BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA 1.
Pengertian Belajar Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena peroses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas (Suprayekti, 2003: 4). Menurut Kokom Komalasari (2011: 2), belajar adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Sedangkan menurut Sunaryo, belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Menurut Thursan Hakim “belajar adalah suatu peroses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan
11
kecakapan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain”. Hal ini berarti peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Apabila tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain, ia mengalami kegagalan dalam proses belajar mengajar (Hamdani, 2011: 21). Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisiksosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah sebab belajar juga adalah proses mendapatkan pengetahuan (Agus Suprijono, 2012:3). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan dengan serangkain kegiatan sebagai hasil pengalamanya sendiri akibat interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan dalam, pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksinya dengan lingkungannya. Beberapa definisi belajar menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
12
1) Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tahap Sensorimotor
Tabel 1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Perkiraan Usia Kemampuan-Kemampuan Utama Lahir sampai Terbentukknya konsep dua tahun. kepermanenan obyak dan kemajuan gradual dari prialaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
Praoperasional 2 sampai 7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikkiran masih egosentris dan sentrasi.
Operasi konngkrit
7 sampai 11 tahun
Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Kemampuan kemampuan baru termasuk penggunaan operasioperasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentris tetapi desentris, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi formal
11 tahun sampai dewasa
Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif piaget, dalam penelitian ini peserta didik pada tingkat SMA dengan rentang usia 11-18 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal. Pada taraf perkembangan ini
13
siswa mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal dan dapat menggunakan penalaran ilmiah. Siswa dapat berpikir tentang sesuatu melalui proses berpikir logis dan abstraksi yang lebih kaya. Misalnya pada materi bangun ruang untuk kubus dan balok, dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami unsur-unsur kubus dan balok. Bahasan mengenai sisi/bidang, rusuk, titik sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, dan lain-lainya. Pada pembelajaran model talking stick ini siswa akan diberikan beberapa pertanyaan secara langsung mengenai bahasan materi bangun ruang untuk kubus dan balok. Dengan begitu siswa akan terangsang untuk menggunakan proses berfikir yang logis untuk mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Siswa harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari, memanipulasi, bertanya, dan mencari jawaban sendiri terhadap berbagai pertanyaan yang muncul. Dalam hal ini dengan pembelajaran model talking stick guru dapat memberikan kesempatan yang luas pada siswa untuk membangun komunikasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. 2) Menurut Burner pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi pada diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu pertama, proses perolehan informasi baru, yang dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar, melihat audiovisual, dan lain-lain. Yang kedua proses transformasi pengetahuan merupakan bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan
14
kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diperoses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Tahap selanjutnya adalah menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan atau informasi yang telah diterima, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat relevan dengan pembelajaran talking stick pada materi bangun ruang. Melalui pembelajaran talking stick ini ketiga peroses kognitif yang sesuai dengan teori Burner akan terjadi pada diri siswa. Dengan penyampain materi pada siswa, guru sudah membantu siswa dalam proses perolehan informasi baru, yakni melalui mendengarkan penjelasan guru. Selain itu melalui pemberian beberapa pertanyaan pada siswa dengan model talking stick merupakan suatu rangsangan bagi siswa untuk mengubah informasi yang diterima dengan pemikiran yang lebih abstrak dengan mencari jawaban menurut pemikiranya sendiri. Pada pembelajaran talking stick ini siswa akan bersemangat mengemukakan pendapatnya berdasarkan intuisinya yang merupakan tahap kedua proses kognitif dalam teori belajar burner. 3) Menurut Vygotsky siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.
15
Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih
dalam
jangkauan
mereka
disebut
dengan
zone
of
proximaldeveloment, yakni daerah perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tesebut. Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri (Trianto, 2007: 27). Teori Vygotsky ini relevan dengan penerapan model pembelajaran talking stick pada materi bangun ruang. Pada pembelajaran talking stick ini setting kelasnya berbentuk pembelajaran cooperative dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan
masalah
efektif
dalam
zona
of
proximaldeveloment. Selain itu pada pembelajaran ini juga ditekankan scaffolding dengan memberikan penjelasan mengenai materi bangun ruang
16
pada awal pembelajaran sehingga siswa semakin lama, semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran. 2.
Pengertian Pembelajaran Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal (Rusfidra, 2006). Menurut Rusfidra, pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar
17
dimana di dalamnya ada interaksi antara guru dan siswa, antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau disahkan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi, alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar (Kokom Komalasari, 2011: 3). Penelitian tentang pembelajaran matematika menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi. Namun, satu faktor terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam peroses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai bagian dari pelajaran.
