BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kinerja Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi kerja manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan, dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Sartono, 2001). Pendapat ini hanya menyatakan kinerja keuangan adalah prestasi kerja manajemen, padahal bukan hanya manajemen yang berpengaruh dalam kinerja keuangan. Kinerja keuangan didefinisikan pula sebagai suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu (Husnan, 1994). Pendapat ini tidak menunjukkan sesuatu yang berupa hasil kerja (kinerja), hanya menekankan pada tampilan kondisi keuangan. Kesimpulannya kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang dicapai sebuah perusahaan (semua elemen SDM perusahaan) dalam menghasilkan profit. Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja
8 Universitas Sumatera Utara
keuangan adalah untuk memotivasi karyawan dan manajemen dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja keuangan perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi
kesejahteraan
diantara
mereka.
Fabozzi
(1999:36)
mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. 2.1.1.2 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk
menyusun
sistem
imbalan
dalam
perusahaan,
yang
dapat
mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Menurut Husnan (1994) pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk: 1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.
9 Universitas Sumatera Utara
2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha. (Fabozzi, 1999)
Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001, h. 78) diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan perusahaan. Dengan hal ini diharapkan menunjukkan hubungan suatu laporan keuangan baik berupa neraca dan/atau laporan laba rugi. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas.
1. Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
adalah
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM) mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah biasa disebabkan karena penjualan turun
10 Universitas Sumatera Utara
lebih besar dari turunnya biaya, dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. πππ =
πππ‘ πΌπππππ πππ‘ππ ππππππ‘πππ π
ππ£πππ’π
b. Return on Investment
Return on Investment ( ROI ) mengukur seberapa efektif aktiva yang ada mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar rasio ini semakin efektif penggunaan aktiva. ROI dapat ditingkatkan melalui peningkatan profit margin dan peningkatan perputaran aktiva. Adanya sinergi baik sinergi operasi maupun sinergi finansial maka adanya merger dan akuisisi akan meningkatkan ROI. π
ππΌ =
πππ‘ πΌπππππ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π
c. Return on Equity
Return on Equity (ROE) mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan kata lain, rasio ini mengukur berapa keuntungan yang dihasilkan oleh modal sendiri. π
ππΈ =
πππ‘ππ πΌπππππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ 11 Universitas Sumatera Utara
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal dan dibandingkan dengan standar indutri. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turn Over (TATO). TATO mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu menghasilkan pendapatan operasional. Pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. ππ΄ππ =
πππ‘ππ ππππππ‘πππ ππππππ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π
3. Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas
adalah
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR). Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang lancar. Semakin besar rasio ini menunjukan semakin likuid perusahaan tersebut. πΆπ
=
πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘π πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ
4. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
12 Universitas Sumatera Utara
a. Debt Ratio
Debt Ratio (DR) merupakan rasio dari kondisi keuangan yang digunakan untuk menunjukkan besarnya hutang perusahaan dibanding dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang semakin besar. π·π
=
πππ‘ππ π·πππ‘ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan pemilik perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki, untuk membayar hutang kepada kreditur. π·πΈπ
=
πππ‘ππ πΏπππππππ‘πππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦
Analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara pembandingan (Riyanto, 2001), yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (Present Ratio) dengan rasiorasio dari waktuβwaktu yang lalu (Historical Ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (Company Ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
13 Universitas Sumatera Utara
sejenis atau industri (Rasio industri/ Rasio Rata-Rata/ Rasio Standard) untuk waktu yang sama. Kesimpulannya pengukuran kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangan digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran kinerja keuangan juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada investor, pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
keuangan
perusahaan menurut Kuncoro (2006:8), antara lain: 1) Risiko Keuntungan atau return yang didapat oleh investor tidak terlepas dari risiko yang melekat pada setiap perusahaan. Risiko adalah kemungkinan realized return suatu investasi akan berbeda dengan expected return investasi tersebut. 2) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (firm size) adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi.
14 Universitas Sumatera Utara
Ukuran perusahaan digunakan sebagai alat untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total aktiva, jumlah karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai
parameter
lainnya.
Menurut
Johnson
(1995),
perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar kepada individu ataupun pihak-pihak tertentu yang dapat membantu peningkatan kinerja keuangan perusahaan dan memiliki metode pendanaan yang lebih bervariasi. Selain itu, perusahaan besar juga ditangani dan diatur secara berbeda dari perusahaan kecil.
