BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Begitu pentingnya komunikasi itu sehingga ada yang menyatakan tanpa komunikasi kehidupan tidak akan punya arti atau bahkan manusia tidak akan bertahan hidup.3 Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.4 Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang – lambang, tanda – tanda, atau tingkah laku.5 Definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers menyatakan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 6 Gerald R Miller juga berpendapat komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima 7
3
Umran Nimran,Perilaku Organisasi , Surabaya:CV.Citra Media, 2004 hal 33 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Bandung:PT.Remaja RosdaKarya,2005 hal 9 5 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005 hal 41 6 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif Ragam dan Aplikasi, Jakarta:PT.Rineka Cipta,2009 hal 9 7 ibid hal 9 4
12
13
Dalam istilah yang sederhana komunikasi adalah proses penyampaian pengertian antar individu. Semua masyarakat manusia dilandasi kapasitas manusia untuk menyampaikan hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang lainnya. Pada pokoknya, komunikasi adalah pusat minat dari situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan tujuan mempengaruhi perilaku si penerima. 8 Berdasarkan pengertian diatas tentang komunikasi, maka dapat disimpulkan jika komunikasi merupakan suatu kegiatan pertukaran informasi baik berupa ide maupun gagasan yang dilakukan oleh komunikator (pengirim) pesan kepada penerima pesan (komunikan), yang bertujuan untuk mendapatkan feedback berupa kesamaan makna dalam memahami pesan yang disampaikan. Dengan adanya kesamaan makna, maka akan lebih mudah untuk mengetahui tujuan dalam melakukan kegiatan komunikasi. Hubungan antara komunikasi dengan penelitian ini adalah, adanya penggunaaan komunikasi dalam proses belajar humanis. Komunikasi tentu sangat penting untuk bisa mentranmisikan ilmu pengetahuan dari komunikator kepada komunikan.
8
Frazier Moore,Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya ,2005 hal 86
14
2.1.2 Fungsi Komunikasi Setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan komunikasi, untuk menyampaikan pesan dengan harapan pesan tersebut dapat saling dimengerti dan dipahami oleh para pelaku komunikasi. Komunikasi berperan dalam kehidupan setiap manusia dari berbagai lintas generasi dan juga profesi. Baik dibidang sosial, politik, budaya , ekonomi dan yang lainnya. Maka fungsi dari komunikasi itu sendiri dapat dijabarkan berikut: 1. Informasi yakni pengumpulan, penyimpangan, pemrosesan,penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi,
yakni
menyediakan
sumber
ilmu
pengetahuan
yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga sadar akan fungsi sosialnya untuk dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi, yakni menjelasakan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya serta mendorong kegiatan individu. 9
9
Ibid hal 120
15
2.1.3 Efek Komunikasi Komunikasi
adalah
interaksi
antarmanusia
yang
bertujuan
untuk
menumbuhkan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang efektif , yaitu bagaimana antara penyebar pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). Efek komunikasi itu adalah perubahan dalam opini, opini pribadi (Personal Opinion), opini publik (Public Opinion), opini mayoritas (Mayority Opinion), sikap dan tingkahlaku (Attitudes and Behaviour), pandangan persepsi dan ide (conception, perception, ide), kepercayaan dan citra (trust and image).10 2.1.4 Komunikasi Verbal dan Nonverbal 1. Komunikasi Verbal Menurut Stewart dan D’Angelo komunikasi verbal adalah komunikasi dengan cara menyampaikan pesan kata-kata atau pesan secara tertulis maupun lisan. 11 Komunikasi lisan ialah proses pengiriman pesan dengan bahasa lisan, sedangkan komunikasi tertulis ialah komunikasi dengan penyampaian pesan secara tertulis. Komunikasi lisan maupun tertulis sama-sama memiliki keuntungan. Komunikasi lisan mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya yaitu : 10
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations, Jakarta:Rajawali Pers , 2008 hal 125
11
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya,Yogyakarta:Graha Ilmu.2010 hal 145
16
a. Aspek Kecepatan, artinya ketika kita melakukan komunikasi dengan orang lain, pesan dapat disampaikan dengan segera. b. Munculnya umpan balik segera, artinya penerima pesan dapat segera memberikan tanggapan dari pesan yang diterima. c. Memberi kesempatan kepada pengirim pesan untuk mengendalikan situasi, artinya pengirim pesan dapat melihat keadaan penerima pesan pada saat komunikasi berlangsung. 2. Komunikasi Nonverbal Komunikasi
nonverbal
yaitu
pertukaran
komunikasi
dengan
tidak
menggunakan kata-kata, melainkan dengan simbol, bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata (menggerutu, menggertak, bersiul dan sebagainya), kontak mata, ekspressi wajah, kedekatan jarak, sentuhan, perasaan dan sebagainya. 12 Komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:13 a. Ekspresi wajah. Menurut Leathers wajah dapat mengkomunikasikan ekspressi senang atau tidak senang, berminat atau tidak berminat, ada tidaknya pengertian, intensitas keterlibatan dalam situasi komunikasi, dan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri.
