BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Desain Struktur
2.1.1
Pengertian
Sebuah bangunan berawal dari sebuah gagasan dalam pikiran seseorang, sebuah keinginan untuk membangun suatu bangunan yang memiliki tujuan dan fungsi masing-masing. Untuk semua bangunan, langkah berikut setelah timbulnya gagasan adalah membuat desain bangunan, yaitu desain arsitektur dan desain struktur.
Desain yang dibuat pertama kali pada proses perencanaan adalah desain arsitektur, yaitu rencana bentuk, ukuran, dan tata letak ruangan dari sebuah bangunan yang akan dibuat.
Selanjutnya berdasarkan desain arsitektur, dibuat suatu desain struktur dari bangunan tersebut. Desain struktur ini menggambarkan :
Bentuk komponen struktur
Dimensi komponen struktur
Tata letak komponen struktur
dari suatu bangunan yang akan dibuat.
Dalam desain struktur terdapat gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi tertulis dari tiap komponen struktur yang berfungsi untuk mendokumentasikan bagaimana bangunan itu harus dibuat dan dari apa bangunan itu dibuat. Selain itu, desain struktur yang dibuat harus dapat menjamin keamanan dari gedung tersebut, sehingga dalam pembuatannya harus mengikuti peraturan bangunan yang ada.
II-1
2.1.2
Alternatif Desain Struktur
Walaupun berawal sebagai sebuah abstraksi, sebuah bangunan dibuat di dalam sebuah realitas bahan. Para desainer sebuah bangunan bekerja berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang mungkin dan apa yang tidak.
Mereka mampu, di satu sisi, untuk mengerahkan semua bahan-bahan bangunan yang beragam berikut metode pelaksanaannya. Di sisi lain, aksi mereka dibatasi, terikat oleh batasan-batasan fisis tertentu : dengan berapa luas tanah mereka harus bekerja; berapa berat bangunan yang dapat didukung; jenis-jenis bahan apa yang akan berkinerja baik di dalam lingkungan yang diberikan.
Selain itu suatu desain konstruksi yang dirancang oleh insiyur / desainer dibatasi oleh anggaran konstruksi dan waktu pelaksanaan konstruksi. Dari batasan-batasan inilah dapat dibuat suatu alternatif desain struktur berdasarkan batasan / kriteria yang telah ditentukan sebelumnya untuk mencapai tujuan konstruksi tersebut.
Para desainer bangunan harus melakukan pemilihan sebelum desainnya selesai dan siap dikonstruksikan. Dalam menetapkan pilihan-pilihan ini, mereka menghadapi empat pertanyaan mendasar : 1. Apa yang akan memberikan kinerja fungsional yang dibutuhkan? 2. Apa yang akan memberikan hasil estetis yang dikehendaki? 3. Apa yang secara hukum mungkin? 4. Apa yang lebih ekonomis?
Selain empat pertanyaan diatas, para desainer dan insiyur juga harus menjawab keinginan dari pemilik bangunan yang akan dirancang. Pada tugas akhir ini batasan atau kriteria yang harus diperhitungkan dalam desain struktur adalah: 1. Penjadwalan konstruksi 2. Estimasi biaya konstruksi 3. Metode pelaksanaan konstruksi 4. Efektivitas desain struktur yang digunakan
II-2
Selanjutnya dari kriteria-kriteria yang ada, dapat dibuat beberapa alternatif desain struktur untuk mendapatkan suatu desain struktur terbaik yang menjawab tujuan awal atau keinginan dari pemilik bangunan.
2.2
Penjadwalan
Perencanaan jadwal ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan merupakan kerugian baik bagi pemilik pekerjaan maupun bagi kontraktor. Bagi pemilik, keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan bangunan. Sedangkan bagi kontraktor akan berakibat bertambahnya biaya tidak langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi.
Tujuan penjadwalan adalah : 1.
Menetapkan jenis (kelompok) kegiatan atau pekerjaan dalam suatu proyek
2.
Menetapkan hubungan antar kegiatan atau pekerjaan dalam suatu proyek
3.
Merencanakan lama atau durasi suatu kegiatan atau pekerjaan
4.
Merencanakan kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan kapan pekerjaan tersebut harus selesai
Metoda penjadwalan yang umum digunakan adalah: 1.
Diagram batang (barchart)
2.
