BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai 'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras. Perangkat lunak adalah program komputer yang isi instruksinya dapat diubah dengan mudah. Perangkat lunak umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat keras (device driver), melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan perangkat lunak yang lebih mendasar lainnya (seperti sistem operasi, dan bahasa pemrograman), dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org)
Teknologi yang canggih dari perangkat keras akan berfungsi bila intruksi-intruksi tertentu telah diberikan kepadanya. Intruksi-intruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak (software). Intruksi-intruksi perangkat lunak ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras komputer.
Sistem operasi atau operating system merupakan perangkat lunak yang berfungsi sebagai penghubung antara perangkat keras dengan perangkat lunak yang ditulis oleh pemakai komputer. Sistem operasi yang akan mengatur semua operasi dari perangkat keras komputer, dengan demikian pemakai komputer tidak perlu harus berhubungan dan mengerti bagaimana perangkat keras bekerja.
Perangkat lunak dapat dikategorikan kedalam tiga bagian, sebagai berikut : 1. Perangkat lunak sistem operasi (operating system), yaitu progam yang ditulis untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan dari sistem komputer.
II-1
2. Perangkat lunak bahasa (language software), yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan intruksi-intruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin supaya dapat dimengerti komputer. 3. Perangkat lunak aplikasi (application software), yaitu program yang ditulis dan diterjemahkan oleh language software untuk menyelesaikan suatu aplikasi tertentu.
U S
APPLICATION SOTFWARE
E R
LANGUAGE SOFTWARE OS
HARDWARE
Gambar 2.1 Hubungan Hardware, Software, dan pemakai komputer.
2.2 Pemrograman Terstruktur Untuk dapat mengembangkan suatu perangkat lunak yang berkualitas dibutuhkan suatu prosedur dan perencanaan yang baik. Prosedur dan perencanaan saja tidak sepenuhnya menjamin pengembangan suatu perangkat lunak akan bebas dari kesalahan-kesalahan
dan
permasalahan-permasalahan,
karena
pengalaman,
kepandaian dan ketelitian dari masing-masing orang yang terlibat juga memegang peranan. Demikian juga sebaliknya, walaupun orang-orang yang terlibat cukup cakap, akan tetapi tanpa prosedur dan perencanaan yang baik, maka pekerjaan tidak akan dapat seperti apa yang diharapkan. (Jogiyanto, 1988)
Supaya pengembangan perangkat lunak dapat berhasil, maka harus direncanakan secara terperinci dalam urutan langkah-langkah yang disebut dengan prosedur. Langkah-langkah sistematis dalam pembuatan suatu program adalah sebagai berikut : (Cendra Hadi S, 2003)
II-2
1. Mendefinisikan
permasalahan,
yaitu
memahami
dengan
baik
permasalahan yang hendak diselesaikan. 2. Membuat rumusan untuk pemecahan masalah : Setelah mengetahui permasalahan yang ingin diselesaikan, langkah selanjutnya yaitu membuat rumusan algoritma untuk memecahkan masalah. Rumusan tersebut dapat disusun dalam bentuk pseudocode ataupun flowchart. 3. Implementasi : Di dalam mengimplementasikan algoritma, maka ditentukanlah bahasa pemrograman yang sesuai untuk digunakan. 4. Menguji coba dan membuat dokumentasi : Program tersebut diuji apakah telah berjalan sesuai dengan tujuannya untuk memberikan solusi dari suatu permasalahan. Dokumentasi berisi informasi mulai dari tujuan program, algoritma program, hingga cara menggunakannya.
2.3 Pemrograman Berorientasi Objek Pemrograman berorientasi objek merupakan paradigma pemrograman yang berorientasi pada objek. Semua data dan fungsi didalam paradigma ini dibungkus dalam kelas-kelas atau objek-objek. Dibandingkan dengan logika pemrograman tersruktur. Setiap objek dapat menerima pesan, memproses data, dan mengirim pesan ke objek lainnya.
