10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Bank Menurut Kasmir dalam bukunya “Manajemen Perbankan” (2002;11), bank
secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya”. Sedangkan pengertian lembaga keuangan menurut kasmir dalam bukunya “Manajemen Perbankan” (2002;11), adalah : “Setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya, baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana, ataupun kedua-duanya yaitu menghimpun dengan menyalurkan dana“. Kemudian pengertian bank menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak“. 2.1.1
Asas Fungsi dan Tujuan Perbankan Indonesia Menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan dinyatakan asas, fungsi
dan tujuan perbankan sebagai berikut : 1. Asas Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian 2. Fungsi Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana.
11
Pengertian menghimpun dana dari masyarakat adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan, giro, tabungan dan deposito. Penerimaan dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka dimana masing-masing jenis simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan sendiri. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah Funding. Selanjutnya pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito kemasyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bunga bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending. Sedangkan menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono dalam bukunya “Manajemen Perbankan” (2002;12) terdapat fungsi tambahan yaitu memberikan jasa bank lainnya. Pengertian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan perbankan lainnya antara lain meliputi : 1.
Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah.
2.
Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiunan, atau hadiah
3.
Jasa pengiriman uang (transfer)
4.
Jasa kliring (clearing)
5.
Jasa penagihan (inkaso)
6.
Jasa penjualan Mata Uang Asing
7.
Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box)
12
8.
Jasa cek wisata (travelller cheque)
9.
Jasa kartu kredit (bank card)
10. Jasa-jasa yang ada dipasar modal seperti penjamin emisi dan perdagangan efek 11. Jasa letter of credit (L/C) 12. Jasa bank garansi dan reverensi bank serta jasa bank lainnya. 3. Tujuan Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.2. Jenis-jenis Bank Menurut UU perbankan No. 7 tahun 1992, yang sekarang telah disempurnakan dalam UU yang baru yaitu UU perbankan no. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, baik tersirat maupun tersurat maka pada dasarnya jenis dan usaha Bank di Indonesia terdiri dari : 1. Bank Sentral Jenis bank untuk tidak bersifat komersial seperti halnya bank umum dan BPR, bahkan disetiap negara jenis ini selalu ada dan di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi bank sentral ini diatur oleh undangundang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam UU RI No. 23 tahun 1999 BAB III pasal 7 adalah : “Untuk mencapai dana memelihara kestabilan rupiah, mata uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil sangatlah luas seperti salah satunya adalah terjadinya inflasi yang sangat memberatkan masyarakat luas“. Tugas Bank Indonesia menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia adalah :
13
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelanjutan sisa pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank 2. Bank Umum Pengertian Bank Umum menurut UU RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah : “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran“. Sifat dan jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya yang dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank Umum sering disebut Bank Komersial (commercial bank). Kriteria Bank Umum, adalah : 1. Bentuk hukum disuatu Bank Umum dapat berupa : a. Perusahaan daerah b. Koperasi c. Perseroan Terbatas (PT) 2. Bank Umum hanya dapat didirikan oleh : a. Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia b. Bank yang pendirinya warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang berkedudukan di Luar negeri. 3. Bank Umum dilarang : a. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring
14
penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Melakukan usaha perasuransian c. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang telah ditentukan Bank Indonesia. Pada dasarnya usaha Bank Umum meliputi : 1. Menyimpan dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. 2. Menyalurkan dana kepada masyarakat (lending) dalam bentuk kredit seperti kredit investasi, kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi jangka panjang, kredit modal kerja yang diberikan untuk membiayai kegiatan suatu usaha yang sifatnya jangka pendek, kredit perdagangan, kredit konsumtif serta kredit produktif. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) Selain melakukan kegiatan usaha, menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 7, Bank Umum dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Oleh karena adanya kegiatan tersebut Bank Umum dibedakan menjadi : a.
Bank Umum Devisa (Foreign Exchange Bank) Yaitu bank yang telah diberi izin khusus oleh Bank Indonesia untuk menyelenggarakan transaksi luar negeri atau internasional, termasuk menerima simpanan dana, pemberian kredit serta kegiatan lain dalam Valuta asing.
b.
Bank Umum Non Devisa (Non Foreign Exchange Bank) Yaitu bank umum yang ruang lingkup usahanya didalam negeri dalam rupiah.
3. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR) Pengertian Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) menurut UU RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah : “Bank perkreditan rakyat adalah bank yang kegiatannya menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau
15
dalam bentuk lainnya yang dapat di persamakan dengan itu. Larangan bagi bank perkreditan rakyat adalah menerima rekening giro serta melaksanakan kliring. Begitu pula dengan jangkauan wilayah operasinya yang sangat terbatas dikecamatan-kecamatan dalam pedesaan saja“. Kriteria BPR (Bank Perkreditan Rakyat) 1. Menurut bentuk hukum BPR dapat berbentuk : a. Perusahaan Daerah b. Koperasi c. Perusahaan Terbatas d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 2. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh Warga Negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya Warga Negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya. 3. BPR dilarang : a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing c. Melakukan penyertaan modal d. Melakukan usaha perasuransian Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit 3. Mengadakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.
16
2.2.
