BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
DIABETES MELLITUS 1.
Definisi Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang dapat terjadi akibat dari faktor keturunan. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat kronik, yang dapat muncul dan berkembang secara lambat namun pasti. Disertai adanya komplikasi hampir di seluruh organ tubuh, yaitu gangguan pada mata (retinopati), ginjal, jantung, otak, infeksi yang sukar diobati sampai terjadinya pembusukan pada jaringan tubuh sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cara di operasi atau tidak jarang dilakukan amputasi pada jaringan tubuh tersebut (Darmono, 1993). Diabetes mellitus adalah penyakit yang menyebabkan gangguan perubahan makanan karena gangguan glukosa yang menjadi sumber energi secara efisien dalam tubuh sebagai akibat dan peningkatan kadar gula darah dalam keadaan normal (R. Djokomoeljanto, 2002)
2.
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dalam karakteristik penderita diabetes mellitus dapat dilakukan dengan pemeriksaan pada kelompok dengan salah satu faktor tedadinya diabetes adalah : (1) Usia lebih dari 45 tahun, (2) Memiliki berat badan lebih : BBR > 110 % dari BBI atau IMT > 23 kg/m2, (3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi (> 140 / 90 mm/Hg), (4) Riwayat penyakit diabetes karena faktor keturunan, (5) Riwayat abortus yang berulang-ulang dan melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram, (6) Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau kadar trigliserida 50 mg/dl (PERKENI, 2002).
TABEL 1 PERBEDAAN DIABETES MELLITUS TIPE 1 DAN TIPE 2 Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 2
- Kerusakan pada sel pembuat insulin
- Bersifat familial / penyakit keturunan
- Dalam sel ß pankreas dapat rusak - Sering terjadi resistensi insulin sehingga kadar insulin rendah. - Sering
atau
mudah
mengalami - Jarang terdapat ketosis (koma).
ketosis (koma) - Kebutuhan
insulin
dalam - Dalam insulin yang beredar dalam
mengendalikan kadar glukosa harian.
jumlah yang cukup maka jaringan tubuh kurang bereaksi baik.
- Umumnya
penderita
diabetes - Umumnya penderita gemuk
mellitus memiliki berat badan kurus. - Biasanya berusia muda
- Biasanya berusia lebih dari 40 tahun.
Sumber : R.Djokomoelijanto, 2002
3 . Etiologi Diabetes Mellitus Klasifikasi dari etiologi penyakit diabetes mellitus, adalah pada interaksi glukosa lainnya menurut (WHO 1985) terdiri dari 4 macam., yaitu : (1) IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) yang disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun, atau yang sering disebut dengan Diabetes Tipe 1. (2) NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) yang disebabkan oleh kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin, terutama pada penderita dengan berat badan kurus maupun obesitas; (3) MRDM (Malnutrition Related Diabetes Mellitus) atau DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi); (4) Diabetes Mellitus Tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, antara lain disebabkan oleh penyakit pankreas, penyakit
hormonal, faktor pemberian maupun pemakaian obat atau bahan kimia lainnya, kelainan reseptor pada insulin dan sindrom genetik tertentu, serta terjadinya serosi hepatitis ( PERKENI, 1996). Klasifikasi etiologi Diabetes Mellitus menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 1997, sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), dapat dilihat di dalam. tabel 2 berikut ini. TABEL2 KLASIFIKASI ETIOLOGI DIABETES MELLITUS DM Tipe 1
Destruksi sel beta yang menjurus defisiensi insulin secara absolut
DM Tipe 2
Keadaan yang bervariasi mulai dari dominan resistensi insulin relatif sampai pada efek sekresi insulin yang disertai dengan resistensi insulin.
DM Tipe 1. Defek genetik fungsi sel beta Lain
2. Defek genetik pada kerja insulin 3.
Penyakit eksokrin pankreas
4. Endokrinopati
5. Pengaruh obat dan zat kimia. 6. Infeksi 7. Imunologi yang jarang 8. Sindrom genetik lain
Diabetes mellitus gestational (Diabetes Kehamilan) Sumber : ADA, 1997 dalam Mansjoer, Arief, dkk, 2001.
4.
