BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kinerja Keuangan Bank Syariah
Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Kinerja sebuah perusahaan adalah suatu ukuran yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat menentukan bagi preferensi masyarakat baik stake holder maupun bond holder untuk melakukan investasi sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan. Dalam menilai kinerja perusahaan banyak indicator yang digunakan, di antaranya laporan keuangan baik berupa neraca yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, maupun laporan laba rugi yang merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Di samping itu, kinerja juga dapat diukur dengan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio keuntungan, dan ownership ratio (Hampton,1989. 99) Weston dan Copeland (1996) juga mengemukakan beberapa ukuran dalam penilaian kinerja sebuah perusahaan, yaitu; 1) rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan, 2) ukuran efisiensi operasi yang mencakup manajemen aktiva dan investasi, 3) ukuran kebijakan keuangan yang mencakup rasio leverage, dan rasio likuiditas (Weston dan Copeland,1996,239). Menurut Munawir (2002) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah : a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuntungannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun keuangan jangka panjang. c. Profitabilitas : untuk melihat suatu kemampuan bank dalam memenuhi
1
d. Stabilitas usaha : untuk melihat kemampuan bank dalam mempertahankan kestabilan bank. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan
bertujuan untuk mengetahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas, profitabilitas dan stabilitas usaha suatu perusahaan pada periode tertentu
2.2
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2004:37) analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis rasio keuangan. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Bila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perbankan, tidak dapat disimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukan kondisi yang menguntungkan karena hasil rata-rata dari perusahaan sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda, ada yang kondisi keuangannya baik dengan operasi mengungtungkan dan ada yang sebaliknya. Standar rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio dapat digunakan sebagai pedoman bagi penganalisis. Bila dalam pembanding ini terdapat penyimpangan yang cukup besar, maka perlu untuk mengadakan penelitian lebih jauh. Sebab penyimpangan tersebut dapat ditimbulkan oleh hal-hal yang luar biasa yang hanya terjadi dalam perusahaan yang sedang dianalisis. Dengan analisis rasio yang diperbandingkan dengan angka pembanding yang tepat penganalisis akan mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan manajemen dapat memperbaikinya sebelum masalahnya menjadi lebih parah lagi. Angka-angka rasio yang diolah berdasarkan data keuangan, akan memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko (Rivai dan Arifin, 2010:846). Bagi investor dapat memprediksi tingkat keuntungan yang diharapkan untuk masa mendatang relatif terhadap risiko perusahaan. Bagi karyawan untuk memastikan apakah perusahaan yang akan dimasuki memiliki prospek keuangan yang bagus. Bagi pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang akan dibayar. Bagi manajemen untuk menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Hasil analisis terhadap angka-angka rasio akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan 2
yang dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang.
Ada lima aspek keuangan yang penting dianalisis menurut Handono Mardiyanto (2009:54) yakni likuiditas, aktivitas atau aktiva, solvabilitas, profitabilitas, dan nilai pasar.