Laporan Keuangan Kegiatan akuntansi pada dasarnya mengkaitkan dan menafsirkan data
keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan produktivitas pertumbuhan barang-barang dan jasa. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi, serta kerja perusahaan seperti yang tercermin dalam Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-psinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Munawir (2002;5) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan modal dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang telah terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber-sumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan”. Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data pasti dalam proses akuntansi didefinisikan berbagai transaksi, atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui, pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam suatu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Bambang Djinarto dalam bukunya “Banking, Asset, Liability” (2002;173) menyebutkan bahwa : “Laporan keuangan dapat diyakini keandalannya apabila laporankeuangan tersebut sudah diperiksa (diaudit) oleh akuntansi publik dan penyusunannya sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (SAK)“.
17
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenail aporan keuangan, berikut dikemukakan laporan keuangan menurut “Standar Akuntansi Keuangan” (2002;2) yaitu : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap masing-masing meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral atau laporan dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dari geografis serta pengaruh perubahan“. Sesuai dengan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan S.Munawir, (1995;5) mengemukakan sebagai berikut : “Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan“. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
2.2.2. Karakteristik Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;7), selain tujuan tersebut akan lebih bermanfaat jika laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang dapat berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif utama yaitu :
18
1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi. Serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dapat dipahami oleh pemakai tetentu. 2. Relevan Agar dapat bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dan proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable), informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan untuk disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat mempertimbangkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara efektif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian tempat keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilaksanakan secara
19
konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Selain karakteristik pokok tersebut, terdapat beberapa karakteristik lainnya dari laporan keuangan, antara lain sebagai berikut : 1. Penyajian jujur Agar dapat diandalkan informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat dilaporkan untuk disajikan, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. 2. Substansi mengungguli bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi, dan realitas ekonomi, dan bukan hanya bentuk ukurannya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. 3. Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. 4. Pertimbangan sehat. Penggunaan laporan keuangan adakalanya menghadapai ketidak pastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntunan atas garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan menggunakan keputusan serta
20
tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (Prudence) dalam penyusunan laporan keuangan. 5. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batas materialitas dan biaya kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (Omision) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari Relevansi. 6. Materialitas Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan materialitas tergantung pada besarnya Pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dan kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna. 7. Kedudukan informasi yang relevan dan andal. a. Tepat waktu Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan laporan keuangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat Relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaski atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang disajikan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, kebutuhan pengambilan keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan
21
b. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasif dari pada krakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi, seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan substansial. Biaya tesebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi yang memiliki manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, masalahnya, penyediaan informasi lanjutan kepada kreditur mungkin mengurangi biaya pinjaman yang dipikul perusahaan. Karena alasan inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji biaya manfaat pada kasus tertentu. Namun demikian, komite penyusunan standar akuntansi keuangan pada khususnya, seperti juga para penyusun dan pemakai laporan keuangan harus menyadari kendala ini.
2.2.3. Tujuan Laporan Keuangan Adapun tujuan dari penyusun laporan keuangan menurut “Standar Akuntansi Keuangan”(2002;4) adalah : “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan“. Posisi keuangan perusahaan dipenuhi oleh sumber daya yang terkendali, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai pilihan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. informasi perubahan posisi keuangan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Informasi ini berguna bagi pemakai sebagai dasar dalam menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
22
kas (dan serta kas) serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atas pertanggung jawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atas pertanggung jawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Sedangkan tujuan laporan keuangan menurut Hartanto dalam bukunya “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1” (2002;14) adalah : 1. Menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan peusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dan pengambil keputusan ekonomi. 2. Tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pemakai dalam pengambilan keputusan, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3. Menyediakan informasi tentang apa yang telah dilakukan oleh manajemen 4. Catatan dan skedul tambahan. 2.2.4. Manfaat Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan posisi keuangan (balance sheet) dan daftar yang telah menggambarkan hasil-hasil yang telah diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu (income statement). Dengan mengetahui hal tesebut pimpinan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan yang lebih tepat. Bagi manajemen yang penting adalah bahwa laba bersih atau laba operasi yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien memungkinkan keamanan aktiva lebih terjamin dan terjaga, serta perusahaan harus mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan baik dibidang keuangan maupun bidang operasional.
23
Selain yang diuraikan diatas laporan keuangan tersebut merupakan alat bagi manajemen untuk mempertanggung jawabkan kepada para persero atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Adapun manfaat laporan keuangan terhadap perusahaan secara ringkas menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;3) adalah sebagai berikut : 1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan yang bersangkutan. 2. Mengukur dan menetapkan efisiensi tiap-tiap bagian serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 3. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih tepat. 4. Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu pegawai yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. 5. Mendapatkan modal baru bila perusahaan akan memperluas usahanya baik berupa kredit dari bank maupun dari para calon investor sehubungan atas penilaian yang dilakukan terhadap laporan keuangan tersebut apabila tingkat rentabiltasnya memuaskan. 2.2.5. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;2) Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberpa kebutuhan informasi yang ada. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1. Penanaman Modal (Investor), penanaman modal sangat berkepentingan memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menekan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
24
2. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mungkin juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberi balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman (kreditur), pemberi pinjaman tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur dan usaha lainnya, pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik tentang informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. 6. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu bekepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat, masyarakat mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara,
misalnya
perusahaan
dapat
memberikan
kontribusi
berarti
pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
25
8. Manajemen, manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengembilan keputusan. Sedangkan
manfaat
yang dapat diperoleh
oleh pihak yang tidak
berkepentingan langsung dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Konsultan dan para analisis keuangan Konsultan dan para analisis keuangan yang berkepentingan dalam memberikan nasehat kepada investor dan calon investor dalam mengambil keputusan investasi, maupun dalam menilai prospek investasi perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Ahli hukum Bila kepentingan dalam memberi nasehat hukum mengenai pembagian keuntungan dan deviden maupun perjanjian-perjanjian lain.