3) Keputusan Manajemen Kinerja keuangan perusahaan tidak akan terlepas dari keputusan-keputusan yang diambil manajemen. Misalnya, keputusan dalam penjualan, pemasaran, memutuskan untuk melakukan
penggabungan
usaha,
atau
keputusan
dalam
penentuan strategi. Jika manajemen mengambil keputusan yang salah, akan sangat berdampak pada hal-hal yang akan dikerjakan dan pasti akan sangat berpengaruh pada kinerja keuangannya. 4) Kualitas Sumber Daya Manusia Para pekerja yang dipekerjakan di suatu perusahaan memiliki partisipasi penting dalam kinerja keuangan. Sumber daya
15 Universitas Sumatera Utara
manusia yang baik akan terus berfokus pada tujuan perusahaan, yaitu profit. Sehingga mereka akan bekerja seoptimal mungkin dan secara efektif dan efisien. 2.1.2 Merger dan Akuisisi Penggabungan
usaha
merupakan
salah
satu
strategi
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Dalam istilah umum, penggabungan usaha (business combinations) adalah penyatuan entitas-entitas bisnis yang sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah meningkatkan profitabilitas, namun
banyak
perusahaan
dapat
menjadi
lebih
efisien
dengan
mengintegrasikan operasi secara horizontal atau vertikal atau dengan mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi konglomerasi. Integrasi horizontal (horizontal integration) adalah penggabungan perusahaanperusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama. Contoh Chevron dan Texaco. Integrasi vertikal (vertical integration) adalah penggabungan perusahaan dengan operasi pada tahap produksi atau distribusi atau keduanya berbeda, tetapi berurutan. Contoh: Disney mengakuisisi ABC Television.
Konglomerasi
(conglomeration)
adalah
penggabungan
perusahaan-perusahaan dengan funsi produk atau jasa, atau keduanya yang tidak saling berhubungan dan beragam. Menurut Beams, Anthony, dan Clement (2006:2-4) alasan-alasan penggabungan usaha antara lain: 1.
Keunggulan biaya
16 Universitas Sumatera Utara
Seringkali lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan. Hal ini berlaku terutama pada periode inflasi. 2. Risiko yang lebih rendah Membeli lini produk dan pasar yang telah ada biasanya kurang berisiko ketimbang mengembangkan produk dan pasar baru. Risiko akan rendah apabila tujuannya adalah diversifikasi. 3. Memperkecil keterlambatan operasi Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah lainnya. 4. Menghindari pengambilalihan ( avoidance of takeovers ) Banyak perusahaan bergabung untuk menghindari pengambilalihan diantara perusahaan itu. Perusahaan yang lebih kecil cenderung rentan untuk diambilalih, karena itu, banyak di antaranya memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik terhadap usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain. 5. Akuisisi aktiva tak berwujud Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Jadi, akuisisi atas hak paten, hak penambangan mineral, riset database pelanggan atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha. 6. Alasan-alasan lain Selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih penggabungan usaha untuk memperoleh keuntungan pajak ( misalnya, tax-loss carryforward ), atas pendapatan pribadi dan keuntungan pajak real estate, serta untuk alasan-alasan pribadi. Banyak latar belakang ataupun alasan suatu perusahaan untuk akhirnya memutuskan melakukan penggabungan usaha, salah satunya seperti pendapat sebagaimana di atas. Pada intinya manajemen perusahaan mengharapkan
dengan
keputusan
penggabungan
usaha
tersebut,
perusahaan memiliki tambahan aktiva untuk dimanfaatkan, dengan kata lain semakin banyak sumber daya yang dimiliki, biaya-biaya yang diharapkan lebih dapat diefisienkan, dan operasi yang lebih efektif dengan
17 Universitas Sumatera Utara
adanya manajemen yang mungkin lebih baik dari perusahaan sebelum bergabung. Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Dalam strategi bisnis merger didefinisikan oleh Hitt (2001, 295) sebagai sebuah strategi di mana dua perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat.