1. Likuiditas Angka pada rasio-rasio likuiditas yaitu menunjukan tolok ukur yang menjelaskan kemampuan suatu perusahaan untuk segera memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun yang bersangkutan. Kemampuan ini dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendeknya. Menurut Rivai dan Arifin (2010:548), Bank yang mampu mengelola likuiditasnya secara baik dapat diketahui melalui beberapa hal, antara lain: a. Kemampuan dalam memprediksi kebutuhan dana di waktu yang akan datang, b. kemampuan untuk memenuhi permintaan akan “cash” dengan menukarkan harta lancarnya, atau c. kemampuan memperoleh “cash” secara mudah dengan biaya yang sedikit, atau d. kemampuan pendataan pergerakan cash in dan cash out dana, e. kemampuan untuk memenuhi kewajibannya tanpa harus mencairkan aktiva tetap apapun ke dalam cash. Dalam pengelolaan likuiditas, akan terjadi benturan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan, karena makin tinggi tingkat likuiditas, makin tinggi pula jumlah kas yang tidak terpakai yang pada akhirnya justru akan menurunkan tingkat profitabilitas. 2. Aktivitas atau aktiva Aspek ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
3
3. Solvabilitas Solvabilitas/leverage, yaitu suatu tolak ukur yang menjelaskan bagaimana perusahaan didanai untuk menjalankan usahanya. Proporsi pendanaan suatu perusahaan pada umumnya meliputi dana dari modal sendiri dan dana yang bersumber dari hutang. Tolak ukur ketiga ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang dan dibndingkan dengan modal sendiri perusahaan yaitu perbandingan antara modal sendiri dan hutang. Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutgangnya, maka perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable. Pembahasan solvabilitas pada bank, tidak terlepas dari fungsi Bank Capital dan pengukuran kebutuhan modal. Adapun fungsi Bank Capital menurut Muljono (1999:110) antara lain: a. Sebagai ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. b. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu. c. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. d. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank untuk bekerja dengan efisiensi tinggi. Muljono (1999:110-111) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen bank terkait dengan permodalan, adalah sebagai berikut: 1) Rencana kerja bank yang akan datang, baik dalam rencana tahunan maupun untuk rencana lima tahunan. 2) Perhitungan ketentuan modal yang memenuhi syarat otoritas moneter, maupun yang memenuhi ketentuan bisnis dari bank. 3) Kemampuan bank secara intern menciptakan modal dari kegiatan usahanya, serta kebijakan pembagian dividen yang ada pada masingmasing bank. 4) Sumber-sumber serta mekanisme penciptaan modal dari pasar modal yang ada pada masyarakat dimana bank tersebut beroperasi.
4
4. Profitabilitas Tolak ukur keempat yaitu profitabilitas perusahaan, yaitu sebuah tolak ukur yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari penggunaan aktiva dan modal yang telah diinvestasikan pada periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan menghitung kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Profitabilitas dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan aktiva atau modal perusahaan tersebut. 5. Nilai pasar Tolok ukur kelima yaitu besarnya nilai pasar dari suatu perusahaan dibandingkan nilai rata-rata pasar pada industri yang sama. Pendekatan nilai pasar didasarkan kepada perkiraan laba per saham dimasa yang akan dating, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi suatu saham akan kembali. Selain itu, juga merupakan industri dibandingkan dengan ratarata pasar total dan juga untuk kelompok industri terpilih, agar mampu menilai prestasi relative dari perusahaan tertentu.
Dapat dikatakan bahwa analisis rasio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis rasio keuangan. Dalam hal ini yang perlu dianalisis adalah likuiditas, aktivitas atau aktiva, solvabilitas, profitabilitas, dan nilai pasar.
Tingkat Kesehatan Bank Syariah 2.3 2.3.1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah
5
ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning and Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian faktor-faktor yang diperhitungkan dalam sistem baru ini nantinya adalah CAMEL yang faktor merupakan faktor yang menentukan kondisi kesehatan suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (terlebih apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor) maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Sebagai contoh pada suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka apabila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat. Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dion Mahatma Shiva (2011) mengenai analisis kinerja keungan PT Bank Syariah Mandiri, hasil penelitian menunjukan bahwa aspek permodalan secara signifikan berada di atas ketentuan KPMM, aspek kualitas aset cukup baik, aspek rentabilitas tinggi, aspek likuiditas sangat kuat, dan aspek risiko pasar sangat rendah. Secara keseluruhan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri tergolong baik. Cadangan modal minimum BSM berpotensi meningkat signifikan, pembiayaan bermasalah dapat ditekan dan dipertahankan di bawah ambang batas maksimum, kinerja manajemen dalam menghasilkan laba dapat ditingkatkan secara optimal, likuiditas akan tetap sangat kuat, dan potensi market share total aset, DPK, pembiayaan, dan laba bersih BSM terhadap total raihan perbankan syariah meningkat di masa mendatang. Penelitian Muhammad Luqman anshori (2011) mengenai analisis tingkat kesehatan pada PT Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan metode CAMEL. Hasilnya menunjukkan bahwa dari keenam rasio yang digunakan yaitu CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, dan LDR semuanya dikatakan sehat kecuali untuk ROA tahun 2009 dikatakan tidak sehat Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan dalam tabel sebagai berikut :