12 13
Ibid hal 146 Ibid hal 154
17
b. Senyuman dapat bermakna keramahan, sapaan, simpati, mengejek, tidak mempercayai, dan lain-lain. c. Pandangan mata, untuk mengekspresikan ragu-ragu, cemas, takut, iri, cemburu, terharu, marah, bahagia, dan sebagainya. d. Gestural atau gerak sebagian anggota badan, misalnya memuji dengan mengacungkan ibu jari, meletakkan telunjuk dibibir memberi himbauan untuk diam, melambaikan tangan untuk memanggil teman, menanggukan kepala menandakan paham, menggaruk kepala ketika bingung, membelai kepala anak kecil pertanda kasih sayang, menggigit bibir ketika cemas, memukul tembok ketika marah dan sebagainya. e. Postural atau keseluruhan anggota badan, postur tubuh condong kearah yang diajak berbicara menunjukkan kesukaan atau penilaian positif, postur tubuh bergerak dinamis mengikuti irama pembicaraan menandakan adanya respon positif dan sebagainya. f. Haptika atau sentuhan, misalnya untuk menjaga hubungan baik dengan menepuk pundak atau mengelus rambut, untuk menjaga hubungan sosial dengan berjabat tangan dan menyentuh lengan atas. g. Artifaktual atau penampilan fisik, misalnya dengan berpakaian rapi, memakai assesoris, parfum, sepatu bersih, rambut rapi ketika akan bertamu. h. Spasial atau Jarak, menurut Hall jarak 45cm atau kurang menandakan hubungan intim, jarak 45-120cm menandakan hubungan pribadi, jarak 120-
18
360cm menandakan hubungan sosial, jarak lebih dari 360cm menandakan hubungan publik atau umum. i.
Diam, mengisyaratkan serius, marah, frustasi, tidak percaya dengan apa yang terjadi dan lain-lain.
2.2 Strategi Komunikasi 2.2.1 Pengertian Strategi Komunikasi Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. 14 Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif.
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 32
19
2.2.2 Tujuan Strategi Komunikasi Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut :15 1. To Secure Understanding, yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. 2. To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. 3. To Motivate Action, yaitu penggiatan untuk memotivasinya. 4. To Goals
Which Communicator Sought To Achieve, yaitu bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Strategi juga memiliki fungsi ganda sebagaimana dijelaskan oleh Effendy , yaitu:16 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
15 16
ibid Ibid 33
20
2. Menjembatani ”cultural gap”, yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang dibangun. 2.2.3 Tahapan Strategi Komunikasi Berikut merupakan tahapan dari strategi komunikasi diantaranya adalah : 1. Mengenali sasaran komunikasi Yaitu seorang Public Relations harus mempelajari siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi dan tujuan dari komunikasi yang dilakukan. Public Relations juga harus memperhatikan situasi dan kondisi si penerima pesan. 2. Pemilihan media komunikasi Untuk mencapai sasaran komunikasi seorang Public Relations, dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan tehnik yang akan digunakan. 3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan tehnik yang harus diambil, apakah teknik informasi, teknik persuasi atau teknik instruksi. 4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi Ada beberapa faktor penting pada diri komunikator ketika melancarkan komunikasi, diantaranya adalah :
21
a. Daya tarik sumber Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengolah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikatornya sehingga komunikan mengikuti apa yang diinginkan komunikator. b. Kredibilitas sumber Maksudnya adalah faktor kepercayaan komunikan pada komunikator. Biasanya bersangkutan dengan profesi atau keahlian. Misalnya seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika menerangkan soal kesehatan. c. Komunikator harus bersikap empatik Yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain contohnya ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sakit, marah, bingung, sedih dan sebagainya. 2.3 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) 2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahkluk sosial, adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain.
