6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max . Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurut Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut : Kingdom
:Plantae
Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi :Spermatophyta Divisi
:Magnoliophyta
Kelas
:Magnoliopsida
Sub Kelas
:Rosidae
Ordo
:Fabales
Famili
:Fabaceae
Genus
:Glycine
Spesies
: Glycine max (L.) Merr.
Kedelai merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang merupakan sumber protein yang cukup tinggi. Selain itu juga merupakan sumber lemak, vitamin, dan mineral. Kedelai bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan, minuman, serta penyedap cita rasa makanan. Sebagai bahan makanan kedelai tidak langsung dimasak, tetapi diolah terlebih dahulu melalui beberapa tahapan proses misalnya dibuat tempe, tahu, keripik kedelai, susu kedelai, dan bubuk
Universitas Sumatera Utara
7
kedelai. Sebagai bahan minuman kedelai diproses, dimasak, dikemas secara modern baik dalam botol maupun dalam karton sehingga dihasilkan minuman dari kedelai. (Cahyadi, 2007). Untuk pembuatan produk olahan kedelai yang bermutu diperlukan beberapa bahan pokok dan bahan pendukung. Untuk bahan pokok atau bahan baku perlu diperhatikan jenis kedelai, yang dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu kedelai kuning, kedelai hijau, kedelai hitam, dan kedelai cokelat. Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : (1). Kedelai putih, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning, atau putih atau juga hijau apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan kepingnya. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan susu atau bubuk kedelai, (2). Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang apabila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan kepingnya, (3). Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan kecap, (4). Kedelai cokelat, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil. Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan memiliki mutu yang lebih baik, biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsin inhibitor dan melalui proses pemasakan tripsine inhibitor dapat dinetralkan, selain anti tripsine, senyawa antigizi lain yang terkandung dalam kedelai antara lain hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebab
Universitas Sumatera Utara
8
flatulensi, yaitu timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung (Cahyadi, 2007). Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Protein kedelai merupakan salah satu sumber protein yang sangat baik dan bermutu tinggi. Protein kedelai mengandung asam amino yang cukup tinggi dan lengkap terutama asam amino glutamat yang merupakan asam amino yang paling dominan dalam menyusun protein kedelai, juga memiliki kandungan lisin yang termasuk asam amino essensial dalam jumlah yang besar sehingga dapat menutupi kekurangan lisin yang biasanya terdapat pada beras dan jagung. Dibandingkan dengan kacang-kacangan yang lain, susunan asam amino pada kedelai lebih lengkap dan seimbang (Koswara, 1995).
Universitas Sumatera Utara
9
Tabel 2.1. Perbandingan antara Kadar Protein Kedelai dengan beberapa Bahan Jenis Makanan Kadar Protein (%) Susu skim kering Kedelai Kacang hijau Daging Ikan segar Telur ayam Jagung Beras Tepung singkong
36 35 22 19 17 13 9,20 6,80 1,10
Sumber : Margono (2000). Lemak kedelai mengandung beberapa fosfolipida penting, yaitu lesitin, sepalin dan lipositol. Lesitin pada kedelai mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidat. Arakhidat berfungsi sebagai lipotropikum, zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh. Lesitin adalah campuran fosfatida dan senyawa lemak yang meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositol yang menjadi penentu mutu dan khasiat dari lesitin. Sedangkan, kandungan serat kedelai yang sangat tinggi, membantu merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Cahyadi, 2007). Zat mutagenik, anti kanker, genistein, yaitu senyawa fitoesterogen dalam kedelai dapat menghambar pertumbuhan sel kanker atau tumor. Kandungan nutrisi kacang kedelai per 100 gram porsi makanan dapat dilihat pada tabel 1. Kandungan lesitin bersama zat-zat lainnya pada kacang kedelai merupakan senyawa yang sangat tinggi khasiatnya sebagai obat awet muda, penguat dan mempertinggi daya tahan tubuh. Lesitin memiliki seifat emulsif terhadap lemak sehingga lesitin dapat membantu menetralkan dan menormalkan kandungan lemak dalam darah (Cahyadi 2007).
