BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Ventilasi Ventilasi sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan. Ventilasi merupakan salah satu elemen penting dalam suatu bangunan yang berguna untuk menggantikan udara kotor, yang berupa hasil metabolisme pengguna, seperti keringat dan panas, dan panas yang dihasilkan oleh alat-alat elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Ventilasi hanya merupakan salah satu elemen yang digunakan untuk mengontrol sirkulasi udara di dalam ruangan, ventilasi bukanlah elemen terpenting dalam hal tersebut. Masuknya udara kotor ke dalam ruangan dapat merusak sistem ventilasi udara di dalam ruangan tersebut. Desain ventilasi yang baik yang memfokuskan ke masuk keluarnya udara secara bebas diperlukan untuk sistem ventilasi yang hemat energy. Meminimalisir energi yang dipakai diperlukan untuk membuat strategi sistem ventilasi yang optimal.
2.1.1. Definisi-Definisi Ventilasi Definisi ventilasi dan aliran udara ke dalam dan keluar suatu ruangan adalah: •
Purpose provided (intentional) ventilation: ventilasi adalah proses dimana air ‘bersih’ masuk (biasanya udara dari luar) dimasukkan secara sengaja ke dalam suatu ruangan dan menggantikan udara kotor. Ventilasi dapat dibagi menjadi ventilasi alami dan ventilasi buatan. 8 Universitas Sumatera Utara
•
Air infiltration and exfiltration: masuknya udara di suatu ruangan, tidak hanya melalui ventilasi yang disediakan bangunan. Udara bebas dari luar juga dapat masuk melalui celah-celah udara ataupun retakan-retakan pada dinding. Sebagai balasan, udara di dalam ruangan juga pasti akan keluar setelah digantikan udara yang masuk dari luar. Rata-rata, masuknya udara dari luar itu bergantung kepada bentuk bangunan dan kekuatan angin dan temperatur yang disediakan oleh alam. Ventilasi dan bukaan lainnya pada sebuah bangunan yang menjadi salah satu desain utama dapat juga menjadi rute dari udara yang mengalir ketika tekanan udara yang melalui bukaan didominasi oleh kondisi cuaca, kemudian disusul oleh pengaruh secara mekanis melalui alat-alat elektronik. Penyusupan udara ke dalam ruangan tidak hanya menambaj kuantitas udara yang masuk ke dalam bangunan tapi juga menggerakkan udara dalam ruangan sehingga sirkulasi udara di dalam urangan hidup secara nyaman dan berkualitas. Faktor-faktor seperti kelembaban udara dan suhu udara, biasanya dilupakan dan tidak dianalisis oleh arsitek, padahal hal tersebut merupakan salah satu hal penting dalam mendesain sistem ventilasi dalam suatu bangunan. Sebagai konsekuensinya, sistem ventilasi fungsinya sangat tidak maksimal, dapat dikatakan rendah, termasuk boros pemakaian energi, kurangnya sirkulasi udara dalam ruangan sehingga ruangan sangat panas/dingin dan secara drastis mendukung panas yang dihasilkan oleh alat-alat elektronik.
•
Udara udara yang hilang lainnya, seperti pipa yang bocor: bocoran udara dari pipa-pipa udara ataupun sambungan ventilasi, dari
9 Universitas Sumatera Utara
penkondisian udara dingin maupun panas, dapat menjadi salah satu faktor yang signifikan. Ketika, umumnya, udara di dalam pipa melewati ruang-ruang yang udaranya tidak dikondisikan, hilangnya energi dalam jumlah banyak tidak dapat dihindari. Menurut Modera (1993), sebagai contoh, memperkirankan hampir 20% dari panas di perumahan Amerika utara, pipa-pipa pemanas ruangannya dapat bocor, sehingga udara panas yang dihasilkan oleh pemanas ruangan yang hendak dialirkan ke dalam ruangan berkurang secara signifikan. Udara-udara kotor dari luar juga dapat masuk melalui bocoran ini jika pemanas ruangannya tidak hidup. •
Resirkulasi Udara: resirkulasi udara sering dipakai di bangunanbangunan komersil untuk menyediakan hawa panas dalam udara. Resirkulasi udara biasanya disaring dengan penyaring debu, tapi oksigen tidak disirkulasi dan pertukaran udara kotor dan udara bersih tidak seimbang, sehingga resirkulasi udara bukanlah merupakan salah satu pilihan ventilasi yang baik.