22
Salah satu komunikasi yang frekuensinya terjadi cukup tinggi adalah komunikasi antarpribadi. Tidak heran banyak orang beranggapan bahwa komunikasi antarpribadi mudah dilakukan. Tetapi apabila memori kita diputar kembali, seberapa banyak terjadi salah pengertian dalam berkomunikasi. Misalnya, ketika kita menyapa seorang teman, dan teman kita tidak menanggapinya. Artinya, komunikasi antarpribadi itu tidak selamanya mudah dilaksanakan. Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antardua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.17 Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana, bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.18 Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang 17 18
Agus harjana,Komunikasi intrapersonal dan interpersonal,Yogyakarta:Kanisius,2003 hal 85 Suranto AW. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011. Hal 3
23
ditunjukkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil. Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali di gunakan untuk menyampaikan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. 19 Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut lazimnya berlangung secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi interpersonal, ada beberapa bentuk pendekatan komunikasi interpersonal yang dapat dilakukan diantaranya adalah : a. Informatif Pendekatan informatif pada hakikatnya komunikator hanya menyampaikan informasi kepada komunikan. Target yang ingin dicapai sekurangnya adalah mengenai perubahan pengetahuan. Jadi, komunikan memperoleh pengetahuan baru setelah diterpa pesan komunikasi interpersonal.
19
Effendy, Onong Uchjana. Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2003 Hal 61
24
b. Dialogis Ciri komunikasi interpersonal dengan pendekatan dialogis adalah terjadinya percakapan atau dialog, menuju proses berbagai informasi. Jadi pada pendekatan ini kedua belah pihak berada pada posisi sejajar. Mereka tidak membujuk teman bicaranya agar mau menerima pendapat yang dimiliki. Bahkan kedua belah pihak bersedia mengubah pandangannya dan mendengarkan pandangan teman bicara. c. Persuasif Persuasi merupakan proses komunikasi yang kompleks dilakukan oleh individu dengan menggunakan pesan secara verbal maupun nonverbal yang dilakukan dengan cara membujuk atau memberikan dorongan yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku seseorang yang dilandasi kerelaan dan senang hati sesuai dengan pesan-pesan yang diterima.
Jadi pendekatan komunikasi
interpersonal secara persuasif yaitu proses dimana seorang komunikator menyampaikan rangsangan untuk mempengaruhi, mengubah pandangan, sikap dan perilaku orang lain atau kelompok orang komunikan dengan cara halus yaitu membujuk. d. Instruktif Pendekatan ini dinamakan juga koersif. Pendekatan ini menekankan pada memposisikan komunikator dalam posisi tawar yang tinggi, dimana dia dapat legitimasi untuk memerintahkan,mengajarkan, dan bahkan mengajukan satu macam ide kepada komunikan. Agar lebih manusiawi artinya pemaksaan tersebut
25
diberlakukan secara tidak langsung maka pendekatan ini mengenal sistem reward and punishment. 2.3.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal Tujuan dari adanya proses komunikasi antarpribadi, agar apa yang menjadi tujuan dari komunikasi dapat tercapai diantaranya adalah :20 1. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain Komunikasi antarpersonal memberikan kesempatan pada kita
untuk
memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain sehingga akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. 2. Mengetahui Dunia Luar Komunikasi antarpersonal memungkinkan kita untunk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang ini berasal dari interaksi antarpersonal. 3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan menjadi Bermakna Komunikasi antarpersonal disini bertujuan menciptakan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan, serta membuat kita bersikap lebih positif terhadap diri sendiri.
20
Muhammad Arni, Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.2004 hal 159
26
4. Mengubah Sikap dan Perilaku Orang Lain Kita banyak mempergunakan waktu unutk mempersuasi atau mengajak orang lain melalui komunikasi antarpersonal. 5. Bermain dan Mencari Hiburan Komunikasi yang berisi pembicaraan-pembicaraan yang dapat memberikan hiburan ini perlu dilakukan karena bisa memberi suasana yang terlepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya. 6. Membantu Orang Lain Kita sering memberikan nasihat dan saran kepada teman-teman yang sedang menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 2.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal yang Efektif Komunikasi Antarpribadi, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi antarpribadi, antara lain :21 1. Keterbukaan Kemauan untuk menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menanggapi hubungan antar pribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal 21
Alo ,Liliweri . Komunikasi Antarpribadi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. 2005 Hal 13
27
yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti orang harus membuka riwayat hidupnya, memang ini menarik tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaiknya, harus ada kesediaan membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan kepada oranglain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikkan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya. 2. Empati Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka dimasa yang akan datang, sehingga dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
28
3. Dukungan Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung secara efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap yang mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan sikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik. 4. Rasa Positif Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain untuk aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5. Kesetaraan Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif apabila suasana nya setara. Artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi keinginan semua orang. Dengan komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat didalamnya memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi interpersonal apabila dipandang dari sudut komunikator.22
22
Suranto AW,Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta:Graha Ilmu,2011 hal 84
29
1. Faktor Keberhasilan dilihat dari sudut komunikator a. Kredibilitas, ialah kewibawaan seseorang komunikator dihadapan komunikan. Pesan yang disampaikan oleh seseorang komunikator dengan kredibiltasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan. b. Daya tarik, ialah daya tarik fisik dan nonfisik. Adanya daya tarik ini akan mengundang simpati penerima pesan komunikasi. Pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator. c. Kemampuan intelektual, ialah tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator.
Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang
komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa mewujudkan cara komunikasi yang sesuai. d. Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan. e. Keterpercayaan, jika komunikator dipercaya oleh komunikan maka akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan dan mempengaruhi sikap oranglain. f. Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi dilingkungan hidupnya. Apabila situasi lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi kepada oranglain.
30
g. Kematangan tingkat emosional, ialah kemampuan komunikator untuk mengendalikan emosinya, sehingga dapat melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan di kedua belah pihak. h. Berorientasi
kepada
kondisi psikologis komunikan,
artinya
seorang
komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Diharapkan komunikator dapat memilih saat yang paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan. i.
Komunikator harus bersikap supel, ramah, dan tegas.
Adapun Syarat dari karakteristik pesan yang baik dalam proses komunikasi interpersonal, diantaranya adalah :23 1. Pesan-pesan atau ajakan yang disampaikan pada masyarakat atau pihak-pihak tertentu harus dapat menstimulir sesuatu pada sasaran. 2. Bahwa pesan-pesan atau ajakan itu tentunya harus berisi lambang-lambang atau tanda komunikasi yang sesuai daya tangkap, daya serap, dan daya tafsir dari sebagian besar masyarakat atau golongan tertentu. 3. Bahwa pesan-pesan atau ajakan harus dapat membangkitkan keperluan atau kepentingan (needs), tertentu pada sasarannya dan kemudian menyarankan usaha dan upaya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran itu berada. 4. Bahwa pesan-pesan atau ajakan harus dapat membangkitkan harapan-harapan tertentu dan sebagainya. 23
Ibid hal 122
31
2. Faktor Pengaruh Kadar Hubungan Interpersonal Kadar atau kualitas hubungan interpersonal mengalami pasang surut. Pada saat tertentu berada pada kadar yang baik yang ditandai oleh adanya keharmonisan, kebersamaan, dan kerjasama yang menyenangkan, namun pada saat yang lain dapat saja mengarah pada kadar yang kurang baik yang ditandai oleh adanya perbedaan dan kekecewaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hubungan interpersonal adalah sebagai berikut :24 1. Toleransi Toleransi menghendaki adanya kemauan dari masing-masing pihak untuk menghargai dan menghormati perasaan pihak lain. Toleransi menjadi faktor pengaruh hubungan interpersonal, hal ini disebabkan dengan dikembangkannya sikap toleran atau tenggang rasa, maka seandainya timbul perbedaan kepentingan kedua belah pihak dapat saling menghargai, sehingga perbedaan kepentingan itu tidak berkembang sebagai kendala bersamaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi positif antara toleransi dengan hubungan interpersonal, dalam arti semakin tinggi sikap toleran, maka semakin baik pula kadar hubungan interpersonal. 2. Kesempatan-Kesempatan yang Seimbang Artinya rasa memperoleh keadilan dari interaksi akan menentukan kadar hubungan interpersonal. Ketika seseorang merasa memperoleh kesempatan yang seimbang, peluang yang adil, maka akan mendorong orang tersebut mempertahankan kebersamaan. 24
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, Graha Ilmu, Yogyakarta:2011 hal 30
32
3. Sikap menghargai orang lain Sikap ini menghendaki adanya pemahaman bahwa setiap orang itu memiliki martabat. Sikap yang baik untuk mendukung kadar hubungan interpersonal adalah sikap menghargai martabat orang lain. Oleh karena itu setiap orang tidak boleh melecehkan orang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. 4. Sikap mendukung bukan sikap bertahan Sikap mendukung (sportif) berarti memberikan persetujuan terhadap orang lain. Sedangkan sikap bertahan, berawal dari adanya perbedaan pendapat. Apabila dua orang saling bertahan, apalagi salah satu pihak terang-terangan menyerang pertahanan pihak lain, maka ada kemungkinan karakteristik hubungan menjadi renggang. 5. Sikap terbuka Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya secara terbuka dan apa adanya. Keterbukaan dalam komunikasi akan menghilangkan kesalahpahaman dan kecurangan. Keadaan seperti inilah yang akan menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Keakraban hubungan interpersonal ditandai oleh adanya sikap terbuka, saling percaya, sehingga seseorang dapat secara total mengungkapkan segala sesuatu tanpa risiko. 6. Pemilikan bersama atas Informasi Kualitas hubungan interpersonal juga dipengaruhi oleh pemilikan bersama atas informasi. Pemilikan bersama atas informasi dapat dilihat dari aspek ”keluasan” dan ”kedalaman”. Keluasan menunjukkan variasi topik yang dikomunikasi kan.
