebagian ruang untuk berjalan dan membuka lobang lantai hingga ke atap tembus cahaya alam, melapangkan pandangan pengunjung.
Plaza
Ruang publik terbuka, biasanya minimal ada satu bangunan yang menyertainya
atau
dikelilingi
bangunan
lain.
Dilihat
dari
terminologi budaya Indonesia, plaza adalah sebuah ruang terbuka besar (alun-alun) yang dikelilingi oleh bangunan pemerintahan, rumah ibadah atau pasar. Town Square
Pusat perbelanjaan yang terdapat ruang terbuka di dalamnya sebagai pengganti ruang terbuka alami.
.
1.2.3 Pertimbangan Perancangan Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan yang berfungsi untuk mewadahi kegiatan perdagangan, dalam perancangannya, modul ruang sewa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Dimensi modul ruang sewa ditentukan berdasarkan 3 pertimbangan, yaitu: a) Kemampuan sewa calon tenant (penyewa).
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 23
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
b) Modul struktur bangunan disesuaikan dengan sistem struktur yang digunakan. c) Pertimbangan yang terkait dengan jenis barang yang didagangkan. Keberhasilan rancangan sebuah pusat perbelanjaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pertimbangan yang lain, yaitu: 1. Pemilihan Site Site merupakan salah satu faktor yang mentukan keberhasilan rancangan sebuah pusat perbelanjaan. Site yang baik dapat meningkatkan peluang sebuah pusat perbelanjaan untuk menghasilkan keuntungan. Pertimbangan pemilihan site untuk sebuah pusat perbelanjaan dapat dilakukan berdasarkan criteria sebagai berikut: a) Site dipilih memungkinkan untuk dibangun dan terletak di dalam kawasan perdagangan yang direkomendasikan dalam analisis pasar. b) Site yang dipilih mempunyai ukuran yang cukup luas dan bentuk yang sesuai
dengan
rancangan
area
perdagangan
dengan
segala
kelengkapannya, termasuk ruang parkir yang cukup. Apabila tanah yang ada mempunyai luasan yang terbatas atau harga tanah yang relatif tinggi, bangunan seyogyanya direncanakan aneka lantai (diperluas secara vertikal), sehingga tercapai maksimalisasi ruang efektif dalam suatu lahan terbatas. c) Aturan-aturan pemanfaatan ruang pada lahan yang dipilih tidak menghambat pembangunan yang dilakukan. d) Lokasi mudah dicapai dan minimum satu jalan tol atau gate kawasan (terminal, stasiun atau bandara). Selain itu, perlu dipertimbangkan ketersediaan moda transportasi yang melewati lokasi tersebut sehingga meningkatkan nilai aksesibilitas lokasi. e) Harga tanah harus disesuaikan dengan jumlah modal dan uang sewa yang mungkin diperoleh. Tingginya nilai lahan di area pusat kota maupun tempat-tempat strategis lainnya menuntut rancangan yang efisien dan optimal pada sebuah bangunan komersial.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 24
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
f)
Ketersediaan jaringan utilitas di lokasi. Minimnya jaringan utilitas memerlukan pengadaan jaringan utilitas sebagai pelengkap layanan bangunan
dengan
jumlah
banyak
yang
akan
meningkatkan
pembiayaan pengadaan bangunan. g) Kondisi topografi lahan yang berkontur atau tidak. Perlu perancangan yang tepat untuk dapat menciptakan bangunan yang efektif dan juga menarik pada lahan yang berkontur. 2. Perilaku Perilaku pengunjung pada pusat perbelanjaan pada suatu pusat perbelanjaan berbeda-beda, tergantung pada kelas sosio-ekonomi, latar budaya, usia, dan tujuan kunjungannya. Secara umum tujuan pengunjung mendatangi sebuah pusat perbelanjaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ; berbelanja dan berekreasi. Rata-rata waktu yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk berbelanja adalah dua jam. Apabila waktu berbelanja lebih lama, pengunjung akan mulai merasakan kelelahan dan memerlukan fasilitas istirahat. Untuk mengurangi kelelahan, perlu strategistrategi berikut: a) Penyediaan tempat duduk yang memungkinkan untuk melepas lelah, tetapi jangan terlalu nyaman agar para pengunjung tidak berhenti di suatu tempat. b) Bahan lantai yang digunakan tidak terlalu licin sehingga nyaman dan tidak membahayakan bagi pejalan. c) Membuat variasi fasilitas dengan dekorasi pada eksterior dan interior yang menghindari suasana monoton. Sebelum dilakukan perancangan sebuah pusat perbelanjaan, perlu dilakukan kajian perilaku calon pengunjung sebagai sasaran proyek untuk dapat menentukan jenis dan kelas fasilitas yang sesuai. Kajian tersebut yang terkait dengan hal-hal sebagai berikut: a) Variasi besarnya penghasilan masyarakat b) Variasi mata pencaharian c) Kondisi sosial budaya masyarakat
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 25
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
d) Latar belakang pendidikan e) Jumlah anggota keluarga f)
Tingkat kepuasan masyarakat. Sudut pendekatan pada studi perilaku ini memandang pusat
perbelanjaan sebagai sistem perilaku yang terdiri atas bentuk kegiatan, pelaku kegiatan, dan sifat kegiatan.