2.1.2. Fungsi Ventilasi Ventilasi diperlukan untuk menyediakan oksigen ke dalam ruang, untuk pertukaran udara di dalam ruang dan untuk menukar udara kotor (udara polusi) yang termasuk di dalamnya karbon dioksida dan bau ruangan. Ventilasi juga berfungsi untuk mempertahankan kualitas udara yang baik dan sejuk di dalam ruangan dengan mengeluarkan udara-udara kotor yang kemudian digantikan dengan udara bersih yang masuk dari luar ruangan. Sebagai fungsi tambahan, ventilasi digunakan untuk
10 Universitas Sumatera Utara
pendingin udara alami dan (biasanya di rumah-rumah) menyediakan oksigen yang cukup. Sistem ventilasi yang baik berperan penting dalam kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan. Tujuan ventilasi dapat disimpulkan sebagai berikut. •
Menghilangkan emisi gas-gas polusi yang dihasilkan oleh pengguna ataupun alat-alat pada ruangan, yaitu gas-gas berupa bau yang dihasilkan oleh keringat pengguna, kentut (Amonia), pernafasan (CO2), bau-bau taksedap lainnya.
•
Menghilangkan uap air yang dapat meningkatkan kelembaban ruangan dan membuat tidak nyaman bagi pengguna, seperti uap masakan, uap pernafasan, uap air sewaktu mandi, dan uap air dari penampungan seperti bak mandi, ember, dan sebagainya.
•
Menghilangkan kalor yang berlebihan di ruangan yang membuat ruangan panas dan tidak nyaman.
•
Secara alami meningkatkan kenyamanan termal pada ruangan.
2.1.3. Hubungan Sistem Ventilasi dan Bau dalam Ruangan Bau dalam ruangan merupakan salah satu udara “polusi” atau sebagai indikasi ruangan tersebut ter-“polusi”. Bau di dalam ruangan ini secara tidak langsung dapat membuat kesehatan pengguna ruangan menurun, meskipun ini tidak terlalu berbahaya seperti udara beracun, contohnya radon, karbon monoksida yang tidak kasat mata. Secara umum, bau di dalam ruangan menyebabkan ketidaknyamanan, terutama pada kantor-kantor atau rumah tinggal. Tingkat kesulitan dalam menghadapi masalah bau ini tinggi, dimana suatu ruangan dikatakan bau 11 Universitas Sumatera Utara
tidak dapat diukur dengan menggunakan alat. Studi mengenai bau dan cara mengontrolnya ditulis oleh Fanger (1988) yang mengatakan bahwa satuan dari analisa bau itu adalah ‘Olf’. Olf adalah satuan bau yang dikeluarkan secara rata-rata oleh manusia pada umumnya.
2.1.4. Hubungan Sistem Ventilasi dan Kesehatan Sistem ventilasi yang buruk menandakan bahwa bangunan tersebut tidak sehat. Miller (1992) menekankan pada peningkatan konsentrasi udara yang mengandung bakteri jahat pada suatu ruangan berhubungan dengan bukaan ventilasi yang menurun, dan Billington (1982) telah menunjukkan hasil studi yang berupa peran ventilasi dalam suatu ruangan, yang berhubungan langsung dengan kesehatan pengguna dan mengurangi sebaran penyakit. Laporan studi Sundell (1994) dan lainnya menunjukkan bahwa gejala-gejala suatu bangunan dikatakan “sakit” berhubungan langsung dengan sistem ventilasinya.
2.2.
Ventilasi Ruangan Secara garis besarnya, ventilasi pada bangunan secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Ventilasi alami Ventilasi alami adalah ventilasi yang berupa bukaan-bukaan permanen, jendela, pintu, void, dan semua bukaan yang menghubungkan ruangan pada ruangan lain ataupun langsung ke area luar. Berdasarkan ASHRAE (1997), ventilasi alami ruangan diperlukan minimal 5% dari luasan ruangan yang membutuhkan ventilasi. Pada
12 Universitas Sumatera Utara
bangunan rumah-toko (ruko) yang diklasifikasikan ke dalam kelas klasifikasi jamak, dikarenakan luas bangunan lantai pertama telah melebihi 10% dari fungsi bangunan kelas 1a sebagai rumah tinggal, maka ruko diklasifikasikan dalam kelas 1a dan kelas 6. Karena itu, untuk lantai pertama yang difungsikan sebagai komersil, ventilasi pada lantai satu tidak kurang dari 10% terhadap ruangan ini, dan diukur tidak lebih tinggi dari 3.6 meter di atas lantai. Untuk lantai berikutnya yang berfungsi sebagai rumah tinggal, standar sistem ventilasi tetap merujuk tidak kurang dari 5% dari luasan lantai. Ruangan-ruangan pada bangunan ruko yang mempunyai toilet/wc, tidak boleh terbuka langsung menghadap: •
Dapur atau pantry,
•
Ruang makan,
•
Ruang kerja lebih dari satu orang.