6
Tabel 2.1. Tabel Bobot CAMEL Bobot No. Faktor CAMEL Bank BPR Umum 1. Permodalan 30% 25% 2. Kualitas Aktiva Produktif 30% 30% 3. Kualitas Manajemen 25% 20% 4. Rentabilitas 10% 10% 5. Likuiditas 10% 10% (Kasmir,2000)
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR. Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing faktor tersebut. Faktor dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatu bank. Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank. Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspekaspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masingmasing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat
7
2.3.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Peneliti menggunakan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sumarti pada Bank Syariah Mandiri dan peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 sebagai dasar pengambilan penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah dengan metode CAMEL. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktorfaktor yang terdiri dari:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3.2.1. Pemodalan (Capital) Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: A. Rasio Utama Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) B. Rasio Penunjang 1. Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku (writeoff) 8
2. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat likuidasi. 3. Trend/pertumbuhan KPMM
4. Kemampuan internal bank untuk menambah modal
C. Rasio Pengamatan (Observed)
1. Intensitas fungsi keagenan bank syariah
2. Modal inti dibandingkan dengan dana mu«ārabah
3. Deviden Pay Out Ratio
4. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support), 5. Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank.
2.3.2.2. Kualitas Aset (Asset quality) Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: A. Rasio Utama Kualitas aktiva produktif bank. B. Rasio Penunjang 1. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti 2. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti 3. Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang telah dihapus buku 4. Besarnya Pembiayaan non performing C. Rasio Pengamatan (Observed) 1. Tingkat Kecukupan Agunan 2. Proyeksi/ perkembangan kualitas aset produktif 3. Perkembangan/
trend
aktiva
produktif
bermasalah
yang
direstrukturisasi 2.3.2.3. Rentabilitas (Earnings) Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: A. Rasio Utama Net Operating Margin (NOM)
9
B. Rasio Penunjang 1. Return on assets (ROA), 2. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)
3. Rasio Aktiva Yang Dapat Menghasilkan Pendapatan 4. Diversifikasi pendapatan 5. Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO)
C. Rasio Pengamatan (Observed) 1. Net structural operating margin
2. Return On Equity (ROE) 3. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/ pasar keuangan 4. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah 5. Pelaksanaan fungsi edukasi 6. Pelaksanaan fungsi sosial 7. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/ bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah 8. Rasio bagi hasil dana investasi 9. Penyaluran dana yang di write-off dibandingkan dengan biaya operasional
2.3.2.4. Likuiditas (Liquidity) Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: A. Rasio Utama Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek B. Rasio Penunjang 1. Kemampuan Aset Jangka Pendek, kas dan secondary reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek 2. Ketergantungan kepada dana deposan inti 3. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga C. Rasio Pengamatan (Observed) 1. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi mismatch pada Return On Equity (ROE) 2. Ketergantungan pada dana antar bank. 10
2.3.2.5. Sensitifitas Atas Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian sensitifitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitifitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar. 2.3.2.6. Manajemen (Management) Penilaian terhadap manajemen merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam mengelola dana, baik dalam upaya menghimpun atau menyalurkan dana yang ada serta mengkoordinasikan potensi lain yang terdpat dalam bank guna mencapai tujuan tertentu, manajemen bank dinilai atas 250 pertanyaan yang diajukan. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Manajemen umum; b. Penerapan sistem manajemen risiko; dan c. Kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Aspek manajemen pada penilaian kinerja bank dalam penelitian ini tidak diterapkan dengan manajemen kuesioner, tetapi diproksikan dengan manajemen risiko keuangan. Manajemen Risiko keuangan adalah praktek menciptakan nilai ekonomi dalam perusahaan dengan mengunakan instrumen keuangan untuk mengelola risiko, terutama risiko kredit dan risiko pasar. Manajemen risiko keuangan membutuhkan mengidentifikasi sumber-sumbernya, mengukurnya dan rencana untuk mengatasinya. Dalam penelitian ini untuk aspek Manajemen menggunakan Net Profit Margin karena NPM mencerminkan besarnya proporsi antara laba bersih dan pendapatan operasional. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi NPM menunjukkan semakin baiknya kinerja manajemen bank tersebut.
