BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Struktur Modal Neraca perusahan (balance sheet) terdiri dari dua sisi yaitu sisi aktiva yang menggambarkan struktur kekayaan sebuah perusahaan dan sisi pasiva sebagai cerminan struktur keuangan. Sedangkan struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan jumlah perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Sebuah perusahaan harus menentukan tentang berapa banyak jumlah utang sebuah perusahaan dalam strukturnya modal. Penentuan tentang struktur modal ( capital structure ) berhubungan dengan keputusan pembelanjaan ( financial decision ) yang akan dilakukan oleh perusahaan. (James C. Van Horne dan John M. Wachowicz; 2008) Struktur modal merupakan Campuran atau proporsi pembiayaan tetap suatu perusahaan dalam jangka panjang yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Dalam pemenuhan pembiayaan perusahaan membutuhkan dana yang diperoleh melalui internal perusahaan maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal financing) adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan yang dilakukan secara eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan hutang (debt financing) dan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang ini
13 Universitas Sumatera Utara
dapat dipenuhi melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham baru. Banyak teori yang membahas bagaimana struktur modal sebuah perusahaan, dalam mentukan struktur modal dapat dilakukan dengan beberapa teori pendekatan. Berikut uraian beberapa teori dari struktur modal :
1.
Teori Pendekatan Tradisional (Traditional Approach) (James C. Van Horne dan John M. Wachowicz; 2008)
Pendekatan
tradisional untuk struktur modal merupakan Sebuah teori struktur modal yang mengansumsikan struktur modal yang optimal (optimal capital structure) dimana teori ini memungkinkan pihak manajemen untuk meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan leverage keuangan yang bijaksana. Yang dimaksud dengan struktur modal yang optimal (Optimal Capital Structure) adalah struktur modal yang memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal perusahaan. Pendekatan ini beranggapan bahwa perusahaan pada awalnya dapat menurunkan jumlah biaya modal dan meningkatkan nilai total perusahaan melalui peningkatan pengembalian
leverage ekuitas,
keuangan. namun
Meskipun peningkatan
investor
menaikkan
pengembalian
ekuitas
tingkat tidak
sepenuhnya menetralkan manfaat menggunakan modal utang yang lebih murah. Karena semakin tinggi leverage keuangan yang muncul, akan menyebabkan para investor semakin meningkatkan pengembalian yang diharapkan dari ekuitas. Hingga akhirnya pengaruh ini akan memberikan efek lebih dari sekedar menetralkan manfaat modal utang yang lebih murah. 14 Universitas Sumatera Utara
Dalam salah satu variasi dari pendekatan tradisional, diasumsikan pengembalian yang diminta atas ekuitas meningkat seiring dengan peningkatan leverage keuangan. Sedangkan biaya modal yang berasal dari utang diasumsikan meningkat setelah terjadinya peningkatan yang signifikan dalam leverage keuangan. Pada awalnya, biaya rata-rata tertimbang modal akan menurun sejalan dengan leverage karena kenaikan pengembalian yang diminta atas ekuitas tidak sepenuhnya menetralkan penggunaan modal utang yang lebih murah. Akibatnya, biaya rata-rata tertimbang modal akan menurun sejalan dengan penggunaan leverage keuangan yang moderat. Akan tetapi setelah titik tertentu, kenaikan pengembalian yang diminta atas ekuitas lebih dari sekedar mengompesasikan penggunaan modal utang yang lebih murah dalam struktur modal dan kapitalisasi keseluruhan mulai naik. Dengan demikian pendekatan tradisional untuk struktur modal mengandung makna antara lain bahwa : 1) biaya modal tergantung pada struktur modal perusahaan 2) terdapatnya struktur modal yang optimal.
2.