18
3.
Pembelajaran Matematika Menurut Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk membina
kemampuan
matematika,
siswa
menggunakan
diantaranya penalaran,
dalam
memahami
menyelesaikan
konsep masalah,
mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap matematika. Terkait Matematika, Chambers (2008: 9) menyatakan bahwa: “Mathematics is the study of patterns abstracted from the world araound us-so anything we learn in maths has literally thousands of applications, in arts, sciences, finance, health and recreation” Artinya, matematika merupakan studi tentang pola yang diabstraksikan dari dunia disekitar kita, jadi segala sesuatu yang kita pelajari di matematika mempunyai banyak aplikasi dalam seni, ilmu, keuangan, kesehatan dan rekreasi. Pembelajaran matematika hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan dalam ranah kognitif, tetapi juga untuk mencapai tujuan dalam ranah afektif dan psikomotor. Pembelajaran matematika yang baik tidak hanya dimaksudkan untuk mencerdaskan siswa, tetapi juga untuk menghasilkan siswa yang berkepribadian baik. Menurut Hernawan, dalam pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui diantaranya: (1) Interaktif yaitu proses interaksi baik antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungan, (2) Insfiratif yaitu proses yang insfiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu, (3) Menyenangkan dapat dilakukan dengan cara menata ruangan yang apik dan menarik dan bervariasi, yakni dengan
19
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber yang relevan, (4) Menantang, dan (5) Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dimana siswa mendapat dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Proses pemberian pengalaman-pengalaman belajar kepada peserta didik dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika di sekolah tidak terlepas dari sifat-sifat perkembangan intelektual dari peserta didik. Oleh Karena itu, diperlukan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika berikut: a) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. b) Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. c) Pembelajaran matematika menekankan pola piker dedukatif 1) Matematika adalah ilmu dedukatif, matematika tersusun secara dedukatif aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa yang kita ajar. Misal sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, maka dalam pembelajaran
matematika
belum
seluruhnya
menggunakan
pendekatan dedukatif tapi masih campur ingin induktif. 2) Pembelajaran
matematika
menganut
kebenaran
konsistensi.
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur dedukatif aksiomatik. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya
20
merupakan kebenaran konsistensi tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4 (empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu: a) Matematika sebagai pemecahan masalah b) Matematika sebagai penalaran c) Matematika sebagai komunikasi, dan d) Matematika sebagai hubungan. Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. 4.
Pembelajaran Matematika SMP Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut: bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, statistika, dan peluang. Pembelajaran matematika di SMP dilaksanakan agar para siswa dapat memahami konsep matematika untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan. Dengan pembelajaran matematika, para siswa SMP diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sikap ulet, dan dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Tujuan khusus pembelajaran matematika di SMP adalah sebagai berikut:
21
a) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika. b) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah. c) Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. d) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Standar Nasional Pendidikan (SMP/MTs) 2008 – 2009). a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model menafsirkan solusi yang diperoleh. d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
22
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mepelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 5.
Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbin Syah
23
(2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel melalui Sunarto (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1990: 130) prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Berdasarkan beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.
24
Menurut Slameto dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi antara lain: a) Faktor sekolah Lingkungan sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi semangat belajar anak, seperti hubungan anak dengan guru, pengawas, administrasi 1) Metode mengajar guru, terkait dengan metode mengajar guru yang tepat dan tidak tepat. Semakin baik guru menerapkan metode mengajarnya, semakin baik pula tingkat penerimaan terhadap hasil belajar yang dicapainya, begitu juga sebaliknya. 2) Kurikulum, dalam hal ini menyangkut jumlah materi pelajaran yang dibebankan dalam suatu periode tertentu. Dalam hal ini terkait dengan teknik belajar yang tepat akan mampu mengatasi dan menyelesaikan materi dengan tuntas dan selanjutnya akan berimplikasi terhadap prestasi belajar siswa. 3) Reaksi guru dengan siswa, semakin baik hubungan antara siswa dengan guru, semakin baik pula proses belajar mengajara yang berlangsung dan dapat berimplikasi pada prestasi belajar siswa. 4) Disiplin sekolah, disiplin dalam sekolah akan menyebabkan para siswa berdisiplin dalam segala hal, termasuk dalam proses belajar mengajar dan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 5) Kelengkapan fasilitas belajar, kelengkapan pendukung fasilitas belajar seperti: laboratorium, perpustakaan, alat peraga, prasaran
25
gedung sekolah dan sarana pendukung lainnya. Jika sarana dan prasarana memadai maka siswa akan dapat belajar dengan baik dan nyaman. b) Faktor lingkungan masyarakat Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik dan memiliki inteligensi yang baik. Selain itu teman bergaul di masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaiamana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain). Untuk mengungkapkan hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indicator-indikator sebagai petunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disajikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151) Penelitian ini difokuskan pada salah satu ranah dalam teori prestasi belajar yakni pada ranah cipta (kognitif). 6.