2.3.3. Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syariah Menurut PSAK No. 59 IAI menyusun PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Dalam aspek penyajian, PSAK No. 59 merekomendasikan tujuh elemen laporan keuangan bank syariah, yaitu: 11
2.3.3.1. Laporan posisi keuangan (Neraca) Laporan posisi keuangan yang disusun berdasarkan PSAK No 59 memiliki karakreristik yang berbeda dengan neraca bank konvensional. Karakteristik pertama yang dapat dilihat dari unsur-unsur neraca bank syariah yang meliputi; aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan ekuitas. Oleh karena itu persamaan akuntansi untuk bank syariah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Aktiva = Kewajiban + Investasi Tidak Terikat + Ekuitas
Secara lengkap sajian pos-pos dalam neraca terlihat pada Tabel 2.2.
12
POS-POS AKTIVA Kas Penempatan pada bank Indonesia Giro pada bank lain
JUMLAH
POS-POS
XXX
KEWAJIBAN Kewajiban segera
XXX
Simpanan:
JUMLAH XXX
XXX
a.
Simpanan giro wadiah
XXX
Penempatan pada lain
XXX
b.
Tabungan wadiah
XXX
Efek-efek
XXX
Simpanan pada bank lain
Piutang
Tabel 2.2. Neraca Bank Syari’ah Menurut PSAK No. 59
a. Simpanan giro wadiah
XXX XXX
a. Piutang mudharabah
XXX
b. Tabungan wadiah
b. Piutang salam
XXX
Kewajiban lain
c. Piutang istisna’
XXX
a. Hutang salam
XXX
d. Piutang pendapatan Ijarah
XXX
XXX
Pembiayaan mudharabah
XXX
Pembiayaan musyarakah
XXX
b. Hutang istisna’ Kewajiban pada bank lain Pembiayaan yang
Persediaan Aktiva yang diperoleh untuk ijarah Aktiva istisna’ dalam
XXX
diterima Hutang pajak
XXX
Hutang istisna’
XXX
XXX
Pinjaman subordinasi
XXX
penyelesaian Penyertaan
XXX XXX
XXX
Investasi lain
XXX
Aktiva tetap
XXX
Akum. Peny. Aktiva tetap
XXX
Aktiva lain-lain
XXX
INVESTASI TIDAK TERIKAT Investasi tidak terikat bukan dari bank a. Tabungan mudharabah b. Deposito mudharabah Investasi tidak terikat dari bank a. Tabungan mudharabah b. Deposito mudharabah TOTAL KEWAJIBAN
XXX
XXX XXX
XXX XXX XXX
EKUITAS Modal setor
XXX
Tambahan modal setor
XXX
Saldo laba rugi
XXX
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL
XXX
Sumber: PSAK No. 59, IAI, (2002) 2.3.3.2. Laporan Laba Rugi Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga mencerminkan peran bank syariah selaku investor dan manajer investasi. Peran bank syariah selaku investor bisa dilihat dari adanya pos pendapatan bagi hasil mu«ārabah dan mūsyarākah. Sedangkan peran bank syariah sebagai manajer investasi berkaitan dengan adanya pos hak pada pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat. Pos inilah yang 13
membedakan laporan laba rugi menurut PSAK No. 59 dengan laporan laba rugi yang digunakan bank syariah sebelum adanya PSAK No 59, pos tersebut ditujukan untuk pemilik investasi tidak terikat dan tidak dapat dipergunakan sebagai beban. Tabel 2.3. Laporan Laba Rugi Bank Syariah Menurut PSAK No.59 Pendapatan operasi utama: Pendapatan dari jual beli: Pendapatan margin murabahah xxx Pendapatan salam pararel xxx Pendapatan margin istisna’ pararel xxx Pendapatan sewa: Pendapatan sewa ijarah xxx Pendapatan dari bagi hasil: Pendapatan dari bagi hasil mudharabah xxx Pendapatan dari bagi hasil musyarakah xxx Pendapatan dari operasi utama yang lainnya xxx TOTAL PENDAPATAN xxx Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat (xxx) Pendapatan operasi lainnya xxx
Beban operasi lainnya
(xxx)
Beban non operasi
(xxx)
Zakat
(xxx)
Pajak
(xxx)
Laba setelah zakat dan pajak
xxx
Sumber : PSAK No. 59, IAI, (2002) 2.3.3.3. Laporan arus kas Laporan arus kas harus membedakan antara arus kas antara arus kas dari operasi, arus kas dari kegiatan investasi, dan arus kas dari kegiatan pembiayaan. Secara lengkap laporan arus kas tergambar pada Tabel 2.4.