2.3
Persepsi 2.3.1 Pengertian Persepsi Kata ‘Persepsi’ seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
apa makna sebenarnya dari persepsi itu sendiri? Menurut pengertian dari beberapa ahli, yang penulis simpulkan secara sederhana yaitu setiap individu dalam kehidupan sehari-hari akan menerima stimulus atau rangsang berupa informasi, peristiwa, objek, dan lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar, stimulus atau rangsang tersebut akan diberi makna atau arti oleh individu, proses pemberian makna atau arti tersebut dinamakan persepsi. Untuk memberikan gambaran lebih jelas lagi mengenai pengertian persepsi, berikut pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan
untuk
membedakan,
kemampuan
untuk
mengelompokan,
dan
kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan. Sedangkan menurut Leavit,1978 yang diambil dari Faradina, Triska (2007:8) persepsi memiliki pengertian dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi yaitu penglihatan: bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas persepsi yaitu: pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 26
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Sondang P. Siagian (1989) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya
dalam
usahanya
memberikan
suatu
makna
tertentu
dalam
lingkungannya. Indrajaya (1986) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:10) berpendapat persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan, mengalami, dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Menurut Robins (1999:124), persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makana terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Thoha (1999:123-124), persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Damayanti (2000) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:12-13) menggambarkan proses pembentukan persepsi pada skema di bawah ini.
Gambar 3. Skema pembentukan persepsi
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 27
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Peroses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan. Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang dapat disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat, 1998). Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Sugiharto, 2001).
2.3.3 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pembentukan Persepsi Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Stephen P. Robins, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi) Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang individual
apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakterisktik yang
dimilikinya
seperti
sikap,
motif,
kepentingan,
minat,
pengalaman, pengetahuan, dan harapannya. 2. Sasaran dari persepsi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 28
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifatsifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa. 3. Situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang. Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P. Robins, David Krech (1962) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:14) menyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah: 1. Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penilitian, dll. 2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya. Feldman (1985), pembentukan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah-ubah sesuai dengan stimulus yang diterima. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pengalaman, kemampuan, individu, lingkungan dan lainnya. Proses pembentukan itu sendiri dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 29
Laporan Penelitian Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Di Pusat Perbelanjaan, Ditinjau dari Persepsi Pengunjung.
2.3.4 Persepsi Terhadap Resiko Berbahaya Banyak definisi yang berkembang mengenai resiko, tetapi seringkali resiko dimaknai sebagai kemungkinan yang akan diterima sebagai dampak dari bahaya (Short, jr, 1984). Rosa dalam Prasilika, Tiara H. (2007:17) mendefinisikan resiko sebagai situasi atau peristiwa dimana suatu nilai manusia berada di suatu titik yang hasilnya tidak dapat dipastikan. Persepsi resiko merupakan suatu proses dimana individu menginterpretasikan informasi mengenai resiko yang mereka peroleh (WHO,1999). Menurut Kathryn mearns dalam Faradina, Triska (2007: 12) persepsi resiko dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: 1. Pengetahuan 2. Personal 3. Konteks 4. Kualitas lingkungan kerja 5. Kepuasan dengan ukuran safety 6. Sikap terhadap resiko dan safety 7. Budaya safety Kesimpulan RTH adalah suatu tempat terbuka yang didominasi oleh tumbuhan dan tanaman yang disusun dan ditata rapi sesuai perencanaan, ada yang dibuat taman, halaman, jalur hijau. Keberadaan RTH selain menambah kenyamanan dan nilai estetika lingkungan sekitar dapat meningkatkan kualiatas air, mencegah banjir dan mengurangi polusi udara selain itu, RTH mempunyai fungsi sebagai ruang interaksi sosial, berkumpul, rekreasi,dan olahraga ringan. Dikota-kota besar seperti Jakarta keberadaan RTH sangatlah diperlukan, untuk meningkatkan kualiatas hidup penduduknya sendiri. Pusat pembelanjaan adalah salah satu area yang harus menyediakan RTH, selain sebagai pusat perdagangan yang dikunjungi oleh banyak pengunjung (konsumen) untuk membeli segala sesuatu yang dibutuhkan, tetapi juga memberikan tempat hiburan yang dapat dinikmati oleh segala usia. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 30