Jaringan kerja (network planning), terdiri atas:
3.
Program Evaluation and Review Techniques (PERT)
Metoda Jalur Kritis (Critical Path Method – CPM)
Precedence Diagramming Method (PDM)
Diagram keseimbangan (Line Balance Diagram)
II-3
2.2.1
Prosedur Penjadwalan
Langkah penyusunan dokumen penjadwalan dapat dilihat pada diagram alir.
Gambar 2. 1 Penyusunan dokumen penjadwalan
2.2.1.1 Identifikasi Kelompok Kegiatan
Identifikasi kelompok kegiatan melalui metode WBS (Work Breakdown Structure) adalah pengelompokan (breakdown) kegiatan atau pekerjaan (work) suatu proyek menjadi berbagai kelompok kegiatan atau pekerjaan yang lebih rinci dan disusun dalam bentuk struktur (structure) hirarki pekerjaan.
2.2.1.2 Perhitungan Volume Kegiatan
Perhitungan volume kegiatan berdasarkan dua aspek, yaitu:
Gambar rencana (design drawing)
Spesifikasi teknis (specification)
II-4
2.2.1.3 Identifikasi Sumber Daya dan Perhitungan Produktifitas
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi adalah 5 M, yaitu :
Man (tenaga kerja)
Money (uang)
Material (bahan)
Machine (peralatan)
Method (metode pelaksanaan)
Produktifitas adalah rasio volume produk yang dihasilkan dalam satu satuan waktu (dengan jumlah sumber daya tertentu).
produktifi tas =
volume yang dihasilkan (output ) volume = jumlah waktu penggunaan sumber daya (input ) satuan waktu
Produktifitas diperoleh berdasarkan data-data pelaksanaan pekerjaan yang pernah dilakukan atau untuk peralatan data dari produsennya.
2.2.1.4 Estimasi Durasi Kegiatan
Durasi
atau
lama
suatu
kegiatan/pekerjaan
dihitung
berdasarkan
volume
kegiatan/pekerjaan dibagi produktifitas kegiatan/pekerjaan tersebut.
DurasiKegiatan=
Volumekegiatan = Satuan waktu kegiatan produktifitas
2.2.1.5 Analisis Ketergantungan Antar Kegiatan
Ketergantungan antar kegiatan diperoleh dengan menentukan kegiatan sebelum (predecessor) dan sesudah (succesor) dari suatu kegiatan.
II-5
2.2.1.6 Penyusunan Jadwal Proyek (Barchart)
Dalam penyusunan jadwal proyek dibutuhkan data-data sebagai berikut: 1.
Kelompok kegiatan/pekerjaan yang disesuaikan dengan level WBS yang akan disusun jadwalnya
2.
Durasi kelompok kegiatan/pekerjaan
3.
Ketergantungan antar kelompok kegiatan/pekerjaan
2.2.1.7 Syarat-syarat Jadwal Proyek
Syarat-syarat yang berkaitan dengan jadwal proyek meliputi: 1.
Durasi total kegiatan/pekerjaan proyek (tidak boleh lebih lama dari waktu yang telah disepakati dalam kontrak)
2.
Saat kegiatan/pekerjaan proyek harus dimulai (setelah Surat Perintah Kerja – SPK dikeluarkan)
3.
Saat kegiatan/pekerjaan proyek harus selesai (sesuai batas akhir penyerahan bangunan)
2.2.2
Diagram Batang (Bar Chart)
Diagram batang (bar chart/gantt chart) adalah suatu diagram yang terdiri dari sekumpulan garis-garis yang menunjukkan saat mulai dan saat selesai yang direncanakan untuk item-item pekerjaan didalam proyek.
Dengan menggunakan diagram batang dapat diketahui apakah suatu item pekerjaan dilaksanakan sesuai, lebih cepat atau lebih lambat dari jadwal rencana. Kelemahan dari diagram batang adalah bahwa cara ini tidak memungkinkan seseorang segera melihat akibat keterlambatan suatu item pekerjaan terhadap item pekerjaan berikutnya.
Sebelum membuat diagram batang, keterkaitan antara kegiatan perlu dipelajari dahulu dengan analisa network, baru kemudian diterjemahkan dalam diagram batang.
II-6
Keadaan yang digambarkan biasanya adalah keadaan earliest start atau yang paling mulai cepat. Jika diperlukan dapat juga digambarkan float dan jalur kritisnya.