Merancang sistem ventilasi alami harus diawali dengan menentukan kebutuhan ventilasi udara yang sesuai dengan kebutuhan ruangan, dan menentukan ventilasi gaya angin serta gaya termal yang akan diterapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya angin secara umum adalah sebagai berikut: •
Kekuatan angin rata-rata yang berasal dari luar bangunan,
•
Arah angin,
•
Waktu harian, yang menyebabkan kekuatan angin dan arah angin yang bervariasi,
•
Waktu musim, yaitu musim panas dan musim dingin yang mempengaruhi arah angin dari Barat atau Timur, 13 Universitas Sumatera Utara
•
Hal-hal yang dapat menghambat laju angin seperti: pohon, bangunan lainnya, dan lain-lain.
b. Ventilasi buatan Ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan alat-alat elektronik, seperti AC (Air Conditioner), cooling fan, dan sebagainya. Ventilasi alami digunakan apabila sistem ventilasi alami tidak mencapai kenyamanan suatu ruangan.
2. 3.
Kenyamanan dan Kualitas Udara Ruangan Ventilasi berperan penting dalam menjaga kualitas udara di dalam ruangan dan suhu di dalam ruangan tersebut. Sayangnya, untuk mencapai penggunaan energi yang optimal dan mengurangi polusi yang tidak diharapkan di zona-zona area pemakaian ruangan, ventilasi harus dipertimbangkan sebagai salah satu aspek yang penting dalam proses desain. Kualitas udara yang baik merupakan kondisi udara di dalam ruangan dimana udara dalam ruangan bebas polusi, termasuk polusi yang dapat menyebabkan iritasi, ketidaknyamanan atau dapat membuat pengguna merasa tidak sehat. Banyak jenis polusi-polusi yang ada di dalam ruangan yang kebanyakan tidak dapat diukur karena rendahnya intensitas dan konsentrasi polusi tersebut, dan tingkat polusi tersebut dapat dinyatakan tidak berbahaya. Beberapa polusi udara yang rendah dapat ditolerir, karena tidak membuat pengguna merasa tidak nyaman dan baunya tidak begitu tercium. Konsentrasi polusi yang tingginya, normalnya lebih diterima di ruangan untuk jangka pendek daripada konsentrasi polusi yang tinggi.
14 Universitas Sumatera Utara
Kualitas udara yang baik dalam hal polusi sangatlah subjektif dan bergantung kepada situasi di mana ruangan tersebut berada. Contohnya, di daerah industry, tingginya polusi berupa panas dan udara lebih dapat ditolerir daripada jika polusi tersebut berada di dalam area kantor atau rumah. Revisi ASHRAE Standard nomor 62 (1989) merekomendasikan konsentrasi macammacam jenis polusi dalam ruangan dapat disimpulkan dalam tabel berikut. Jenis-jenis kontaminasi
Sumber polusi
Tingkat polusi
Karbon Monoksida (CO) Garasi parkir
Pembakaran pada mesinmesin diesel 9 ppm
3 ppm di atas tingkat polusi outdoor
Formaldehyde (HCHO)
Kayu perabot
120 mg/m3 (0,1 ppm)
Timbal (Pb)
Debu cat
1,5 mg/m3
Nitrogen Dioksida (NO2)
Pembakaran pada mesinmesin
80% atau lebih
Bau ruangan
Pengguna ruangan
100mg/m3
Sebagai bahan tambahan bahan bakar minyak
Jamur 100 mg/m3
Ozon Klorofluorokarbon (CFC)
Alat-alat elektronik
Alat-alat kantor Debu
50 mg/m3
Radon (Rn)
Gas
4 pCi/liter
Sulfur Dioksida (SO2)
Penghangat ruangan
80 mg/m3
Rokok Serpihan-serpihan debu
Tabel 2.1. Konsentrasi maksimal yang dapat ditolerir untuk beberapa polusi udara dalam ruangan. * informasi
berdasarkan
proposal
ASHRAE
Standard
nomor
62
(1996/1997) yang direvisi. (Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung)
15 Universitas Sumatera Utara
Pada kenyataannya, lingkungan bebas polusi tak mungkin bisa dicapai. Sebagai gantinya, pencapaian kualitas udara yang baik bergantung pada pengendalian polusi tersebut yang berdasar pada pengendalian sumber polusi, filtrasi, penutupan sumber polusi, dan ventilasi. Sangat berguna jika kita dapat membedakan antara polusi-polusi yang tidak dapat dikendalikan dan polusi yang dapat dikendalikan.