Cooperative Learning Model secara harfiah berarti bentuk. Menurut Mills dalam Agus Suprijono (2012:45), model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses
26
aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Menurut Udin Saparudin (1997:78) model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (Agus Suprijono, 2012: 46). Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Menurut Nurul Hayati (2011:203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partsipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok – kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2011:203).
27
Menurut Agus Suprijono (2012;54) “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasukbentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Istilah kooperatif dalam hal ini bermakna lebih luas, yaitu menggambarkan kseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif. Menurut Shaw dalam Agus Suprijono (2012:57) dalam pembelajaran kooperatif, kelompok bukanlah sematamata sekumpulan orang. Kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur, groupness. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelakasanaan prosedur model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif, yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama. Ciri selanjutnya yaitu pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Menurut Rusman (2011:211), Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu: a) Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
28
b) Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. c) Mengorganisasikan Siswa kedalam Kelompok – Kelompok Belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien. d) Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar e) Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. f)
Memberikan Penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
7.
Talking Stick Model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan kontruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan, belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap
29
kelompok dikondisikan dengan siswa dari tingkat kemampuan berbeda yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah, menggunakan aktivitas belajar yag bervariasi untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Talking Stick. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick adalah sebuah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan sepenuhnya kepada peserta didik untuk dapat bertindak dengan leluasa dan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri. Model Pembelajaran Talking Stick sebagai pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok. Sedangkan menurut Eggen and Kauchak, model pembelajaran kooperatif Talking Stick bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersamasama siswa yang berbeda latar belakangnya. Model pembelajaran Talking Stick diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian dengan bantuan Stick (tongkat) yang bergulir peserta didik dituntun untuk merefleksikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan cara menjawab
30
pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialah yang wajib menjawab pertanyaan (talking). Menurut Suherman (2006: 84) sintaks model pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: a) Guru menyiapkan sebuah tongkat. b) Guru menyajikan materi pokok c) Siswa membaca materi lengkap pada wacana. d) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. e) Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya. f)
Guru membimbing siswa
g) Guru dan siswa menarik kesimpulan h) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, i)
Siswa diberikan evaluasi Agus Suprijono (2009: 109-110) menyebutkan langkah-langkah dalam
menerapkan model talking stick adalah: a) Pembelajaran dengan model talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. b) Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. c) Peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi. d) Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya.
31
e) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. f)
Ketika stick bergulir dari peserta didik yang sat uke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik.
g) Langkah akhir dari model talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. h) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan. Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan model talking stick yang dikemukakan, dalam penelitian ini akan digunakan langkah-langkah yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu: a) Guru menyiapkan sebuah tongkat. b) Guru menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) membagikanya kepada siswa. c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. d) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pada handout. e) Setelah kelompok selesai membaca dan mempelajarinya handout, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup handout. f)
Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 - 5 orang.
32
g) Setiap kelompok diberikan tugas atau Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara individu. h) Guru mengambil tongkat yang sudah dipersiapkan dan memberikan kepada salah satu siswa dan menyuruh semua siswa untuk menyanyikan lagu anak-anak misalnya naik-naik kepuncak gunung, balonku, cublakcublak suweng, gundul-gundul pacul dan lain-lain sambil memutarkan tongkat keseluruh siswa. Ketika guru bilang stop, maka siswa yang terakhir memegang tongkat itu diberikan pertanyaan dan harus menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang diberikan tentang tugas (LKS) yang telah dikerjakan. i)
Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
j)
Kelompok lain boleh membantu menjawab jika kelompok tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.
k) Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar tanpa bantuan dari kelompok lain mendapat poin 2, sedangkan kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapat hukuman dari kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan point dikurangi 1. l)
Kelompok lain yang membantu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat point 1.
m) Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
33
n) Guru memberikan kesimpulan. o) Guru melakukan evaluasi atau penilaian baik secara kelompok maupun individu, p) Guru menutup pelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan Karena keefektifan setiap metode tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut. Kelebihan dari model pembelajaran talking stick, yaitu: a) Menguji kesiapan siswa dalam belajar, b) Melatih keterampilan dalam membaca dan memahami serta mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari, c) Melatih konsentrasi siswa, d) Membuat siswa lebih giat dalam belajar, e) Mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun, f)
Dapat
membangkitkan
keberanian
siswa
dalam
mengemukakan
pertanyaan kepada teman lain maupun guru, g) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman atau guru maupun menjawab pertanyaan dari guru, h) Dapat mengukur tingkat pemahaman siswa secara langsung dan secara individu, i)
Meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan kelemahan pembelajaran dengan model pembelajaran talking
stick adalah sebagai berikut: a) Membuat siswa senam jantung,
34
b) Bagi siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai, c) Jika guru tidak bisa mengendalikan kondisi kelas, maka suasana kelas akan gaduh. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih cepat memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru karena dalam model pembelajaran ini siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran kemudian adanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengulangi kembali materi sebelum membahas soal-soal yang telah disiapkan oleh guru. 8.
Bangun Ruang a) Kubus dan Balok Kubus merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang kongruen. Sedangkan Balok adalah dibatasi oleh tiga pasang persegipanjang yang kongruen dan masing-masing pasangan yang kongruen. 1) Unsur-unsur kubus dan balok Sisi/Bidang Kubus atau balok memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk segi empat (Gambar 1.), yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping samping kanan).
35
(a)
(b) Gambar 1. (a) Kubus dan (b) Balok
Rusuk Kubus atau Balok ABCD.EFGH (Gambar 1.) memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. Titik Sudut Kubus atau Balok ABCD.EFGH (Gambar 1.) memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Diagonal Bidang Pada kubus atau balok terdapat garis AF (Gambar 2.) yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang.
Gambar 2. (a) Kubus dan (b) Balok Diagonal Ruang
36
Pada kubus tersebut, terdapat ruas garis HB (Gambar 3.) yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.
Gambar 3. (a) Kubus dan (b) Balok Bidang Diagonal Pada kubus dan balok bidang ACGE (Gambar 4.) disebut sebagai bidang diagonal.
Gambar 4. (a) Kubus dan (b) Balok Bidang Frontal Bidang frontal adalah bidang yang berimpitan atau sejajar dengan bidang gambar. Sedangkan bidang gambar adalah bidang tempat gambar, yaitu permukaan papan tulis atau permukaan kertas tempat gambar yang dibuat. Pada gambar 1 bidang sisi ABFE dan bidang sisi DCGH letaknya frontal. Bidang frontal ini memiliki sifat khusus, bahwa setiap bangun yang letaknya pada bidang frontal bentuk dan
37
ukurannya pada gambar sama dengan bentuk dan ukuran yang sebenarnya. 2) Jaring-jaring kubus dan balok Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus (Gambar 5.)
Gambar 5. Jaring-jaring kubus Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok (Gambar 6.)
Gambar 6. Jaring-jaring balok 3) Luas Kubus dan Balok serta Volume Kubus dan Balok Luas Permukaan Kubus dan Balok
38
Luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah seluruh sisi kubus atau balok. L = 6s2 ,
dengan
L = luas permukaan kubus s = panjang rusuk kubus L = 2 (𝑝 x 𝑙) + 2 (𝑙 x 𝑡) + 2 (𝑝 x 𝑡) = 2 {(𝑝 x 𝑙) + (𝑙 x 𝑡) + (𝑝 x 𝑡)} Dengan,
L = luas permukaan balok p = panjang balok l = lebar balok t = tinggi balok
Volume kubus dan balok Volume kubus (V) dengan panjang rusuk s sebagai berikut: V = rusuk x rusuk x rusuk =𝑠x𝑠𝑥𝑠 = 𝑠3 Volume balok (V) dengan ukuran (p x l x t) dirumuskan sebagai berikut:
V = panjang x lebar x tinggi =𝑝x𝑙x𝑡
39
b) Prisma dan Limas Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang berpotongan menurut garis-garis yang sejajar (Gambar 7.)
Gambar 7. Bangun prisma Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak terbentuk segitiga (Gambar 8.).
Gambar 8. Bangun limas Jaring-jaring prisma dan limas diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma atau limas terlihat (Gambar 9.)