33
Kedalaman menunjukkan keintiman apa yang dikomunikasikan, bahkan menyangkut persoalan pribadi. 7. Kepercayaan Kepercayaan adalah perasaan bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam suatu hubungan. Kepercayaan berkaitan dengan keteramalan (prediksi), artinya ketika kita dapat meramalkan bahwa seseorang tidak dapat mengkhianati dan dapat bekerja sama dengan baik, maka kepercayaan kita pada orang tersebut lebih besar. 8. Keakraban Merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan, dan kehangatan. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. 9. Kesejajaran Yaitu posisi yang sama bagi kedua belah pihak. Keadaaan yang menunjukkan kesejajaran ini, terlihat pada makna dua pepatah yaitu ”duduk sama rendah berdiri sama tinggi” dan ”berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Tidak ada satu pihak yang mendominasi terhadap pihak lain. Kesejajaran adalah perekat terpeliharanya hubungan interpersonal yang harmonis, karena dalam kesejajaran itu akan dijunjung tinggi keadilan. 10. Kontrol Agar hubungan interpersonal terjaga baik, maka perlu pengawasan berupa kepedulian. Biasanya kedua belah pihak sepakat tentang bentuk-bentuk kontrol.
34
11. Respon Yaitu ketepatan dalam memberi tanggapan. Hukum alam mengatakan kalau ada aksi maka akan ada reaksi. Hukum dalam berkomunikasi, menyepakati kalau ada pertanyaan maka akan ada jawaban. 12. Suasana Emosional Adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung, di tunjukkan dengan ekspressi yang relevan. Dari ke 12 faktor tersebut, masing-masing memberikan pengaruh terhadap kadar hubungan interpersonal secara positif, artinya semakin baik kualitas dari faktorfaktor tersebut maka akan semakin baik pula kadar hubungan interpersonalnya. Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor komunikator dan faktor kadar hubungan interpersonal untuk menjawab fokus dalam penelitian. 2.3.4 Efek Komunikasi Interpersonal Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada: 1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan.
35
2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.
3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah).
Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antarindividu. Untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antar individu, maka diperlukan adanya etika komunikasi interpersonal ialah pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini : a. Nilai-nilai dan norma sosial budaya setempat b. Segala aturan, ketentuan, tata tertib yang sudah disepakati c. Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya d. Tata karma pergaulan yang baik e. Norma kesusilaan dan budi pekerti f. Norma sopan santun dalam segala tindakan Dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi,
36
selalu memerlukan pertimbangan etis agar lawan bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati diri (latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak dan merancang persiapan komunikasi yang kita hadapi, kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi. Untuk itulah pentingnya dalam penelitian ini menjelaskan pada bagaimana merancang
komunikasi
dengan
strategi
komunikasi
interpersonal
pada
komunikatornya yaitu Bapak Kalend Osen dalam menyampaikan proses belajar humanis di kampung bahasa dengan mengedepankan etika yang berlaku dalam komunikasi. Hal tersebut sangatlah penting karena mengingat banyaknya pelajar yang didominasi oleh pendatang dari berbagai daerah yang berbeda latar belakang pendidikan, usia, budaya, dan status sosial. Proses belajar humanis merupakan citra kampung bahasa yang harus dijaga, dan dikembangkan secara terus menerus. Hal tersebut tidak akan terwujud jika semua pihak-pihak terkait tidak saling bekerjasama yang dijalin dengan hubungan yang baik melalui proses komunikasi yang mendukung untuk bisa secara bersama-sama memperoleh pengertian, memahami, dan mau berbagi pengetahuan yang dapat mendukung proses belajar humanis dengan cara kesederhanaan, kebersamaan, kekeluargaan serta nilai religius yang tinggi dalam membentuk karakter.
