BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan
keuangan karena bila keuangan tidak dapat dikelola dengan baik perusahaan tidak akan mampu melakukan aktivitasnya sehingga tidak akan memberikan manfaat (laba). Menurut Brigham dan Houston (2012) pengertian manajemen keuangan sebagai berikut: “Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan, dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas.”
Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) pengertian manajemen keuangan yaitu: “Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum.”
Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manjemen keuangan adalah bidang yang membahas mengenai bagaimana mengelola dan mengatur keuangan yang berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Dalam manajemen keuangan terdapat tiga fungsi keputusan, menurut
Sutrisno (2012) tiga fungsi tersebut adalah:
10
1. Keputusan Investasi. Keputusan investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan penetapan jumlah total aset yang perlu dimiliki perusahaan.
2. Keputusan Pendanaan Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan bagaimana mendapatkan dana yang digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang diperlukan.
3. Kebijakan Dividen Dalam menjalan tanggung jawab manajer keuangan lebih memperhatikan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Berdasarkan pernyataan di atas, maka peranan manjemen keuangan suatu perusahaan menjadi penting karena berkaitan dengan fungsi utama dari manajemen keuangan yaitu pengalokasian dana serta fungsi pendanaan yang berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu gambaran dari hasil kinerja suatu
perusahaan dalam periode tertentu, yang menjadi bahan petimbangan para pengambil keputusan. Berikut ini pengertian laporan keuangan menurut para ahli: Menurut Fahmi (2011): “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.”
11
Menurut Assauri (2008): “Laporan Keuangan merupakan laporan pertanggung jawaban manajemen sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dalam laporan keuangan terdapat informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan.” Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban perusahaan mengenai kondisi keuangan pada periode tertentu yang menjadi gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut dan menjadi bahan pertimbangan para pengambil keputusan.
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan digunakan untuk menjadi tolak ukur dari kinerja
manajemen suatu perusahaan secara periodik dan bermanfaat untuk kalangan pengguna laporan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai, namun laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan Keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manjemen, atau pertanggungjawaban manajemen. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi
12
mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.3
Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan
semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan agency theory yang menekankan pentingnya pemillik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional, mereka bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan. Sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agents-nya pemegang saham. Semakin besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan agents. Sementara pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan (Sutedi, 2012:13).
Menurut Bland (2007) ada dua asumsi yang dipergunakan dalam Agency Theory, yaitu: 1. Dalam mengambil keputusan seluruh individu bisa mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, agent yang mendapatkan kewenangan dari principal akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kepentingan sendiri.
2. Individu mempunyai jalan pikiran yang rasional, sehingga mampu membangun ekspektasi yang tidak bias atas suatu dampak dari
13
masalah agensi serta nilai harapan keuntungannya di masa depan. Oleh karena itu, dampak dari perilaku menyimpang dari kepentingan
pihak
lainnya
yang
terkait
langsung,
dapat
dimasukkan ke dalam perhitungan pihak lainnya dalam memasok kebutuhan.
Dari asumsi yang dibangun oleh teori agensi ini, terlintas ada semangat menuduh salah satu pihak untuk mengambil kesempatan memperoleh keuntungan demi dirinya sendiri pada hubungan kerja sama. Dalam hubungan agent-principal, pihak agent memanfaatkan kesempatan, dan dalam hubungan pemegang saham dengan pemberi pinjaman pihak pemegang saham yang mengambil kesempatan dalam hubungan tersebut.
2.4
Good Corporate Governance
2.4.1
Pengertian Good Coporate Governance Konsep dan teknik dari pengelolaan manajemen untuk membantu
tercapainya tujuan perusahaan salah satunya dengan menerapkan konsep Good Corporate
Governance
(GCG).
Menurut
Organization
for
Economic
Coorporation and Development (OECD, 2004 dikutip oleh Sutojo dan Aldridge, 2008) mendefinisikan Good Corporate Governance yaitu: “Corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, Dewan Pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholders non-pemegang saham. Dengan pembagian tugas, hak, dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting di atas , perusahaan mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Pembagian tugas, hak dan kewajiban di atas juga berfungsi sebagai pedoman bagaimana mengevaluasi kinerja Board of Directors dan manajemen perusahaan.”