(a) Jaring-jaring prisma
40
(b) Jaring-jaring limas Gambar 9. jaring-jaring prisma dan limas B. Kajian Penelitian yang Relevan Tinjauan yang dimaksud untuk mengkaji penelitian yang relevan dengan penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Hasil penelitian In In Annisa Yunia yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Tata Surya di Kelas IX A SMP N 2 Sariwangi” menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini di tunjukkan dari hasil ketuntasan siswa meningkat dari 33,33 % menjadi 97,22 % dengan demikian mengalami kenaikan sebesar 63,89 %. Sedangkan rata-rata nilai meningkat dari 71,67 menjadi 92,22 dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 20,55.
2.
Hasil penelitian Natalia Tunas PGSD FIP UNIMA yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD N 2 Tataaran” menyimpulkan bahwa
penggunaan
model
pembelajaran
Talking
Stick
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan hasil yang dicapai pada siklus
41
pertama yaitu 65,41 % sedangkan siklus kedua yang meningkat menjadi 97,70 %. Selain itu model pembelajaran Talking Stick juga dapat membentuk siswa untuk lebih berani dalam proses belajar mengajar, melatih keterampilan membaca dan memahami dengan cepat materi yang diberikan. 3.
Hasil penelitian Oktavia Abrianti Putri yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn Bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang” menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari: a) Dengan penggunaan model pembelajaran Talking Stick secara berkelompok pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang dapat meningkatakan hasil belajar pada mata pelajaran PKn dengan peningkatan prosentase yaitu 48,1%. b) Dengan pelaksanaan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran talking stick secara individual meningkatkan model pembelajaran dengan cara berkelompok pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 19 Malang. Berdasarkan penelitian yang relevan yang berada di atas, kebanyakan
model pembelajaran Talking Stick banyak diterapkan di Sekolah Dasar (SD) dan di SMP. Maka dari itu peneliti ingin mencoba untuk menerapkan model pembelajaran Talking Stick di Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran
42
matematika pada pembahasan materi bangun ruang di SMP Pamungkas kelas VIII A. C. Kerangka Penelitian Siswa menginginkan suasana dalam pembelajaran matematika yang menyenangkan dan tidak membosankan. Namun guru tidak memahami keinginan siswa tersebut. Model pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi. Pembelajaran matematika cenderung berpusat kepada guru saja, hal ini yang membuat pembelajaran matematika menjadi membosankan bagi siswa. Menciptakan suasana pembalajaran yang menarik untuk siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar merupakan satu tugas dari guru. Salah satu upaya yang dapat memberikan siswa kesempatan yang sama sehingga siswa secara sukarela dan antusias mengikuti pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran matematika, dibutuhkan suatu metode yang tepat yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran. Model talking stick merupakan model pendukung pembelajaran cooperative learning. Model talking stick merupakan model dengan kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan saling memberikan informasi untuk memahami pelajaran matematika. Dalam model ini, siswa diajak untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, siswa akan merasa senang dikarenakan dalam model ini terkandung unsur yang menarik yaitu menjawab pertanyaan secara kelompok sehingga siswa akan lebih senang dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
43
Secara grafis, pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut: Prestasi belajar rendah
Kelebihan metode Talking Stick: a. Cocok digunakan untuk kelas besar b. Menguji kesiapan siswa c. Melatih membaca dan
Dilakukan PTK melalui
memahami dengan cepat
penerapan metode
d. Membuat siswa lebih giat
pembelajaran Talking Stik
dalam belajar e. Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa Peningkatan prestasi belajar matematika siswa Gambar 10. Kerangka Penelitian Dengan menggunakan model talking stick diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mempelajari materi matematika. Kunci bagi keberhasilan model talking stick adalah konsentrasi dan kerja sama. Setiap siswa di tuntut untuk konsentrasi dalam memahami suatu materi. Selain itu, siswa dalam kelompok dituntut untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sehingga diduga model pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa.
44
D. Hipotensis Tindakan Berdasarkan pada kerangka berpikir maka dapat diambil hipotesis tindakan sebagai berikut: Apabila guru menggunakan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick dalam kegiatan pembelajaran matematika maka: 1.
Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan atau soal matematika.
2.
Pelaksanaan pembelajaran matematika menjadi lebih baik. Adapun pembelajaran dapat dikatakan baik jika langkah-langkah dalam talking stick dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat mengemukakan pendapat (menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
45