Langkah pembuatan dan penulisan diagram batang adalah sebagai berikut: 1.
Pada kolom paling kiri dituliskan item pekerjaan dengan volume dan satuannya (dapat juga dicantumkan harga satuan, harga total dan waktu pelaksanaan).
2.
Memberikan skala horizontal untuk menggambarkan waktu pelaksanaan proyek (hari, minggu, bulan atau tahun). Untuk satuan hari, diagram batang dapat disusun berdasarkan hari kerja atau hari kalender. Untuk hari kalender harus diperhitungkan juga hari besar/hari libur dan hari kerja kontraktor yang bersangkutan (5, 6 atau 7 hari dalam seminggu).
3.
2.2.3
Ditarik garis untuk menunjukkan saat mulai dan saat selesai setiap kegiatan.
Critical Path Method (CPM)
Metode jalur kritis sering disebut dengan diagram anak panah. Ini karena kegiatan/ aktifitas dalam jaringan dinyatakan dengan nodal.
menyatakan kejadian/ event
menyatakan kegiatan/ activity
Kejadian mempunyai variabel waktu (kapan terjadinya), sedangkan kegiatan mempunyai variabel durasi (berapa lama terjadinya). Kegiatan selalu didahului dan diakhiri oleh kejadian (event).
II-7
2.2.3.1 Waktu Kejadian
Untuk setiap kejadian, dikenal dua waktu, yaitu :
Dimana : EET
= Earliest Event Time (waktu kejadian paling cepat dapat terjadi)
LET
= Latest Event Time (waktu kejadian paling lambat harus terjadi agar waktu penyelesaian proyek tidak terlambat)
i
= menyatakan nomor kejadian.
2.2.3.2 Waktu Kegiatan
Gambar 2. 2 Metoda Jalur Kritis
Setiap kegiatan selain mempunyai durasi d, juga mempunyai 4 waktu, yaitu: 1. ES = Earliest Start (waktu suatu kegiatan paling cepat dapat dimulai) 2. EF = Earliest Finish (waktu suatu kegiatan paling cepat dapat diselesaikan) EF = ES + d 3. LS = Latest Start (waktu suatu kegiatan paling lambat harus dimulai) 4. LF = Latest Finish (waktu suatu kegiatan paling lambat harus diselesaikan) LF = LS + d II-8
Dari gambar diatas dapat dimengerti, bahwa: •
ES kegiatan i-j = EET kejadian i
•
LF kegiatan i-j = LET kejadian j
2.2.3.3 Penyusunan CPM
Secara prinsip, dalam penyusunan jadwal dengan metoda jalur kritis (CPM = Critical Path Method) harus dipelajari keterkaitan antara setiap kegiatan. Tahapan yang harus dilalui adalah sebagai beikut : 1.
Melakukan Pemilahan Pekerjaan (WBS = Work Breakdown Structure) Umumnya pemilahan proyek dilakukan dengan mempertimbangkan faktor berikut : •
Keahlian;
proyek
dipecah
berdasarkan
keahlian
karena
akan
direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh suatu bidang keahlian yang sama. •
Lokasi; proyek dipecah berdasarkan lokasi karena letak yang berbeda akan menyulitkan pengendalian.
•
Tahapan pekerjaan; proyek dipecah berdasarkan tahapan, untuk memudahkan
proses
pengendalian
(perhitungan
kemajuan
dan
pembayaran). 2.
Menganalisis Organisasi Pelaksana (OBS) Kegunaannya
untuk menentukan dan melokalisasi tanggung jawab
pelaksanaan dan pengelolaan proyek. 3.
Pengalokasian tanggung jawab melalui Integrasi WBS dan OBS Integrasi WBS dan OBS dapat menunjukkan dengan jelas sub-organisasi mana yang bertanggung jawab pada pelaksanaan setiap sub-proyek. Irisan antara unsur WBS dan OBS dinamakan cost account atau cost centre yang juga merupakan titik kendali manajemen.
4.
Menetapkan Milestone Network Penetapan ini bertujuan untuk menetapkan dan mengetahui target waktu penyelesaian kegiatan yang dianggap penting.
5.
Menyusun subnetwork
II-9
6.
Menganalisis keterkaitan (interface) antar subnetwork
7.