14
Menurut Sutedi (2012) definisi Good Corporate Governance yaitu: “GCG berati proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mempertinggi nilai saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lain.” Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Good Corporate Governance adalah sistem yang digunakan sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan. Meskipun penerapan GCG tergolong masih baru tetapi dalam prakteknya GCG sangat dibutuhkan oleh perusahaan guna mencapai prinsip 3C (compliant pada regulasi, conform dengan etika bisnis dan coherrent dengan profitabilitas dan keberlanjutan bisnis), itulah yang disebut tiga kaki orientasi dari praktik tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (SWA:27:2014).
2.4.2
Prinsip Good Corporate Governance Menerapkan GCG pada suatu perusahaan bukan saja patuh pada peraturan,
tetapi melindungi kepentingan dari pemegang saham, kreditur, pemasok, pelanggan, dan karyawan karena perusahaan secara tidak langsung menjamin keberlanjutan bisnisnya. Menurut Johnson (2007) sejak beberapa tahun terakhir para penguasa pemerintahan dan masyarakat bisnis di banyak negara mulai menyadari Good Corporate Governance dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas perkembangan pasar modal, iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Prinsip-prinsip corporate governance yang diterbitkan OECD itu mencakup hal-hal berikut: a. Transparancy (Transparansi) Adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
15
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
b. Accountability (Akuntabilitas) Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan
pemegang saham
yang meliputi
monitoring,
evaluasi,
dan
pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibility (Pertanggungjawaban) Adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggung jawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari
akan
adanya
tanggung
jawab
sosial,
menghindari
penyalahgunaan wewenang kekuasaan profesional dan menunjungjung etika, dan memelihara bisnis yang sehat.
16
d. Independency (Kemandirian) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen dan masing-masing organ perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Kemandirian diperlukan untuk menghindari adanya konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Prinsip ini menuntut adanya tentang kekuasaan antara komposisi komisaris, komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.
e. Fairness (Keadilan dan Kesetaraan) Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun asing harus diperlukan sama atau setara.
2.4.3
Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance Menurut Sutojo dan Aldridge (2008) Good Corporate Governance
mempunyai enam macam manfaat dan tujuan utama. Keenam manfaat dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders nonpemegang saham Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham Meningkatkan efisisensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen .
17
2.4.4
Mekanisme Good Corporate Governance Mekanisme GCG merupakan suatu aturan atau prosedur sebagai
penghubung antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan pengawasan pada keputusan tersebut. Mekanisme GCG diarahkan untuk menjamin dan mengawasi jalannya sistem GCG dalam suatu perusahaan. Walsh dan Seward (2007) menyatakan terdapat dua mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaaan kepentingan anatara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan GCG yaitu: 1. Mekanisme Pengendalian Internal Mekanisme pengendalian internal adalah pengendalian perusahaan dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun resiko.
2. Mekanisme Pengendalian Eksternal Mekanisme pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar. Menurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan pada saat diketahui bahwa manajemen berprilaku menguntungkan diri sendiri kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan.
Berikut perhitungan mekanisme Good Corporate Governance : a. Kepemilikan Institusional
b. Kepemilikan Manajerial
18
2.5
Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian perusahaan dapat menggunakan metode yang berbasis nilai
tambah seperti, Economic Value Added, Financial Value Added, Market Value Added, dan Refined Economic Value Added. Penggunaan alat ukur dengan basis nilai tambah merupakan hal realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat dengan mudah mengambil keputusan.