14
Tabel 2.4. Laporan Arus Kas
Keterangan
Jumlah
Arus kas dari operasi Pendapatan netto Penyesuaian terhadap pendapatan netto Kas netto dari kegiatan operasional Depreasiasi Provisi rekening ragu-ragu Provisi untuk zakat Provisi untuk pajak Zakat yang dibayarkan Pajak yang dibayarkan Keuntungan dari investasi yang tidak terbatas Keuntungan dari penjualan aktiva tetap Depresiasi dari aktiva yang disewakan
Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx (xxx) (xxx) Xxx Xxx Xxx
Provisi untuk penurunan nilai investasi pada surat-surat berharga Piutang ragu-ragu (bad debt) Pembelian aktiva tetap Pembelian aktiva tetap Arus kas netto dari operasi Arus kas dari kegiatan investasi Penjulan real estate yang disewakan Kenaikan/penurunan kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun
Xxx Xxx (xxx) (xxx) Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx
Sumber: Arifin, 2003: 78 2.3.3.4. Ekuitas
Ekuitas tergambar pada tabel 2.5 di bawah ini
15
Keterangan
Tabel 2.5. Laporan Perubahan Modal Cadangan Modal Laba Unit Unit Setor Ditahan moneter moneter yang sah umum
Total
Saldo per xx tahun saham Emisi Pendapatan netto Keuntungan dibagikan Transfer ke cadangan Neraca per xx tahun Pendapatan netto Keuntungan dibagikan Transfer ke cadangan Saldo per xx tahun Sumber: Arifin, 2003: 80 2.3.3.5. Laporan Perubahan Investasi Terikat Laporan Perubahan Investasi Terikat disajikan pada Tabel 2.6.
16
Tabel 2.6. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Sumber Dana Setoran awal
Uraian
Setoran tambahan Total Sumber Dana Penggunaan: Proyek A Proyek B Proyek C Total Penggunaan Pendapatan dari Pembiayaan Pendapatan Proyek Beban Pembiayaan Biaya Pengelolaan Kerugiaan pembiayaan proyek Distribusi bagi hasil Fee untuk investasi Fee untuk agen investasi Total beban Kenaikan atau Penurunan Pengelolaan Penerimaan pokok Peneriaan kepada investor Dana Mudharabah pada Akhir Tahun
Sumber: PSAK No. 59, IAI, (2002)
Catatan
Jumlah XX XX XX XX XX XX XX XX (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) XX XX XX XX
2.3.3.6. Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Dana Zakat Infak dan Shadaqah Laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat infak dan shadaqah dijabarkan ditampilkan pada Tabel 2.7.
