BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Demam Thypoid 2.1.1 Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006). Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonellathypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaranyang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. 2.1.2 Etiologi Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan
C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella Thyposa merupakanbasil gram negatif yang tidak menghasilkan spora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. 2.1.3 Patofisiologi Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Salmonella
thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke
lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005). 2.1.4 Manifestasi klinik
Masa inkubasi typhoid
10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan
terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, Lidah tertutup selaput putih
kotor, ujung dan
tepinya kemerahan , jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal (Ngastiyah, 2005). Umumnya klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. 2.1.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : 2.1.5.1 intra intestinal � Perforasi usus Perforasi usus merupakan komplikasi pada 1 – 5% penderita yang dirawat, biasanya terjadi pada minggu ketiga tetapi bisa terjadi selama masa sakit. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum.
� Perdarahan usus Usus yang terinfeksi dapat membentuk luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja. Perdarahan hebat bisa menyebabkan syok, tetapi biasanya sembuh spontan tanpa pembedahan. 2.1.5.2
Ekstra Intestinal Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu meninggal, kolesistis, ensefalopati dan lain-lain. Pankreatitis merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada demam thypoid. Myokarditis terjadi pada 1-5% penderita demam thypoid. Hepatitis tifosa merupakan komplikasi demam thypoid yang jarang ditemukan. Sebagian kasus demam thypoid mengeluarkan bakteri S.typhi melalui urin pada saat sakit maupun sembuh. Sehingga sistitis bahkan pielonefritis merupakan penyulit demam thypoid.
2.1.6 Pencegahan Ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu: - Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid. - Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii akut maupun carrier.
- Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi (Laurentz I.R, 2006) Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus mencuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan terutama kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. S.typhi akan mati dalam air yang dipanaskan setinggi 57oC dalam beberapa menit. Selain itu hindari makanan pedas karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin. 2.2 Tinjauan Umum tentang Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap – tiap orang berbeda. Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinasi perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2012). Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan resultansi dari berbagai faktor internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau di deteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut diatas ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan dan sosial budaya masyarakat. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu sikap dan perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang yang tidak membiasakan anaknya cara hidup sehat, disebabkan karena ibu tersebut tidak tau dampak dari perilaku ibu itu sendiri. Sebab lain adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, karena adanya anggapan tubuh yang terlalu bersih akan mudah diserang bakteri/virus sehingga besar kemungkinan terkena penyakit terutama demam thypoid. Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu
untuk
mengambil
keputusan
atau
bertindak,
dan
situasi
yang
memungkinkan ia berperilaku atau tidak berperilaku. Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh fungsi dari pemikiran dan perasaan seseorang serta adanya orang lain yang dijadikan referensi yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat (Notoadmodjo, 2012).
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut ”covert behavior” sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang sebagai stimulus (practice) adalah merupakan ”overt
behavior”. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya. Perilaku manusi itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku dalam tiga domain (kawasan), meskipun kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tugas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Dalam tujuan, suatu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a).Kognitif, b). Afektif, c). Psykomotor. 2.3 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Menurut pendapat dari WHO (1992), bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, media masa, dan media lainnya sebagai perantara. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari apa yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dimana merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Penelitian rogert (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : 1. Kesadaran (awareness), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus, tetapi tidak mempunyai informasi mengenai stimulus (objek) itu sendiri. 2. Perhatian / merasa tertarik (interest), yaitu orang tersebut terdorong untuk mencari informasi mengenai stimulus (objek) baru tersebut. Disini sikap subjek mulai timbul. 3. Penilaian
(evaluation),
yaitu
subjek
mempertimbangkan
dan
menilai
baik-tidaknya stimulus (objek) baru tersebut bagi dirinya. Dalam hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Percobaan (trial), yaitu subjek sudah mulai mencoba melakukan hal baru secara kecil-kecilan, untuk memperkirakan kegunaanya akan tetapi sesuai dengan kemampuan dan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adopsi, dimana subjek memutuskan untuk lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus tersebut secara teratur.
Pengetahuan adalah pesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda dengan kepercayaan, tahayul, dan penerangan – penerangan yang keliru. Pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu sendiri. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak seperti halnya dengan sikap. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan juga merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh melalui prosese selama hidup dan dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau over behavior. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoadmodjo, 2012). 2.4 Tinjauan Umum Tentang Sikap Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana. (Azwar, 2003) sikap adalah respon terhadap stimulus yang telah terkondisikan. Sedangkan Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.Sikap adalah suatu bentuk kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek, di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Misalnya bagaimana pendapat ibu tentang demam thypoid? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden, misalnya demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii (sangat setuju, setuju, ragu – ragu, tidak setuju). Sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni menerima (receiving) yang diatrikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan, merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan yang merupakan suatu indikasi dari sikap itu sendiri, menghargai (valuing) yaitu Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah yang juga merupakan suatu indikasi sikap, dan bertanggung jawab (respon sible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Hal ini merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap dibagi dalam 3 komponen, yaitu : 1.
Kepercayaan / keyakinan ide, dan konsep terhadap suatu obyek
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek
3.
Kecenderungan untuk bertindak (Alpart, 1954).
2.5 Tinjauan Umum Tantang Tindakan Suatu sikap belum sepenuhnya terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilititas. Sikap ibu yang sudah positif harus mendapat konfirmasi. Tingkat-tingkat praktek yaitu a. Perception (persepsi) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yang merupakan praktek tingkat pertama. b. Guidet respons (respon terpimpin) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mechanism (mekanisme) apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar. Secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan bebiasaan. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi 3 yakni : menggunakan kekuatan sebagai dorongan, pemberian informasi serta diskusi dan partisipasi (Notoadmodjo, 2012).
2.6 Kerangka berpikir Berdasarkan tinjauan teori tentang kejadian demam thypoid pada anak yang telah di bahas sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :
. Demam thypoid
Tinjauan umum tentang kejadian demam thypoid
-
Pengertian Etiologi Patofisiologi Manifestasi klinik - Komplikasi - pencegahan
Tinjauan umum tentang perilaku
Tinjauan umum tentang pengetahuan
Tinjauan umum tentang tindakan
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka Hubungan Antara Variabel Pengetahuan
Tinjauan umum tentang
Kejadian demam thypoid
Sikap
Tindakan
Keterangan
Skema 2.7
: :
Variabel Independen
:
Variabel Dependen
:
Variabel yang diteliti
:Hubungan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Thypoid pada Anak.
2.8 Hipotesis Penelitian 2.8.1 Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak. 2.8.2 Ada hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak. 2.8.3 Ada hubungan antara tindakan keluarga dengan kejadian demam thyipoid pada anak.