2.5.1
Pengertian Economic Value Added Konsep EVA dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennett Stewart, pendiri
perusahaan konsultan Stern Stewart & Company. Economic Value Added mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang timbul akibat investasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2013) mengemukakan definisi EVA sebagai berikut. “EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa/residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal, dalam artian sempit, EVA benar-benar hanya merupakan cara alternatif untuk meninjau kinerja perusahaan.” Dan menurut Tunggal (2008:6) yang menungkapkan EVA sebagai berikut: 1. EVA merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor telah tanamkan dalam operasi usaha, 2. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating After Tax) dikurangi dengan biaya modal (Cost of Capital) 3. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen telah menciptakan nilai.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa EVA merupakan estimasi laba ekonomis suatu perusahaan dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham dalam operasi perusahaan. Dalam menghitung EVA diperlukan 19
tiga indikator yaitu laba operasi setelah pajak (NOPAT), biaya modal yang diinvestasikan (Invested Capital), dan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Economic Value Added dapat dijabarkan sebagai berikut: Hanafi (2012:53) EVA = NOPAT – Biaya Modal
Dimana: Biaya Modal
= Modal yang diinvestasikan x WACC
NOPAT
= Laba operasi sesudah pajak
WACC
= Biaya modal rata-rata tertimbang
Atau menggunakan rumus: EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital) Dimana: NOPAT
= Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax)
WACC
= Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Invested
= Besarnya modal yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan
Capital
non-operasional perusahaan
EVA akan bernilai positif apabila tingkat laba operasi melebihi biaya modal perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai EVA berarti tingkat kinerja operasional perusahaan semakin baik dan sebaliknya apabila nilai EVA rendah berarti tingkat kinerja rendah. Apabila nilai EVA = nol berarti, secara ekonomis tingkat perusahaan dalam keadaan impas dimana tingkat laba operasi sama dengan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain dapat disimpulkan jika:
20
EVA > 0, maka telah terjadi pertambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia mampu memenuhi harapanharapan penyedia dana. EVA = 0, maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua laba yang tersedia digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyedia dana baik kreditur maupun pemegang saham. EVA < 0, maka tidak ada nilai tambah pada perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak memenuhi harapan penyedia dana terutama para pemegang saham.
2.5.2
Perhitungan Economic Value Added
2.5.2.1 Net Operating Profit After Tax Biaya modal bisa didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan atau tingkat keuntungan yang disyaratkan, dan dinyatakan dengan ukuran Weighted Average Cost of Capital dari struktur modal yang ada. Dalam menghitung EVA menggunakan Net Operating Profit After Tax (NOPAT), yaitu laba operasi perusahaan setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Menurut Gitman (2009:113) NOPAT yaitu: “NOPAT is A firm’s earnings before interest and after tax.” Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa NOPAT adalah pendapatan perusahaan sebelum bunga dan setelah pajak.
NOPAT merupakan laba bersih yang telah disesuaikan, sehingga laba tersebut tidak memperhitungkan biaya bunga lagi. Menurut Brigham dan Houston (2013:111) NOPAT dapat dirumuskan sebagai berikut. NOPAT = EBIT (1 – Tax)
21
2.5.2.2 Invested Capital Invested Capital merupakan jumlah modal yang digunakan perusahaan untuk melakukan investasi, dimana sumber dana investasi berasal dari hutang dan ekuitas. Invested Capital dapat diperoleh dengan cara menjalankan total hutang dan ekuitas dikurangi pinjaman jangka pendek tanpa bunga. Invested Capital = Jumlah Hutang dan Ekuitas – Hutang Jangka Pendek
2.5.2.3 Biaya Modal (Cost of Capital) Biaya modal mempunyai dua makna, dari sisi investor dan perusahaan. Dari sudut pandang investor Cost of Capital adalah tingkat keuntungan yang diharapkan atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan Cost of Capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan. Menurut Brigham dan Houston (2013:339) definisi biaya modal yaitu: “Biaya modal memperlihatkan tingkat minimum pengembalian yang harus diterima dari suatu investasi seperti penganggaran modal untuk memastikan agar nilai perusahaan tidak turun.” a.
Biaya Modal Hutang (Cost of Debt) Biaya Modal Hutang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan
yang
berkaitan
dengan
penggunaan
hutang.
Perhitungan Cost of Debt menurut Hanafi (2012:276) yaitu: Kd = Kb (1 – Tax) Dimana: Kd = Cost of Debt Kb = Biaya Bunga Tax = Pajak
22
Dan nilai bunga (Kb) dapat diperoleh dengan rumus: Kb = (Annual Interest / Total Long Term Debt) x 100%
b.
