BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Produksi Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha
atau
produsen,
dalam
teknologi
tertentu
memilih
dan
mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin (Sudarman, 1989). Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang di dapat menjadi optimal. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. (Sukirno, 1996). Dalam Proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi,
Universitas Sumatera Utara
menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan. Tentu saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti. Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Q = f{K, L} Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni modal dan tenaga kerja. Cobb-Douglas adalah salah satu fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam penelitian empiris. Fungsi ini juga meletakkan jumlah hasil produksi sebagai fungsi dari modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (labour). Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan kuantitas atau jumlah tertentu akan menghasilkan taraf pendapatan tertentu pula. Secara sederhana fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Q = ALα K β Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian
Universitas Sumatera Utara
pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α
dan β masing-masing
merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Salvatore, 2006). Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti Industri Kecil dan Menengah. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatan yang merupakan input dalam kegiatan produksi Industri Kecil dan Menengah dapat memberikan beberapa kemungkinan tentang tingkat pendapatan yang mungkin diperoleh.
2.2.Faktor Produksi dan Pendapatan Faktor produksi adalah semua masukan yang diberikan pada proses produksi agar menghasilkan output. Beberapa literatur menyebutkan faktor produksi dengan istilah input, atau faktor produksi keluaran produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) disebut fungsi produksi.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisien digolongkan dalam tiga macam yaitu : 1. Efisiensi teknis, yakni : faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. 2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga), yakni : nilai produksi marginal sama dengan harga faktor produksi yang dipakai. 3. Efisiensi ekonomi, yakni : kalau usaha pertanian mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat produksi dan tingkat penggunaan faktor produksi (Boediono, 2002). Faktor produksi menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital [K], tenaga kerja [L], adalah sebagai berikut : Q = f (K, L) Dimana : Q = Output atau keluaran K = Stok Capital atau modal L = Labour atau tenaga kerja Analisis fungsi produksi sering digunakan untuk mendapatkan informasi bagaimana sumber daya yang terbatas dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh. Dalam pemakaian fungsi produksi, kondisi efisiensi harga dipakai sebagai patokan, yaitu dengan mengatur penggunaan faktor
Universitas Sumatera Utara
produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input X sama dengan harga faktor produksi (input) tersebut. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam prekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga barang tersebut (Sadono Sukirno, 2002). Fungi produksi pada persamaan dapat diturunkan dengan memasukkan sumber daya [M) dengan rumus : Q = f (K, L,M) Fungi produksi tersebut dapat diturunkan dengan memasukkan teknologi [T) dengan rumus : Q = f (K, L,M,K) Sehingga dapat lengkap menjadi fungsi produksi yang memasukkan semua unsure faktor produksi. Fungsi produksi dapat menghasilkan pendapatan (keuntungan) yang dipengaruhi oleh beberapa variabel ekonomi global yaitu tingkat bunga dalam [r] dan bunga luar negeri [r*], harga dalam negeri [P] dan harga luar negeri [P*]dan nilai tukar. Berikut rumusnya : Fungsi keuntungan : Π = P.Q − C
Universitas Sumatera Utara
Fungsi keuntungan dapat disubstitusikan ke dalam fungsi produksi dengan memasukkan tingkat upah [W] berikut: Π = P.Q − C
= PF ( K , L, M ,W1K +,W2 L +,W3 ..............W p
Pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat bunga di dalam negeri [r] dan bunga di luar negeri [r*] berikut : r = r * + apresiasi / depresiasi
P = eP * Rumus tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi keuntungan [ Π ], sebagai berikut : Π = Π ((r * + de ),W2 ,W3 .............................., eP*) e Pendapatan adalah total penerimaan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2001). Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimiliknya pada sektor produksi. Ada tiga konsep pendapatan yang dikemukakan Friedman (Stonier dan Hague,1984), bahwa yang bermanfaat untuk menelaah perilaku ekonomi rumah
Universitas Sumatera Utara
tangga. Konsep pendapatan friedman yaitu ; measured current income [Ym], transitory income [Ytr], dan permanent income [Yp]. Pendapatan yang sedang berjalan mengandung dua komponen yaitu pendapatan tetap dan pendapatan yang tidak tetap yang dirumuskan sebagai berikut : Ym = Yp + Ytr Dimana ; Ym = Pendapatan yang sedang berjalan Yp