Konsep utama pemrograman berorientasi objek yaitu melakukan permodelan objek dari kehidupan nyata ke dalam tipe data abstrak. Jelasnya, pemrograman berorientasi objek merupakan konsep pemrograman untuk memodelkan objek yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan konsep seperti ini membawa perubahan yang mendasar dalam konsep pemrograman terstruktur. Perubahan dramatis dalam konsep dasar disebut paradigma. Maka banyak orang mengatakan “paradigma pemrograman berorientasi objek” karena memang pemrograman berorientasi objek membawa konsep yang sama sekali berbeda. (Michael Lionardi, 2003)
Sistem berorientasi objek berguna dalam pemodelan banyak situasi dunia nyata dimana objek nyata dapat diletakkan dalam hubungan satu-satu dengan kelas
II-3
program dan objek. Dalam sistem berorientasi objek semua entitas adalah objek, dan objek dilindungi dari entitas lainnya. Mereka berinteraksi dengan objek lain melalui sebuah interface yang mengenali sebuah set pesan yang disebut protokol untuk kelas. Setiap kelas dalam sistem berorientasi objek akan memiliki perilaku unik tersendiri yang ditentukan oleh sebuah set metoda kelas. Metode dan variabel contoh dapat dihasilkan oleh sebuah kelas objek dari induknya atau superkelas. (D.W.Patterson 1990).
Model data berorientasi objek dikatakan dapat memberi fleksibilitas yang lebih, kemudahan mengubah program, dan digunakan luas dalam teknik piranti lunak skala besar. Lebih jauh lagi, pemrograman berorientasi objek lebih mudah dipelajari bagi pemula dan pendekatan pemrograman berorientasi objek lebih mudah dikembangkan dan dirawat.
Pemrograman berorientasi objek bukanlah sebuah bahasa pemrograman melainkan sebuah cara untuk menjadikan program yang dibuat menjadi lebih modular karena suatu permasalahan akan dikumpulkan dalam satu objek, yang selanjutnya disebut kelas. Pemrograman berorientasi objek merupakan bentuk penyederhanaan dari bahasa prosedural sehingga program akan lebih mudah dikembangkan. Dalam bahasa prosedural, untuk menyelesaikan salah satu masalah dalam program, kita harus membuat banyak fungsi yang tentunya akan memakan waktu dan konsentrasi kita. (Budi Raharjo, 2006)
2.4 Konsep Dasar Informasi Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan dalam pengambilan keputusan. (Winarno Sugeng, 2003)
Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari tunggal atau data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata. Kejadian–kejadian (event) atau info adalah suatu
II-4
yang terjadi pada saat tertentu. Data merupakan bentuk yang masih mentah, belum dapat bercerita banyak sehingga perlu diolah kembali.
Data yang diolah melalui sebuah model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus ini oleh Jihn Burch disebut siklus informasi (information cycle) atau ada yang menyebutnya dengan istilah siklus pengolahan data (data processing cycles). (Jogiyanto, 1988)
Proses (model) Input (Data)
Output (Information)
Dasar Data
Data (Ditangkap)
Penerima
Hasil Tindakan
Keputusan Tindakan
Gambar 2.2 Siklus Informasi
Sistem informasi adalah sistem manusia atau mesin yang menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu individu atau organisasi (Gordon B. Davis).
Sistem informasi terdiri komponen-komponen yang berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasarannya, komponen-
II-5
komponen tersebut meliputi blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali.
Pemakai
Pemakai
Pemakai
Input
Model
Output
Teknologi
Dasar Data
Kendali
Pemakai
Pemakai
Pemakai
Gambar 2.3 Blok sistem-sistem informasi yang berinteraksi
2.4.1 Blok masukan Input mewakili data yang masuk ke dalam suatu sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
2.4.2 Blok Model Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di dasar data dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
2.4.3 Blok Keluaran Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
II-6
2.4.4 Blok teknologi Teknologi merupakan “kotak alat” (tool-box) dari pekerjaan sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem keseluruhan. Teknologi terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : perangkat lunak (software) dan (hardware) perangkat keras.
Perangkat lunak berupa program yang membuat perangkat keras dapat bekerja dengan menginstruksinya untuk memproses sesuai dengan model yang diterapkan. Perangkat keras terdiri dari berbagai macam alat yang menyediakan dukungan fisik untuk blok-blok lainnya. Untuk blok input, disediakan perangkat keras untuk memasukkan data.