Menyusun network secara keseluruhan.
2.3
Estimasi Biaya
Pekerjaan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi karena estimasi adalah dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal pelaksanaan konstruksi. Selain itu estimasi merupakan peramalan kejadian pada proses pelaksanaan dan memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut. Dengan kata lain, estimasi biaya adalah perhitungan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau kontrak. Estimasi dibedakan menjadi dua jenis :
1.
Estimasi Biaya Konseptual Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan dibangun. Dalam membuat estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dalam beberapa metoda, yaitu : a.
Metoda Indeks Harga Estimasi dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbaharui dengan menggunakan indeks harga.
b.
Metoda Faktor Kapasitas Antara beberapa proyek bangunan sejenis namun besar dan luasnya berbeda terdapat suatu korelasi yang dapat digunakan sebagai dasar estimasi biaya konseptual.
c.
Metoda Rasio Biaya Komponen Bangunan Tiap-tiap komponen bangunan memiliki rasio tertentu terhadap biaya total bangunan yang dapat digunakan sebagai dasar estimasi konseptual.
2.
Estimasi Biaya Detail Estimasi biaya secara detail adalah jenis estimasi yang memperhitungan semua komponen biaya konstruksi dalam suatu satu kesatuan. Dasar estimasi biaya secara detail adalah membuat quantity takeoff berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi dan kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, subcontracting dan biaya lainnya seperti overhead dan keuntungan. II-10
2.3.1
Estimasi Biaya Detail
Pekerjaan estimasi secara detail didahului dengan mempelajari gambar kerja dan spesifikasi, sehingga jumlah material yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan teliti dan kemudian ditentukan harganya.
Berapa fase utama dalam membangun estimasi secara detail adalah :
1.
Perhitungan Kuantitas Material Material-material yang termasuk satu bagian pekerjaan disatukan.
2.
Proses Pemberian Harga Satuan Pada tahap ini dihitung estimasi biaya material, tanaga kerja, subkontrak, peralatan, dan lain-lainnya. Nilai biaya-biaya tersebut dirangkum sesuai nomor urut.
3.
Fase Rekapitulasi Fase ini merupakan ringkasan estimasi berdasarkan nomor urut. Fase ini diperlukan untuk menghitung berbagai biaya overhead seperti pajak, asuransi dan jaminan, sehingga merupakan gambaran umum dari hasil estimasi.
2.3.2
Komponen Biaya Estimasi Biaya Detail
Komponen biaya estimasi detail terdiri dari: 1.
Biaya Langsung Biaya langsung merupakan biaya yang diperlukan untuk segala sesuatu yang menjadi komponen tetap hasil akhir proyek. Dalam hal ini yaitu biaya yang berkaitan langsung dengan biaya bahan yang digunakan, alat yang digunakan dan pekerja yang terlibat untuk pekerjaan tersebut termasuk mandor yang digunakan langsung pada pelaksanaan konstruksi. Biaya langsung diajukan secara formal sebagai salah satu item utama dari pembayaran.
II-11
2.
Biaya Tak Langsung Biaya tak langsung merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan kelangsungan manajemen, pengawasan mutu dan pembayaran material serta jasa
untuk
pengadaan
bagian
proyek
yang
tidak
akan
menjadi
produk/konstruksi permanen, namum diperlukan dalam rangka pelaksanaan proyek.
Biaya tak langsung terdiri dari : a)
Biaya Overhead Biaya overhead adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan biaya bahan, peralatan dan tenaga kerja. Termasuk di dalam biaya overhead adalah :
b)
Biaya tender
Biaya untuk mengadakan jaminan pelaksanaan
Biaya untuk pembayaran premi asuransi
Biaya untuk mengadakan jaminan uang muka
Biaya operasional dan personil kontraktor
Dana taktis pelaksanaan proyek
Biaya tak terduga (contingency cost) Biaya tak terduga adalah biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang mungkin terjadi, meskipun belum pasti terjadi, seperti :
c)
Kecelakaan kerja
Kesalahan metoda kerja
Kegagalan pelaksanaan pekerjaan
Akibat dari pengaruh tidak menentunya cuaca
Penyimpangan kondisi proyek (site)
Keuntungan (profit) Keuntungan adalah jasa bagi kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak.