Sedangkan sebuah akuisisi menurut Hitt
(2001, 295) adalah strategi yang melaluinya suatu perusahaan membeli hak untuk mengontrol atau 100 persen kepemilikan terhadap perusahaan lain dengan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan itu secara efektif, dengan cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang mengakuisisi. Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai Perseroan Terbatas, untuk perusahaan terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G. 1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
18 Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas mendefinisikan akusisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. PSAK No.22 mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Misalnya, Perusahaan A membeli aktiva Perusahaan B langsung dari Perusahaan B secara tunai, dengan aktiva lainnya, atau dengan sekuritas Perusahaan A (saham, obligasi, atau wesel). Penggabungan usaha ini disebut akuisisi, bukan merger kecuali Perusahaan B dibubarkan. Alternatif lain, Perusahaan A dapat membeli saham Perusahaan B secara langsung dari para pemegang saham Perusahaan B dengan tunai, dengan aktiva lain, atau dengan sekuritas Perusahaan A. Akuisisi ini memungkinkan Perusahaan A mengendalikan operasi atas aktiva-aktiva Perusahaan B. Akuisisi ini tidak akan memberikan Perusahaan A kepemilikan hukum atas aktiva-aktiva kecuali Perusahaan A memperoleh semua saham Perusahaan dan memilih untuk membubarkan Perusahaan B. 2.1.2.1 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Mudrajad (2006:168) , ada beberapa alasan perusahaan melakukan merger, antara lain :
1. Economies of Scale
Dengan melakukan merger dan akuisisi, perusahaan dapat mencapai skala operasi yang ekonomis. Yang dimaksud dengan skala yang ekonomis adalah skala operasi dengan biaya rata-rata terendah. Skala ekonomis dapat dicapai dengan cara horizontal, vertical dan conglomerate. Dengan alasan ini skala operasi perusahaan memang menjadi semakin ekonomis, namun skala distribusi untuk penjualan dapat meningkat karena pelanggan dua perusahaan digabungkan.
2. Memperbaiki Manajemen
Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efisien, akibatnya profitabilitasnya menjadi rendah. Kurangnya motivasi untuk mencapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk mengambil risiko sering mengakibatkan perusahaan kalah dalam persaingan yang semakin sengit. Dengan melakukan merger maka perusahaan dapat mempertahankan karyawannya hanya pada tingkat yang memang benarbenar diperlukan. Tidak jarang perusahaan yang dimerger memiliki manajemen yang lebih baik, sehingga perusahaan yang memerger memiliki aset tidak berwujud secara tidak langsung.
3. Penghematan Pajak 20 Universitas Sumatera Utara
Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak, tetapi karena perusahaan tidak pernah dapat memperoleh laba maka tidak dapat memanfaatkannya. Untuk itu lebih baik menggabungkan perusahaan lain yang memperoleh laba dengan maksud agar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan yang profitabel dapat lebih kecil. Perusahaan yang sebelumnya biaya pajaknya adalah sebesar biaya pajak kedua perusahaan, namun setelah merger otomatis biaya pajak hanya dikenakan pada satu perusahaan saja.
4. Meningkatkan Corporate Growth Rate
Dengan merger dan akuisisi, dimungkinkan penguasaan jaringan pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhannya secara signifikan. Sedangkan alasan yang mendukung digunakannya strategi akuisisi secara aktif diungkapkan oleh Hitt (2001, 296-305) adalah :
1. Meningkatkan kekuatan pasar. Dilakukannya akuisisi adalah untuk mencapai kekuatan pasar yang lebih besar. Walau terkadang tidak semua seperti itu. 2. Mengatasi hambatan untuk memasuki pasar. Untuk memasuki pasar baru seringkali mengalami kesulitan maka untuk itu akuisisi sering digunakan untuk mengatasinya.
21 Universitas Sumatera Utara
3. Biaya pengembangan produk baru. Akuisisi merupakan cara lain yang digunakan perusahaan untuk memasuki akses ke produk baru dan produk saat ini yang baru dan diinginkan perusahaan. Penelitian dan pengembangan produk pun dipastikan lebih cepat dari sebelum akuisisi. 4. Meningkatkan
kecepatan
memasuki
pasar.
Dibandingkan
dengan
pengembangan produk internal, akuisisi lebih cepat meningkatkan kecepatan memasuki pasar. 5. Risiko lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk baru. terdapat pendapat proses pengembangan produk internal lebih berisiko, dan para manajer melihat akuisisi sebagai salah satu cara untuk menurunkan tingkat risiko karena mudah di prediksi. Risiko yang seharusnya hanya ditanggung oleh satu perusahaan, kini dapat ditanggung pula oleh anak perusahaan yang diakuisisi, sehingga risiko berkurang. 6. Meningkatkan
diversifikasi.