2.2.6. Isi Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2002;1.3) terdiri dari : 1. Neraca (balance sheet) 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) 3. Laporan Arus Kas (Statement Of Cash Flow) 4. Laporan Perubahan Equitas (Statement Of Change In Equity) 5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes To Financial Statement)
1. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah suatu faktor yang menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu dari suatu perusahaan, yang memperlihatkan keadaan yang sistematis mengenai aktiva, hutang dan ekuitas.
26
Mengenai hal ini Dwi Prastowo (2002;16) dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” mengemukakan pengertian neraca adalah : “Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva) kewajiban dan ekuitas perusahaan pada saat tertentu“. Sedangkan menurut S.Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;13) neraca mempunyai definisi sebagai berikut : “Neraca adalah laporan keuangan yang sistematis mengenai aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet“. Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. A. Aktiva (Asset) Aktiva adalah hak-hak dan harta-harta yang merupakan sumber penghasilan yang dapat memberikan hasil pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang, atau dengan perkataan lain ialah segala harta-harta yang dimiliki saat ini. Menurut Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (2002;12) pengertian aktiva adalah : “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan“. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Penyajian pos-pos dalam neraca biasanya di dasarkan atas likuiditas sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid.
27
1. Aktiva Lancar (Current Asset) Menurut
S.Munawir
“Analisa
Laporan
Keuangan”
(1995;14)
mengemukakan definisi aktiva lancar adalah sebagai berikut : “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)“. Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable), piutang wesel, piutang dagang, penyediaan untuk perusahaan dagang, piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, persekot atau biaya yang dibayar dimuka. 2. Aktiva tidak lancar Menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995 ; 16) yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut : “Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan)“. Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang ditangguhkan (deffered charges), aktiva lain-lain. B. Kewajiban Menurut Standar Akuntansi (2002) hutang adalah : “Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa
masa
lalu,
penyelesaiannya
diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya “. Sedangkan menurut Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;18) yang dimaksud dengan hutang adalah :
28
“Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yangbelum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor “. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. 1. Hutang Lancar (hutang jangka pendek) Menurut S. Munawir yang dimaksud dengan hutang lancar adalah sebagai berikut : “Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan“. Hutang lancar meliputi antara lain hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, penghasilan yang diterima dimuka (deferred revenue) . 2. Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo atau masih jangka panjang lebih dari satu tahun tanggal neraca), yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka panjang yang lain. C. Ekuitas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;13) pengertian ekuitas adalah sebagai berikut : “Ekuitas adalah laporan keuangan residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban “. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan”(2002;110) pada perusahaan yang berbentuk perseroan, ekuitas terdiri dari :
29
1. Modal saham Meliputi saham prefern, saham biasa dan perkiraan tambahan modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan, dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor. 2. Agio saham Uji kelebihan selisih antara nilai jual saham dengan nilai nominal saham 3. Laba ditahan Merupakan akumulasi hasil usaha periodik dengan mempertimbangkan dividen dan korelasi laba rugi tahun lalu. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut Dwi Prastowo, dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (2002;16) laporan rugi laba adalah : “Laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan lab (kinerja) selama periode tertentu“. Sedangkan menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;26) adalah : “Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba, yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu“. Sedangkan komponen perhitungan laba rugi adalah : a. Penjualan b. Harga Pokok Penjualan c. Laba Kotor d. Beban Usaha e. Pendapatan dan beban lain-lain f. Laba sebelum Pos Luar Biasa g. Pos Luar Biasa
30
h. Laba Sebelum Pajak Penghasilan i. Pajak Penghasilan j. Laba Bersih 3. Laporan Perubahan Ekuitas Merupakan suatu laporan perubahan atau mutasi laba ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk satu periode tertentu. Selain itu laporan perubahan modal menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 4. Laporan Arus Kas. Laporan arus kas menggambarka sumber dan penggunaan kas dala satu periode. Dalam laporan arus kas transaksi kas dikelompokkan pada tiga bagian : a. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi b. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan c. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan ( 2002;1.18 ) menyebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan adalah meliputi penjelasan atau perincinan jumlah yang tertera dalam neraca laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban, kontijensi dan komitmen. Laporan keuangan yang disusun oleh bank menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia ( PAPI ) edisi 2001 terdiri dari : 1. Neraca Seperti halnya pada laporan keuangan perusahaan, neraca bank terdiri dar aktiva, radiva, dan ekuitas komponen-komponen yang terdapat pada aktiva : 1. Kas 2. Giro pada Bank Indonesia 3. Giro pada bank lain 4. Penempatan pada bank lain