II-12
d)
Pajak (tax) Pajak adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban membayar pajak atas kegiatan proyek yang dilaksanakan. Dalam hal ini pajak berupa antara lain Pajak Pertaambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dan Pajak Penghasilan (PPh).
2.3.3
Metoda Analisis Biaya Satuan Pekerjaan
Biaya tiap kegiatan atau pekerjaan disebut biaya satuan kegiatan atau pekerjaan (harga satuan pekerjaan). Dalam melakukan analisis biaya (harga) satuan pekerjaan terdapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu : 1.
Metode 1: analisis biaya dilakukan dengan menentukan volume bahan, alat dan upah untuk menghasilkan 1 satuan pekerjaan.
Gambar 2. 3 Metoda 1 analisis biaya satuan pekerjaan
2.
Metode 2: analisis biaya dilakukan dengan menghitung biaya total untuk seluruh pekerjaan sejenis, kemudian dibagi volume pekerjaan sehingga diperoleh biaya satuan untuk pekerjaan tersebut.
II-13
Gambar 2. 4 Metoda 2 analisis biaya satuan pekerjaan
2.3.4
Kurva S
Kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan waktu. Kemajuan pekerjaan dalam hal ini direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya. Penerapan kurva S ini menyangkut dua aspek, yaitu perencanaan dan pengendalian. Perencanaan berarti kita dapat merencanakan jadwal pendanaan (cash flow). Dengan cara yang sama kita dapat juga merencanakan sumber daya lainnya seperti :material, tenaga kerja dan peralatan.
Pengendalian maksudnya dengan membandingkan kurva S rencana dengan kurva S aktual kita akan dapat mengetahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau mendahului jadwal rencana. Dengan demikian kita dapat mengantisipasi langkahlangkah yang perlu diambil untuk mencapai target waktu penyelesaian.
II-14
2.4
Metoda Konstruksi
Metoda konstruksi adalah serangkaian kegiatan untuk melaksanakan atau membangun bagian konstruksi dengan menggunakan peralatan dan sumber daya yang disesuaikan dengan dokumen kontrak dan kondisi lokasi pekerjaan.
Faktor yang mempengaruhi metoda konstruksi yang akan dipakai pada suatu proyek antara lain: 1.
dokumen kontrak
2.
desain/bentuk bangunan
3.
kondisi lapangan (tanah, air tanah, cuaca, dll)
4.
ketersediaan sumber daya
Dalam memilih metoda konstruksi yang akan digunakan harus selalu disesuaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi metode yang akan digunakan dalam rangka mencapai tujuan (menepati unsur-unsur batasan biaya, waktu, dan mutu) yang telah ditetapkan sebelumnya dalam dokumen kontrak. Metode konstruksi selalu dikembangkan dalam rangka mencapai peningkatan efisiensi
dan kemudahan
pelaksanaan.
Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi suatu perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material mudah dibuat dan dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi tenaga kerja, jenis dan jumlah peralatan konstruksi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan.
II-15
2.4.1
Metoda Pelaksanaan Pembuatan Kolom Beton Langkah – langkah pembuatan kolom beton adalah :
2.4.2
Pemasangan bekisting
Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pengecoran
Perawatan
Pelepasan bekisting & perapihan
Metoda Pelaksanaan Pembuatan Balok Beton Langkah – langkah pembuatan balok beton adalah :
2.4.3
Pemasangan bekisting
Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pengecoran
Perawatan
Pelepasan bekisting & perapihan
Metoda Pelaksanaan Pembuatan Pelat Beton (Cor In Situ) Langkah – langkah pembuatan pelat beton adalah :
2.4.4
Pemasangan bekisting
Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pengecoran
Perawatan
Pelepasan bekisting & perapihan
Metoda Pelaksanaan Pembuatan Pelat Beton (Precast) Langkah – langkah pembuatan pelat beton adalah :
2.4.5
Pengangkatan pelat precast
Pemasangan pelat precast
Metoda Pelaksanaan Pemasangan Kolom Baja Langkah – langkah pemasangan kolom baja adalah :
Pengangkatan kolom
Pemasangan kolom
II-16
2.4.6
Metoda Pelaksanaan Pemasangan Balok Baja Langkah – langkah pemasangan balok baja adalah :
2.4.7
Pengangkatan balok
Pemasangan balok
Metoda Pelaksanaan Pemasangan Atap Kayu Langkah – langkah pemasangan atap kayu adalah :
2.4.8
Pekerjaan kuda-kuda
Pekerjaan gording
Pekerjaan reng dan kasau
Pekerjaan atap genteng
Metoda Pelaksanaan Pembuatan Atap Baja Langkah – langkah pemasangan atap baja adalah :
2.5
Pekerjaan kuda-kuda
Pekerjaan gording
Pekerjaan atap genteng
Struktur Ekonomis
Suatu bangunan struktur dikatakan ekonomis bila struktur tersebut dapat memaksimalkan kapasitas yang dimilikinya. Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan suatu pemodelan struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu analisis dan desain.