= Pendapatan tetap
Ytr
= Pendapatan tidak tetap Pendapatan tidak tetap merupakan pendapatan yang menyimpang dari
normal, pendapatan tidak tetap dapat bertanda positif dapat pula bertanda negatif. Windfall profit yaitu keuntungan yang tidak terduga-duga merupakan pendapatan tidak tetap yang bertanda positif, sebaliknya windfall loss atau kerugian yang tidak terduga-duga adalah merupakan pendapatan tidak tetap yang bertanda negatif. Sementara pendapatan tetap diinterpretasikan sebagai pendapatan yang diharapkan atau diantisipasikan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, pendapatan yang sedang berjalan dapat lebih besar atau lebih kecil dari pendapatan tetap, tergantung pada nilai pendapatan tidak tetap (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit. Jika jumlah unit output yang sama dengan Q dan harga jual per unit output adalah P, maka pendapatan total [TR] = Q x P. biaya usaha biasanya diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed
Universitas Sumatera Utara
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap [FC] adalah biaya yang relative jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun komoditi yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variable [VC] adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh komoditi yang dijual, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya [TC] adalah jumlah dari biaya tetap [FC] dan biaya variable [VC], maka TC = FC + VC (Manurung, 2002). Secara teoritis keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh seseorang. Makin besar resiko, keuntungan yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah nilai penerimaan total dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Jika keuntungan dinotasikan dengan π, pendapatan total dengan notasi TR dan biaya total dengan notasi TC, maka : π = TR – TC . Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, gaji/upah, surplus usaha, penyusustan dan pajak tidak langsung neto, bunga modal, sewa tanah dan keuntungan. Pendapatan uang dan pendapatan ekonomi (Economic Icome) adalah sejumlah uang yang dapat digunakan keluarga dalam satu periode tertentu untuk dibelanjakan tanpa mengurangi atau menambah aset neto. Sumber pendapatan ekonomi antara lain upah, gaji, pendapatan bunga, pendapatan sewa, penghasilan transfer dan pemerintah, dan lain-lain. Pendapatan yang siap dibelanjakan adalah pendapatan total dikurangi pajak. Pendapatan yang siap dibelanjakan akan dialokasikan untuk memperoleh kepuasan rumah tangga melalui fungsi pengeluaran.
Semakin baik tingkat
kesejahteraan rumah tangga, maka semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi non pangan dibandingkan pengeluaran konsumsi pangan, perumusan di
Universitas Sumatera Utara
atas oleh Keynes disebut “Psychological law of consumption”. Jika dituangkan secara umum, maka bunyinya menjadi makin tinggi pendapatan, maka menurun bagian untuk konsumsi dan makin besar bagian untuk tabungan makin tinggi. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini ”membeli” faktorfaktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh : 1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ; 2. Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu 3. Warisan atau pemberian 4. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda : 1. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya ) mempunya penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan ( demand ) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (A) naiknya harga barangbarang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-
Universitas Sumatera Utara
barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.
Gambar 2.1 Faktor Produksi Tanah 2. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin ( yaitu investasi). Karean adanya saving dan investasi, maka penawaran dri barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah sedangkan permintaan akan barang-barnag modal terutama sekali dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi, pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama : (1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan
Universitas Sumatera Utara
baju, perumahan dan sebagainya). (2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).
Gambar 2.2. Harga Barang Modal 3. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Harga Tenaga Kerja (Upah) 4. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa, misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada
negara
berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah : Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan, penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan), penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara, (misalnya rumah sakit, klinik), memperkecil pengangguran, pendidikan yang murah dan merata, berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatanhambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).