17
Tabel 2.7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS
Uraian Sumber Dana ZIS Zakat dari bank syari’ah Zakat dari pihak luar bank syari’ah Infak Shadaqah Total Sumber Dana ZIS Penggunaan Dana ZIS Fakir Miskin Hamba sahaya Orabg yang terlilit hutang Orang yang baru masuk Islam Orang yang berjihad Orang dalam perjalanan Amil Total Penggunaan Kenaikan atau Penurunan Dana ZIS Saldo Awal Dana ZIS Saldo Akhir Dana ZIS
Catatan
Jumlah XX XX XX XX XX (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) (XX) XX XX XX
Sumber: PSAK No. 59, IAI, (2002) 2.3.3.7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Laporan sumber dan penggunaan dana Qardhul Hasan disajikan pada Tabel 2.8
18
Uraian
Catatan
Jumlah
Sumber Dana Qard
Infak
XX
Shadaqah
XX
Denda
XX
Pendapatan non halal
XX
Total Sumber Dana Qard
XX
Penggunaan Dana Qard
Tabel 2.8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Pinjaman
(XX)
Sumbangan
(XX)
Total Penggunaan Dana Qard
(XX)
Saldo Awal Dana Qard
XX
Saldo Akhir Dana Qard
XX
Sumber: PSAK No. 59, IAI, (2002)
2.3.3.8. Catatan-catatan Laporan Keuangan Catatan laporan keuangan berisi uraian yang mengungkapkan semua informasi yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan dan bisa dipercaya (andal) bagi para pemakainya. 2.4 Penelitian Terkait Terdapat penelitian terdahulu tentang konsep kinerja keuangan perbankan syariah, antara lain : 1. Penelitian Teni susanti (2008) mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan antara bank syariah dengan bank konvensional, hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada 5 rasio , yaitu CAR, NPA, NPM, ROA, BOPO, dan terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio pemenuhan PPAP dan LDR. Jika dilihat secara keseluruhan aspek CAMEL dengan mengunakan skor CAMEL maka dapat disimpulka terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank syariah dengan bank konvensional. 2. Penelitian Dion Mahatma Shiva (2011) mengenai analisis kinerja keungan PT Bank Syariah Mandiri, hasil penelitian menunjukan bahwa aspek permodalan secara signifikan berada di atas ketentuan KPMM, aspek kualitas aset cukup baik, aspek rentabilitas tinggi, aspek likuiditas sangat kuat, dan aspek risiko pasar sangat rendah. Secara keseluruhan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri tergolong baik. Cadangan modal 19
BSM
berpotensi
meningkat
signifikan,
pembiayaan
bermasalah dapat ditekan dan dipertahankan di bawah ambang batas maksimum, kinerja manajemen dalam menghasilkan laba dapat
ditingkatkan secara optimal, likuiditas akan tetap sangat kuat, dan
potensi market share total aset, DPK, pembiayaan, dan laba bersih BSM terhadap total raihan perbankan syariah meningkat di masa mendatang.
3. Penelitian Muhammad Luqman anshori (2011) mengenai analisis tingkat
minimum
kesehatan pada PT Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan
metode CAMEL. Hasilnya menunjukan bahwa dari keenam rasio yang
digunakan yaitu CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, dan LDR semuanya dikatakan sehat kecuali untuk ROA tahun 2009 dikatakan tidak sehat.
20
Tabel 2.9 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Nama
Judul
Thn
CAR,
analisis perbandingan kinerja keuangan Teni susanti antara bank syariah dengan bank konvensional
NPA
Variabel
NPM 2008
ROA BOPO
Hasil
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank syariah dengan bank konvensional.
PPAP
LDR
Dion mahatma shiva
analisis kinerja keungan PT Bank Syariah Mandiri PERIODE 20062010 (DENGAN PENDEKATAN PBI NO.9/1/PBI/2007)
2011
CAMEL
Sesui aspek permodalan secara signifikan berada di atas ketentuan KPMM, aspek kualitas aset cukup baik, aspek rentabilitas tinggi, aspek likuiditas sangat kuat, dan aspek risiko pasar sangat rendah
CAR, Muhammad analisis tingkat Luqman kesehatan pada PT anshori Bank Muamalat Indonesia dengan menggunakan metode CAMEL
KAP, 2011
PPAP ROA
semuanya dinyatakan sehat kecuali untuk ROA tahun 2009 dikatakan tidak sehat.
,BOPO LDR
(sumber: data yang dikumpulkan dari beberapa literatur)
21