31
5. Efek-efek 6. Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali 7. Tagihan dan kewajiban deliatif 8.
Kredit
9. Tagihan dan kewajiban akseptasi ( Akisi ekspor dan impor ) 10. Penyertaan 11. Aktiva tetap Komponen-komponen yang terdapat pada pasiva : 1. Kewajiban segera 2. Simpanan 3. Simpanan dari bank lain 4. Efek yang dibuat dengan janji dibeli kembali 5. Kewajiban deriatif 6. Kewajiban akseptasi 7. Surat berharga yang diterbitkan 8. Pinjaman diterima 9. Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi 10. Kewajiban lain-lain 11. Pinjaman subordinasi Komponen-komponen yang terdapat pada ekuitas : 1. Modal disetor 2. Tambahan modal disetor 3. Selisih penilaian kembali aktiva tetap 4. Saldo laba 5. Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
32
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi pada bank terdiri dari : 1. Pendapatan dan beban Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari aktivitas normal bank selama suatu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanam modal. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 2. Pendapatan dan beban bunga Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari dagang bank pada aktiva produktif 3. Provisi dan komisi Komisi adalah imbalan ata jasa perantara yang diterima atau dibayar arus suatu transaksi provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang diberikan atau diterima 4. Keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing 5. Beban aktivitas umum Adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional bank 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan bank selama pelaporan bank harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan : 1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan. 2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya diakui secara langsung dalam ekuitas sebagaimana diatur dalam Pernyataan
33
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terkait. 2. Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK yang terkait. 3. Transaksi atau modal dengan pemilik dan transaksi distribusi kepada pemilik. 4. Saldo akuntansi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya 5. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan baik pada awal periode maupun akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setipa perubahan. 4. Pendapatan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, inversi dan pendanaan. Komponen-komponen yang terdapat dalam arus kas : 1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi 3. Aktivitas Pendanaan 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan yang menjelaskan : 1. Kebijakan akumulasi bank 2. Pos-pos yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi 3. Mengungkapkan hal-hal penting lainnya yang berguna bagi pengambilan keputusan.
2.2.7. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1999;9), mengemukakan bahwa laporan keuangan mempunyai beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut :
34
1. Laporan keuangan yng dibuat secara periode pada dasarnya merupakan interim report ( laporan keuangan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara ) atau bukan merupakan laporan yang final 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti atau tetap, tetapi sebenarnya dasar penggunaannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil penelitian transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga kenaikan volume yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan limit-limit yang dibuat semakin besar, mungkin kenaikan disebabkan kenaikan harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi keuangan atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan faktor uang. 2.3.
Perkreditan
2.3.1. Pengertian dan Unsur-unsur Kredit Kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dengan persentasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupun jasa. Rolling G. Thomas, yang disadur dari buku “Analisis Kredit”, Hadiwidjaja dan Rivai Wirasaswita (2000;6), menyatakan bahwa : “In general sense, credit is based on confidence in the debtor ability to make a money payment at some future time“. Menurut ensiklopedi umum yang disadur dari buku “Manajemen Dana Bank” karangan Rachmat Firdaus (2001;170) : “Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan dari pemilik kepada pemakai dengan pengharapan memperoleh keuntungan; kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberinya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam“. Sedangkan pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 (1998;4) sebagai berikut :
35
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan “. Dari beberapa definisi diatas maka selanjutnya uraian tentang kredit mengacu pada pengertian menurut UU No. 10 tahun 1998 yaitu pengertian sesuai dengan kesepakatan nasional. Kredit yang diberikan adalah suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, hal ini berarti bahwa lembaga kredit akan memberikan kredit apabila bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Menurut Budi Untung, dalam bukunya “Kredit Perbankan di Indonesia” (2000;3) mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Disini berarti bahwa si pemberi kredit yakin bahwa persentasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Tenggang Waktu Yaitu waktu yang meminjamkan antara pemberian presentasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai rasio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Yaitu risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.Semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan maka semakin tinggi pula tingkat risikonya, sehingga terdapat unsur-unsur risiko.Dengan adanya unsur risiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian kredit.
36
4. Prestasi. Prestasi atau objek kredit ini tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa. Karena kehidupan ekonomi modern seperti sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktik perkreditan.
2.3.2. Analisis Pemberian Kredit Menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan” (1995;235) analisis kredit yang dilakukan mencakup dua golongan data atau informasi yaitu data kualitatif (analisis kredit terhadap kondisi non angka) dan kuantitatif (analisis terhadap angka-angka atau laporan keuangan). Analisis kualitatif yang diikuti analisis kuantitatif akan memberikan kejelasan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan analisis memuat data lengkap baik kualitatif maupun kuantitatif tentang usaha debitur baik keadaan sekarang maupun yang akan datang. Dengan dilakukannya analisis permohonan kredit dapat diperoleh keyakinan apakah calon debitur memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya pada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang disepakati, sehingga resiko kredit macet dapat diminimalisasi. Analisis kualitatif yang dilakukan dalam memberikan kredit adalah : •
Prinsip-prinsip Kredit Analisis 7 C 1. Character Dasar dari suatu pemberian kredit adalah dasar kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa peminjaman mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab yang baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
37
2. Capacity Yang dimaksud capacity disini yaitu suatu penilaian terhadap calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang akan atau sedang dilakukannya. Jadi jelaslah bahwa penilaian capacity dilakukan untuk menilai sampai sejauh mana hasil yang diperoleh calon debitur dalam mengelola perusahaannya untuk melunasi hutang-hutangnya pada waktunya. 3. Capital Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki calon debitur, hal ini kelihatan kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana, namun demikian halnya dalam kaitan bisnis yang murni. Semakin kaya seseorang ia akan semakin dipercaya untuk memperoleh kredit dan secara rasional hal ini tentu tidaklah mengherankan, sebab seorang calon debitur yang telah menanamkan dananya dalam proposisi yang besar dibanding dengan kredit yang diperolehnya dari bank akan melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan. Kemampuan modal sendiri ini akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan dari luar, misalnya dalam situasi pasar modal dengan tingkat suku bunga yang tinggi. 4. Collateral Yang dimaksud dengan collateral ini yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan juga dapat dipakai sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidak pastian pada kurun waktu yang akan datang saat kredit tersebut harus dilunasi.