Universitas Sumatera Utara
10
Hanya 12%-14% saja kandungan karbohidrat kedelai yang dapat digunakan tubuh secara biologis. Karbohidrat kedelai terdiri atas golongan oligosakarida dan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri atas sukrosa, stakiosa, dan rafinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari arabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol. Komponen-komponen gula yang terdapat dalam biji kedelai meliputi sukrosa (4,53%), rafinosa (0,73%), stakiosa (2,73%) dan glukosa, galaktosa, fruktosa larut setelah perlakuan perebusan. Selama proses fermentasi, gula tergolong pada heksosa cepat terfermentasi sedangkan stakiosa sangat larut (Aak, 1991). Kedelai mengandung 180–243 mikrogram karoten per 100 gram kedelai. Selain itu juga kedelai merupakan sumber vitamin B terutama kandungan B1, pantotenat, riboflavin, niasin, vitamin B12. Sedangkan vitamin A dan D terkandung dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam kedelai muda terdapat vitamin C dengan kadar sangat rendah (Aak, 1991) . Kandungan Vitamin Kedelai dapat dilihat pada tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
11
Tabel 2.2. Kandungan Vitamin Kedelai Vitamin Jumlah (mikrogram/gram kedelai) Vitamin B1 (Thiamin) Vitamin B2 (Roboflavin) Niasin Piridoksin Biotin Asam panthotenat Asam folat Inositol Kholin Karotenoid Vitamin E Vitamin K
11 – 17,5 3,4 – 3,6 21,4 – 23 7,1 – 12 0,8 13 – 21,5 1,9 2300 3400 0,18 – 2,43 1,4 1,9
Sumber : Koswara (1995). Kadar air merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan tepung, tepung menjadi menggumpal. Tepung yang telah rusak daya serap maupun water holding capacity menjadi rendah. Batas maksimal kadar air yang diperbolehkan adalah 14%, dengan kadar air yang rendah diharapkan kapang tidak tumbuh atau berkembang biak. Jamur yang tumbuh pada tepung akan merusak potensi tepung dan menghasilkan toksin yang berbahaya bagi kesehatan konsumen Koswara (1995). Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi, tetapi dibuat dari ekstrak kedelai. Susu kedelai diperoleh dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan kemudian disaring untuk memperoleh filtrat atau cairan susu kedelai, yang kemudian dididihkan dan diberi bumbu, biasanya berupa gula dan essen untuk meningkatkan rasanya. Protein susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap laktosa (lactose intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi. Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak dikonsumsi manusia,
Universitas Sumatera Utara
12
diperlukan persyaratan sebagai berikut : bebas dari bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai stabilitas koloid yang mantap (Anonim, 2011). 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Agroindustri Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyedian sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana, dan pembinaan. Agroindustri merupakan suatu bentuk kegiatan atau aktifitas yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Mendefinisikan agroindustri dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan kedua agroindustri sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi agroindustri dalam negeri, antara lain: 1) kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu; 2) kurang nyatanya peran agroindustri di perdesaan karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan;
Universitas Sumatera Utara
13
3) kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri; 4) kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat; 5) keterbatasan pasar; 6) lemahnya infrastruktur; 7) kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan; 8) lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir; 9) kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing; 10) lemahnya entrepreneurship (Soekartawi, 2000). Agroindustri juga merupakan subsektor pertanian yang diharapkan dapat berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi, penerimaan ekspor, penyedian lapangan kerja, pengangguran kemiskinan, dan pemerataan pembangunan wilayah. Ditinjau dari cakupan komoditasnya, terdapat ratusan jenis tanaman tahunan dan tanaman musiman dapat tumbuh subur di Indonesia, sehingga pembangunan agroindustri akan dapat menjangkau berbagai tipe komoditas yang sesuai dikembangan di masing-masing daerah di Indonesia. Dilihat dari hasil produksinya, komoditas perkebunan merupakan bahan baku industri dan barang ekspor, sehingga telah melekat adanya kebutuhan keterkaitan kegiatan usaha dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya. Di samping itu, jika diamati dari sisi pengusahaannya, sekitar 85 persen komoditas agro merupakan usaha perkebunan rakyat yang tersebar di berbagai daerah. Dengan demikian pembangunan industri agro akan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui perannya dalam menciptakan lapangan kerja dan distribusi pemerataan pendapatan (Rachbini, 2011).