2.4.5 Blok basis data Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam dasar data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi
basis
data
yang
baik
berguna
untuk
efisiensi
kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems).
2.4.6 Blok kendali Supaya sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu diterapkan pengendalian-pengendaliannya didalamnya. Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi. Beberapa pengendali perlu dirancang dan diterapkan untuk menyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan, dapat langsung cepat diatasi.
II-7
2.5 Basis Data 2.5.1 Definisi Basis data adalah salah satu komponen utama suatu sistem informasi. Fakta yang ada dalam basis data merupakan sebuah representasi lojik dari kenyataan fisik dan lojik dari sebuah sistem.
Prinsip utama basis data yaitu pengaturan data, dengan tujuan utama adalah memberikan kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan data. Suatu basis data akan menggunakan media penyimpanan elektronik seperti disk. Tetapi tidak semua bentuk penyimpanan data secara elektronik dapat disebut basis data, karena didalamnya tidak ada pemilahan dan pengelompokkan data sesuai jenis atau fungsi data, sehingga menyulitkan pencarian data nantinya. Yang menjadi prioritas dalam suatu basis data adalah adanya penyatuan, pemilahan, pengelompokkan, dan pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai fungsi atau jenisnya.
Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang, yaitu sebagai berikut : (Fathansyah, 1999) 1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan serta diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. 2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersamaan sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3. Kumpulan file / tabel / arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media elektronis.
2.5.2 Jenjang Data Sampai dengan membentuk database, data mempunyai jenjang mulai dari karakter-karakter (character), item data (data item atau field), record, file dan kemudian database, jenjang ini dapat digambarkan sebagai berikut : (Jogiyanto, 1988)
II-8
Database File Record Data Item atau Field Characters
Gambar 2.4 Jenjang dari data •
Karakter-karakter Karakter merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa karakter numerik, huruf, ataupun karakter-karakter khusus (special characters) yang membentuk suatu item data.
•
Field Suatu field menggambarkan suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu item dari data, kumpulan dari field terseut membentuk suatu record. Ada 3 hal penting dalam suatu field, yaitu : 1. Nama dari field (field name) Field harus diberi nama untuk membedakan field yang satu dengan field yang lainnya. 2. Representasi dari field (field representation) Representasi dari field menunjukkan tipe dari field (field type) serta lebar dari type (field width). Field dapat bertipe numeric ataupun huruf. Lebar dari field menunjukkan ruang maksimum dari field yang dapat diisi dengan karakter-karakter data. 3. Nilai dari field (field value) Nilai dari field menunjukkan isi dari field untuk masing-masing record
II-9
•
Record Kumpulan dari field membentuk suatu record. Record menggambarkan suatu unit data individu yang tertentu. Kumpulan dari record membentuk suatu file.
•
File File terdiri dari record-record yang menggambarkan satu kesatuan data yang sejenis.
•
Database Kumpulan dari file tersebut membentuk suatu database.
2.6 Basis Pengetahuan Basis pengetahuan merupakan data atau pengetahuan yang dipergunakan untuk membuat suatu keputusan. Basis ini mengandung fakta dan kaidah tentang domain, serta menggambarkan secara formal dari informasi yang berasal dari domain expert yang telah dikodekan oleh knowledge engineer. Kemudian knowledge engineer metransformasikan informasi dan pengetahuan yang berasal dari domain expert menjadi basis data melalui dua tahap yaitu perolehan pengetahuan dan representasi pengetahuan. Perolehan pengetahuan adalah proses transformasi pengetahuan dari domain expert kepada knowledge engineer. Representasi pengetahuan adalah proses transformasi pengetahuan menjadi basis data. Metode representasi pengetahuan yang paling sering digunakan adalah aturan produksi (production rules). Struktur ini diperkenalkan oleh Allen Newell (1972) sebagai suatu model cara berpikir manusia.