Universitas Sumatera Utara
2.3.Bantuan Modal Usaha Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modaluntuk usahanya. Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni: (1) sebagian dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan; (3) sebagian dibelikan mesin dan peralatan; dan (4) sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai. Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam pengembangan perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha. Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai
Universitas Sumatera Utara
sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan. Terdapat pula adanya penggunaan istilah modal untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya modal sosial dan modal manusia. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, gedung sekolah, jalan raya dan sebagainya, sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor manusia produktif yang mencakup faktor kecakapan dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu investasi dalam modal manusia. Istilah modal berbeda artinya dalam percakapan sehari-hari dan dalam ilmu ekonomi. Modal (capital) sering ditafsirkan sebagai uang. Terutama apabila mempersoalkan
pembelian
peralatan,
mesin-mesin,
atau
fasilitas-fasilitas
produktif lain. Adalah lebih tepat untuk menyatakan uang yang digunakan untuk melaksanakan pembelian tersebut sebagai modal finansial (financial capital). Seorang ahli ekonomi akan menyatakan pembelian demikian sebagai investasi. Para ekonom menggunakan istilah modal untuk semua alat bantu yang digunakan dalam bidang produksi. Adakalanya modal dinamakan barang-barang investasi, dan modal demikian terdiri dari: a. Mesin-mesin b. Peralatan c. Bangunan-bangunan d. Fasilitas-fasilitas transpor dan distribusi e. Persediaan (inventaris) barang-barang setengah jadi
Universitas Sumatera Utara
Ada suatu ciri pokok barang-barang modal yaitu bahwa mereka digunakan untuk memproduksi barang-barang lain. Modal dalam arti luas adalah bagian daripada arus benda-benda dan jasa-jasa yang langsung, yang ditujukan guna penyediaan benda-benda material dan immaterial yang berkemampuan untuk memberikan prestasi-prestasi ekonomi pada masa yang akan datang. Modal dalam arti sempit adalah alat-alat produksi yang telah diproduksi. Dalam arti yang lebih luas modal berarti pula setiap penambahan dalam pengetahuan yang menyebabkan prestasi ekonomi pada masa yang akan datang bertambah. Dalam ilmu ekonomi, istilah capital (modal) merupakan konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan atau perkembangan. Istilah “modal” yang biasa dipergunakan pada abad ke-16 dab abad ke-17 menunjukkan pengertian kepada dua hal. Pertama, modal dalam pengertian persediaan uang yang digunakan untuk membeli barang yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan. Kedua, modal dengan maksud untuk menggambarkan persediaan yang berupa barang-barang. Oleh sebab itu maka istilah “modal” digunakan untuk kedua pengertian yaitu konsep keuangan dan konsep barang. John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy menggunakan istilah “modal” dalam pengertian: (1) barang-barang fisik yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang lainnya, dan (2) sejumlah dana yang tersedia untuk menyewa tenaga kerja. Pada akhir abad ke-19, modal dalam pengertian barangbarang fisik yang digunakan dalam proses produksi ditinjau sebagai salah satu dari keempat faktor dasar dalam produksi. Yang lainnya adalah tanah, tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja dan organisasi atau keusahawanan. Sekarang, “modal” sebagai suatu konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Mubyarto (1989) memberikan definisi modal sebagai sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi termasuk tanah. Definisi modal yang lain yaitu
merupakan barang atau uang, yang
bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barangbarang baru. Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, modal mengacu kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan disimpan (saving) atau dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Akan tetapi, tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang itu menjadi modal apabila uang tersebut ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan . Adam Smith dalam The Wealth of Nation menggunakan istilah capital dan circulating capital. Pembedaan ini didasarkan atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu terkonsumsi dalam jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur modal itu dalam jangka waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil) nilainya menjadi susut, maka unsur itu disebut fixed capital dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru. Tetapi jika unsur modal terkonsumsi secara total, maka disebut circulating capital dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi.
2.4.Bantuan Kredit Modal Kerja Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Kredit mempunyai fungsi bagi dunia usaha termasuk juga usaha kecil yaitu sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya. Sedangkan bagi lembaga keuangan termasuk juga bank kredit berfungsi menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha (www.bi.go.id). Manfaat kredit bagi debitur yaitu memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan berkembangnya usaha. Sedangkan manfaat bagi lembaga keuangan yaitu memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya (www.bi.go.id). Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan. Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan. Yaitu adanya kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. 3. Jangka Waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. 4. Risiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
Universitas Sumatera Utara
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. Jenis-jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaan oleh debitur antara lain (www.bi.go.id): 1. Untuk pembelian barang modal atau perluasan usaha 2. Untuk menambah modal kerja usaha 3. Untuk keperluan konsumsi 4. Kredit untuk pertanian, perdagangan, industri, konstruksi, atau profesi Kredit ini dapat digolongkan ke dalam enam bentuk yaitu: 1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain: a. Kredit jangka pendek (shot-term loan) b. Kredit jangka menengah (medium-term loan) c. Kredit jangka panjang (long-em loan) 2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain: a. Kredit dengan jaminan (secured loan) b. Kredit dengan jaminan (unsecured loan) 3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain: a. Kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. b. Kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif.
Universitas Sumatera Utara
c. Kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. 5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain: a. Kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b. Kredit investasi (Invesment credit), yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barangbarang modal. 6. Kredit non kas (non cash loan), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif.