16 Universitas Sumatera Utara
SUMBER POLUSI OUTDOOR
SUMBER POLUSI INDOOR
SUMBER POLUSI OUTDOOR
Pengendalian Sumber Polusi
Penutupan Sumber Polusi
PENGHILANG POLUSI Sistem Ventilasi
Filtrasi
KUALITAS UDARA YANG BAIK DAN NYAMAN
Gambar 2.1. Pencapaian kualitas udara yang baik dan nyaman. (Sumber: Guide to Energy Efficient Ventilation, 1996)
17 Universitas Sumatera Utara
2.4.
Standar Kenyamanan Ruangan 2.4.1. Suhu Ruangan Suhu ruangan sesuai dengan daerah tropis di Indonesia dapat dibagi ke dalam 3 bagian: •
Sejuk nyaman, 20,5ºC sampai 22,8 ºC
•
Nyaman optimal, 22,8 ºC sampai 25,8 ºC
•
Hangat nyaman, 25,8 ºC sampai 27,1 ºC Berdasarkan standar di atas, suhu suatu ruangan dikatakan
nyaman adalah berkisar di antara 20,5 ºC sampai dengan 27,1 ºC.
2.4.2. Kelembaban Udara Kelembaban udara di daerah tropis untuk suatu ruangan dikatakan nyaman adalah berada di antara 50% sampai 60% terhadap kelembaban udara jenuh di ruangan tersebut.
2.4.3. Angin Kenyamanan suatu ruangan yang mempunyai ventilasi alami harus memperhatikan kondisi gerak angin yang tidak lebih besar dari 0.25 m/detik dan tidak lebih kecil dari 0.15 m/detik kea rah kepala pengguna ruangan.
2.4.4. Radiasi/Konduksi Panas Radiasi panas adalah termasuk radiasi panas matahari dari kaca jendela, bukaan permanen pada ruangan, termasuk juga alat-alat yang menimbulkan panas seperti komputer, lemari pendingin, dispenser,
18 Universitas Sumatera Utara
televisi, api kompor, dan sebagainya. Konduksi panas adalah termasuk benda-benda yang dapat mengalirkan panas dari luar maupun dari dalam ruangan, seperti dinding, atap, asbes, gypsum, dan sebagainya. Suhu dalam ruangan harus tetap dikisarkan di antara 20.5 ºC sampai dengan 27,1 ºC dengan memperhitungkan fungsi dari ventilasi alami pada ruangan tersebut sehingga ruangan tetap mempertahankan kenyamanannya.
2.4.5. Kegiatan dalam Ruangan Kegiatan dalam ruangan menghasilkan emisi panas, dengan: a. Sistem pengkondisian udara dihitung dari jumlah emisi kalor yang dihasilkan oleh pengguna ruangan. a. Tabel 2.3. menunjukkan emisi kalor yang dikeluarkan oleh wanita dewasa dan pria dewasa rata-rata. Emisi kalor yang dikeluarkan wanita dewasa adalah 80% dari pria dewasa dan anak-anak adalah 75% dari pria dewasa.
19 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Laju emisi kalor yang dihasilkan pria dan wanita dewasa. (Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung)
Catatan : a. Pada tabel di atas berdasarkan suhu udara kering 750ºF. Pada suhu 800ºF, total panas sama, dimana nilai kalor harus mendekati 20%. Nilai kalor laten pada tabel di atas tetap ekivalen naik. b. Tambahan kalor di atas, tetap didasarkan pada emisi kalor pria pada umumnya, wanita dan anak-anak juga didasarkan pada tabel, dengan rumus bahwa untuk wanita dewasa ditambah 85% dari pria, dan anak-anak lebih tinggi 75% dari pria dewasa. c. Tambahan kalor untuk tempat kerja seperti café adalah 60 Btu/jam makanan per orang.