2.7 Mesin Inferensi Mesin inferensi adalah bagian dari sistem yang mendeduksi fakta-fakta baru dari fakta-fakta yang telah ada dengan mempergunakan kaidah-kaidah yang ada. Proses deduksi ini menyangkut penjodohan dan unifikasi. Disamping itu mesin inferensi juga mengontrol aliran dan tahapan inferensi, serta bertanggung jawab dalam interpretasi isi basis pengetahuan berdasarkan data atau masukan dari pemakai agar tujuan atau kesimpulan yang umumnya berupa saran, petunjuk,
II-10
ataupun pemecahan masalah dapat diperoleh. Inference engine dapat dibagi menjadi 3 bagian :
Context block. Bagian ini memuat pernyataan dari masalah dan penyelesaian.
Inference (reasoning) Mechanism atau mekanisme pengambilan kesimpulan. Bagian ini mencari bagian pengetahuan dan data yang diperlukan dengan bantuan yang tersedia pada context block untuk mendapatkan tujuan atau kesimpulan.
Fasilitas penjelasan (Explanation Facility). Menolong pemakai agar memahami atau mengerti jalannya pemikiran dan pengambilan keputusan.
2.8 Perolehan Pengetahuan Perolehan Pengetahuan adalah fasilitas yang berfungsi untuk mengakuisisi pengetahuan yang ada di dalam basis pengetahuan. Yang dimaksud dengan akuisisi adalah kemampuan untuk melengkapi, memperbaiki, menambah dan mengurangi data yang ada di dalam basis data. Friedland,1981 mengatakan bahwa pentingnya fasilitas ini adalah ketepatan dan kelengkapan basis data berkurang karena domain knowledge telah mengalami penyederhanaan dan pengurangan yang dilakukan oleh knowledge engineer yang bukan seorang pakar dalam bidang tersebut.
Disamping itu, fasilitas ini berfungsi untuk memperbaiki, menambah, dan mengurangi isi basis data oleh siapapun tanpa bantuan knowledge engineer agar basis data selalu dengan keadaan terbaru (up to date). Fasilitas ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kekurangan dari sistem pakar yang tidak dapat belajar dari pengalaman atau tidak dapat melakukan proses belajar.
II-11
2.9 Fasilitas Tatap Muka User interface adalah fasilitas yang ada pada sistem pakar yang memungkinkan pemakai untuk berkomunikasi dengan program yang ada sehingga pemakai dapat mendapatkan keuntungan berupa saran dan petunjuk yang berkualitas pakar dari program sistem pakar yang dibuat. Melalui fasilitas ini perolehan pengetahuan dapat dilakukan. Jadi user interface merupakan sarana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pemakai dan program yang ada dalam komputer. Gambar 2.5 menggambarkan instruksi antara pemakai dengan sistem pakar. Pemakai mengajukan pertanyaan dan memberikan data-data yang diminta sistem. Sistem kemudian memproses pertanyaan data-data yang didapatkan dari pemakai dengan mesin inferensi yang terdapat di dalam sistem. Setelah proses yang dilakukan inference engine selesai, sistem memberikan jawaban berupa rekomendasi, saran, atau penyelesaian masalah kepada pemakai melalui user interface.
Gambar 2.5 Ilustrasi interaksi dan konsultasi dalam Sistem pakar
2.10 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan sampah pada wadah di sumber (penghasil), dikumpulkan menuju penampungan sementara, kemudian diangkut ke tempat pemrosesan dan daur ulang, seperti pengomposan, insinerasi, landfilling atau cara lain. Pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan transportasi, pengolahan dan pembuangan dengan memperhatikan aspek-aspek II-12
kesehatan masyarakat, lingkungan, ekonomi, rekayasa, konservasi, estetika, dan perilaku masyarakat. Pengelolaan bukan hanya ditinjau dari aspek teknis, tetapi juga meliputi aspek non teknis seperti bagaimana mengorganisir, membiayai dan melibatkan masyarakat penghasil limbah agar ikut berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktivitas penanganan tersebut.