Kriteria-kriteria tersebut antara lain yaitu :
1. Kemampuan Layan (Serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi yang masih dalam daerah yang diijinkan. Kemampuan struktur memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan diperoleh II-17
dengan menggunakan faktor keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan dengan kriteria kekuatan. Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur. Deformasi dikontrol dengan memvariasikan kekakuan struktur, karena kekakuan bergantung pada jenis besar dan distribusi bahan pada struktur.
2. Efisiensi
Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang ekonomis. Ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya material yang diperlukan untuk memikul beban yang diberikan pada kondisi dan kendala yang ditentukan. Penggunaan material yang sama belum tentu memberikan kemampuan layan yang sama. Bisa terjadi suatu struktur tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur yang lain.
2.6
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah atau pencapaian satu tujuan dengan pengumpulan fakta-fakta dan data-data dalam menentukan alternatif yang baik untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan : 1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan. 2. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada sistematika tertentu dan tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil. 3. Masalah harus diketahui dengan jelas. 4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis. 5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya.
II-18
2.6.1
Metoda Pemecahan Masalah
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Untuk memecahkan suatu masalah maka sebagai permulaan yang harus dicari tahu adalah masalah sesungguhnya, penyebabnya,
dan
mempertimbangkan
cara-cara
baru
serta
kreatif
untuk
menyelesaikannya. Model pemecahan masalah enam langkah dapat digunakan sebagai peta yang akan membantu untuk menemukan solusi yang tepat.
1. Definisikan Masalah
6. Implementasikan Solusi dan Evaluasi Perkembangan
2. Analisis Sebab-sebab Potensial
5. Susun Rencana Tindakan
3. Identifikasi Solusi yang Memungkinkan
4. Pilih Solusi Terbaik
Gambar 2. 5 Metoda Pemecahan Masalah
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu penyelesaian yang dinamis.
Berikut ini penjelasan singkat mengenai apa yang terjadi pada masing-masing dari enam langkah tersebut:
II-19
1. Definisikan masalah Langkah
pertama
untuk
berhasil
memecahkan
suatu
masalah
adalah
mendefinisikannya dengan cara sedemikian rupa sehingga masalah itu dapat dipecahkan. Tujuannya adalah menemukan solusi jangka panjang dari masalah. Penyebab
umum gagalnya
penyelesaian
masalah
adalah
kurang
tepat
mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Ada dua hal untuk berhasil mendefinisikan masalah, yaitu: •
Susun pernyataan masalah Pernyataan masalah harus objektif dan ditulis dengan kalimat yang jelas dan sederhana.
•
Identifikasi keadaan yang diinginkan (tujuan) Mendefinisikan keadaan atau tujuan yang diinginkan, bisa memberikan fokus dan arahan. Suatu tujuan yang terukur, memungkinkan untuk mengikuti perkembangan pada saat masalah sedang dipecahkan dan juga membuat evaluasi efektivitas solusi menjadi lebih mudah.
2. Analisis sebab-sebab potensial Menganalisis sebab-sebab potensial adalah tahap pemecahan masalah ke tempat mana pertanyaan perlu diajukan dan informasi perlu dikumpulkan serta disaring. Sebuah
jebakan
yang
mudah
menjerumuskan
adalah
jebakan
yang
mengasumsikan bahwa kita mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan suatu masalah tanpa perlu menghabiskan waktu dan upaya untuk menggali lebih dalam. Jebakan ini akan memikat kita untuk menganalisis berbagai gejala, ketimbang memberi kebebasan untuk menggali akar penyebab yang sesungguhnya dari masalah yang telah didefinisikan.