Teori Prinsip Nilai Total (The Total-Value Principle) Teori Prinsip Nilai Total (The Total-Value Principle) dikemukan oleh
Franco Modigliani dan Merton Miller (M&M). Teori ini muncul pada tahun 1958 melalui publikasi artikel yang ditulis oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (M&M) dengan judul “The Cost of capital, Corporation Finance, and TheTheory of Invesment”. Modigliani dan Miller (M&M) berasumsi bahwa hubungan antara
15 Universitas Sumatera Utara
leverage keuangan dan biaya modal dijelaskan melalui pendekatan laba bersih operasional (Net Operating Income). Teori M&M ini menyangkal teori struktur modal tradisional, dengan memberikan justifikasi perilaku untuk membentuk tingkat kapitalisasi keseluruhan perusahaan tetap konstan di seluruh rentang kemungkinan leverage keuangan. M&M berpendapat bahwa total risiko untuk semua pemegang sekuritas dari suatu perusahaan tidak akan berubah dengan adanya perubahan struktur modal perusahaan. Oleh karena itu nilai total perusahaan harus sama, terlepas dari pencampuran pendanaan perusahaan. Sederhananya, asumsi M&M didasarkan pada gagasan bahwa bagaimanapun cara Anda membagi struktur modal dari suatu perusahaan antara utang, ekuitas, dan klaim lain, selalu ada konservasi atas nilai investasi. Artinya, karena nilai total investasi perusahaan tergantung pada profitabilitas dan risiko yang mendasarinya, nilai perusahaan tidak akan berubah seiring dengan perubahan struktur modal perusahaan. Jadi, dalam keadaan tidak adanya pajak dan faktor-faktor ketidaksempurnaan pasar lainnya, nilai total perusaahan tidak berubah ketika dibagi menjadi utang, ekuitas, dan surat berharga lainnya. Asumsi ini didukung dengan gagasan bahwa investor dapat mengganti leverage keuangan pribadi dengan leverage keuangan perusahaan. Dengan demikian investor memiliki kemampuan melalui pinjaman pribadi, untuk mereplikasi struktur modal perusahaan dengan struktur modal yang mungkin diterapkan dalam perusahaan. Karena perusahaan tidak dapat melakukan sesuatu bagi pemegang sahamnya (dalam hal penggunaan leverage keuangan) yang tidak
16 Universitas Sumatera Utara
dapat lakukan sendiri pemegang saham maka menurut asumsi M&M perubahan struktur modal dalam pasar modal yang sempurna tidak memiliki nilai. Oleh karena itu dua perusahaan sama dalam segala hal kecuali untuk struktur modal harus memiliki nilai total yang sama. Jika tidak, maka dapat dilakukan arbitrase yang akan menyebabkan kedua perusahaan untuk menjual saham di pasar dengan nilai total yang sama. Dengan kata lain, arbitrase menghalangi subtitusi yang sempurna terhadap penjualan saham dengan tingakat harga yang beragam dipasar yang sama.
2.1.2 Teori Risiko Dalam sebuah investasi hal yang menjadi perhatian adalah pengembalian dari investasi (return) dan risiko (risk). Dalam teori investasi dikemukakan sebuah asumsi “high risk high return, low risk low return”. Artinya dalam sebuah investasi yang memiliki risiko yang tinggi akan memberikan pengembalian yang tinggi juga dan sebaliknya investasi yang memiliki risiko yang rendah akan memberikan pengembalian yang rendah juga. Risiko memang identik dengan investasi, risiko dalam keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu risiko sistematis (systematic Risk)dan risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk). Risiko sistematis (Systematic Risk) adalah (James C. Van Horne dan John M.
Wachowicz;
2008)
risiko
yang
terjadi
karena
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti adanya perubahan dalam perekonomian, adanya reformasi pajak oleh Kongres, atau perubahan situasi
17 Universitas Sumatera Utara
keuangan global. Risiko ini tak dapat dihindari oleh investor walaupun sudah memegang portofolio yang terdiversifikasi. Komponen risiko kedua adalah risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) adalah risiko yang hanya dialami oleh beberapa perusahaan tertentu, maksudnya antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lainny memiliki risiko ayang berbeda. Namun, dengan diversifikasi jenis risiko ini dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan jika diversifikasi efisien.