37
2.4 Proses Belajar Humanis 2.4.1 Pengertian Proses Belajar Humanis Proses belajar pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah bidang administrasi dan supervisi adalah bidang kepemimpinan. Bagian ini merupakan bagian kewenangan dan penanggung jawaban fungsi-fungsi (proses) pendidikan termasuk didalamnya mengenai kegiatan perencanaan, masalah gedung, anggaran perabotan dan peralatan serta staf, fungsi komunikasi disini merupakan alat untuk memperjelas proses pendidikan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bagian kedua adalah bidang intruksional, yaitu kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagain utama proses pendidikan secara keseluruhan. Kegiatan ini akan berlangsung apabila komunikasi bisa berjalan dengan baik dan pada bidang ini dilaksanakan program-program yang sudah dibakukan dalam kurikulum pendidikan. Hasil-hasil intruksional yang telah ditentukan diupayakan pengerjaannya melalui pengefektifan komunikasi dengan segala aspeknya serta pengoptimalan pengelolaan dan pendayagunaan media, metode dan fasilitas lainnya guna mencapai tujuan intruksional. Bagian ketiga adalah bimbingan dan penyuluhan kepada sasaran didik. Bidang ini berfungsi untuk menentukan sasaran didik yang memiliki kemampuan yang sama dengan rekan-rekannya, tetapi mereka memiliki masalah yang menghambat dalam prestasi belajar. Hal tersebut di karena setiap pelajar memiliki potensi yang berbeda.
38
Ada sebuah metode yang disebut dengan humanistik, yang menyatakan jika tujuan dari proses belajar adalah memanusiakan manusia. Proses belajar humanis yaitu merupakan salah satu pendidikan yang menjalankan kegiatannya untuk menuntun peserta didik atau pelajar sesuai dengan kodrat atau potensi yang dimilikinya agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut.25 Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam proses belajar humanis adalah menjadi fasilitator bagi para pelajar sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan pelajar. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada pelajar dan mendampingi pelajar untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Nilai-nilai humanis dalam pendidikan dapat tercipta dengan memposisikan pelajar sebagai objek sekaligus subjek pendidikan (Student Centered ) karena pelajar bukanlah objek dari kepentingan-kepentingan seperti politik, ideologi, bisnis, dan Industri.26 Diharapkan setiap pelajar mampu untuk memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Proses belajar humanis dapat diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap 25
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persad,1999 hal 4 Musthafa Rembangy, Pendidikan Transormatif,Pergulatan kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi,Yogyakarta: Teras,2010 hal 26 26
39
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan proses belajar humanis adalah pelajar merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Pelajar diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. Tujuan dari proses belajar humanis adalah mengembangkan pengetahuan dan menerangkan nilai-nilai kebenaran melalui olah pikir, rasa, karsa dan olah cipta, sehingga setiap pelajar tidak hanya memahami sebuah kebenaran akan tetapi juga mampu mempraktekkan dalam kehidupan.27 2.4.2 Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Proses Belajar Humanis Komunikasi dan proses belajar humanis merupakan unsur terpenting karena komunikasi menentukan keberhasilan pendidikan. Orang sering berkata tinggi rendahnya suatu pencapaian unsur pendidikan dipengaruhi oleh faktor komunikasi khususnya komunikasi pendidikan dan pencapaiaan komunikasi melalui proses belajar dioperasionalkan melalui komunikasi interpersonal. Ditinjau dari prosesnya, proses belajar humanis pada sebuah pendidikan melalui komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu disebut guru 27
Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora, Yogyakarta:JalaSutra,2008 hal 349
40
sedangkan pelajar itu disebut siswa; pada tingkatan tinggi pengajar itu dinamakan dosen, sedangkan pelajar dinamakan mahasiswa, perbedaanya hanyalah pada jenis pesan dan kualitas penyampaianya. Komunikasi interpersonal dalam bentuk diskusi dalam proses belajar humanis dapat berlangsung sangat efektif, baik antara pengajar dengan pengajar maupun diantara pelajar sendiri, jadi jelas bahwa komunikasi interpersonal melibatkan guru sebagai komunikator, pelajar sebagai komunikan dan materi sebagai pesan. Oleh karenanya, dalam perkembangan pendidikan selanjutnya komunikasi interpersonal lebih ditekankan pada pengertian komunikasi pembelajaran (edukatif). Komunikasi ini berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mencapai komunikasi interpersonal. Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan bagian inti dari semua proses belajar humanis itu sendiri. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai motor penggerak untuk pencapaian tujuan proses belajar yaitu pendidikan, karena pada dasarnya kegiatan komunikasi interpersonal melibatkan interaksi langsung antara guru dengan pelajar dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Peran komunikasi interpersonal disini agar komunikasi yang disampaikan oleh komunikator sampai kepada sasaran. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal bersifat penting dalam upaya belajar
proses
humanis, agar bisa dapat dipahami oleh kedua belah pihak dalam
keberhasilan dalam dunia pendidikan membangun manusia yang berkarakter.