Gejala -Gejala Penyakit Diabetes Mellitus Gejala diabetes mellitus pada diagnosis yaitu terdiri dari polidipsi, poliuria, terjadinya penurunan berat badan serta terjadi koma diabetik (Askandar Tjokroprawiro, 1996). Untuk mengetahui gejala penyakit diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut ini terdiri dari gejala – gejala klinis yaitu gejala sering kencing terutama pada malam hari (poliuria), sering merasa cepat lapar (polifagia), cepat merasa haus (poli depsia), dan jika keadaan tersebut tidak lekas diobati akan menimbulkan rasa mual dan kadar gula darah menjadi meningkat dengan di dukung oleh adanya penurunan berat badan secara cepat yaitu sekitar 5 sampai 10 Kg/BB dalam waktu 2 sampai 4 minggu, keluhan mudah lelah dan jika keluhan tersebut
tidak lekas diobati dapat mengalami koma diabetik dengan ditandai oleh peningkatan kadar gula darah terlalu tinggi yaitu sekitar 600 mg/dl. Sedangkan pada gejala kronik tidak menunjukkan gejala secara mendadak namun dapat terlihat dalam beberapa bulan atau beberapa tahun sehingga gejala tersebut disebut dengan gejala kronik maupun gejala menahun. Dan gejala lainnya yang sering menyertai keadaan ini adalah rasa kesemutan pada jari kaki, pada bagian kulit terasa panas atau menebal, kram, mudah lelah , mudah mengantuk, gatal-gatal di sekitar kemaluan, penglihatan kabur, gigi mudah goyah atau mudah terlepas, kemampuan seksual menurun (disfusi ereksi) dan biasanya pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian pada janinnya, biasanya ibu melahirkan bayi dengan berat badan sekitar 4 kg (Askandar Tjokroprawiro, 1997). 5.
Cara Mengatasi Masalah Khusus Diabetes Mellitus Permasalahan khusus yang perlu diperhatikan untuk mengatasi penyakit Diabets Mellitus Tipe II yaitu terdiri dari pemahaman pada. Diabetes dengan hipertensi, nefropati diabetik, dislipedemia diabetik, diabetes dengan obesitas. a. Diabetes Mellitus Dengan Hipertensi Cara untuk mengatasinya adalah : (1) Dengan indikasi pengobatan jika terdapat tekanan darah sistolik yang menunjukkan >130 mmHg dan pada tekanan diastole menunjukkan sekitar 80 mmHg. (2) Biasanya penderita dengan usia sekitar di atas 18 tahun, maka target penurunan tekanan darah sekitar < 130 / 80 mmHg. Penderita dengan disertai hipertensi sistolik terisolasi, tekanan darah dapat diturunkan secara bertahap sekitar < 140 / 90 mmHg. (3) Penderita farmakologis dapat diperhatikan dalam memilih obat anti hipertensi oleh profil lipid, metabolisme glukosa, resistensi insulin, hipoglikemia yang terselubung.. Dan pengelolaan non-farmakologis dengan memodifikasi pada pola gaya hidup yaitu dengan cara menurunkan berat badan, beraktivitas
berolah raga, menghentikan merokok dan menghentikan kebiasaan minum-minuman keras,serta pengurangan dalam penggunaan garam dapur. b. Nefropati Diabetik Dapat ditegakkan dengan cara melihat kadar albumin dalam urine selama 24 jam yaitu >30 mg. c. Dislipidemia Diabetik Dislipidemia diabetik, cara untuk mengatasi masalah adalah : (1) Perlu adanya pemeriksaan pada profil lipid saat diagnosis diabetes ditegakkan. (2) Dalam terjadinya dislipidemia. ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida maupun pada penurunan HDL kolesterol (High Density Lipoprotein) juga ditandai oleh kadar LDL kolesterol (Low Density Lipo protein) dalam tubuh meningkat (3) Memberikan terapi farmakologis sedini mungkin. d. Diabetes Mellitus Dengan Obesitas Cara untuk mengatasinya adalah : (1) Pada diabetes sentral dapat berhubungan dengan terjadinya sindrom dismetabolik yaitu dengan disertai komplikasi dislipidemia, hiper glikemia, hipertensi pada resistensi insulin. (2) Terjadinya resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas dibutuhkan pendekatan secara khusus dan untuk memperbaiki sindroma dismetabolik dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung koroner dan cara untuk mengatasinya adalah dengan cara menurunkan berat badan penderita sebanyak 5 sampai 10 persen (3) Dengan olah raga secara teratur dan perubahan terhadap perubahan pola kebiasaan makan akan dapat mengatasi permasalahan diabetes mellitus dengan obesitas
(4) Pada penderita diabetes mellitus dengan resistensi insulin pada pengobatan farmokologis dapat diberikan dengan pemberian obat metformin dan tioziliodindion ( PERKENI, 2002).
B.
FAKTOR-FAKTOR PENANGANAN DIABETES MELLITUS TIPE II 1.
Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan pencapaian pada status gizi yang baik dan sangat penting artinya bagi kesehatan dan kesejahteraan bagi setiap orang. Untuk memenuhi kebutuhan gizinya setiap individu memiliki pola makanan yang mengandung zat gizi yang dapat digunakan oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat memegang peranan penting terhadap tata cara penggunaan pangan dengan baik sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang seimbang. Tingkat pengetahuan gizi akan dapat menentukan perilaku seseorang untuk memperbaiki pola konsumsi makanan yang umumnya dipandang lebih baik dan dapat diberikan sedini mungkin (Suharjo, 1989). Pengetahuan Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan . Rendahnya pengetahuan akan dapat menimbulkan masa bodoh terhadap makanan tertentu , walaupun bahan makanan memepengaruhi perilaku manusia ( Handayani , 1994 ) Rendahnya tingkat pengetahuan gizi akan dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh terhadap penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut cukup tersedia dan mengandung zat gizi. Pengetahuan gizi setiap individu biasanya didapatkan dan setiap pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, contoh media massa atau media cetak, media elektronik, buku, petunjuk dari kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat ditingkatkan dengan cara membentuk keyakinan pada diri sendiri sehingga seseorang dapat berperilaku sesuai dengan kehidupan sehari-hari (Yuwono, 1999). Dari tingkatan pengetahuan gizi yang tinggi pada setiap seseorang akan dapat memperhitungkan terhadap macam dan jenis makanan yang akan
dikonsumsi. Pada seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang rendah dapat dilihat dari kebiasaan pola makanan sehingga seseorang tersebut hanya memilih makanan yang menarik oleh panca indra dan memilih suatu makanan tertentu bahkan menghindari makanan yang tidak disukai walaupun makanan tersebut memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi. Sebaliknya pada seseorang yang berpengetahuan tinggi terhadap gizi suatu makanan, mereka banyak mempergunakan pertimbangan yang sangat rasional terhadap pengetahuan mengenai nilai gizi pada makanan tersebut (Sediaoetama, 1989). Pengetahuan Diet Diabetes melitus merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap stimulus berupa materi atau objek tentang Diet Diabetes Melitus sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya, kemudian akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan apakah melaksanakan Diet Diabetes Melitus atau tidak melaksaankan Diet Diabetes Melitus. (Notoatmodjo, 2003).
2.
Olah Raga atau Latihan Kegiatan Fisik Dari ilmu kesehatan tubuh manusia dengan cara berolah raga atau latihan jasmani dengan disesuaikan pada keadaan tubuh yang juga dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Dan jenis yang terbaik untuk penderita diabetes adalah dengan cara melakukan kegiatan olah raga, dengan senam aerobik (Ahmad H.Asdie, 1993).
Olah raga dapat berguna untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar lipid dalam darah sehingga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol. dan anjuran untuk melakukan olah raga adalah minimal sebanyak 4 sampai 5 kali seminggu dengan waktu minimal ½ jam (Djokomoeljanto, 2002). 3.
Obat Dalam pengaturan makanan maupun dalam olah raga secara teratur harus dipertimbangkan mengenai penggunaan obat yang digunakan, sehingga dapat sangat membantu keadaan penderita diabetes. Macam penggunaan obat digunakan untuk keadaan penderita yang mengalami hipoglikemik dengan pemberian secara oral atau dengan suntikan. Dan jenis obat yang diberikan adalah berupa obat hipoglikemik oral (OHO), seperti sulfonilurea, biguanid, inhibitor a glukosidase maupun insulin sensitizing agent (Mansjoer, Arief, dkk, 2001). Obat sangat berkhasiat untuk mengatasi terjadinya hipoglikemik. Macammacam penggunaan obat tersebut terdiri dari sulfonylurea, biguanid, insulin dan preparat insulin (PERKENI, 1996).
4.
Perencanaan Terapi Diit Terapi diit dapat disesuaikan dengan keadaan tubuh penderita sehingga akan mencapai berat badan normal serta dapat berguna dalam kegiatan seharihari penderita. Syarat pemberian terapi diit ini terdiri dari : (1) Jumlah kalori yang ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan penderita, tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolik (2) Kebutuhan hidrat arang dapat disesuaikan dengan cara mengetahui tingkat kemampuan tubuh dalam menggunakan gula murni yang tidak dianjurkan dalam penggunaannya sehari-hari. (3) Sumber protein, vitamin dan mineral dapat diberikan dengan cukup yang disesuaikan dengan kebutuhan (4) Pemberian makanan dapat disesuaikan dengan pemberian macam obat yang diberikan (Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2001).