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan aktivitas penduduk yang berarti juga peningkatan timbulan sampah. Masalah pengelolaan sampah perkotaan antara lain adalah keterbatasan peralatan, lahan, dan sumber daya manusia. Masalah-masalah ini timbul di kota-kota besar ataupun kota-kota kecil. Pengelolaan persampahan
mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi, serta menunjang pembangunan sektor strategis
Pengelolaan sampah membutuhkan keterlibatan beragam teknologi dan beragam disiplin ilmu. Termasuk di dalamnya teknologi-teknologi yang terkait dengan bagaimana mengontrol timbulan, pewadahan, pengumpulan,
pemindahan ,
pengangkutan, pemrosesan, dan pembuangan akhir sampah yang dihasilkan pada suatu daerah. Seluruh proses tersebut hendaknya diselesaikan dalam rangka bagaimana melindungi kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara ekonomi dapat diterima. Beragam pertimbangan perlu dimasukkan, seperti aspek administratif, finansial, legal, arsitektural, perencanaan, kerekayasaan. Semua disiplin ini diharapkan saling berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam hubungan interdisipliner yang positif agar sebuah pengelolaan persampahan yang terintegrasi dapat tercapai dengan baik .
Kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia merupakan sebuah sistem yang terdiri dari 5 aspek, yaitu : peraturan / hukum, kelembagaan dan organisasi, teknik operasional, pembiayaan, dan peran serta masyarakat.
II-13
2.10.1 Peraturan Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertian masyarakat dan sebagainya.
Aspek peraturan dan hukum merupakan komponen yang menjaga dinamika sistem untuk mencapai sasaran secara efektif. Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah antara lain mengatur tentang : ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah, bentuk lembaga dan organisasi pengelola, tata cara penyelenggaraan pengelolaan, serta besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan pihak swasta.
2. 10.2 Organisasi dan Manajemen Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan multi disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah, dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan : peraturan yang membinanya, pola sistem operasional yang diterapkan, kapasitas kerja sistem, dan lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
2.10.3 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Di Indonesia, teknis operasional pengelolaan sampah dewasa ini mengacu pada tata cara pengelolaan teknik sampah perkotaan yang tercantum dalam SK SNI T13-1990-F. Ruang lingkup tata cara teknis operasional pengelolaan sampah meliputi 6 unsur fungsional sebagai dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan pewadahan,
pengumpulan,
pemindahan,
pembuangan akhir sampah.
II-14
pengangkutan,
pengolahan
dan
Timbulan Sampah
Pewadahan / Pemilahan
Pengumpulan
Pemindahan & Pengangkutan
Pengolahan
Pembuangan Akhir Sampah Sumber : Tchobanoglous, 1993
Gambar 2.6 Diagram Teknis Operasional Pengelolaan Persampahan Kota 2.10.3.1 Sistem Pewadahan Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Berdasarkan pedoman dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah maka
sistem pengelolaan
sampah dibagi menjadi dua pola pewadahan, yaitu : a. Pola Pewadahan Individual, yaitu pola dengan pewadahan individual yang berfungsi sebagai wadah yang menampung sampah langsung dari sumber. b. Pola Pewadahan Komunal, yaitu pola dengan pewadahan komunal yang berfungsi sebagai tempat penampungan sampah sementara dari beberapa sumber sampah kemudian diangkut ke tempat penampungan akhir.
2.10.3.2 Sistem Pengumpulan Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke Tempat pembuangan sementara, pengolahan sampah skala kawasan, atau langsung ke tempat pembuangan atau pemprosesan akhir tanpa melalui pemindahan.
II-15
2.10.3.3 Pemindahan Sampah Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat angkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir sampah.
Pemindahan
sampah
tersebut
terjadi
di
transfer
station
(Tchobanoglous,1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi subsistem ini adalah : jumlah sampah yang terangkut, luas daerah pelayanan, tingkat kesulitan penyediaan lahan, jumlah dan jenis peralatan, danb eban aktivitas di lokasi transfer.