2.5.Karakteristik Usaha Kecil Menurut Smeru (2003), terdapat beberapa pengertian usaha kecil yang diberikan oleh beberapa lembaga, antara lain: a. BPS. Industri kerajinan rumah tangga yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4 orang, sedangkan industri kecil mempekerjakan 5 -19 orang. b. Departemen Perindustrian dan Perdagangan: Industri-Dagang Mikro adalah industri-perdagangan yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang. c. Departemen Keuangan: Usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI yang memiliki hasil penjualan paling banyak
Universitas Sumatera Utara
Rp100.000.000 per tahun, sedangkan usaha kecil memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1 milyar per tahun. d. Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah: Usaha mikro dan usaha kecil adalah suatu badan usaha milik WNI baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya Rp200 juta dan atau mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyakbanyaknya Rp1 milyar dan usaha tersebut berdiri sendiri. e. Komite Penanggulangan Kemiskinan Nasional. Pengusaha mikro adalah pemilik atau pelaku kegiatan usaha skala mikro di semua sektor ekonomi dengan kekayaaan di luar tanah dan bangunan maksimum Rp 25 juta. f. ADB: Usaha mikro adalah usaha-usaha non-pertanian yang mempekerjakan kurang dari 10 orang termasuk pemilik usaha dan anggota keluarga. SK Menteri Keuangan RI No.40/KMK.06/2003. 12 ADB Report, Lembaga penelitian SMERU, Desember 2003. g. USAID: Usaha mikro adalah kegiatan bisnis yang mempekerjakan maksimal 10 orang pegawai termasuk anggota keluarga yang tidak dibayar. Kadangkala hanya melibatkan 1 orang, yaitu pemilik yang sekaligus menjadi pekerja. Kepemilikan aset dan pendapatannya terbatas. h. Bank Dunia: Usaha mikro merupakan usaha gabungan (partnership) atau usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang, termasuk di dalamnya usaha yang hanya dikerjakan oleh satu orang yang sekaligus bertindak sebagai pemilik (self-employed). Usaha mikro sering merupakan usaha tingkat survival (usaha untuk mempertahankan hidup – survival level
Universitas Sumatera Utara
activities), yang kebutuhan keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman berskala kecil. i. ILO: Usaha mikro di negara berkembang mempunyai karakteristik, antara lain usaha dengan maksimal 10 orang pekerja, berskala kecil, menggunakan teknologi sederhana, asset minim, kemampuan manajerial rendah, dan tidak membayar pajak. j. Farbman dan Lessik (1989): Usaha mikro mempunyai karakteristik, antara lain mempekerjakan paling banyak 10 orang pekerja, merupakan usaha keluarga dan menggunakan tenaga kerja keluarga, lokasi kerja biasanya di rumah, menggunakan teknologi tradisional, dan berorientasi pasar lokal. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dibatasi pengertian usaha kecil mikro yaitu : Usaha non pertanian (termasuk peternakan dan perikanan) yang mempekerjakan paling banyak 10 pekerja, termasuk pemilik usaha dan anggota keluarga, memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100 juta per tahun, dan mempunyai aset di luar tanah dan bangunan paling banyak Rp 25 juta. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha kecil memiliki cakupan yang tidak besar, baik untuk jumlah pekerja, jenis usaha, jumlah penjualan dan kepemilikkan atas kekayaan yang terbatas. Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih
Universitas Sumatera Utara
kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri,2006). Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005): o Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor o Penyedia lapangan kerja yang terbesar o Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat o Pencipta pasar baru dan sumber inovasi o Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; memiliki kemampuan
Universitas Sumatera Utara
untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau (www.smecda.com)
2.6.Pengembangan Usaha Kecil Sebagaimana diketahui dari berbagai studi, bahwa dalam mengembangkan usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur, birokrasi dan pungutan, kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi. Menurut Dwiwinarno (Haryadi, 2010), ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil dalam menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian maupun juga evalusi kegiatan usaha. Menurut Andang (2007), permasalahan UMKM dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basic problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang
Universitas Sumatera Utara
umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk dan akses pemasaran; b.
Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor; \
c. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan. Dengan pemahaman atas permasalahan di atas, akan dapat ditengarai berbagai problem dalam UMKM dalam tingkatan yang berbeda, sehingga solusi dan penanganannya pun seharusnya berbeda pula. Menurut I Gusti (2011), tantangan yang dihadapi UMKM dan Koperasi, antara lain : 1. Teknologi Penelusuran studi mengatakan bahwa komoditi yang dihasilkan pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi masih mempergunakan teknologi relatif rendah. Sementara negara maju lainnya pengembangannya berorientasi kepada teknologi maju. Berangkat dari situasi tersebut daya saing produknya didaerah relatif kalah bersaing di banding produk-produk dari negara-negara yang sudah berorientasi pada teknologi maju. Kendala penggunaan teknologi terbesar adalah biayanya yang cukup besar (mahal). Sering terjadi peluang pasar meningkat tetapi
Universitas Sumatera Utara
tak mampu memanfaatkannya karena tidak tersedianya teknologi yang memungkinkan peningkatan produktivitas. 2. Sumber Daya Manusia (SDM) Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang bergerak dalam usaha mikro, kecil dan menengah & koperasi bukan merupakan tenaga kerja yang profesional, yang mampu mengelola usaha dengan baik. 3. Manajemen Manajemen Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi merupakan salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Banyak perusahaan yang punya teknologi, sumber daya manusia dengan skill yang memadai dan modal yang cukup, namun kinerja masih belum memenuhi harapan. 4. Permodalan Perkembangan permodalan para pengusaha mikro, kecil dan menengah hingga kini masih relatif lambat dan karenanya masih sering memerlukan bantuan baik dari pemerintah maupun dari pengusaha besar. Modal adalah bagian yang tak terpisahkan dalam usaha pengembangan suatu bisnis, karena itu akses modal baik yang berwujud kredit, barang produksi merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi. Kalangan perbankan masih sering menilai para pengusaha mikro, kecil dan menengah & koperasi belum Bankable. 5. Organisasi dan kelembagaan Masih banyak terjadi bahwa perusahaan-perusahaan yang termasuk UMKM & Koperasi belum menunjukkan kejelasan prinsip-prinsip organisasi seperti kejelasan tujuan, kejelasan misi, kejelasan aktivitas, kejelasan rentang kendali.
Universitas Sumatera Utara
Adalah kenyataan pada umumnya para Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi sering menggunakan tipe organisasi yang sangat sederhana yang akibatnya berpengaruh terhadap perkembangan dan peningkatan daya saing. Hasil studi
Lembaga
menunjukkan
Manajemen
bahwa
usaha
Fakultas mikro
Ekonomi
memiliki
Universitas
permasalahan
Indonesia, yang
dapat
diidentifikasikan sebagai berikut (Joko dan Sri, 2006): a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung mengikuti kaidah administrasi standar, sehingga datanya tidak up to date. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya menilai kinerja usaha mikro. b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat ketat c. Modal terbatas d. Pengalaman manajerial perusahaan terbatas. e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan biaya untuk mencapai efesiensi yang tinggi. f. Kemampuan pemasaran, negosiasi dan diversifikasi pasar yang terbatas. g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah, karena keterbatasan sistem administrasi. Menurut Tulus (2002), beberapa permasalahan yang sering dihadapi UKM, khususnya industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) antara lain: 1. Kesulitan pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UKM. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
Universitas Sumatera Utara
2. Keterbatasan finansial UKM, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial: mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi. 3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha
mikro
dan
enterpreunership,
kecil
di
manajemen,
Indonesia, teknik
terutama
produksi,
dalam
aspek-aspek
pengembangan
produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. 4. Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga bahan baku yang tinggi. 5. Keterbatasan teknologi Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor di antaranya, keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-
Universitas Sumatera Utara
mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi. Dalam hasil survei BPS terhadap IK dan IRT menunjukkan bahwa masalah yang paling sering disebut adalah keterbatasan modal dan kesulitan dalam pemasaran. Sedangkan keterbatasan SDM dan teknologi modern ternyata bukan merupakan masalah yang serius bagi banyak pengusaha di IK dan IRT (Tulus, 2002).