38
5. Condition of Economy Yang dimaksud dengan condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Condition of economy sangat penting untuk diketahui apabila kredit tersebut diberikan untuk perusahaan-perusahaan diluar negeri. 6. Coverage Jaminan kredit telah diasuransikan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 7. Contraint Pertimbangan akan resiko-resiko yang akan mungkin terjadi. •
Analisis 3 R 1. Return Analisis ini oleh corporate loan administration officer untuk menilai yang akan dicapai oleh perusahaan debitur dengan kredit. Menilai apakah hasil tersebut dapat menutup pengembalian pinjaman dan apakah perusahaan bisa berkembang terus atau tidak. Keterangannya dapat diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan (on the sport), pihak manajemen dan instansi lain yang terkait. 2. Repayment Dalam analisis ini harus dinilai kemampuan peruahaan untuk membayar kembali pinjamannya pada saat-saat kredit harus dicicil atau dilunasi beserta bunganya. Keterangannya dapat diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan calon debitur.
39
3. Risk Bearing Ability Untuk mendapatkan kepastian mengenai hal ini, maka datanya berupa penilaian terhadap barang-barang jaminan. Bank harus menilai sampai sejauh mana perusahaan mampu menanggung risiko kegagalan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. •
Penilaian Aspek-aspek Kredit 1. Aspek Hukum Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, ijin usaha atau sertifikat tanah dan dokumen atau surat lainnya 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha nasabah sekarang dan dimasa yang akan datang. 3. Aspek Keuangan Merupakan aspek untuk menilai kemampua calon nasabah dala membayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan akan diperolehnya. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan 4. Aspek Operasi Atau Teknis Merupakan aspek untuk menilai tat letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya 5. Aspek Manajemen Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. 6. Aspek Ekonomi atau Sosial Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak keuntungan atau biaya atau sebaliknya.
40
Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam memberikan kredit adalah : •
Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan Keuangan dilakukan oleh bank adalah untuk mengetahui sampai dimana sampai dimana kemampuan perusahaan untuk melaksanakan Operasinya pada masa yang akan datang. Hal ini tercermin didalam hasil pada Masa lalu dala laporan keuangan. Analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan adalah analisis rasio yang meliputi : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas/rentabilitas dan rasio aktifitas. Setelah dilakukan analisis rasio keuangan maka rasio keuangan calon debitur terakhir dibandingkan dengan standar industri sejenis dan dibuat kesimpulannya.
2.3.3. Jenis Kredit Perbankan Jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu : 1. Kredit Dilihat Dari Sudut Tujuannya Menurut Suyatno dkk dalam bukunya “Dasar-dasar Perkreditan” (1997;25) terdiri dari : a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli bunga-bunga untuk dijual kembali, terdiri atas kredit perdagangan dalam negeri dan kredit perdagangan luar negeri. 2. Kredit Dilihat Dari Sudut Jangka Waktunya Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan terdit dari:
41
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal satu tahun, dapat berbentuk : 1. kredit rekening koran; 2. kredit penjualan; 3. kredit pembeli; 4. kredit wesel; 5. kredit eksploitasi. b. Kredit menegah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun 3. Kredit Dilihat Dari Sudut Jaminannya Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan, terdiri dari : a. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan ) Setelah berlakunya UU perbankan 98, perbankan dapat mempertimbangkan permintaan kredit dari pengusaha kecil tanpa jaminan. Tapi meskipun demikian pemberian kredit kredit tersebut harus didahului dengan studi kelayakan tentan kemampuan debitur untuk mengembalikan kreditnya. b. Kredit dengan agunan (secured loan) Agunan yang diberikan dalam suatu kredit dapat berupa : •
Agunan barang, baik barang tetap maupun tidak tetap (bergerak)
• Agunan pribadi, yaitu suatu perjanjian diaman suatu pihak menyanggupi pihak lainnya (debitur) bahwa ia menjamin pembayaran suatu hutang apabila si terhutang (debitur) tidak menepati kewajibannya. • Agunan efek-efek saham, obligasi dan sertifikat yang terdaftar pada bursa efek. 4. Kredit Dilihat Dari Sudut Penggunaannya Menurut UU No. 10 tahun 1998, tentang pokok-pokok perbankan, terdiri dari : a. Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan. b. Kredit investasi yaitu kredit berjangka waktu menengah atau panjang yang diberikan kepada perusahaan untuk melakukan investasi.
