BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian garam Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan garam sebagian besar dilakukan secara tradisional oleh petani rakyat disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas produksi garam dalam negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama garam yang dihasilkan dari petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah mutu II menurut spsifikasi SNI/SII No.140-76. Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001). Komponen – komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 – 15 gram atau 3 kilogram per tahun per orang (Winarno 1995 dalam Amalia, 2007). Menurut Desrosier (1988) dalam Amalia (2007), ada tiga sumber utama garam, yaitu : 1.
Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari air garam baik yang dari laut maupun yang dari danau garam daratan.
5
2.
Tambang garam atau garam sumber ialah garam yang biasanya dinyatakan sebagai batu garam, diperoleh dari pertambangan yang beroperasi sedalam seribu kaki atau lebih dibawah permukaan bumi.
3.
Garam yang diperoleh dari penguapan dengan sinar matahari mengandung kotoran kimia dan mikrobia halofisilis yang toleran terhadap garam. Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi organisme ini.
2.2. Jenis dan manfaat garam Menurut Zaelaniat (2013), garam terdiri dari beberapa jenis dan memiliki banyak manfaat. Adapun jenis-jenis garam yaitu sebagai berikut: a.
Garam industri Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97% dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta ketoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industry antara lain untuk industri perminyakan,
pembuatan
soda
dan
chlor,
penyamakan
kulit
dan
pharmaceutical salt b.
Garam konsumsi Garam konsumsi merupakan jenis garam dan kadar NaCl sebesar 97% atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium) sebesar 2% dan kotoran lainnya (lampu, pasir) sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industry makanan, industry minyak goreng, industry pengasinan dan pengawetan ikan.
6
c.
Garam pengawetan Jenis garam ini biasanya ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu. Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran) bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karateristik tertentu. Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotic yang tinggi dan aktifitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan
dengan
garam
biasanya
merupakan
kombinasi
dengan
pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis, contoh pengolahn pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju. d.
Garam dapur Garam dapur/laut dibuat melalui penguapan air laut, dengan proses sederhana, dan meninggalkan sejumlah mineral dan elemen lainnya (tergantung sumber air). Jumlah mineral yang tidak signifikan menambah cita rasa dan warna pada garam laut. Sehingga, tekstur garam laut di pasaran lebih bervariai. Beberapa diantaranya lebih kasar, namun ada juga yang lebih halus. Garam jenis ini mengandung ± 0,0016% yodium.
7
e.
Garam meja Berbeda dengan garam laut, garam meja ditambang dari cadangan garam dibawah tanah. Proses pembuatan garam meja lebih berat untuk menghilangkan mineral dan biasanya mengandung aditif untuk mencegah penggumpalan. Kebanyakan dari garam meja dipasaran telah ditambahkan yodium, nutrisi penting yang terjadi secara alami dalam jumlah kecil dalam garam laut. Garam ini bebas yodium, Mg, Ca dan K2. Selanjutnya, manfaat garam adalah sebagai berikut:
a.
Minuman kesehatan Produk minuman kesehatan terutama dirancang sebagai produk minuman untuk mengembalikan kesegaran tubuh dan mengganti mineral-mineral yang keluar bersama keringat dari tumbuh selama proses metabelisme atau aktivitas olah raga yang berat. Pada umumnya produk-produk minuman kesehatan selain mengandung pemanis dan zat aktif, juga mengandung mineral-mineral dalam bentuk ion seperti ion natrium (Na+), kalium (K+), magnesium (Mg²+), kalsium (Ca²+), karbonat bikarbonat (CO3²), dan klorida (Cl).
b.
Garam mandi Garam mandi didefinisikan sebagai bahan aditif (tambahan) untuk keperluan mandi yang terdiri dari campuran garam NaCl, dengan bahan kimia anorganik lain yang mudah larut, kemudian diberi bahan pewangi (essentials oil), pewarna dan mungkin juga senyawa enzim. Garam mandi ini dirancang untuk menimbulkan keharuman, efek pewarnaan air, kebugaran, kesehatan dan juga
8
menurunkan kesadahan air. Komponen utama garam mandi adalah garam NaCl yaitu sekitar 90%-95%. Kegunaan garam mandi secara umum sangatlah beraneka ragam, diantaranya adalah untuk membersihkan tubuh saat berendam, menumbuhkan suana relaks, menurunkan rasa stress, dan sebagai refreshing, suasana relaks terutama akibat adanya campuran pewangi yang dipercaya dapat mempengaruhi emosi serta suasana hati secara ignifikan. Sedangkan fungsi khusus di bidang kesehatan terutama karena adanya garam NaCl adalah untuk melenturkan otot yang tegang, mengurangi rasa nyeri pada otot yang sakit, menurunkan inflamasi (peradangan), serta menyembuhkan infeksi. Untuk fungsi kecantikan, garam mandi antara lain dapat membantu menghaluskan kulit (cleansing), memacu pertumbuhan sel kulit sekaligus meremajakannya (rejuvenating) c.