2.1.3 Capital Requirements Permodalan
bagi
bank
berfungsi
sebagai
penyangga
terhadap
kemungkinan terjadinya kerugian. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Untuk melihat bagaimana modal melindungi sebuah lembaga keuangan dari risiko kebangkrutan, maka definisi dari modal haruslah tepat. Ada banyak definisi modal yang berbeda dimana definisi modal dari seorang ekonom mungkin berbeda dari definisi seorang akuntan. Secara khusus, definisi modal untuk bankir memiliki arti khusus, dimana modal merupakan saham yang dimiliki oleh pemilik lembaga keuangan atau investor, yang dimaksud saham disini adalah uang atau sebagian dari kekayaan investor yang ditempatkan di perusahaan keuangan dengan harapan mendapatkan tingkat pengembalian yang kompetitif dari kontribusi dana. Modal merupakan cushion yang dimiliki oleh bank dalam menghadapi penurunan tiba-tiba dalam nilai aset mereka atau penarikan tak terduga dari
18 Universitas Sumatera Utara
kewajiban. Modal dimaksudkan sebagai asuransi terhadap kebangkrutan bank yaitu kondisi dimana kewajiban suatu perusahaan melebihi asetnya. (Stephen G. Cecchetti: hal 295) Modal memiliki 3 fungsi utama (Dahlan, siamat : 1993 hal 99) yaitu fungsi operational, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan perbankan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun dalam prakteknya menetapkan berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Penetapan jumlah modal suatu bank Merupakan tugas pengawas bank. Menurut peraturan BIS lembaga perbanka harus memenuhi persyaratan permodalan yang sesuai dengan aturan basle. Persyaratan modal ini dinamakan dengan Capital requirements, yang mana minimum Capital Requirements yang ditetapkan oleh BIS adalah 8 %. Capital Requirements dibuat pada tahun 1988 dalam Basel Accord dan hingga saat ini definisi dari Capital Requirements tetap sama dan diterapkan dalam Basel II. Minimum Capital Requirements merupakan pilar yang pertama dari Basel II. Dibawah Basel I dan Basel II, definisi dari Minimum capital Requirements terdiri dari 3 level (atau tier) modal. Tier tersebut adalah: a) Modal Tier 1 (modal Inti). Tier ini terdiri dari elemen yang memiliki kapasitas terbesar untuk menyerap kerugian yang terjadi setiap saat. Yang menjadi modal inti adalah saham ditambah saham utama
19 Universitas Sumatera Utara
nonkumulatif ditambah cadangan-cadangan dikurangi goodwill. Hal ini mencakup saham pemilik bank, keuntungan tak terbagi (laba ditahan), dan aset tak berwujud. b) Modal Tier 2 (modal pelengkap). Tier ini dibentuk dari campuran komponen ekuitas secara umum (a broad mix of near equity components) dan modal hybrid/instrumen hutang. Tier 2 meliputi penyisihan (cadangan) untuk kerugian pinjaman dan sewa, saham preferen atau instrumen utang yang bersifat subordinasi, tidak memiliki jangka waktu, pembayaran dividen atau imbal hasil bersifat non kumulatif, dan tidak memiliki fitur step up. c) Modal Tier 3 (atau modal pelengkap tambahan) ditambahkan pada tahun 1995 dan hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan modal pada risiko pasar. Dalam pilar capital requirements perhitungan jumlah modal dihitung berdasarkan risiko. Untuk mengukur jumlah risiko menurut Bank Indonesia dapat digunakan 2 alternatif pendekatan yaitu pendekatan standar berlaku untuk seluruh bank (standardised model) dan model yang dikembangkan secara internal sesuai dengan karakteristik kegiatan usaha dan profil risiko individual bank (internal model) sehingga lebih sophisticated. Komparasi di antara 2 pendekatan ini, diharapkan dapat menghasilkan perhitungan kebutuhan modal yang lebih tepat sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh bank dan memberikan insentif bagi bank untuk memaksimalkan portofolio dari asset mereka. Rumus berikut merupakan gambaran perhitungan kecukupan modal bagi perbankan :
20 Universitas Sumatera Utara
(
)
Regulator adalah pihak berwenang menentukan jumlah modal pada perbankan yang menetapkan penambahan jumlah modal sesuai dengan pertumbuhan aset berisiko. Dengan demikian fungsi modal sebagai cushion yang menyerap kerugian dapat dijalankan.