Langkah-langkah untuk menganalisis sebab-sebab potensial secara efektif adalah sebagai berikut:
II-20
•
Identifikasi sebab-sebab potensial Identifikasikan semua sebab potensial yang memberi andil pada masalah. Sebab- sebab potensial ini bisa dikategorikan dengan berbagai cara, seperti 3M dan 1P (Materials, Methods, Machines, dan People) atau 4S (Surroundings, Suppliers, Systems, dan Skills) tergantung pada jenis situasinya.
•
Tentukan sebab-sebab yang paling memungkinkan
•
Identifikasi akar penyebab yang sesungguhnya
3. Identifikasi solusi yang memungkinkan Bila sebab-sebab permasalahan telah teridentifikasi maka penting untuk membangkitkan gagasan dan alternatif untuk memecahkan masalah. Karena berhadapan dengan masalah dalam suatu organisasi, reaksi alaminya adalah berpikir tentang segala kendala, aturan, dan prosedur yang mungkin menyempitkan kemungkinan pilihan untuk memecahkan suatu masalah.
Identifikasi solusi merupakan proses yang terdiri dari dua bagian, yaitu: •
Buat daftar kemungkinan solusi Proses ini bertujuan untuk mengejar kuantitas dengan suatu daftar kemungkinan solusi yang luas.
•
Tentukan solusi terbaik Pada proses ini dilakukan penyempitan daftar solusi yang didapat pada proses sebelumnya.
Memulai dengan daftar kemungkinan yang jauh lebih panjang memperbesar kesempatan untuk meneliti berbagai solusi yang lebih inovatif dan tidak biasa, yang mungkin tidak akan dipertimbangkan sebaliknya.
4. Pilih solusi terbaik Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara sistematis yang akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Baik buruknya sesuatu keputusan yang
II-21
diambil sangat tergantung atas kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi.
Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko. Pada umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan itu akan memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Langkah yang harus dilakukan dalam menyeleksi solusi terbaik adalah: •
Kembangkan dan berikan bobot pada kriteria
•
Implementasikan kriteria
•
Pilih solusi terbaik
5. Susun rencana tindakan Buat rincian rencana yang memuat tahap-tahap tindakan, orang yang bertanggung jawab, tanggal mulai/berakhir, perkiraan waktu yang dibutuhkan, dan biaya.
6. Implementasikan solusi dan evaluasi perkembangan Kita harus siap memodifikasi rencana tindakan kita, bila diperlukan, untuk menanggung kejadian yang tidak diharapkan. Langkah proses pemecahan masalah inilah yang akan membuat pendekatan terstruktur sebagai suatu “lingkaran tertutup”. Pentingnya pendekatan “lingkaran tertutup” untuk memecahkan masalah menjadi jelas ketika kita menyadari bahwa keadaan, situasi, orang, dan preferensi berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Dengan mengikuti implementasi rencana tindakan dan mengevaluasi perkembangan, kita dapat memastikan bahwa solusi diterapkan dengan macam-macam perubahan tersebut.
2.6.2
Format Pengambilan Keputusan
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah sama dengan proses pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan, memunculkan pilihan,
II-22
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing pilihan, memprioritaskan pilihan, menseleksi pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.
Dalam mengimplementasikan kriteria dalam pengambilan keputusan, digunakan formulir penilaian kriteria sebagai berikut: Tabel 2. 1 Formulir Penilai Kriteria Skala Penilaian : 1 sampai 5
Bobot Kriteria
Alternatif Solusi
(%) A
B
C
D
E
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 4 Nilai Total
Langkah-langkah dalam pengisian formulir penilaian kriteria adalah sebagai berikut: 1. Beri persentase bobot kriteria untuk alternaltif solusi yang ada. Jumlah total persentase bobot kriteria adalah 100. 2. Beri penilaian masing-masing kemungkinan solusi terhadap kriteria. Nilai yang dimasukkan dalam rentang 1 sampai 10. 3. Setelah skor diberikan untuk tiap kotak, kalikan skor tersebut dengan bobot kriteria yang telah ditentukan. 4. Jumlahkan skor yang sudah diberi bobot untuk tiap solusi. 5. Solusi terbaik adalah solusi dengan jumlah skor tertinggi.
Dalam formulir penilaian kriteria, solusi yang dihasilkan bisa berbeda bila bobot penilaian kriteria diubah.
II-23