41
2.5 Public Relations 2.5.1 Pengertian Public Relations Menurut Denny Griswold yang memaparkan tentang definisi nya tentang Public Relations yaitu : “Public Relations is the management function which evaluate public attitudes, identifies, the policies and procedures of an individual or an organization with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding an acceptances”. Artinya
adalah
Fungsi
manajemen
yang
menilai
sikap-sikap
publik,
mengidentifikasi kebijakkan - kebijakkan dan prosedur –prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik.28 Menurut Frank Jefkins, Public Relations adalah semua bentuk komunikasi terencana, baik kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.29 Menurut Edward L Bernays, Public Relations mempunyai 3 arti yaitu memberi informasi kepada masyarakat, persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan
28 29
Danandjaja, Peranan Humas dalam Perusahaan,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011 hal 16 Frank Jefkins, Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima, Erlangga Jakarta 2004 hal 10
42
kedua belah pihak, usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antara lembaga dengan sikap atau perbuatan masyarakat dan sebaliknya.30 International Public Relations Association (IPRA) mendefinisikan Public Relations secara resmi sebagai berikut : “Public Relations is a distinctive management function which help establish and maintain mutual lines of communications, understanding, acceptance and cooperations between organization and its publics, involves the management of problems or issues, helps management to keep informed or and responsive to public opinion, defines and emphasises the responsibility of management to serve the public interest, help management keep abrease of effectively utilise change, serving as an early warning system to help anticipate trends, and uses research and sound and ethical communication techniques as its principle tools.” Public Relations merupakan fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai
komunikasi,
pengertian,
penerimaan
dan
kerjasama,
melibatkan
manajemen dalam permasalahan dan persoalan, membantu manajemen memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik, menentapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan yang dini dalam membantu mendahului kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.31 Definisi dari IPRA menegaskan bahwa komunikasi dalam kegiatan Public Relations sangat penting. Komunikasi yang dimaksud ialah komunikasi dua arah dari 30
Maria Assumpta, Dasar – Dasar Public Relations Teori dan Praktek,Grasindo, Jakarta 2005 hal 23
31
Ibid hal 12
43
organisasi ke publiknya dari
publik ke organisasi secara timbal balik, dengan
memperhatikan opini publik sebagai efeknya, baik yang terdapat pada publik internal maupun publik eksternal. Ada juga pengertian lainnya dari Effendy, yang membagi pengertian Public Relations menjadi dua, yaitu: A. Public Relations sebagai Methods Hubungan masyarakat dalam pengertian dalam pengertian as a methods mengandung arti bahwa kegiatan hubungan masyarakat dilakukan rangkaian atau sistem kegiatan (order or system of action), yakni kegiatan berkomunikasi secara khas, melakukan fungsi Public Relations. B. Public Relations sebagai state of being Yang dimaksud state of being adalah keadaan wujud yang merupakan wahana kegiatan humas dalam bentuk biro, bagian seksi dan lain- lain. Penggunaan istilah tersebut bergantung pada struktur organisasi dimana hubungan masyarakat dilakukan. 32 Melihat dua pengertian diatas, dapat diartikan bahwa kegiatan hubungan masyarakat bukan monopoli pekerjaan kepala humas saja yang menjadi pemimpin organisasi yang mempunyai anak buah atau seorang yang mempunyai khalayak, 32
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2005 hal 132
44
karena tidak semua organisasi dilengkapi dengan bagian hubungan masyarakat, tetapi pemimpinnya sendiri dapat melakukan kegiatan hubungan masyarakat. Definisi lainnya menyebutkan Public Relations adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama , makna dari definisi tersebut adalah pertama, komunikasi adalah ilmu, dan Public Relations merupakan bagian dari Ilmu Komunikasi yang tumbuh dan banyak diminati . Kedua, Citra merupakan istilah baru yang menarik, saat ini banyak diperbincangkan oleh publik, dan memasyarakatkan perlunya seorang Public Relations. Ketiga, mitra yaitu istilah yang memasyarakatkan kegiatan Public Relations dalam menambah wawasan. Keempat, kepentingan bersama atau mutual interest adalah esensi dan kegiatan Public Relations, yang secara jelas menggambarkan komunikasi dua pihak atau two way communication.33 Intinya Public Relations adalah good image (Citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), tolerance (toleransi). 34 2.5.2 Tugas Public Relations Untuk lebih mudah dan jelasnya, uraian ini akan dibagi menjadi lima bagian meskipun sebenarnya semua merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Lima
33 34
Ardianto Elvinaro,Public Relations Praktis,Widya Padjajaran, Bandung 2009 hal 3 Soleh Soemirat dan Ardianto Elvinaro,Dasar-Dasar Public Relations,PT. Remaja Rosdakarya2005 hal8
45
pokok tugas Pokok Public Relations sehari – hari menurut Maria A Rumanti dalam buku “Dasar–Dasar Public Relations Teori dan Praktik” :35 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar visual kepada publik supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Disamping itu menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan lingkungan. 3. Memperbaiki citra organisasi, bagi Public Relations menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi dan seterusnya. Tetapi terletak pada, 1. Bagaimana organisasi bisa mencerminkan
organisasi
yang
dipercayai,
memiliki
kekuatan,
mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi. 2. Dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks. Citra organisasi bisa merupakan citra dari pimpinan, ada citra yang menjadi keinginan, harapan dan sebagainya. Citra yang bisa mendapat kepercayaan adalah citra dari kenyataan identitas organisasi.