2.1.4 Risiko Perbankan Risiko dan lembaga perbankan memang tak dapat dipisahkan sebagai lembaga intermediasi. Risiko usaha atau business risk (Dahlan Siamat: 2004 hal. 91) merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi oleh bank. Sedangkan dalam PBI No.11/25/PBI/2009 risiko Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Secara umum risiko perbankan digolongkan sebagai berikut :
1. Risiko Kredit (Credit Risk) Risiko aset paling dasar yang dihadapi oleh bank adalah risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya penurunan nilai dari aset pinjaman pada lembaga keuangan. Hal ini disebabkan oleh kegagalan atau ketidakmampuan debitur (counterparty) untuk mengembalikan jumlah pinjaman yang diterimanya dari lembaga keuangan. Secara teknis kondisi ini disebut default. Dalam PBI
21 Universitas Sumatera Utara
No.11/25/PBI/2009 Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Hampir semua jenis lembaga keuangan menghadapi risiko ini. Namun secara umum lembaga keuangan yang memberikan pinjaman dengan jangka panjang lebih rentan akan risiko ini dibanndingkan dengan lembaga keuangan yang mengeluarkan pinjaman dengan jangka waktu singkat. Jika dilihat dari potensi risiko kredit yang akan dihadapi oleh suatu lembaga keuangan maka lembaga keuangan perlu memonitor aset berisiko mereka agar dapat lebih efesian dalam portofolio aset dan risiko kredit dapat diminimalisir. Selain itu Pengelolaan manajemen risiko kredit diperlukan oleh bank guna untuk memastikan bahwa kredit yang diberikan pihak bank telah memenuhi prinsip dasar pemberian kredit yang sehat.
2. Risiko Pasar (Market Risk)
Menurut PBI No.11/25/PBI/2009 Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dalam perdagangan aset dan kewajiban suatu lembaga keuangan karena perubahan bunga tarif, nilai tukar, dan harga aset lainnya. Sejak 1 Januari 1998, perbankan dinegara yang tergabung dalam G10 dipersyaratkan untuk menyediakan modal dalam mengcover risiko pasar (hal ini mengacu pada amandemen risiko pasar dari Basel Accord). Risiko pasar dapat digolongkan sebagai berikut :
22 Universitas Sumatera Utara
Risiko tingkat suku bunga (Interest Rate Risk) Risiko tingkat suku bunga (Interest Rate Risk) merupakan risiko yang timbul akibat berubahnya tingkat suku bunga. Risiko ini terjadi apabila dalam memenuhi kebutuhan likuiditas lembaga keuangan harus menjual surat-surat berharga yang dimilikinya. Risiko tingkat suku bunga dapat juga terjadi apabila bank menerima simpanan untuk jangka yang cukup lama dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi kemudian tingkat bunga mengalami penurunan dratis, hal ini akan menyebabkan bank mengalami kerugian. Pada dasarnya risiko suku bunga timbul akibat bank memiliki biaya dana yang relatif tinggi yang menyebabkan bank tidak kompetitif.
Risiko Perubahan Nilai Saham (Equity Position Risk) Risiko Perubahan Nilai Saham (Equity Position Risk) adalah risiko yang berpotensi terjadi akibat perubahan dari price of stocks suatu lembaga keuangan yang dapat menimbulkan kerugian bagi lembaga keuangan tersebut. Sejatinya apabila nilai terjadinya penurunan nilai saham yang disebabkan oleh beberapa faktor akan menyebabkan berkurangnya jumlah modal pada lembaga perbankan tersebut.
Risiko Gejolak Nilai Tukar Valas (Foreign Exchange Risk) Merupakan risiko yang terjadi akibat perubahan dari foreign exchange rates (nilai tukar valuta asing). Risiko ini terutamadihadapi oleh bank-bank devisa yang melakuka transaksi yang berkaitan dengan valuta asing, baik
23 Universitas Sumatera Utara
dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva (kewajiban). Selain itu ketidak stabilan nilai tukar valas dapat mempersulit bank mengelola aktiva dan kewajiban valas yang dimilikinya, sehingga akan berpotensi menyebabkan kerugian. Risiko Perubahan Nilai Komoditas (Commodity Position Risk) Merupakan risiko terjadinya potensi kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan commodity prices terhadap posisi bank yang terkait dengan kontrak komoditas. Risiko ini terkait pula dengan semua commodity related product position pada on balance sheet dan setiap derivative commodity positions dalam kegitan off balance sheet bank.