Biaya atas Modal Sendiri (Cost of Capital) Menurut ekuitas bagi perusahaan seperti yang dicatat dalam neraca terdiri dari dua sumber, yaitu modal dari pemegang saham dan laba ditahan. Cost of Capital Equity merupakan tingkat pengembalian yang diperlukan pemegang saham atas saham biaya perusahaan.
Perhitungan Cost of Equity didapat dengan rumus:
Ke = (1/PER) x 100% Dimana: Ke = Cost of Equity PER = Price Earning Ratio
2.5.2.4 Weighted Average Cost of Capital (WACC) Perusahaan
dalam
membiayai
proyek
investasinya
bisa
hanya
menggunakan modal sendiri, sehingga Cost of Capital yang digunakan sebagai cut of rate sebesar biaya modal sendiri yang bersangkutan. Tetapi seringkali suatu proyek investasi tidak hanya menggunakan satu sumber dana, tetapi menggunakan berbagai sumber dana sekaligus, oleh karena itu Cost of Capital yang perlu diperhitungkan adalah keseluruhan biaya modal yang disebut biaya modal ratarata tertimbang. Perhitungan WACC dapat diperoleh dengan rumus:
WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke) Dimana: Wd = Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal Kd = Biaya hutang setelah pajak
23
We = Bobot ekuitas dalam struktur modal Ke = Biaya modal ekuitas Rumus WD & WE: WD = Total Hutang / Total Hutang dan Ekuitas WE = Total Ekuitas / Total Hutang dan Ekuitas
2.5.3
Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA) Kelebihan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan menurut Hanafi
(2012:54) yaitu: 1. Sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation) 2. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya
modal. 3. Dengan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 4. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true Cost of Capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal merupakan hal yang sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara jelas. Dengan berbagai keunggulannya, EVA juga mempunyai beberapa kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Tunggal (2008:8): 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. 2. Secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan.
24
2.5.4
Pengertian Financial Value Added Financial Value Added (FVA) merupakan pengukuran kinerja perusahaan
yang mengukur nilai tambah financial suatu perusahaan yang mempertimbangkan kontribusi fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Rodriguez, 1997 dalam Abu Bakar, 2010). Perhitungan FVA menggunakan rumus sebagai berikut:
FVA = NOPAT - (ED - D) Dimana: FVA
= Financial Value Added pada periode
NOPAT = Net Operating Profit After Tax pada periode
2.5.5
ED
= Equivalent Depreciation pada periode
D
= Depreciation pada periode
Pengertian Market Value Added Menurut Brigham dan Houston (2013) pengertian Market Value Added
(MVA) adalah: “MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekutas modal investor yang telah diberikan.”
Sedangkan menurut Steward (dalam Marina, 2007) pengertian MVA adalah: “MVA merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan menciptakan kekayaan bagi pemiliknya.”
Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan MVA adalah suatu alat pengukur kinerja mengenai perbedaan nilai pasar saham dengan jumlah ekuitas modal investor. Perhitungan MVA dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
25
MVA = (MVE – BV) x Outstanding Shares BV = Dimana: MVE
= Harga pasar saham (Market Value of Equity)
BV
= Nilai buku per lembar saham (Book Value of Equity)
Outstanding Shares = Jumlah saham beredar
2.5.6
Pengertian Refined Economic Value Added Bacidore menyempurnakan konsep EVA sehingga menghasilkan konsep
Refined Economic Value Added (REVA). Menurut Bacidore (dalam Abu Bakar, 2010) definisi REVA adalah: “REVA is a more appropriate performance measure than EVA when considering the shareholders view of the firm.”
Definisi
di
atas
dapat
diartikan
bahwa
konsep
REVA
dalam
perhitungannya memakai komponen seperti dalam perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperkirakan modal. Dalam
EVA
memakai
nilai
buku
ekonomis
sedangkan
REVA
menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm), karena dianggap lebih mencerminkan kekayaan pemegang saham daripada nilai buku ekonomis. Perhitungan REVA menggunakan rumus sebagai berikut: REVA = NOPAT – (MV x Kw) Dimana: NOPAT
= Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax)
MV
=Nilai pasar dari badan usaha (Market Value of Equity + Book Value of Total Debt)
Kw
= Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
26
2.6
Pasar Modal
2.6.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal yang maju dan berkembang pesar merupakan impian banyak
negara, karena banyak negara berlomba memajukan pasar modal melalui berbagai kebijakan yang mendukung segala aktivitasnya. Oleh karena itu pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Menurut Fahmi (2013) definisi pasar modal yaitu: “Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan.” Sedangkan menurut Husnan (2007) definisi dari pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.” Dari definisi diatas dapat disimpulkan pasar modal adalah tempat dimana berbagai instrumen keuangan diperjualbelikan dan menjadi tempat transaksi antara pihak investor dengan pihak perusahaan.