42
2.3.4. Prosedur Pemberian Kredit Prosedur pemberian kredit menurut Suyatno dkk (1997;62), adalah sebagai berikut : “Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh suatu permohonan sejak permohonan tersebut diajukan untuk nasabah sampai disetujui oleh Bank dipergunakan oleh nasabah, dan akhirnya dilunasi oleh nasabah “. Uraian prosedur umum perkreditan tersebut meliputi ketentuan syarat-syarat atau tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak dilakukannya kredit sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh bank. Bentuk urutan langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh Bank menurut Suyatno dkk (1997;62), adalah sebagai berikut : 1. Permohonan Kredit Permohonan kredit mencakup : a. Permohonan baru untuk mendapatkan satu jenis fasilitas kredit b. Permohonan tambahan suatukredit yang sedang berjalan c. Permohonan Diperpanjang atau pembauran masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya. d. Permohonan lainnya untuk syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan Setiap berkas permohonan kredit dan nasabah terdiri dari : a. Studi atas permohonan nasabah ditandatangani secara lengkap dan sah b. Daftar isi yang disediakan oleh Bank secara sebenarnya lengkap diisi oleh nasabahnya c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit d. Permohonan dinyatakan lengkap bila memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. 2. Penyidikan dan Analisis Kredit Yang dimaksud penyidikan kredit, adalah pekerjaan yang meliputi : a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
43
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan pengajuan kredit yang diajukan nasabah. c. Penolakan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh. d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan. Sedangkan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi : a.
Mempersiapkan pekerjaan penguraian dari segala aspek baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat atau tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
b.
Menyusun laporan analisis yang diperlukan, berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dari permohonan kredit nasabah.
Apabila Bank tidak memiliki petugas khusus untuk pekerjaan tersebut penyidikan dan analisis dilakukan oleh pejabat yang tertinggi pada Bank yang bersangkutan, atau oleh petugas yang menurut pertimbangan pimpinan Bank dianggap cakap untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 3. Keputusan Atas Permohonan Kredit Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis atau wewenang kepala bagian kredit atau cabang dalam mengambil keputusan permohonan kredit pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a.
Tanpa mengusulkan terlebih dahulu kepala kantor pusat bila permohonan kredit sampai dengan jumlah yang telah ditentukan menjadi wewenang kepala cabang atau kepala bagian kredit.
b. Mengusulkan terlebih dahulu kepada kantor pusat bila permohonan kredit melebihi wewenang kepala cabang atau kepala bagian kredit. Usulan ini disertai dengan hasil penyidikan dan analisis, kesimpulan dan saran.
44
c. Setiap keputusan permohonan kredit sebaiknya diberitahukan kepada debitur atau calon debitur secara tertulis. 4. Penolakan Permohonan Kredit Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap oleh Bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah : a.
Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah disertai alasan penolakan.
b.
Syarat penolakan minimal dibuat rangkap tiga; yang asli dikirim kepada pemohon, lembar kedua untuk dikirim kepada direksi dan lembar ketiga untuk arsip bagian kredit.
c.
Dalam hal penolakan permohonan baru, maka jika diminta semua berkas permohonan dapat dikembalikan ke pemohon kredit ke surat permohonannya.
d.
Dalam hal permohonan perpanjangan, berarti jangka waktu kredit tidak diperpanjang Bank harus menegaskan kepada nasabah agar segera menyelesaikan semua kewajibannya kepada Bank atau mengajukan rencana pelunasannya.
e.
Dalam hal penolakan tambahan kredit, maka harus ditegaskan bahwa nasabah hanya tetap menikmati batas kredit yang disetujui semula. Berkas-berkas permohonan tidak dikembalikan kepada pemohon
f.
Dalam hal penolakan persyaratan lainnya dari kredit yang sedang berjalan, maka nasabah tetap mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan syaratsyarat yang telah disetujui semula.
5. Persetujuan Permohonan Kredit Persetujuan kredit adalah keputusan Bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan.
45
Persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebuh dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah. Langkah-langkah yang harus segera diambil antara lain : a.
Persetujuan atas permohonan kredit disampaikan kepada pemohon secara tertulis (surat penegasan).
b.
Dalam surat penegasan dicantumkan syarat-syarat seperti, maksimum atau batas kredit, jangka waktu kredit, bentuk pinjaman, tujuan penggunaan, suku bunga, bea materai, provisi, penutupan asuransi atas barang jaminan, sanksi atas keterlambatan pembayaran angsuran, bunga, dan pelunasan.
c.
Setiap barang jaminan diserahkan kepada Bank, harus diasuransikan atas nama bank, yaitu dengan syarat Banker’s Clause artinya bila terjadi segala sesuatu atas barang jaminan maka pihak Bank yang berhak mendapat ganti ruginya.
6. Pencairan Fasilitas Kredit Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh Bank. Pihak Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah, bila syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. pengikatan barang jaminan dan penanatanganan surat perjanjian kredit mutlak harus dilaksanakan mendahului pencairan kredit. Alat pencairan kredit seperti cek dan bilyet giro menjadi alat bukti pembukuan setiap mutasi, saldo yang terjadi pada rekening pinjaman harus diversifikasi, meliputi pencocokan dan keabsahan. 7. Pelunasan Fasilitas Kredit Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban hutang nasabah terhadap Bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur pelunasan fasilitas kredit ini adalah : a. Perhitungan semua hutang nasabah harus segera diselesaikan sampai tanggal pelunasan yang mencakup hutang-hutang pokok, hutang biaya, biaya administrasi dan denda jika ada.
46
b. Mengadakan Inventarisasi atas dokumen yang disimpan pada berkas jaminan dan dicocokkan pada catatan yang tersedia. c. Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan surat tanda terima, surat ini disimpan dalam berkas jaminan. d. Memberitahukan pada bagian kas bahwa rekening pinjaman atas nama debitur telah ditutup.
2.4.