3.
Risiko Operasional Risiko operasional didefenisikan oleh Basel Committee sebagai risiko yang
baik langsung maupun tidak langsung berasal dari ketidakmampuan atau kegagalan proses internal dan sistem lembaga keuangan. Sedangkan menurut PBI No.11/25/PBI/2009 Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional juga dapat ditimbulkan oleh faktor eksternal suatu lembaga keuangan. Efektifitas dari sistem operasional suatu lembaga keuangan berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan bank terhadap para nasabah. Risiko operasional antara lain dapat berupa kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhioleh struktur biaya operasional
24 Universitas Sumatera Utara
bank dan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang diciptakan oleh bank.
4. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi oleh bank dalam memenuhi likuiditasnya baik dalm bentuk penarikan dana oleh nasabah maupun dalam bentuk pemenuhan permintaan pinjaman oleh kreditur. Faktor yang menyebabkan risiko ini adalah permasalahan ketidaktahuan bank tentang kapan waktu dan berapa jumlah dana yang akan ditarik oleh nasabah. Sementara dalam PBI No.11/25/PBI/2009 disebutkan bahwa Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan Modal dan Risiko Model persamaan simultan yang dikembangkan oleh Shrieves dan Dahl (1992) digunakan untuk menilai bagaimana bank bereaksi terhadap Capital Requirements yang ditetapkan oleh regulator pada struktur modal perbankan. Perubahan pada risiko dan modal memiliki komponen endogen dan komponen eksogen. Perubahan eksogen modal dapat disebabkan oleh karena kenaikan Capital Requirements oleh regulator atau perubahan tak terduga dalam pendapatan yang disebabkan oleh fluktuasi dalam pendapatan. Sedangkan komponen eksogen yang mempengaruhi perubahan risiko dapat berupa guncangan tak terduga terhadap perekonomian nasional atau lokal, seperti 25 Universitas Sumatera Utara
karakteristik perubahan portofolio pinjaman bank atau volatilitas pinjaman agunan seperti real properti. Dalam
mendekati
Minimum
Capital
Requirements
bank
akan
menyesuaikan modal dan risiko mereka. Menanggapi hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan bank dalam menyesuaikan perubahan modal dan risiko yang disebabkan oleh Capital Requirements. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan modal dan risiko perbankan yaitu sebagai berikut :
Bank Size Shrieves dan Dahl (1992) dan Rime (2001) menyatakan bahwa size dapat mempengaruhi target risiko dan tingkat modal karena hubungannya dengan diversifikasi risiko, sifat peluang investasi bank atau karakteristik kepemilikan bank dan akses ke modal. Menurut Shrieves dan Dahl (1992) akses ke modal dapat mempengaruhi kepentingan relatif dari menghindari biaya kebangkrutan. Size merupakan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Size perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva atau log size. Semakin besarnya Size suatu perusahaan perbankan maka dapat menyebabkan bank memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan risiko. Current profit (ROA) Mishkin (2011) Jumlah modal mempengaruhi imbal hasil bagi pemegang saham karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya dikelolah dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan bank adalah imbal hasil atas asset (return on asset).
26 Universitas Sumatera Utara
Menurut Rime (2001) bahwa ROA mungkin memiliki efek positif pada modal bank. Sebagian bank yang memiliki keuntungan yang tinggi cenderung lebih suka untuk meningkatkan modal melalui laba ditahan daripada melalui ekuitas. Bank harus mengandalkan laba ditahan untuk meningkatkan modal. Pembalian atas aset bank (ROA) masuk dalam persamaan modal dengan efek positif yang diharapkan pada modal. Current loan losses Current loan losses mempengaruhi rasio aset tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk total aset karena kerugian saat ini dapat menyebabkan menyebabkan penurunan jumlah nominal ATMR.
Current loan losses
diaproksimasi dengan ketentuan baru untuk rasio total aset, karena itu Current loan losses termasuk dalam persamaan risiko dan diharapkan memberikan efek negatif pada risiko (Rime ; 2001). Regulatory Preasure Tekanan peraturan (Regulatory Presure) dimaksudkan untuk menangkap dampak dari Capital Requirements (respon bank untuk standar modal berbasis risiko 8%). Hal ini menggambarkan perilaku bank-bank yang mendekati peraturan Capital requirements. Teori moral hazard memprediksi bahwa bank yang mendekati rasio minimum Capital Requirements mungkin memiliki insentif untuk meningkatkan modal dan mengurangi risiko untuk menghindari biaya regulasi.