2.10.3.4 Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemprosesan akhir. Karena terbatasnya sarana pengangkutan yang dimiliki oleh pemerintah daerah maka seringkali sampah tersebut tidak terangkut tepat pada waktunya, sehingga sampah yang berada di TPS menumpuk dan dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
2.10.3.5 Pengolahan Sampah Sistem operasional pengelolaan sampah mencakup juga sub-sistem pemprosesan dan pengolahan sampah yang perlu dikembangkan kembali, baik secara langsung, sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh ”economies of scale” dari sinkronisasi sub-sistem yang lain, maka dalam perencanaan dan implementasinya, berbagai upaya terkait dengan upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembiayaan dan operasionalnya harus menjadi prioritas utama. Ditinjau dari proses pengolahannya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (dept. PU, 1996c:3), diantaranya adalah : a. Pengomposan (composting) : merupakan upaya untuk mengurangi volume sampah secara biologis. b. Pembakaran (incinerator) : Merupakan upaya mengurangi volume sampah secara kimiawi.
II-16
c. Penghacuran (shredding) merupakan upaya mengurangi volume sampah dengan cara memotong atau mencacah sampah menjadi bagian-bagian yang kecil. d. Pemilahan (separation) adalah usaha untuk memisahkan sampah sehingga dapat diproses sesuai dengan kebutuhan. e. Pengeringan yaitu upaya mengurangi kadar air dengan maksud reduksi volume dan berat sampah. f. Pemadatan (compacting) adalah upaya mengurangi volume sampah dengan cara mekanis. g. Daur ulang (recycling) adalah upaya mendaur ulang material-material untuk ditingkatkan manfaatnya atau diubah menjai produk-produk lain atau energi.
Menurut Tchobanoglous et.ql. (1993) pengolahan sampah lebih kepada hal-hal yang bersifat fisik dan mekanis, sedangkan penanganan sampah yang bersifat biologis dan kimiawi digolongkan sebagai proses transformasi seperti pengomposan dan pembakaran sampah.
2.10.3.6 Pembuangan Akhir Sampah Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa dijumpai di Indonesia adalah dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada umumnya pemprosesan akhir sampah yang dilaksanakan di TPA adalah berupa proses lanfilling (pengurugan).
TPA sampah merupakan langkah akhir dari proses penanganan sampah. Dalam pemusnahan ini dikenal berbagai metode, antara lain landfill. Sanitary landfill adalah metode landfill yang dianggap paling baik. Di Indonesia dikenal terminologi controlled landfill atau lahan urug terkendali yang merupakan perbaikan atau peningkatan dari cara open dumping, tetapi belum sebaik sanitary landfill. Perbaikan atau peningkatan dilakukan anatara lain dengan kegiatan penutupan sampah. Bila sampah dalam sanitary landfill diinginkan adanya
II-17
penutupan harian, dan pada open dumping urugan sampah sama sekali tidak dilakukan, maka controlled landfill penutupan landfill ditunda sampai 5-7 hari.
2.10.4 Aspek Pembiayaan Persampahan Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat berjalan dengan lancar. Diharapkan sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan menuju pada pembiayaan sendiri. Dana yang umumnya digunakan untuk pengelolaan sampah diperkotaan Indonesia yang meliputi biaya investasi dan biaya rutin operasional dan pemeliharaan berasal dari pemerintah. Pada prinsipnya, setiap unit sumber sampah yang memperoleh pelayanan pengelolaan sampah, dikenai pungutan retribusi yang merupakan bentuk nyata dari partisipasi masyarakat dalam pembiayaan sistem. Ketentuan mengenai besarnya retribusi, biasanya mengacu pada biaya satuan pengelolaan sampah. Pengelompokan wajib retribusi harus memperhatikan jenis aktivitas atau usaha apakah bersifat komersial atau sosial.
2.10.5 Peran Serta Masyarakat Aspek peran serta masyarakat merupakan komponen penting pada kondisi keterbatasan kemampuan sistem dalam hal operasional. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik individu maupun kelompok, yang merupakan bagian dari penyelenggaraan pengelolaaan persampahan dan bersifat menunjang program pengelolaan itu.
Secara umum, penentuan prestasi atau kondisi sistem pengelolaan persampahan saat ini sangat tergantung pada keikutsertaan dan budaya masyarakat. Dari sudut pandang sosial budaya, peningkatan peran serta masyarakat merupakan alternatif yang tepat. Salah satu program pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu
program
pemerintah
dalam
kebersihan
adalah
bagaimana
membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program itu menyangkut : bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar, dan merata; faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat; dan kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
II-18