Garam konsumsi Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan) garam menggunakan garam iodide atau iodat seperti KIO3, Kl, Nal, dan lainnya. Pemilihan garam sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur yang pasti digunakan di ruma tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industry pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program gaki akan tinggi. Selain itu, didukung sifat kelarutan garam yang mudah larut dalam air, yaitu sekitar 24 gram/100 ml.
9
d.
Cairan infus Dikenal beberapa jenis cairan infus yaitu cairan infus glukosa 5%, cairan infus NaCl 0,9% + KCl 0,3% atau KCl 0,6%, cairan infus natrium karbonat dan cairan infus natrium laktat. Cairan infus
NaCl adalah campuran
aguabidest dan garam grade farmasetis yang berguna untuk memasok nutrisi dan mineral bagi pasen yang dirawat di ruma sakit. e.
Sabun dan sampo Sabun dan sampo merupakan bahan kosmetik yang digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci rambut. Garam NaCl merupakan satu bahan kimia diantara beberapa komposisi bahan dalam pembuatan sabun dan sampo.
f.
Cairan dialisat Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolit (antara lain garam NaCl) dan glukosa grade farmasi yang membantu dalam proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Seperti diketahui pasien gagal ginjal diharuskan mengganti darah atau proses cuci darah dalam periode tertentu. Dalam proses pencucian darah tersebut darah yang akan ‘dibersihkan’ akan dilewatkan pada suatu alat membran (hemodialisis) dalam media cairan dialisat.
10
g.
Penyedap rasa Garam NaCl merupakan ingredient yang paling banyak digunakan di industry pengolahan daging untuk proses pengawetan.
2. 3. Persyaratan lokasi penggaraman Menurut Purbani (2003), tanah untuk penggaraman yang dipilih harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah, sifat fisis tanah, kehidupan (hewan/tumbuhan) dan gangguan bencana alam. Adapun persyaratannya secara rinci sebagai berikut: a.
Letak terhadap permukaan air laut yaitu untuk mempermudah suplai air laut, dan untuk mempermudah pembuangan
b.
Topografi tanah yang landai atau kemiringan kecil, untuk mengatur tata aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi
c.
Sifat fisis tanah dikehendaki sifat-sifat permeabilitas rendah, tanah tidak mudah retak
d.
Gangguan kehidupan tanaman pengganggu, binatang tanah
e.
Gangguan bencana alam daerah banjir dan gelombang pasang. Lokasi pembuatan garam yang ideal adalah memenuhi persyaratan antara lain lokasi lokasi landai, kedap air, air laut dapat naik kelahan tambak garam (dengan atau tanpa bantuan alat), konsentrasi air baku minimum 2,5 derajat Be. Selanjutnya dinyatakan bahwa lokasi juga bersih dari sumber air tawar,
dengan curah hujan sedikit dan banyak sinar matahari untuk optimalnya
11
penguapan air laut. Musim kemarau yang panjang akan memperkecil frekuensi turun hujan. 2.4. Proses pembuatan garam Purbani (2003) menyatakan bahwa ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi cara yang dinilai masih tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang adalah cara pembuatan garam yang proses pemguapannya menggunakan tenaga matahari (solar evaporation) Selanjutnya dinyatakan bahwa pembuatan garam dari air laut pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi). Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”. Dinyatakan pula bahwa bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen garam yang relatif lebih murni. Proses kristalisasi demikian disebut kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang kemurniannya tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut, tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari 25°Be sehingga menjadi 29°Be,
12
sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat dihindari/dikurangi. Ada pun langkah – langkah dalam bertani garam dengan metode Maduris menurut Syafii (2006) dalam Amalia (2007), sebagai berikut: 1.
Penyiapan petak – petak atau meja tampungan (MT) yang umumnya dalam areal satu hektar lahan dalam 10 petak yang nantinya terdapat petak untuk penguapan air menjadi air tua (kadar garam tinggi) dan petak untuk pembuatan garam (petak kristalisasi).