20 Universitas Sumatera Utara
Dimana 30 Btu/jam adalah kalor sensibel dan 30 Btu/jam adalah kalor laten. d. Untuk olahraga dalam ruangan, seperti bowling, orang yang sedang bermain dan yg lainnya duduk emisi kalornya 400 Btu/jam dan orang berjalan adlaah 550 Btu/jam.
2.4.6. Pakaian pengguna a. Pengaruh kalor yang keluar dari tubuh pengguna juga dipengaruhi oleh pakaian yang dipakai, mengenai bagian yang tubuh yang tertutup, yang logikanya jika semakin tebal maka panas yang dikeluarkan semakin tinggi. b. Isolasi panas dari pakaian satuannya adalah clo, yaitu: 1 clo = 0,155 m2.K / Watt. c. Besar dari isolasi termal dari pakaian dapat kita lihat pada tabel berikut.
21 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Macam-macam baju dan isolasi termal baju tersebut. (Sumber: SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung)
Catatan : (a). Pada pakaian tak berlengan atau lengan pendek, isolasi termal dikurangi 10%. (b). Untuk celana atau rok, ditambah 5% jika panjangnya di bawah dengkul dan ditambah 5% jika lebih pendek dari dengkul. d. Perhitungan clo pakaian menggunakan rumus: Untuk pria : Nilai clo = 0,727. (masing-masing clo) + 0,113. Untuk wanita : Nilai clo = 0,770. (masing-masing clo) + 0,050 22 Universitas Sumatera Utara
Penjelasan : Pada pakaian yang dipakai pada orang dewasa perkantoran, seperti celana panjang, sepatu kulit, kemeja lengan panjang, dasi, dan jas, nilai clonya adalah 0,5 – 0.65 hingga 1.
2.5.
Kenyamanan Ruangan Efektif Kenyamanan ruangan efektif bertitikberat pada temperatur dan kelembaban ruangan. Temperatur ruangan yang dimaksud harus sejalan dengan kelembaban ruangan. Gabungan temperatur ruangan dan kelembaban ruangan akan membentuk satu indeks yang berarti pada temperatur tersebut, respon termal dari orang dan kondisi keduanya adalah sama, meskipun temperatur dan kelembaban ruangan berbeda, tetap harus mempertahankan kecepatan angin yang sama guna mencapai titik dimana ruangan dikatakan nyaman. Menurut standar ASHRAE, temperature efektif yang dimaksud adalah dimana ruangan tersebut dipakai oleh pengguna dengan pakaian standar, kegiatan pengguna yang sama, dan emisi seperti uap keringat dan uap pernafasan yang sama. Temperatur ruangan nyaman seperti yang dijelaskan pada subbab sebelumnya pada daerah tropis di Indonesia adalah berkisar di antara 20.5ºC sampai dengan 27.1ºC, dengan kelembaban ruangan berkisar antara 50% dari kelembaban udara jenuh ruangan tersebut.
2.6.
Pergerakan Udara Udara yang bergerak, yaitu angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara. Udara selalu berpindah dari yang bertekanan tinggi ke tekanan
23 Universitas Sumatera Utara
rendah. Selain tekanan udara, suhu udara juga mempengaruhi akan pergerakan udara. Udara panas selalu berpindah ke tempat yang lebih tinggi, sedangkan udara yang dingin selalu berpindah dan menggantikan tempat yang ditinggalkan udara panas tadi. Cara-cara udara bergerak berdasarkan prinsip-prinsip fisika udara akan dijelaskan dalam subbab berikut.
2.6.1. Pembelokan Udara Udara seperti cahaya, jika dibelokkan apabila terkena suatu massa, akan kembali lagi ke arah pergerakan awal. Pada bukaan yang bersifat siku, udara tidak melalui jalur terpendek, tetapi pergerakan udara melengkung sehingga area yang dilalui udara lebih panjang.
Gambar 2.2. Pembelokan Udara (Sumber: F. Moore, 1993)
24 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Aliran Udara Mengambil Jalur Terpanjang (Sumber:G. Lippsmeier, 1994)
2.6.2. Efek Bernouli dan Tabung Venturi. Efek Bernouli adalah penurunan tekanan udara saat udara dipindahkan secara menurun dalam jarak yang lebih panjang dari sisi yg ditempuh pada awalnya.