Analisis Laporan Keuangan
2.4.1.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Mengenai pengertian analisis laporan keuangan dikemukakan beberapa
pendapat dibawah ini : Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan” (2002;190) adalah : “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara yang satu denga yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat“. S. Munawir (1995;35), menyatakan bahwa : “Analisis Laporan Keuangan adalah penelaahan dan hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan usaha yang bersangkutan “.
47
Dari kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan dipergunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan, dan ini memakai laporan keuangan sebagai sumber informasi. Analisis laporan keuangan ini membantu mendapatkan memakai laporan keuangan sebagai sumber informasi. Ananlisis laporan keuangan ini membantu mendapatkan pengetian keuangan yang lebih baik tentang keadaan keuangan perusahaan. Para pengambil memerlukan informasi-informasi yang tepat dan relevan sebelum satu keputusan diambil, dan informasi dalam bentuk mentah sering tidak menunjukkan hubunganhubungan yang penting.
2.4.2.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah
informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan” (2002;195), menyatakan bahwa secara lengkap tujuan analisis laporan keuangan dapat diungkapkan sebagai berikut : 1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat di laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit)
3.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan
4.
Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik yang dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan
5.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi dan peningkatan.
48
6.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan yang antara lain : 1)
Dapat menilai prestasi perusahaan
2)
Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan
3)
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : a. Posisi keuangan (aset, neraca, dan modal) b. Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya) c. Likuidasi d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas atau Profitabilitas g. Indikator Pasar Modal
4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5) Melihat komposisi struktur keuangan atau arus dana 7.
Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah sangat dikenal dalam dunia bisnis
8.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal
9.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan melaksanakan analisis laporan keuangan maka informasi menta yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam hubungan satu pos dengan pos yang lain akan menjadi posisi dan prestasi keuangan perusahaan.
49
2.4.3.
Jenis Analisis Laporan Keuangan Jenis analisis laporan keuangan dipandang dari penganalisis, ialah :
1. Analisis Ekstern Analisis ini dilakukan untuk pihak luar perusahaan, sehingga informasi yang diperoleh terbatas hanya pada informasi yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan 2. Analisis Intern Analisis ini dilakukan untuk pihak yang berada dalam perusahaan, sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap. Jenis Analisis Lsporan Keuangan dipandang dan cara melakukan analisis ialah : 1. Analisis Dinamis (Horizontal) Menurut Agnes Sawir dalam bukunya “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan “(2003;45) : “Analisis dinamis adalah analisis analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya memperoleh gambara mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun laporan laba rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan”. 2. Analisis Statis (Vertikal) Menurut Agnes Sawir dalam bukunya “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan” (2003;46) : “Analisis statis adalah melakukan analisis terhadap laporan keuangan satu periode tertentu, dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba rugi denga jumlah tertentu dari laporan laba rugi misalnya proporsi persediaan terhadap jumlah aktiva lancar, proporsi aktiva lancar terhadap jumlah aktiva, proporsi harga pokok terhadap total pendapatan hasil usaha. Disebut analisis statis, karena kesimpulan yang diperoleh untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya”.
50
Dalam melakukan suatu analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, personalisasi harus memahami laporan keuangan dan aktivitas perusahaannya. Dengan mempelajari dan menelaah data-data keuangan secara menyeluruh, penganalisis akan memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang telah diterima secara umum serta menggunakan metode penilaian yang tepat sehingga penganalisis memperoleh laporan yang dapat diperbandingkan.
2.4.4.
Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;36)
tujuan dari suatu teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah : 1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentasi (trend precentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari keadaan keuangannya, apakah menunjukkan lending, tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan presentasi per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui presentasi investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan pengunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab bertambahnya modal kerja dalam periode tertentu.
51
5. Analisis sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analysis untuk mengetahui sebab-sebab bertambahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis Rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut untuk menganalisis laporan keuangan, maka rasio-rasio tersebut dapat diklasifikasikan :
1. Rasio Likuiditas Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam hal melunasi hutanghutang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Yang termasuk rasio likuiditas : a. Current Ratio
Rasio ini menujukkan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Standar dari current ratio ditetapkan sebesar 100% b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets) dalam keadaan normal quick ratio sebesar 100% dianggap baik, hal ini menunjkkan bahwa kemampuan membayar kewajiban jangka pendek semakin besar dengan jaminan aktiva yang benar-benar likuid. 2. Rasio Solvabilitas
52
Ialah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, terdiri atas rasio : a. Total Debt to Eequity
Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewjibannya. Standar yang ditetapkan untuk rasio ini adalah kurang dari 50% b. Debt Ratio
Rasio ini memperlihakan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasinya, cenderung semakin besar rasio keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham 3. Rasio Aktivitas Yaitu rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajer dalam mengelola sumber-sumber dana, terdiri dari rasio : a. Total Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. b. Receiveble Turnover
53
Merupakan kemampuan dana yang tertanam pada piutang berputar dalam periode tertentu. Semakin besar rasio ini semakin baik karena penagihan piutang dilakukannya dengan cepat c. Average Collection Turnover
Jumlah periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, total jangka waktu penagihan adalah total jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rata-rata penagihan piutang yang baik antara 30 sampai dengan 60 hari. d. Inventory Turnover
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan dianggap tetap 4. Ratio Profitabilitas atau Rentabilitas Ialah rasio yang menunjukkan hasil akhir kebijaksanaan dan keputusan, terdiri dari rasio : a. Profit Margin (Sales Margin) =
Earning Net
after Sales
tax
x
100
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi b. Return on Investment (RoI)
54
Rasio ini menunjukkan berapa persen laba bersih bila diukur dari modal pemilik. semakin besar semakin bagus c. Return on Equity (RoE)
Merupakan
kemampuan
dari
modal
yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto semakin besar semakin bagus. 7. Analisis Perubahn Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang diharapkan untuk periode tersebut 8.
Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis Break Even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Teknik analisis maupun yang digunakan merupakan permulaan dari proses analisis yang dperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Setiap teknik analisis tersebut mempunyai tujuan supaya data yang diperlukan dapat dipahami dan dimengerti serta dapat dijadikan sebagai dasar dari suatu pengambilan keputusan yang menguntungkan.
2.4.5
Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Kelebihan dan kekurangan analisis laporan keuangan harus memperhatikan
keterbatasan dari laporan keuangan itu sendiri. Mengenai hal ini, penulis akan mengutip pendapat Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan” (2002;203) adalah :
55
1. Analisis aporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar simpulan di analisis itu tidak salah. 2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan untuk menilai suatu laporan keuagan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat. 3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan. 4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang biasa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya :
a. Prinsip akuntansi b. Sifat perusahaan c. Jenis produksi d. Periode laporan e. Laporan individual atau laporan konsolidasi f. Jenis Perusahaan Aspek Profit Motif atau Non Profit Motive 5. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi
2.5
Analisis Manfaat Laporan Keuangan Perusahaan Sebagai Dasar Dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban manajemen kepada
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Seperti kreditur, investor, pemerintah dan pihak lainnya.
56
Agar pembaca laporan keuangan dapat memperoleh gambaran yang jelas dan tidak salah tafsir dalam menganalisis laporan tersebut. Maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Bambang Djinarto dalam bukunya “Banking, Asset dan Liability” (2000;169) menyebutkan bahwa : “Pada dasarnya laporan keuangan maupun landasan yang penting dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi, terutama dalam pengambilan keputusan kredit modal kerja“. Dalam setiap pengambilan keputusan, baik pihak kreditur maupun manajemen
ataupun
pihak
pemilik
perusahaan
senantiasa
dituntut
untuk
mempertimbangkan aspek likuiditas, rentabilias perusahaan yang bersangkutan, dan kondisi keuangan perusahaan itu hanya dapat dilihat dari laporan keuangan yang meliputi neraca serta rugi laba. Selain itu laporan keuangan juga merupakan sumber informasi yang baik bagi pihak pemilik, karyawan, pemerintah, maupun pihak kreditur (bank) Selanjutnya dikatakan pula oleh Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (1995;31) bahwa : “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil “. Menurut Bambang Djinarto dalam bukunya “Banking, Asset, Liability” (2000;174) mengatakan bahwa : “Bagi kreditur laporan keuangan mempunyai perencanaan yang amat penting sebab laporan keuangan merupakan salah satu sumber info yang bermanfaat untuk membuat keputusan kredit. Tanpa lapora keuangan, pihak kreditur akan sulit menentukan jumlah kebutuhan modal kerja, tingkat kesehatan debitur yang bersangkuan, dan tingkat resiko yang dihadapi “.
57
Berdasarkan informasi laporan keuangan, pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan ekonomi. Misalnya, sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit suatu perusahaan dana kreditur (bank) sangat berkepentingan terhadap prospek keuntungan dan perkembangan perusahaan tersebut dimasa yang akan datang, besarnya jaminan investasinya, serta kondisi keuangan perusahaan tersebut. Hubungan antara Analisis Manfaat Laporan Keuangan dengan Keputusan Kredit yang akan diberikan oleh kreditur (bank) adalah seperti yang dikemukakan oleh Edward W. Reed dan Edward K. Gill dalam bukunya “Bank Umum” (1995;194) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan peminjam dan calon peminjam adalah salah satu sumber informasi kredit yang paling penting yang tersedia bagi pejabat kredit bank. Dalam perumusan dengan peminjam dari perusahaan, Bank merasa bahwa laporan keuangan selama beberpa tahun, laporran Pro Forma dan cash budget tidak saja memberikan dasar yang bagus untuk menilai kondisi keuangan dan tingkat laba calon peminjam tetapi juga kemampuan pemohon untuk menghasilkan uang masuk bagi keperluan operasi dan pembayaran pinjaman. Kegunaan laporan keuangan selama beberapa tahun dalam pembuat keputusan kredit tergantung pada ketetapan dan waktu laporan tersebut“. Berdasarkan pernyataan diatas maka laporan keuangan harus disampaikan oleh sebagian besarpeminjam, terutama jika jumlah yang dipinjam relatif besar. Bahkan dalam kredit konsumen, dimana biasanya pinjaman yang jumlahnya kecil seorang pemohon diminta untuk membuat daftar barang miliknya dan uangnya, pendapatannya dan biayanya, hutang yang masih harus dibayar, tanggungan, dan informasi lainnya yang akan menunjukkan kondisi keuangannya. Penelitian informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dengan baik sangat penting dalam proses analisis kredit.
58
Bank akan mengevaluasi dan menganalisis laporan keuangan sebelum memberikan atau menolak pinjaman. Hasil dari analisis laporan keuangan tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan menolak atau memberikan pinjaman kepada perusahaan yang bersangkutan.