2.
Dilakukan pengeringan lahan tempat menampung air laut. Setelah itu, lahan diratakan dengan alat yang disebut gulu’ agar tidak ada tanah yang retak – retak. Biasanya dilakukan pada awal musim kemarau (bulan april) setiap tahunnya.
3.
Setelah permukaan lahan kering dan seluruh dalam keadaan baik, maka air laut (air muda) siap dialirkan melalui parit/kali menuju MT-1, kemudian dialirkan ke MT-2, MT-3 demikian seterusnya. Perpindahan dari dan ke masing – masing MT di butuhkan waktu minimum 1–2 hari panas tergantung pada lama terik matahari, sampai akhirnya pada petak (MT) pembuatan garam untuk proses pembuatan kristalisasi. Setiap MT memiliki perbedaan salinitas. Untuk mengetahui kapan air tersebut dipindahkan ke MT lain. Petambak harus melakukan pengukuran salinitas setiap hari.
4.
Pada petak kristalisasi terjadi penumpukan yang merata, yang kristalisasinya semakin tebal dan air menjadi surut. Pada petak ini terus ditambah air yang sudah tua (kadar garam tinggi) dari petak penguapan terakhir. Demikian
13
seterusnya sampai kira – kira berumur 10-15 hari, setelah itu baru dipanen. Hasil garam rakyat sedikit kotor, karena ada partikel lain yang ikut. Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam bertani garam, selain dengan menggunakan metode Maduris untuk kegiatan produksi garam juga terdapat metode Portugis. Ada pun tahapan proses produksi garam dengan metode Portugis menurut PT. garam (Persero), yaitu: I)
Mengesap dan menggulu’ meja Mengesap yaitu mengeringkan meja peminihan (lahan untuk menuangkan air
laut) dengan cara menjemur pada terik matahari, sedangkan menggulu’, yaitu meratakan meja peminihan. a)
Pengeringan pendahuluan Pengeringan pendahuluan khusus dilakukan pada meja-meja yang terdapat banyak lumut.
b) Pengeringan pertama Pengeringan pertama dilaksanakan mulai dari meja terendah dalam suatu seri setelah air laut di dalam tersebut mencapai 3ºBe, tetapi tidak lebih dari 6ºBe. c)
Perataan pertama Meja garam telah selesai dikeringkan dan dijemur kering selama 1 sampai dengan 2 hari langsung dasarnya diratakan dalam keadaan kering dengan menggunakan gulu’ kayu.
d) Pengeringan kedua Setelah air dalam meja yang suda menjalani proses pengeringan pertama dan perataan pertama mencapai 10ºBe dan tidak lebih dari 14ºBe, maka meja ini
14
harus segera dikeringkan yang kedua kalinya. Pelaksanaan pengeringan kedua ini sebagaimana pada pengeringan pertama, tapi lebih intensif. e)
Perataan kedua Proses perataan kedua adalah sebagaimana pada perataan pertama dengan masa pengeringan selama 2 sampai dengan 3 hari.
f)
Pengeringan penghabisan Setelah air dalam meja yang suda mengalami pengeringan kedua dan perataan kedua timbangannya mencapai 21ºBe, tetapi tidak lebih dari 23ºBe, maka meja tersebut harus segera kesap lagi sebagian.
g) Perataan penghabisan Perataan penghabisan ini dilaksanakan 1 sampai 2 hari setelah pengeringan penghabisan dan dasar meja sudah dalam keadaan kering. Pelaksanaan perataan penghabisan sama seperti proses perataan sebelumnya hanya saja harus lebih intensif. Setelah proses pengeringan dan perataan selesai, maka meja yang bersangkutan sudah siap untuk lepas air tua, yaitu memasukkan air tua dari areal peminihan. II) Pengisian meja kristalisasi melalui saluran air tua. a)
Dilakukan segera setelah areal peminihan tertua yang letaknya terendah terendam air laut.
b) Mengisi meja-meja kristalisasi dengan air laut dari peminihan tertua melalui saluran air tua. c)
Pengisian meja dilaksanakan secara terus-menerus
15
Proses pembuatan garam mempunyai beberapa macam konstruksi. Menurut Purbani (2003), di Indonesia terdapat dua macam konstruksi penggaraman yaitu: 1. Konstruksi tangga (getrapte) yaitu konstruksi yang terancang khusus dan teratur dimana suatu petak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yang komplit, terdiri dari peminihan-peminihan dan meja-meja garam dengan konstruksi tangga, sehingga aliran air berjalan secara alamiah (gravitasi). 2. Konstruksi komplek meja (tafel complex) yaitu konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompok-kelompok) penggaraman yang luas yang letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan suatu kelompok peminihan secara kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan dialirkan ke suatu meja untuk kristalisasi. 2.5. Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi garam Purbani (2003), faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi garam sebagai berikut : a. Air laut Mutu air laut terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan). b. Keadaan cuaca -
Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
16
-
Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
-
Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
c. Tanah -
Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah yang di meja.