Universitas Sumatera Utara
14
Posisi agroindustri dalam agribisnis berada di tengah sehingga dapat mendorong yang dihilirnya dam mengelola yang dihulu. Artinya, terhadap pasar (hilir) agroindustri mendorong agar tetap mampu menjual mutu dengan standarnya yang selalu akan dipenuhi dan dikembangkan. Sebaliknya pasar juga bisa memberikan keinginannya untuk dapat dipenuhi oleh industri. Produk industri tentu diharapkan lebih bermutu dari pada produk mentahnya, atau mempunyai kelebihan-kelebihan yang dapat dinikmati oleh konsumen sesudah melalui proses pengolahan di industri. Selain itu, industri yang berposisi di tengah dalam sistem agribisnis mendorong kalangan niaga di sektor hilirnya (Sadjad, 2001). Pentingnya agroindustri dalam pembangunan pertanian disebabkan beberapa alasan yaitu: pertama dapat memberikan nilai tambah pertanian, kedua agroindustri merupakan bidang usaha yang mampu menciptakan kesempatan kerja, ketiga agroindustri merupakan sumber pertumbuhan, keempat sebagai penghasil devisa, kelima agroindustri merupakan jenis industri yang memiliki keterkaitan ke atas (forward linkage), keenam umunya agroindustri berlokasi di pedesaan, karenan itu kandungan lokalnya sangat tinggi, serta memiliki social effect yang positif bagi sebahagian besar rakyat kecil (Iwantino, 2002). 2.2.2. Proses Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Di samping itu dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahkan
Universitas Sumatera Utara
15
untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lain (Suratiyah, 2002). Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor produksinya menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor prroduksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu pula sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah contohnya (Rahardja dan Manurung, 2006). Menurut Reksoprayitno (2000), hubungan fisik antara masukan (input) dan keluaran (output) untuk suatu macam produk dapat diungkapkan dengan menggunakan konsepsi fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan output atau jumlah-jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan persatuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi. Dalam proses produksi, pengolah akan mempertimbngkan tentangbiaya produksi, penerimaan dan keuntungan dalam usaha tersebut dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
16
1. Biaya Produksi Menurut Supriyono (2009), pengolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan volume terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahannya terhadap aktivitas dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. 2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbandingterbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. 2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. Biaya campuran (mixed cost) atau sering disebut dengan biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai karakteristik variabel dantetap. Biaya campuran mengandung unsur tetap dari biaya yang dikeluarkan pada saat fasilitas menganggur dan unsur variabelnya yang meningkat sebanding dengan
Universitas Sumatera Utara
17
volume produksi. Para manajer biasanya memisahkan biaya campuran ke dalam unsur tetap dan unsure variabel untuk tujuan pengambilan keputusan..Contoh biaya campuran ini adalah biaya telepon, biaya listrik dan sebagainya. Biaya bertahap (step cost)selalu konstan pada jumlah tetap tertentu sepanjang kisaran keluaran tertentu. Kemudian pada titik-titik tertentu, biaya bertahap akan meningkatmenjadi
lebih
besar,
biaya
bertahap
tampak
seperti
jenjang
(Simamora, 2003). Untuk mengetahui biaya total, secara matematis ditulis sebagai berikut
TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total Cost/Biaya Total (Rp) TFC = Total Fixed Cost/Biaya TetapTotal (Rp) TVC = Total Variabel Cost/BiayaVariabel Total (Rp) Biaya produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya investasi yang besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau harga di pasaran pada waktu itu. Termasuk biaya variabel adalah ternak bakalan (bibit), pakan, tenaga kerja, dan bunga modal/bunga bank jika meminjam dari bank (Sudarmono dan Sugeng, 2003).
Universitas Sumatera Utara
18
2. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan ini merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga persatuan (Soekartawi et al, 2001). Menurut Soekartawi (2001), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: TR = Q x Pq Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk Pq = Harga produk (Rp) Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil. 3. Keuntungan Keuntungan usaha adalah selisih antara nilai penjualan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang-barang yang dijual tersebut (Lipsey et all, 1990). Sebuah perusahaan yang memaksimumkan laba memilih output dan inputnya dengan satu tujuan untuk mencapai laba ekonomi yang maksimum.