35
SR. Maria Assumpta Rumanti, Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2005 hal 39
46
4. Tanggung jawab sosial, dimana Public Relations merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak menerima tanggung jawab tersebut. 5. Komunikasi, Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus komunikasi timbal balik , maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam fungsinya komunikasi itu sentral. Perlu juga dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan kepemimpinan, struktur organisasi. 2.6 Citra 2.6.1 Pengertian Citra Menurut Hill Canton dan Sukatendel yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto mengatakan bahwa citra adalah pesan, kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan.36 Citra dinyatakan sebagai bentuk pandangan seseorang terhadap sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. 37Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Menurut Frank Jeffkins dalam bukunya PR Technique, menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang/individu tentang suatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Menurut Kotler, pengertian citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor diluar kontrol perusahaan. Sedangkan menurut
36 37
Soemirat dan Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations,PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007 hal 111 Ibid hal 113
47
Djaslim Saladin, citra merupakan salah satu perbedaan yang dapat dibanggakan oleh pelanggan, baik citra produk ataupun citra perusahaan.38 2.6.2 Unsur – Unsur Citra Citra yang baik dimaksudkan agar suatu lembaga atau organisasi agar tetap hidup bahkan dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat. Maka dari itu citra yang dibentuk dari unsur-unsur sangat penting demi mencapai citra yang baik menurut Boulding pada tahun 1956 seperti yang digambarkan berikut ini:39
Gambar 2.1 Unsur-unsur Citra
Unsur-unsur citra diatas merupakan salah satu unsur yang penting, karena didalamnya terdapat hubungan yang sangat erat dan satu sama lain terkait dalam kesatuan unsur-unsur tersebut. Didalam suatu image/citra itu akan terbentuk, dari pengetahuan akan lahir adanya perasaan serta penilaian dan suatu kepercayaan terhadap citra yang telah diperolehnya.
38
39
Firsan Nova,Crisis Public Relations,PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hal 298
Boulding, Kenneth E. “The Image”, The University of Michigan Press 1956
48
2.6.3 Proses Pembentukan Citra Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi.Berikut adalah gambar model proses pembentukan citra :40
Gambar 2.2 Proses Pembentukan Citra
Keterangan: Stimulus :
Rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar untuk membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi dari langganan)
Persepsi : 1. 40
Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan
Ardianto, Machfudz,Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR,PT.Elex Media Komputindo,Jakarta 2011 hal 107-108
49
dikaitkan dengan suatu pemahaman. 2.
Pembentukan makna pada stimuli indrawi
(sensor stimuli). Kognisi :
Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan konsep
Motivasi :
Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan untuk sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi individu pada setiap saat.
Sikap :
Hasil
evaluasi
negatif
atau
positif
terhadap
konsekuensi-konsekuensi penggunaan suatu objek. Respons/ Tingkah Laku :
Perilaku yang berupa aktivitas seseorang yang berupa tindakan-tindakan dalam rangka bereaksi terhadap rangsangan atau stimulus.
Tabel 1 Penjelasan Model Pembentukan Citra Gambar diatas meninjukan bahwa jika dalam proses humas digambarkan sebagai input-output, maka proses intern dalam model ini adalah proses pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang memberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi dan sikap yang dimiliki individu.