-
Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
-
Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air -
Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
-
Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
e. Cara pungutan garam Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal pengerjaan
tanah
meja
(pengerasan
17
dan
pengeringan).
Demikian
pula
kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik. Pungutan garam ada 2 sistem : -
Sistem portugis Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat dari kristal garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari, berikut tiap 10 hari dipungut.
-
Sistem maduris Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah, selama antara 10–15 hari garam diambil di atas dasar tanah.
f. Air bittern Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garamgaram magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang. 2.6 Analisis SWOT Menurut Rangkuti (2008) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha. Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunitis) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan yang strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis factorfaktor strategi perusahan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
18
Analisis
SWOT
membantu
para
pengambil
keputusan
untuk
mengembangkan strategi dalam suatu organisasi berdasarkan atas informasi yang dikumpulkan. Analisis ini juga membantu organisasi untuk mencapai kesuksesan strategi dengan cara meningkatkan aspek-aspek kelemahan dan tantangannya. Strategi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan harus dinilai kembali apakah relevan dengan keadaan dan kondisi saat penilaian dan evaluasi ini diketahui dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, threats). Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan strategi yang akan dijalankan di masa yang akan datang. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal ke masa depan. Dalam hal ini, dapat dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor dan pesaing. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya yang ada (Rangkuti,2008). Menurut Erwadi dan Syafri (2003) bahwa langkah pertama yang dilakukan untuk menghasilkan strategi adalah dengan identifikasi unsur – unsur SWOT, kemudian pembobotan terhadap unsur sesuai dengan derajat kepentingannya. Kemudian dilakukan scoring untuk menentukan alternative strategi terbaik atau yang diprioritaskan untuk di lakukan selanjutnya dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot (nilai) terhadap tiap SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi kawasan. Bobot/nilai yang diberikan berkisar 1-5. Nilai 1 berarti tidak penting, 2 berarti sedikit penting, 3 berarti cukup penting, 4
19
berarti penting dan 5 berarti sangat penting. Pembobotan tiap unsur SWOT, setelah diberi bobot, unsur – unsur SWOT yang sudah diidentifikasi dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi (SO, ST, WO, dan WT). Kemudian alternatif - alternatif strategi tersebut dijumlah bobot/nilainya untuk menentukan peringkat masing – masing. Strategi dengan peringkat tertinggi merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan. Analisis SWOT ini dibuat dalam bentuk matriks. Alternatif strategi pada matriks hasil analisis (SWOT) selanjutnya dijabarkan dari potensi pengembangan usaha untuk meraih peluang yang ada (SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST), penggunaan kelemahan kawasan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO) dan pengrangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan dating (WT). Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
20
Secara jelas matrik SWOT di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Matrik SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunity (O) Menetukan beberapa faktor peluang eksternal
Treaths (T) Menentukan beberapa faktor ancaman eksternal
Strength (S) Menetukan beberapa faktor kekuatan internal
Weakness (W) Menentukan beberapa faktor kelemahan internal
Strategi (SO) Menciptakan situasi yang menggunakan kekuatan, untuk memanfatkan peluang
Strategi (WO) Meminimalkan kelemahan untuk memanfatkan peluang
Strategi (ST) Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WT) Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2008 Berdasarkan Matriks SWOT pada Table 1 maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu: 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi ST Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
21
3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. 4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal. Dalam kondisi dan iklim persaingan suatu perusahaan perlu melakukan analisis tentang kedudukannya dengan tepat, para perumus kebijakan strategis diharapkan dapat mengmbil langkah-langkah strategis yang memungkinkannya memanfatkan peluang yang timbul dalam kondisi yang dihadapinya. Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu organisasi (internal) termasuk satuan bisnis tertentu, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan instrument yang ampuh dalam melakukan analisis strategik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peran faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika para penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan
22
menentukan strategi yang efektif memberikan hasil yang diharapkan (Siagian, 2000).
23