2.7. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan sebagai rujukan yaitu : 1. Achmad Sani Alhusain (2009) meneliti tentang analisis kebijakan permodalan dalam mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Propinsi Bali dan Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukan perkembangan Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) di kedua daerah meskipun masih relatif rendah tapi cenderung untuk selalu meningkat. Kendala yang dihadapi UMKM di kedua daerah dalam memperoleh permodalan adalah tidak memiliki aset yang dapat dijaminkan, faktor manajerial dan konsistensi usaha. 2. Harsono (2010) meneliti tentang analisis bantuan kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Terhadap Perkembangan UMK Binaan di Kecamatan Juwana. Berdasarkan hasil pada variabel modal usaha didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) . Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha yaitu sebesar 13%. Pada variabel tenaga kerja didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel tenaga kerja yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebesar 15%. Pada variabel jumlah pembeli didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel jumlah pembeli yaitu sebesar 27%. Pada variabel total penjualan didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel total penjualan yaitu sebesar 30%. Pada variabel keuntungan didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel keuntungan yaitu sebesar 32%. 3. Zulkarnain Lubis (2007) Dampak Penyaluran Kredit oleh Credit Union Terhadap Kinerja Usaha Petani dan Pemberdayaan Ekonomi Petani. Pengaruh Kredit Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Tani dan Keadaan Ekonomi Petani Anggota
CU,
Terkait
Keberadaan
CU
Sebagai
Koperasi
yang
Memprogramkan Pendidikan Guna Meningkatkan Kemampuan Anggotanya Dalam Mengelola Usaha Tani. 4. Dewi Nur Asih (2008). Meneliti tentang analisis kebijakan kredit terhadap pengembangan usaha perikanan nelayan tradisional di Kabupaten Tojo UnaUna. Hasil pendugaan model rumahtangga nelayan menunjukan bahwa nilai kredit yang diterima oleh nelayan tradisional dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga dari kegiatan perikanan, produksi nelayan, umur perahu dan konsumsi total rumahtangga. Kredit mengakibatkan peningkatan alokasi curahan waktu kerja rumahtangga dalam kegiatan perikanan. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan produksi hasil tangkapan nelayan, yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kemampuan nelayan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengakumulasi modal yang diterima bagi perkembangan usaha di masa yang akan datang, yang ditunjukan dengan peningkatan tabungan nelayan. 5. Jumhur (2006) meneliti tentang analisis permintaan kredit modal kerja usaha kecil di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan variabel total asset dan tingkat bunga dilembaga keuangan lainnya berpengaruh signifikan terhadap probabilita permintaan kredit modal kerja usaha kecil dari BMT, sedangkan faktor keuntungan perbulan dan rasio bagi hasil tidak signifikan terhadap probablilita usaha kecil meminjam modal kerja dari BMT (Y) pada level signifikansi 5%. Tidak singnifikannya pengaruh keuntungan terhadap (Y) karena pada umumnya usaha kecil jarang menghitung dan memisahkan keuntungan yang diperoleh dari usahanya, karena biasanya tidak ada pemisahan antara aset dagang dengan aset peribadi, akibatnya tidak ada pengaruh yang kuat antara peningkatan keuntungan dengan pemintaan modal kerja. Kemudian rasio bagi hasil tidak signifikan ini lebih disebabkan terutama oleh masih kurangnya pemahaman dari usaha kecil tentang sistem bagi hasil tersebut merupakan biaya dari penggunaan dana yang dipinjam, yang penting bagi pengusaha kecil pelayanan cepat dan tidak bertele-tele. 6. Haryanto (2009) Efektivitas Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program bantuan Kredit Usaha Rakyat di Kelurahan Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur dikatakan cukup efektif yaitu sebesar 78,5 persen dan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja UMKM sehingga disarankan kepada pemerintah tetap menjalankan program
Universitas Sumatera Utara
bantuan KUR tersebut, akan tetapi dilakukan pendataan ulang untuk UMKM yang akan menerima ataupun yang sudah menerima KUR agar tidak terjadi penyalahgunaan manfaat dan tujuan diberikannya KUR. 7. Hardiningsih
dan
Simatupang
(2008)
meneliti
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima di Kota Yogyakarta. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil terdapat hubungan simultan antara usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, jam kerja, pengalaman pengeceran sebelum mandiri, pengalaman pada posisi sekarang, tingkat persediaan, ukuran tempat, dan jumlah pegawai dengan tingkat pendapatan bersih pedagang kaki lima. Sedangkan secara parsial, variabel yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan bersih pedagang kaki lima yaitu: tingkat pendidikan, jam kerja, pengalaman pengeceran sebelum mandiri, pengalaman pada posisi sekarang, tingkat persediaan, dan ukuran tempat.
2.8. Kerangka Konseptual
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Universitas Sumatera Utara
2.9. Hipotesis Penelitian Menurut Husein (2007), hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun dan mengarahkan penyelidikan selanjutnya”. Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Kenaikan Bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap nilai aset barang pedagang pakaian di Kota Medan. 2. Kenaikan bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja pedagang pakaian di Kota Medan 3. Kenaikan nilai aset barang berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja pedagang pakaian di Kota Medan. 4. Kenaikan bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha pedagang pakaian di Kota Medan 5. Kenaikan nilai aset barang berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha pedagang pakaian di Kota Medan. 6. Kenaikan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha pedagang pakaian di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara