4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. SINGKONG Singkong memiliki nilai ekonomi dan sosial sebagai bahan pangan masa depan yang berdaya guna. singkong saat ini merupakan komoditas agroindustri yang sangat berpotensi untuk diekspor, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Singkong sudah lama dikenal oleh masyarakat yang merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi dan digunakan dalam tatanan pengembangan agrobisnis dan agroindustri (singkong berperan cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan baku berbagai industri makanan). (Rukmana, 1999). Singkong disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Industri makanan dari singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk, timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan singkong dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peuyeum), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka. Singkong di Indonesia mempunyai banyak nama daerah diantaranya adalah ketela pohon, ubi kayu, ubi Inggris, Huwi Dangdeur, Huwi Jenderal (Sunda), kasbek (Ambon) dan ubi Perancis (Padang). Dari bagian–bagian tanaman singkong masih ada yang belum dimanfaatkan secara optimal yang berupa kulit singkong. Macam macam varietas singkong unggul menurut jenisnya adalah sebagai berikut: 1. Singkong Adira I Singkong adira I pada umumnya mempunyai kulit luar yang berwarna cokelat, serta kulit bagian yang dalam berwarna kuning. Warna daging singkong berwarna kuning. Singkong adira I dapat dipanen dlam
4
waktu 7-10 bulan. Singkong adira I kalau direbus akan menghasilkan rasa yang enak dan empuk. 2. Singkong Adira II Singkong adira II pada umumnya mempunyai kulit luar yang berwarna putih kecokelatan, serta kulit bagian yang dalam berwarna ungu. Warna daging singkong berwarna putih. Singkong adira dapat dipanen dalam waktu 7-10 bulan. Singkong adira kalau direbus akan menghasilkan rasa yang agak pahit dan empuk. 3. Singkong Malang I Singkong malang I pada umumnya mempunyai kulit luar yang berwarna cokelat muda, serta kulit bagian yang dalam berwarna putih. Warna daging singkong berwarna putih kekuning-kuningan. Singkong Malang I dapat dipanen dalam waktu 9-10 bulan. Singkong Malang I kalau direbus akan menghasilkan rasa yang manis dan empuk. 4. Singkong Malang II Singkong Malang II pada umumnya mempunyai kulit luar yang berwarna cokelat, serta kulit bagian yang dalam berwarna putih. Warna daging singkong berwarna putih. Singkong Malang I dapat dipanen dlam waktu 9-10 bulan. Singkong Malang I kalau direbus akan menghasilkan rasa yang manis dan empuk. 5. Singkong Mentega Singkong mentega pada umumnya mempunyai bentuk yang lonjong dan bertangkai sedang. kulit luar yang berwarna cokelat, serta kulit bagian yang dalam berwarna kuning. Warna daging singkong berwarna kuning. Singkong mentega dapat dipanen dalam waktu 9-10 bulan. Singkong mentega kalau direbus akan menghasilkan rasa yang manis dan empuk. (Rukmana, 1997) Tape
merupakan
makanan
hasil
penerapan
bioteknologi
konvensional ini. Tape dapat dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi
5
lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembuatan tape antara lain, banyaknya ragi yang diberikan, jenis singkong, serta suhu dan tempat penyimpanan.
Tabel 1. Komposisi Dan Kandungan Gizi dalam tiap 100 gram Tape Singkong No. Unsur Gizi
Singkong Mentah
Tape Singkong
1.
Kalori (kal)
146,00
173,00
2.
Protein (g)
1,20
0,50
3.
Lemak (g)
0,30
0,10
4.
Karbohidrat (g)
34,70
42,50
5.
Kalsium (mg)
33,00
30,00
6.
Fosfor (mg)
40,00
30,00
7.
Zat besi (mg)
0,70
0,00
(Direktorat Gizi, Depkes RI.1981)
B. KULIT SINGKONG Kulit singkong yang diperoleh dari produk tanaman singkong merupakan limbah agroindustri yang menggunakan bahan dasar singkong. Saat ini pemanfaatan kulit singkong hanya sebagai pakan ternak belum optimal karena kandungan sianidanya yang tinggi. Menurut Rukmana, (1997), Menyatakan bahwa kulit singkong mempunyai energi (Total Digestible Nutrients = TDN) tinggi
sehingga
memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi. Tabel 2. Menunjukkan kandungan energi dan nutrisi dalam limbah umbi ubi kayu.
6
Tabel 2. Kandungan Energi Dan Nutrisi Dalam Singkong g/100 g bahan basah. Bahan Bahan Protein pektin Serat lemak Ca Kering Kulit
17,45
TDN
kasar 8,11%
0,22 %
15,20% 1,29%
0,63
74,73
Singkong Daun
23,53
21,45%
0,59%
25,71%
9,72%
0,72
61,00
Onggok
85,50
01,51%
0,01%
0,25%
1,03%
0,47
82,76
Sudaryanto (1989)
Kulit singkong sering dimanfaatkan hanya sebagai campuran makanan ternak. Selain kulit singkong dapat diolah menjadi produk – produk makanan misalnya produk awetan kering kulit singkong, keripik kulit singkong, dodol dan produk produk makanan kulit singkong lainya. Kulit singkong merupakan bahan campuran pakan ternak yang cukup baik. Diluar negeri bahan yang biasa digunakan untuk campuran pakan ternak adalah gaplek, gaplek irisan (chips), tepung gaplek, dan limbah dari proses pengolahan ubi kayu. Menurut Hidayati N, (2009), Dalam
tape setidaknya terlibat tiga
kelompok mikroorganisme yaitu mikrobia perombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada awal fermentasi berasa manis. Mikrobia yang banyak dianggap penting dalam proses ini adalah Endomycopsis fibuliger serta beberapa jamur dalam jumlah kecil. Adanya gula menyebabkan mikrobia yang mengunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol. Yang masuk dalam kelompok ini adalah Saccharomyces dan Cabdida yang menyebabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanya alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa masam pada tape yang dihasilkan.
7
Tabel 3. : Perbedaan Kadar Karbohidrat dan Asam Sianida kulit singkong dari dataran rendah dan dari dataran tinggi. Kulit Singkong dari dataran rendah
Kulit Singkong dari dataran tinggi
Kadar Karbohidrat
Kadar Karbohidrat
4,55 %
Kadar Asam Sianida 20,72 mg/kg
4,18 %
Kadar Asam Sianida 22,5 mg/kg
(Sumber :Turyoni, 2005).
C. TAPE KULIT SINGKONG Kulit singkong yang sangat murah harganya dapat dibuat menjadi produk makanan lezat yang bergizi yaitu dodol melalui proses pembuatan tape kulit singkong yang difermentasi menggunakan ragi selama 2-3 hari. Tape kulit kulit singkong ini akan memberikan rasa yang khas pada dodol (Turyoni D, 2005). Syarat utama dalam pembuatan tape adalah kandungan karbohidrat yang cukup. Karbohidrat akan digunakan oleh mikroba sebagai sumber energi dalam proses fermentasi. Dalam pembuatan tape sebagai proses fermentasi, karbohidrat (pati) bereaksi dengan enzim atau terhidrolisis sehingga menghasilkan glukosa. Glukosa akan mengalami proses fermentasi (peragian) dan menghasilkan etanol/alkohol. Selain fermentasi gula pereduksi akan meningkat selama fermentasi berlangsung tiga hari.(Suliantri dan Winiarti 1991). Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah jenis pangan (subtrat), asam, macam mikroba, dan kondisi disekelilingnya (Suhu, pH, Oksigen, Garam) yang mempengaruhi pertumbuhan serta metabolisme mikroba (Winarno, FG 2004). Dalam pembuatan tape kulit singkong ada beberapa hal yang menjadikan berhasil dan tidaknya produk tape yaitu sebagai berikut : Memilih kulit singkong yang berkualitas baik dan membuang kulit singkong yang tidak baik. Kemudian dilakukan proses pencucian dan perendaman. Didalam pencucian dengan air yang mengalir dan didalam perendaman menggunakan air yang setiap 15 menit diganti. Tujuan dari pencucian dan perendaman untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada
8
kulit singkong, untuk mengurangi kadar HCN yang ada di kulit singkong, untuk mengurangi getah yang melekat dan mengurangi rasa getar pada kulit singkong. Lalu dilakukan perebusan yang bertujuan untuk mematikan segala macam kuman dan bakteri yang menempel dibuat singkong, melarutkan asam sianida (HCN), menjadikan kulit singkong masak dan dapat dimakan. Kemudian kulit singkong ditiriskan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air perebusan. Lalu dilakukan proses pendinginan pendinginan ini bertujuan untuk menjadikan kulit singkong menjadi tape kulit singkong. Lalu kulit yang sudah dingin dilakukan Peragian. Tujuan peragian ini untuk menjadikan kulit singkong menjadi tape kulit singkong. Serta yang terakhir proses pembungkusan. Pembungkusan bertujuan untuk mempercepat dan membantu fermentasi. (Sumber :Turyoni D, 2005).
D. KHAMIR / RAGI Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri. Sel-sel kamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomiselium. Kamir tidak bergerak karena itu tidak memiliki struktur tambahan dibagian luarnya seperti flagella. Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat dengan cara yang sama seperti bakteri. Pembelahan sel terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas. Bagi kebanyakan khamir seperti Sacharomyces Cerevisae, tunas dapat berkembang dari tiap bagian permukaan sel induk tetapi bagi beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja. Khamir mempunyai peranan penting dalam industri makanan. Banyak kegiatannya dalam makanan memang dikehendaki dan banyak dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, minuman keras, roti dan produk makanan terfermentasi, dan juga merupakan sumber potensial dari protein sel tunggal untuk fortifikasi makanan ternak. Galur (strain) Sacharomyces Cerevisiae
9
hingga saat ini yang paling banyak digunakan untuk keperluan industri makanan. Ragi Saccharomyces Cerevisiae, merupakan jenis ragi yang biasa tumbuh pada tape singkong, ragi merupakan suatu makanan tradisional singkong yang difermentasi, yang merupakan pati singkong menjadi gula, sehingga meningkatkan rasa manis pada tape tersebut. kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa ragi tersebut teradaptasi dengan baik pada jenis pati singkong hingga diduga dapat menghasilkan enzim amilase yang baik (Muntoharoh, 2004). Bahan yang dipakai dalam industri khamir adalah bahan yang terbaik molases (tetes) dari gula bit (yang ditambah vitamin, biotin) atau tetes dari gula tebu, diencerkan sampai mengandung kira-kira 10% gula. Garam-garam amonium dan fosfor ditambahkan, juga magnesium sulfat untuk mensuplai zat-zat gizi lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan khamir pH harus diatur sekitar 4,5 dan media inokulasi dengan benih khamir yang diperoleh dari kultur murni. Volume inokulum biasanya sekitar 5% dari jumlah akhir volume keseluruhan (Buckle, 1985). Secara teoritis untuk setiap 100 bagian dari gula yang terdapat dalam cider dihasilkan 51 bagian alkohol dan 49 bagian karbondioksida. Dalam praktek diperoleh antara 45 sampai 47 bagian alkohol karena sebagian dari gula digunakan untuk khamir atau hilang untuk menghasilkan substansisubstansi lain. Untuk cider yang mengandung kadar gula awal 10 persen dihasilkan kira-kira 4,6 persen alkohol bila fermentasi oleh khamir sempurna (Desrosier, 1998).
E. DAYA TERIMA TAPE KULIT SINGKONG Daya terima tape kulit singkong secara umum adalah sebagai berikut : rasa tape kulit singkong pada umumnya adalah manis sedikit masam khas rasa tape. Rasa manis karena perubahan karboihdrat menjadi glukosa sebagai karbohidrat yang lebih sederhana, sedangkan rasa masam karena dalamproses fermentasi terbentuk asam. Aroma tape kulit singkong pada umumnya
10
beraroma khas tape dan sedikit berbau alkohol. Warna tape kulit singkong pada umumnya tergantung dari jenis singkong yang digunakan. Bila singkong dari jenis jinten maka kulitnya berwarna kemerahan akan tetapi apabila dari singkong jenis ketan, maka tape yang dihasilkan berwarna keputihan. Tekstur tape secara umum yaitu lunak dan empuk.
F. FERMENTASI 1. Prinsip Fermentasi Fermentasi ialah proses perubahan senyawa senyawa kompleks dari suatu bahan menjadi senyawa sederhana dengan disertai bau yang spesifik atau khusus oleh aktivitas mikroba halofilik. Fermentasi dalam sel terjadi dalam keadaan anaerobik (tanpa O2) Levis Pasteur menyebutkan bahwa proses fermentasi alkohol sebagai kehidupan tanpa oksigen dan sel sel kapang memperoleh energi dari hasil pemecahan – pemecahan molekul gula dalam keadaaan tanpa udara ( Said, 1987). Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme anaerobik. Untuk hidup semua organisme membutuhkan sumber energi energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana organisme berada didalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan diantara mikroorganisme ialah glukosa. Dengan adanya O2 beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, co2 dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah metabolisme tipe aerobik akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energi tanpa adanya 02 dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukankah air CO2 dan sejumlah besar energi yang dihasilkan tetapi hanya sejumlah besar energi yang dihasilkan tetapi hanya sejumlah kecil energi CO2, H2O dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan. Zat zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asama setat dan etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainya. Alkohol dan eter dan alkohol tersebut pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya O2 sering dikenal sebagai fermentasi (Bukle, 1987).
11
Menurut Afrianti, (2008) Untuk melakukan proses metabolisme, mikroorganisme membutuhkan sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Dalam proses fermentasi tampaknya mikroorganisme pertama kali akan menyerang karbohidrat, kemudian protein dan selanjutnya lemak. Bahkan terjadi tingkatan penyerangan terhadap karbohidrat yaitu terhadap gula, kemudian alkohol. Baru setelah itu terhadap asam. Bakteri asam laktat pada umumnya menghasilkan sejumlah besar asam laktat dari fermentasi subtrat energi karbohidrat kebanyakan khamir cenderung memfermentasikan subtrat. Karbohidrat untuk menghasilkan etanol bersama sedikit produk akhir lainnya. Stadium permulaan fermentasi pada umumnya berlangsung selama periode ini bakteri asam laktat dan khamir yang memfermentasi dan mengoksidasi tumbuh dengan cepat dan mikroorganisme yang tidak inginkanya (keseluruhanya hilang sebagai akibat dari peningkatan kerjasama / penurunan pH) ( Djunjung, 1992 ). 2. Reaksi Fermentasi Reaksi dari fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dari produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C 6 H 12 0 6 ) yang
merupakan
menghasilkan
gula
sederhana,
melalui
fermentasi
menghasilkan etanol (2 C 2 H 5 OH . Reaksi dan fermentasi ini dilakukan oleh ragi dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan reaksi dari fermentasi ialah sebagai berikut : C6H 12 O 6
Ragi
2C 2 H 5 OH + 2CO 2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan 118 kj permol). Gula (glukosa,fruktosa) ragi alkohol 3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi Hasil fermentasi dipengaruhi oleh jenis pangan (subtrat) asam, macam mikroba, dan kondisi disekelilingnya / suhu, pH, oksigen yang mempengaruhi pertumbuhan serta metabolisme mikroba (Winarno, 1980). Salah satu hal yang berpengaruh dalam proses fermentasi ialah suhu dan waktu fermentasi. Suhu
12
optimum untuk proses fermentasi alkohol sekitar
(310-330C), Waktu
fermentasi berkisar antara 32-33 jam. Hal ini biasanya bergantung pada konsentrasi Sakarida unsur unsur nutrisi, inhibitor pH dan suhu selama proses berlangsung (Soebiyanto, 1993). Mikroba membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi lainnya yang ada dalam bahan pangan (substrat). Demikian pula dengan macam mikroba. Yang perlu dimiliki mikroba dalam fermentasi adalah harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan perubahan yang dikehendaki secara kimia. Fermentasi dipengaruhi pula kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan mikroba yaitu suhu, udara (oksigen), kelembaban, garam, dan asam (Afrianti, 2008).