Gambar 2.4. Efek Bernoulli (Sumber: N. Lechner, 2001)
Seperti yang dijelaskan pada 2.6.1., pergerakan udara yang melewati bukaan yang kecil, akan dipercepat dan kembali ke arah pergerakan awal. Inilah yang disebut Tabung Venturi.
25 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Tabung Venturi (Sumber: N. Lechner, 2001)
2.6.3. Ruangan Pengap Ruangan pengab adalah ruangan yg tidak memiliki sirkulasi udara sama sekali. Hal ini mengakibatkan suhu dalam ruangan tidak dapat disirkulasikan. Oleh pengguna ruangan dan alat elektronik yang terus-menerus menghasilkan kalor, kalor tidak dapat tergantikan, melainkan semakin tertumpuk. Hal ini mengakibatkan ruangan ini sangat tidak nyaman dan tidak sehat. Ruangan pengap disebabkan karena hanya ada satu bukaan pada ruangan, seperti analogi botol yang sudah penuh, tidak dapat diisi air lagi sehingga pertukaran air di dalam botol tersebut tidak akan ada.
26 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Analogi Botol pada Aliran Udara (Sumber: F. Moore, 1993)
2.6.4. Perbedaan Besar Bukaan Ruangan Ukuran bukaan dimana angin masuk dan bukaan dimana angin keluar juga mempengaruhi kecepatan sirkulasi udara di dalam ruangan. Jika kedua bukaan tersebut sama, maka pergerakan angin di dalam ruangan dapat dicapai secara optimal, karena volume udara yang masuk akan berbanding lurus dengan volume udara yang keluar.
Gambar 2.7. Aliran udara pada bukaan yang sama besar pada ruangan (Sumber: F. Moore, 1993)
27 Universitas Sumatera Utara
Bukaan dimana udara masuk yang lebih kecil, menyebabkan kecepatan angin di dalam ruangan tersebut besar, tetapi angin langsung menuju ke bukaan dimana angin keluar. Hal ini mengakibatkan sirkulasi udara ruangan tidak optimal.
Gambar 2.8. Bukaan udara masuk yang lebih kecil (Sumber: F. Moore, 1993)
Jika bukaan dimana angin masuk lebih besar daripada bukaan dimana udara keluar, hal ini mengakibatkan kecepatan angin yang keluar melalui bangunan akan besar, tetapi kecepatan udara di ruangan akan menurun. Hal ini sangat cocok untuk membuat bagian luar ruangan sejuk, seperti balkon.
Gambar 2.9. Bukaan udara masuk yang lebih besar (Sumber: F. Moore, 1993)
28 Universitas Sumatera Utara
2.6.5. Single Sided-Ventilation dan Cross-Ventilation 2.6.5.1. Single Sided-Ventilation Single sided-ventilation adalah ruangan yang bukaannya hanya ada pada satu sisi ruangan. Single Sided-Ventilation hanya cocok digunakan pada ruangan yang kecil, dimana arah angin dari luar ruangan cenderung searah, sehingga pada ruangan yang besar, Single Sided-Ventilation juga menimbukan analogi botol. 2.6.5.1. Cross-Ventilation Cross-Ventilation adalah sistem ventilasi udara yang paling baik, dimana letak bukaannya ada di dua sisi ruangan, sedhingga angin dapat bergerak lurus setelah mengjangkau seluruh ruangan.
Gambar 2.10. Cross-Ventilation dan Single Sided-Ventilation (Sumber: S. Roaf, 2003)
29 Universitas Sumatera Utara
2.6.6. Penggambaran Aliran Udara. Penggambaran aliran udara harus menggunakan bantuan air-flow diagrams, diagram ini akan digambar berdasarkan prinsip-prinsip udara yang
dijelaskan
pada
subbab
sebelumnya,
tidak
menggunakan
perhitungan yang pasti. Pertama,
kita
harus
membuat
arah
aliran
udara
dan
menggambarnya berupa garis-garis lurus. Kemudian, garis-garis tersebut dicocokkan pada denah yang akan kita gambar aliran udaranya. Garisgaris lurus tersebut harus digambarkan berbentuk lengkungan mulus melalui ruangan-ruangan pada denah dan tidak boleh saling bertabrakan.
30 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11. Langkah-langkah penggambaran aliran udara pada ruangan (Sumber: N. Lechner, 2000. Menurut Murray Miler, Prof., UCLA)
31 Universitas Sumatera Utara