2.6.2
Fungsi Pasar Modal Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena
menjalankan dua fungi sekaligus: ekonomi dan keuangan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin, 2012) dua fungsi pasar modal yaitu: 1. Fungsi Ekonomi. Pasar
modal
menyediakan
dikatakan fasilitas
memiliki atau
fungsi
wahana
yang
ekonomi
karena
mempertemukan
pasar dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer 27
(dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
2. Fungsi Keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.6.3
Go Public Perusahaan selalu membutuhkan modal dalam menjalankan usahanya,
pada saat perusahaan ingin melakukan ekspansi untuk memperluas kegiatan perusahaan modal yang dibutuhkan sangat besar, oleh karena itu salah satu cara yang dapat dilakukan melalui keputusan go public. Menurut Fahmi (2013) definisi go public yaitu: “Go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka.”
Adapun menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012) definisi dari go public sebagai berikut: “Go public merupakan sarana pendanaan usaha melalui pasar modal, yaitu dapat berupa penawaran umum saham, maupun penawaran umum obligasi.”
Dari definisi menurut para ahli mengenai go public di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa go public adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan perusahaan guna mendapatkan sumber dana baru melalui pasar modal.
28
2.6.4
Instrumen Pasar Modal Pasar modal memiliki instrumen yang diperjualbelikan yang menjadi
alternatif pilihan pihak investor maupun perusahaan dengan tingkat resiko yang berbeda. Menurut Husnan (2007) definisi instrumen pasar modal adalah: “Instrumen pasar modal merupakan surat berharga yang diperjualbelikan baik berupa, saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, sertifikat right, dan waran.” 2.6.5
Saham
2.6.5.1 Pengertian Saham Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana menyebabkan kajian mengenai saham begitu berkembang baik secara fundamental dan teknikal. Berbagai literatur mencoba memberikan rekomendasi yang berbeda-beda namun tujuannya sama yaitu ingin memberikan profit yang tinggi bagi pemakainya, serta memiliki dampak keputusan yang bersifat berkelanjutan. Menurut Fahmi (2013:81) definisi saham yaitu: 1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal / dana pada suatu perusahaan. 2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. 3. Persediaaan yang siap untuk dijual.
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5) definisi saham adalah: “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut, Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.”
29
Dari definisi menurut para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa saham adalah sertifikat atau bukti kepemilikan atas perusahaan dimana dalam bukti atau sertifikat saham tersebut memiliki keterangan jumlah saham yang dimiliki dan nama pemilik dan menunjukkan pemilik mempunyai hak dan kewajiban dari bukti kepemilikan saham tersebut.
2.6.5.2 Harga Saham Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, karena harga saham terbentuk berdasarkan kinerja perusahaan itu sendiri, tetapi harga saham dapat berfluktuasi karena pengaruh dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Rusdin (2008:66) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar, makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham akan cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang menjual saham, maka harga saham tersebut akan bergerak turun.” Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan nilai dari suatu perusahaan dan nilai dari saham itu sendiri ditentukan oleh pasar dimana bergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran.
2.6.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai suatu saham perusahaan di pasar tidak mudah untuk diprediksi oleh karena itu nilai dari saham dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan itu sendiri. Menurut Fahmi (2013:87) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: a. Kondisi mikro dan makro ekonomi; b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi, seperti membuka kantor cabang, baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri; c. Pergantian direksi secara tiba-tiba; d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk pengadilan; 30
e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya; f. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat; g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham;
2.6.5.4 Penilaian Harga Saham Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga saham, menurut Sunariyah (2011:166) pendekatan penilaian harga saham sebagai berikut. 1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis, yaitu: a. Analisis Teknikal. Analisis
teknikal
merupakan
suatu
teknik
analisis
yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau analisis internal (internal analysis). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah:
Terdapat ketergantungan sistematik di dalam return yang dapat dieksploitasi ke return abnormal.
Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return sekuritas.
Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran.
31
b. Analisis Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis. Nilai intrinsik merupakan
suatu
fungsi
dari
variabel
perusahaan
yang
dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada harga saham tersebut. Hasil harga pasar yang sekarang. Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.
2. Pendekatan Portofolio Modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.
2.7
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Variabel
Penelitian
Penelitian
Hasil
Bayu
Pengaruh
Variabel
Pemilihan
sampel
Prasetio
Mekanisme
Independen:
menggunakan metode purposive sampling.
Mukti
Corporate
Mekanisme
Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi
(2010)
Governance,
Corporate
linier berganda, di mana mekanisme GCG
Kinerja
Governance,
diproksikan dengan transparansi, kewajaran,
Lingkungan
Kinerja
akuntabilitas,
dan
Lingkungan dan lingkungan dan pengungkapan lingkungan
Pengungkapa
Pengungkapan
dan
dilakukan
dengan
responsibilitas.Kinerja
perusahaan melalui PROPER dan ISRA.
n Lingkungan Lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan mekanisme
perusahaan
GCG memiliki pengaruh yang signifikan
Perusahaan
Terhadap Reaksi Pasar
terhadap harga saham, PROPER dan ISRA Variabel
tidak memilki pengaruh yang signifikan
32
Dependen:
terhadap harga saham.
Reaksi Pasar Rob
The Impact of Variabel
Permasalahan yang dibahas adalah pengaruh
Bauer,
Coporate
Independen:
GCG terhadap harga saham. Pengujian ini
Bart
Governance
Corporate
menggunakan uji regresi. Hasil penelitian
Frijns,
on Corporate Governance
Roger
performance:
Otten,
Evidence
Variabel
Alireza
from Japan
Dependen:
Tourani
Corporate
(2007)
Performance
Variabel
Permasalahan
Cheng, Lui Corporate
Independen:
bagaimana pengaruh GCG terhadap harga
Gladie dan Governance,
Corporate
saham. Periode penelitian mulai dari 1
Governance,dan
September 2008 – 31 Agustus 2009.
Suwina
Impact
GCG tidak signifikan terhadap harga saham.
Shun
Ownership
Conni
for
(2013)
Price During
Stock Ownership
yang
dibahas
adalah
Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling
dan
pengujian
Financial
Variabel
menggunakan
Crisis
Dependen:
penelitian menunjukkan GCG memiliki
Stock Price
pengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan
analisis
hipotesis
regresi.
ownership
tidak
Hasil
memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Herry
Analisis
Variabel
Permasalahan
Mardiyant
Pengaruh
Independen:
bagaimana
o (2013)
Nilai Tambah Nilai Ekonomis dan Tambah
Pasar.
pengaruh
dibahas EVA
adalah
dan
MVA
Tambah terhadap harga saham. Pemilihan sampel
Ekonomis
Nilai Nilai
yang
dan menggunakan
purposive
sampling
dan
Tambah pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
33
Pasar
menunjukkan EVA dan MVA berpengaruh
Terhadap
Variabel
signifikan terhadap harga saham secara
Harga Saham Dependen:
simultan, sedangkan secara parsial EVA
pada
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
Harga Saham
Perusahaan Sektor
pasar.
Ritel
yang Listing di BEI Noer
Pengaruh
Sasongko
EVA
dan
Variabel dan Independen:
Nita Rasio-rasio
Permasalahan
yang
dibahas
adalah
bagaimana pengaruh EVA dan Profitabilitas
EVA dan Rasio pada Harga Saham. Sampel penelitian ini
Wulandari
Profitabilitas
Profitabilitas
berjumlah 45 perusahaan yang listing di
(2007)
Terhadap
BEI. Pengujian hipotesis menggunakan
Harga Saham Variabel
Ketepatan Perkiraan (Goodness of Fill Test)
Dependen:
dan Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Harga Saham
yang digunakan untuk menguji pengaruh EVA, ROE, ROA, EPS, dan BEP terhadap harga saham. Hasil peneilitian EVA, ROE, ROA, dan BEP tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ritesh
The Impact of Variabel
Permasalahan
Patel
Economic
bagaimana pengaruh EVA terhadap harga
(2012)
Value Added Economic Value saham. Pengujian hipotesis menggunakan on
Independen:
Share Added
Price
yang
dibahas
adalah
ANOVA, hasil penelitian menunjukkan EVA berpengaruh signifikan terhadap harga
Variabel
saham.