Universitas Sumatera Utara
19
Yaitu, perusahaan berusaha untuk membuat selisih antara penerimaan total dengan biaya ekonomi totalnya sebesar mungkin (Nicholson, 1992). Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Atau dengan kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-biaya produksi. Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biaya lebih besar daripada penerimaan yang berarti labanya negatif, situasi ini disebut rugi (Lipsey et all, 1990). Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh dikurangi biaya dari produsen nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan / pendapatan. Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran melakukan kegiatan–kegiatan menghadapi resiko ketidakpastian di masa yang akan mendatang (Sukirno, 1994). Nilai
tambah
menggambarkan
tingkat
kemampuan
menghasilkan
pendapatan disuatu wilayah. Nilai tambah juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat (Tarigan, 2004). Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin ini tercakup komponen
Universitas Sumatera Utara
20
factor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan. Menurut Gittinger (1986), nilai tambah dari setiap industri adalah harga pasar dari barang atau jasa yang diproduksi dikurangi dengan harga barang atau jasa material dan jasa yang dibeli dari pihak lain, yaitu selisih antara output bruto dengan nilai konsumsi sementara. Nilai tambah itu bisa berbentuk bruto maupun netto. Nilai tambah bruto meliputi pajak, bunga atas pinjaman, sewa, keuntungan usaha, cadangan untuk penyusutan, dan balas jasa untuk manajemen dan pegawai termasuk pada tunjangan sosial. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Factor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedang faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja (Hayami et all, 1987). Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut : Nilai Tambah =
f ( K, B, T, U, H, h, L )
Dimana : K = Kapasitas Produksi
Universitas Sumatera Utara
21
B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja H = Harga output h = Harga bahan baku L = Nilai input lain ( nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai ). Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai berikut : 1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah) 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam %) 3. Imbalan bagi tenaga kerja (dalam rupiah) 4. Imbalan bagi modal dalam manajemen (keuntungan yang diterima perusahaan), dalam rupiah. Dengan mengetahui perkiraan nilai tambah diharapkan berguna : 1. Bagi pelaku bisnis, dapat diketahui besarnya imbalan terhadap balas jasa dan faktor-faktor produksi yang digunakan. 2. Menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang ditambahkan kerana kegiatan menambah kegunaan (Sudiyono, 2004). 2.3 Penelitian Terdahulu Aminah (2014) yang berjudul tentang “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai Pada Skala Industri Rumah Tangga di Kota Medan”. Metode analisis yang digunakan untuk analisis nilai tambah adalah metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopi bubuk arabika adalah Rp.17.744,7/kg per hari
Universitas Sumatera Utara
22
atau satu kali produksi dengan rasio nilai tambah sebesar 37.8% dalam satu kali produksi. Rahmawati (2009), Kajian Nilai Tambah Produk Agribisnis Kedelai pada Usaha Aneka Tahu Maju Lestari di Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Hasil penelitian menunjukkan nilai tambah yang diperoleh selama setahun sebesar Rp 267.308.150 . Untuk nilai tambah per kg kedelai diperoleh sebesar 1302 /kg. 2.4 Kerangka Pemikiran Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pegolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Pengolahan dari kacang kedelai menjadi tahu
bertujuan untuk
meningkatkan keawetan sehingga layak untuk dikonsumsi dan memperoleh nilai tambah dan harga jual yang tinggi di pasaran. Dengan melakukan pengolahan terhadap kacang kedelai
maka masa penyimpanan lama, dan jangkauan
pemasaran akan menjadi lebih luas. Maka dari kegiatan pengolahan kacang kedelai menjadi tahu tersebut dapat meningkatkan nilai tambah (value added), dengan mengoptimalkan setiap tahapan proses pengolahan sehingga dapat menambah keuntungan dan pendapatan produsen/pengolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
23
Kacang Kedelai
Proses Pengolahan
Tahu
Nilai Tambah
Keuntungan
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian 1. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu pada usaha industri rumah tangga di daerah penelitian masih rendah.
Universitas Sumatera Utara