G. ALKOHOL Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH, densitas 0,78506 gr/ml pada suhu 250C, titik didih 78,40C, tidak berwarna dan mempunyai bau serta rasa yang spesifik (Kartika,1992). Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil.Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani, 2000). Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain: 1. Bahan baku industri atau senyawa kimia, contoh: industri minuman beralkohol, industri asam asetat dan asetaldehid. 2. Pelarut dalam industri, contoh: industri farmasi, kosmetika dan plastik. 3. Bahan desinfektan, contoh: peralatan kedokteran, rumah tangga dan peralatan di rumah sakit.
13
4. Bahan baku motor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991). Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah. Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccharomyces Cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar antara 25-30°C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0 - 4,5. Etanol pada proses fermentasi alkoholik terbentuk melalui beberapa jalur metabolisme bergantung jenis mikroorganisme yang terlibat. Untuk Saccharomyces Cerevisiae serta sejumlah khamir lainnya, etanol terbentuk melalui jalur Embden Meyernof Parnas (EMP), reaksinya sebagai berikut (Rizani, 2000): 1. Glukosa difosforilasi oleh ATP mula-mula menjadi D-glukosa-6 fosfat, kemudian mengalami isomerasi berubah menjadi D-frukstoda-6 fosfat dan difosforilasi lagi oleh ATP menjadi D-fruktosa-1, 6 difosfat. 2. D-fruktosa-1, 6 difosfat dipecah menjadi satu molekul D-gliseraldehid3 fosfat dan satu molekul aseton fosfat. 3. Dihidroksi aseton fosfat disederhanakan menjadi L-gliserol-3 fosfat oleh NADH2. 4. ATP melepaskan satu molekul fosfat yang diterima oleh gliseraldehid3 fosfat yang kemudian menjadi D-1, 3 difosfogliserat dan ADP. 5. D-1, 3 difosfogliserat melepaskan energi fosfat yang tinggi ke ADP untuk membentuk D-3 fosfogliserat dan ATP.
14
6. D-3
fosfogliserat
berada
dalam
keseimbangan
dengan
D-2
fosfogliserat. 7. D-2 fosfogliserat membebaskam air untuk menghasilkan fosfoenol piruvat. 8. ATP menggeser rantai fosfat yang kaya energi dari fosfoenolpiruvat untuk menghasilkan piruvat dan ATP. 9. Piruvat didekarboksilasi menghasilkan asetaldehid dan CO2. 10. Akhirnya asetaldehid menerima hidrohen dari NADH2 menghasilkan etanol. Etanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir yang baik digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus Saccharomyces. Kriteria pemilihan khamir untuk produksi etanol adalah mempunyai laju fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan etanol banyak, tahan terhadap konsentrasi etanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30°C serta tahan terhadap stress fisika dan kimia. Proses terbentuknya alkohol/etanol melalui proses fermentasi dan beberapa hal yang harus Diperhatikan dalam fermentasi diantaranya ialah jenis bahan dasar, cara dan lama fermentasi, ada tidaknya perlakuan destilasi, ada tidaknya aging (pemeraman) dan adanya bahan baku tertentu dalam produk. Etanol dapat dibuat dari berbagai macam bahan dasar diantaranya bahan berpati, bahan berselulosa/berserat dan bahan bergula (Kartika, 1992). Fardiaz (1992), fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu: Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa.
15
H. KERANGKA TEORI • • •
Suhu Pemeraman Jenis Ragi Jumlah Ragi
fermentasi Variasi Jumlah Ragi Daya Terima Kadar Alkohol
Ket :
: Variabel Dikendalikan
: Variabel Pengaruh (Independen)
: Variabel Terpengaruh (Dependen)
16
I. KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Daya Terima Konsumen Variasi Jumlah Ragi
Kadar Alkohol
J. Hipotesa
Ha : “Ada Pengaruh Variasi Jumlah Ragi Pada Fermentasi Tape Kulit Singkong Terhadap Daya Terima Tape Kulit Singkong Dan Kadar Alkohol”.
17