27 Universitas Sumatera Utara
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Nama Penelitian dan No Tahun Penelitian 1. Shrieves dan Dahl (1992)
Judul
Variabel
Hasil
The Relationship between risk and capital in Commercial Banks
Variabel eksogen : Log Natural Size, Bank Holding Company, Regulation Influece, Perubahan Capital, Perubahan Risiko, Capital Tahun sebelumnya, Risiko Tahun sebelumnya Perubahan Capital, Perubahan Risiko
Hasil menunjukkan bahwa perubahan Capital dan perubahan risiko memiliki hubungan yang positif. Dimana tingkat capital dan risiko secara bersamaan terkait, mayoritas bank menanggapi dampak kenaikan capital requirements dengan menaikan aset berisiko mereka.
Variabel endogen : Perubahan Capital, Perubahan Risiko 2.
Furlog dan Keeley (1989)
Capital Regulation and Bank Risk Taking = A Note
Variabel eksogen : current value of insured deposits, current value of assets, standard deviation of the rate of return on assets, Variabel endogen : value of the option.
3.
Rime (2001)
Capital Requirements and Bank Behaviour: Empirical for
Variabel eksogen : Size, Current Profit (ROA), Current Loan Lose (LLOSS), Regulatory Pressure,
Hasil menunjukkan bahwa bank dalam memaksimalkan nilai dan memenuhi rasio modal yang diperlukan bukan hanya dengan cara menjual aset dan simpanan beransurnsi tetapi juga menaikkan tambahan modal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas bank yang ada di Swiss ketika menghadapi
28 Universitas Sumatera Utara
Swizerland
4.
Jacque dan Nigro (1997)
Risk-Based Capital, Portfolio Risk, and Bank Capital: A Simultaneous Equations Approach
Perubahan Modal, Perubahan Risiko, Modal Tahun Sebelumnya, Risiko Tahun Sebelumnya. Variabel endogen : Perubahan Modal, Perubahan Risiko Variabel eksogen : Size, Bank Holding Company, Leverage Ratio, Income, Modal Tahun Sebelumnya, Perubahan Risiko, Perubahan Modal, Risiko Tahun Sebelumnya, regulatory pressure.
peningkatan minimum capital requirements cenderung meningkatkan rasio modal mereka ke aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Hasil menunjukkan bahwa perubahan Capital dan Risk memiliki hubungan yang negatif ketika tekanan peraturan didefinisikan relatif terhadap rasio modal berbasis risiko.
Variabel endogen : Perubahan Modal, Perubahan Risiko
2.3
Kerangka Konseptual Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan beberapa penelitian
terdahulu diduga bahwa capital requirements memiliki hubungan simultan dengan risiko perbankan serta adanya pengaruh dari variabel lain yang mempengaruhi penetapan modal dan risiko suatu perbankan. Untuk lebih memahami bagaimana hubungan simultan antara modal dan risiko bank serta hubungannya dengan capital requirements diperlukan kerangka konseptual. Dari uraian di atas dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:
29 Universitas Sumatera Utara
Capital Requirements
Variabel Control : 1. ROA 2.
Variabel Control :
Size
Perubahan Risiko
Variabel Control : 1. Current Loan Loss 2.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual diatas menggambarkan bagaimana hubungan simultan antara modal dan risiko perbankan. Bank merupakan Kegiatan usaha yang identik dengan risiko. Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu bank harus mengelola risiko agar tidak mengalami kegagalan yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Untuk mengcover risiko-risiko perbankan bank membutuhkan tingkat kecukupan modal dalam menghadapi ketidakpastian risiko di masa depan, hal ini menyebabkan regulator bank untuk membentuk beberapa peraturan persyaratan modal, salah satunya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Basel. Dengan adanya peraturan minimum capital requirements maka akan memberi pengaruh pada perubahan modal dan risiko. kenaikan capital requirements merupakan upaya regulator untuk meningkatkan kekuatan modal
30 Universitas Sumatera Utara
bank. Dalam mengahadapi kenaikan Minimum Capital Requirements bank dihadapkan pada dua pilihan yaitu menaikan modal atau menurunkan aset berisiko mereka, hal ini diungkapkan oleh Jacque dan Nigro (1997). Tetapi beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bank dalam menanggapi peraturan capital requirements cenderung melakukan kenaikan juga pada aset berisiko mereka (Shrieves dan Dahl (1992), Rime (2001), Kim dan Santomero (1988) ). Dalam hal ini modal dan risiko memiliki hubungan dua arah. Dimana saat memenuhi capital requirements atau kecukupan modal bank , modal dan risiko akan saling mempengaruhi. Modal mempengaruhi pengambilan risiko oleh bank dan sebaliknya risiko akan mempengaruhi tingkat modal bank. Membahas bagaimana modal mempengaruhi pengambilan risiko bank, dimana apabila modal dari pemilik saham digunakan untuk memenuhi capital requirements (8%) maka otomatis hal ini akan mengurangi penggunaan aset berisiko perbankan. Jika hal ini dilakukan oleh bank maka berdampak pada penurunan Current profit (ROA) yang akan diterima oleh bank. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan laba dari aktiva yang dimilikinya. Umumnya laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Jika penjualan asset berkurang otomatis jumlah ROA yang diterima oleh perbankan akan mengalami penurunan juga. menurut Rime (2001) Keuntungan bank saat ini mungkin memiliki efek positif pada modal bank jika lembaga keuangan lebih memilih untuk menambah modal melalui laba ditahan.
31 Universitas Sumatera Utara
Dalam pemilihan aset berisiko yang akan dijual oleh bank, bank dihadapkan pada kecukupan modal yang ditetapkan oleh regulator. Adanya capital requirements sebesar 8% dan peraturan basel II yang menuntut kecukupan modal berlandaskan pada risiko perbankan memberi beban tersendiri bagi perbankan dalam menentukan modal mereka. Modal yang merupakan sumber daya yang mahal membuat pemilik saham enggan untuk menambah jumlah modal (Kim dan Santomero, 1988). Menanggapi hal tersebut bank memilih menggunakan leverage keuangan dalam menutupi peraturan regulator. Oleh sebab itu dalam menghadapi Capital Requirements bank cenderung menaikan aset berisiko seiring dengan terjadinya kenaikan pada modal mereka. Size merupakan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Semakin besarnya Size suatu perusahaan perbankan maka dapat menyebabkan bank memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan risiko. Jika Suatu perusahaan memiliki saham yang tinggi maka akan lebih berani untuk mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai aset berisiko. Hal ini memberikan asumsi bahwa semakin besar Size sebuah perusahaan, maka dapat menyebabkan kecenderungan untuk memakai dana eksternal yang semakin besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu dengan menggunakan hutang. Dengan alasan demikian size menjadi salah satu faktor yang menentukan peruhaban modal dan risiko perbankan dalam mendekati capital requirements.
32 Universitas Sumatera Utara
Modal dan risiko tahun sebelumnya digunakan untuk melihat bagaimana reaksi perbankan dalam menghadapi capital requirements. Dari modal dan risiko tahun sebelumnya maka dapat dianalisis apakah bank dalam menghadapi capital requirements menaikan modal atau aset berisiko mereka. Sedangkan Current loan losses memberikan pengaruh pada risiko perbankan karena Kerugian pinjaman Sebuah bank saat ini mempengaruhi rasio aktiva tertimbang menurut risiko terhadap total aset dan menyebabkan penurunan jumlah nominal aset tertimbang menurut risiko.
2.4
Hipotesis Konseptual Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shrieves dan Dahl (1992)
yang menemukan hubungan yang positif antara Capital Requirements dan prilaku risiko bank, menunjukkan bahwa bank-bank yang meningkatkan rasio modal mereka sekaligus juga meningkatkan eksposur risiko mereka. Sedangkan Rime (2001) juga menemukan hubungan positif antara modal dan risiko pada bank-bank di Swiss. Maka hipotesis dari penelitian ini adalah : H1 : Capital requirements memiliki hubungan yang signifikan dengan prilaku risiko perbankan
33 Universitas Sumatera Utara