Dependen: Share Price
34
2.8
Kerangka Pemikiran Perusahaan yang melakukan Go Public memiliki tujuan salah satunya
untuk melakukan fungsi ekonomi yaitu memindahkan dana dari investor kepada perusahaan dalam bentuk modal untuk perusahaan, yang nantinya memiliki timbal balik untuk investor tersebut berupa deviden maupun capital gain. Pasar modal di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya dimana perusahaan yang Go Public sampai 3 Januari 2015 mencapai 507 emiten (www.sahmok.com). Pada perusahaan go public dibutuhkan kinerja perusahaan yang baik yang akan menjamin keberlanjutan bisnisnya dengan kinerja perusahaan yang baik investor akan percaya pada perusahaan dan membuat keputusan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menilai kinerja perusahaan investor dapat melihat laporan keuangan perusahaan, dengan laporan keuangan investor dapat menilai apakah kinerja perusahaan baik atau buruk dan menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan investasi investor. Dari laporan keuangan investor dapat melakukan penilaian kinerja perusahaan melalui Good Corporate Governance (GCG) dan Economic Value Added(EVA), GCG dan EVA adalah kinerja perusahaan yang menjadi pertimbangan investor dalam keputusan investasi pada perusahaan yang menerapkannya. Menurut OECD (Sutojo dan Aldridge, 2008) GCG adalah: “Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan stakeholders lainnya.” Sedangkan EVA menurut Tunggal (2008) : “Suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.” Dari penerapan GCG dan EVA tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat dilihat dari kinerja pasar, kinerja pasar dapat diukur oleh harga saham perusahaan. Harga saham mencerminkan indikator keberhasilan dalam mengelola perusahaan, karena pergerakan harga saham berbanding lurus 35
dengan kondisi perusahaan saat ini dan kinerja yang mereka harapkan di masa yang akan datang. Menurut Rusdin (2008) saham adalah: “Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Melalui penerapan GCG diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor, kepercayaan tersebut dibayar investor dengan membeli saham perusahaan, dimana pembelian saham oleh para investor akan berdampak langsung terhadap harga saham, karena harga saham diprediksi akan naik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bayu Prasetio Muki (2010) dan Suwina Cheng, Lui Gladie dan Shun Conni (2013) yang menunjukan bahwa good corporate governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, tetapi berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rob Bauer, Bart Frijns, Roger Otten, Alireza Tourani (2007) menunjukan bahwa good corporate governance tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Dalam menghitung EVA diharapkan perusahaan memiliki nilai tambah ekonomis dari kegiatas bisnisnya, jika nilai EVA lebih besar dari nol maka telah terjadi pertambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia mampu memenuhi harapan-harapan penyedia dana, sehingga nilai perusahaan akan naik dan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan, dengan potensi pembelian saham tersebut diharapkan harga saham akan naik. Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Ritesh Patel (2012) bahwa EVA memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herry Mardiyanto (2013) dan Noer Sasongko dan Nita Wulandari (2006) bahwa EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
36
Dari uraian diatas dapat disederhanakan melalui bagan kerangka pemikiran berikut ini: Gambar 2.1 Perusahaan Perbankan Go Public
Laporan Keuangan
Kinerja perusahaan
Mekanisme Good Corporate Governance
Economic Value added
Market Value Added
Rasio Keuangan
\ Harga Saham Keterangan: = Diteliti = Tidak diteliti Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho : Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Economic Value Added Tidak Berpengaruh Terhadap Harga Saham Ha : Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Economic Value Added Berpengaruh Terhadap Harga Saham secara Simultan dan Parsial.
37