Komposisi makanan yang menunjukkan pada penderita diabetes mellitus adalah sekitar 10 - 15 % protein, 20 - 25 % lemak dan 60 - 70 % karbohidrat. Sumber makanan yang dihindari pada sumber karbohidrat sederhana adalah seperti sirup, kue dan makanan manis lainnya serta penggunaan sumber dari karbohidrat kompleks, seperti nasi. Penggunaan gula murni yang dianjurkan dalam pemakaiannya dalam sehari adalah sekitar 5 % dari total kalori. Penggunaan gula murni ini dapat ditambahkan dengan cara ditambahkan dalam bumbu pada masakan yaitu sekitar 3 sendok makan penggunaan dalam sehari. Untuk penderita diabetes mellitus dalam satu sendok makan gula murni dapat digantikan dengan buah pisang. Pemberian sumber serat berfungsi untuk mengendalikan nafsu makan yang membuat perut terasa kenyang. Sumber dari serat dapat berkasiat seperti terdapat dalam jenis makanan sayuran, apel dan jeruk serta kacang-kacangan yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah yang merupakan serat yang mudah larut dalam tubuh. Sedangkan dalam penggunaan lemak, seperti dalam penambahan santan dalam pengolahan makanan dapat beresiko besar terjadinya penyakit jantung serta dapat menghambat pembuluh darah (Siswono, 2003).
C.
KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS Kepatuhan penderita terhadap Diit merupakan salah satu usaha untuk tercapainya tujuan pengobatan . Pengobatan dengan obat – obatan sangat penting tetapi tidak cukup. Pengobatan Diabetes Melitus memerlukan keseimbangan antara beberapa kegiatan yang merupakan bagian integral dari kegiatan rutin sehari – hari seperti makan ,tidur ,bekerja dan lain – lain . Pengaturan jumlah jenis makan serta olahraga merupakan pengobatan yang tidak dapat ditinggalkan , walaupun diakui banyak diabaikan oleh pederita tergantung pada kerjasama antara petugas kesehatan dan penderita Diabetes Mellitus dan keluarganya .Pada penderita Diabetes Mellitus , apabila mentaati diitnya maka penderita dapat mengontrol glukosa darah dan pola makannya sehingga penderita dapat lebih menjaga kesehatannya . Dan apabila pada penderita tidak bisa mengontrol makanannya sehingga akan berdampak buruk yaitu naiknya kadar glokusa darah pada pada penderita . ( Palestin , 2006 )
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan Diit diantarannya yaitu : 1. Tingkat Pengetahuan Status Gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan setiap orang. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan jika dimakan mampu menyediakan zat penting yang iperlukan tubuh . Pengetahuan gizi memegang peranan penting di dalam menggunakan pangan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup . Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi . 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan suatu dasar utama
dalam keberhasilan
pengobatan. Dalam pendidikan dapat terdiri dari : (1)
Meningkatkan kepatuhan diit penderita
(2)
Dapat menjamin pengendalian gangguan metabolisme dalam tubuh secara umum
(3)
Menambah kepercayaan diri penderita
(4)
Dapat menghambat komplikasi terhadap penyakit diabetes mellitus (Sri Hartini, 1993).
3.
Pengelolaan Penderita Diabetes Mellitus Tujuan dari pengelolaan diabetes mellitus dalam jangka pendek adalah untuk menghilangkan keluhan maupun pada gejala yang ditimbulkan dari diabetes mellitus. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi baik makroangopati maupun neuropati diabetik. Cara penanganannya adalah dengan cara menormalkan kadar glukosa darah, lipid serta insulin. Pilar utama dalam
melaksanakan
pengelolaan
diabetes
mellitus
berdasarkan
atas
perencanaan makanan, latihanjasmani, obat yang berkhasiat untuk mengatasi tedadinya hipoglikemik serta perlunya program penyuluhan gizi (PERKENI, 1996).
D.
KERANGKA TEORI
Resiko Diabetes Mellitus -
Usia lebih
Diabetes Mellitus Tipe2
Pengolaan Diabetes Melitus
dari 40 tahun -
Obesitas /kegemukan
-
Hipertensi
-
Dislipidemia
-
Cardio vaskuler
Menigkatkan Pengetahuan Gizi Olah raga atau Latihan fisik
Perencanaan Terapi Diit Obat
E.
KERANGKA KONSEP Tingkat Pengetahuan Gizi
F.
Kepatuhan diit
Kepatuhan Diit
HIPOTESIS Ada hubungan antara tingkat pegetahuan gizi dengan kepatuhan diit penderita diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Dr R Soetijono Blora