Perusahaan
biasanya
lebih
mudah
mengenalkan produk baru dalam pasar yang baru-baru ini dilayani oleh perusahaan, dan sebaliknya semakin sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan produk untuk pasar yang kurang dikuasainya. 7. Membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan. Untuk mengurangi dampak negatif dari tingginya tingkat persaingan terhadap kinerja keuangan, maka perusahaan dapat menggunakan akuisisi sebagai salah satu cara untuk membatasi ketergantungannya pada produk pasar yang sedikit atau tunggal.
2.1.2.2 Pembiayaan Merger dan Akuisisi
22 Universitas Sumatera Utara
Menurut Fuady (2002:11) pada prinsipnya terdapat beberapa pembiayaan untuk merger dan akuisisi dilihat dari sumber pendanaannya, yaitu :
1. Private Placement
Dalam hal ini sumbernya dapat dari investor kelembagaan atau bukan. Investor kelembagaan dalam hal ini misalnya perusahaan asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan sebagainya.
2. Public Market
Ini dilakukan lewat pasar modal melalui proses go public.
3. Penerbitan Surat Berharga
Penerbitan surat berharga seperti bonds, notes, convertible bonds,
atau sarana debt financing lainnya, juga dapat
menjadi sumber finansial bagi merger dan akuisisi. 2.1.2.3 Tipe Merger dan Akuisisi Tipe merger menurut Fuady (2002:86-89) dari segi jenis usaha adalah tipe merger horizontal (horizontal merger), merger vertikal (vertical
merger),
merger
kon-generik
dan
merger
konglomerat
(conglomerate merger).
1.
Merger horizontal (horizontal merger) 23 Universitas Sumatera Utara
Merger horizontal merupakan merger di antara dua atau lebih perusahaan di mana semua perusahaan tersebut bergerak pada bidang bisnis yang sama. Contoh : Gulf Oil dan Chevron Corporation, sama-sama bergerak di bidang pertambangan minyak. 2.
Merger vertikal (vertical merger) Suatu gabungan di antara dua perusahaan atau lebih dengan mana yang satu bertindak sebagai supplier bagi yang lainnya. Jadi hubungan bisnisnya merupakan hubungan producer-supplier.
3.
Merger Kon-generik Perusahaan-perusahaan yang bergabung saling berhubungan satu sama lain, yang mempunyai kesamaan sifat produksinya, tetapi belum dapat dikatakan sebagai produsen terhadap produk yang sama seperti horizontal.
4.
Merger konglomerat (conglomerate merger)
Gabungan antara dua perusahaan atau lebih yang sama sekali tidak punya keterkaitan bidang usaha satu sama lain. Sedangkan dari segi analisis keuangan, merger ada dua jenis, yaitu :
1. Merger permodalan murni yaitu merger dimana perusahaan-perusahaan yang melakukan merger tetap beroperasi sebagai unit-unit yang terpisah sehingga tidak ada penghematan operasional. Jenis ini agak menyimpang dari segi tujuan merger yaitu pengefisienan biaya maupun operasi.
24 Universitas Sumatera Utara
2. Merger Operasional yaitu merger di mana diharapkan akan ada sinergi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan merger lewat integrasi dari operasional perusahaan-perusahaan tersebut.
Tipe Akuisisi dilihat dari segi objeknya: 1. Akuisisi saham Dalam hal ini yang dibeli atau diakuisisi adalah sahamnya perusahaan target. Baik dibayar dengan uang tunai, maupun dibayar dengan sahamnya perusahaan pengakuisisi atau perusahaan lainnya. Saham yang dibeli haruslah paling sedikit 51%. Apabila kurang dari itu, perusahaan target belum bisa dikontrol ataupun dikendalikan dan tujuan akuisisi belum dapat dicapai. 2. Akuisisi aset Jika akuisisi aset, maka yang diakuisisi adalah aset perusahaan target dengan atau tanpa ikut mengasumsi mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga. Dengan kata lain berarti kewajiban masih tanggung jawab perusahaan yang diakuisisi, karena merupakan perjanjian mereka dengan pihak lain. 3. Akuisisi Kombinasi Dalam hal ini dilakukan kombinasi antara akuisisi saham dan akuisisi aset. Misalnya 50% dari aset dan 50% dari saham
25 Universitas Sumatera Utara
saja yang diakuisisi. Sedangkan kewajiban masih diakui oleh perusahaan anak yang diakuisisi. 4. Akuisisi Bertahap Pada akuisisi ini, proses akuisisi tidak dilakukan sekaligus, misalnya pertama-tama perusahaan pengakuisisi akan membeli bonds yang dijual perusahaan target, belum memiliki hak kepemilikan. Namun setelah itu, jika perusahaan target memiliki kinerja yang baik, bonds tersebut akan ditukar dengan equity. Sedangkan untuk akuisisi perusahaan menurut Hitt (2001) ada beberapa macam bentuk kemiripan dengan bentuk merger, adalah akuisisi horizontal, vertikal, dan akuisisi berkaitan untuk meningkatkan pasar.
1. Akuisisi horizontal
Akuisisi horizontal adalah mengakuisisi sebuah perusahaan yang bersaing dalam industri yang sama. Akuisisi ini bertujuan meningkatkan kekuatan pasar perusahaan dengan mendayagunakan sinergi yang berbasis biaya dan pendapatan.
2. Akuisisi vertikal
Akuisisi vertikal adalah perusahaan yang mengakuisisi pemasok atau penyalur, satu atau lebih, barang-barang atau jasanya.
3. Akuisisi berkaitan
26 Universitas Sumatera Utara
Akuisisi berkaitan adalah akuisisi sebuah perusahaan dalam industri yang tingkat keterkaitannya tinggi. 2.1.2.4 Tipe Pelaksanaan Merger dan Akuisisi Selain tipe umum mengenai merger dan akuisisi, menurut Simanjuntak (2006 : 9) pelaksanaan merger sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) cara, yaitu merger yang dilakukan secara sukarela atau ramah (friendly merger) dan merger yang dilakukan secara paksa (unfriendly merger).
1. Friendly merger
Merupakan merger yang dilakukan melalui Direksi masing-masing perseroan yang akan melakukan merger dimana perseroan yang akan mengakuisisi (acquiring company) perseroan sasaran (target company) terlebih dahulu menghubungi Direksi perseroan sasaran sebelum suatu merger plan disampaikan perseroan yang melakukan akuisisi kepada pemegang saham perseroan sasaran (target company).
2. Unfriendly merger
Kebalikan dari friendly merger, suatu unfriendly merger (atau biasa disebut hostile merger) merupakan merger yang dilakukan oleh perseroan yang akan mengakuisisi (acquiring company) dengan membeli saham perseroan target (target company) secara langsung kepada pemegang saham perseroan target (target company) tanpa terlebih dahulu menghubungi Direksi perseroan sasaran. Hostile merger ini biasanya dilakukan dengan tender offer dimana perseroan yang
27 Universitas Sumatera Utara
akan mengakuisisi membujuk pemegang saham perseroan sasaran (target company) dengan suatu harga saham yang berada diatas harga pasar saham tersebut. 2.1.2.5 Langkah-langkah dalam Merger dan Akuisisi Merger dan akuisisi yang sukses menuntut pemilihan yang cermat, perencanaan yang rapi, dan pendanaan yang tepat, tetapi tindakan ini saja belum cukup, keberhasilan juga memerlukan kerjasama karena menggabungkan dua perusahaan sangatlah rumit dan
memerlukan serta melibatkan banyak
pihak/orang. Alangkah lebih baik, jika ditentukan manfaat ekonomi dan biaya sebelum melakukan Merger dan Akuisisi. Misalkan kita sebagai pimpinan perusahaan A yang sedang mempelajari kemungkinan membeli perusahaan B. pertimbangan pertama tentulah, apakah ada manfaat ekonomi dari merger tersebut. Ada manfaat ekonomi, apabila dua perusahaan secara bersama mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai masing-masing perusahaan tersebut. Sebagai misal, apabila kita berpendapat bahwa kombinasi perusahaan tersebut bernilai PVab dan masing2 perusahaan bernilai PVa dan PVb maka: MANFAAT= PVab- (PVa+PVb) Apabila manfaat ini positif, berarti ada pembenaran ekonomi utk melakukan merger. Tetapi disamping itu, kita harus memikirkan juga biaya utk membeli perusahaan tersebut. Dapat digunakan dengan rumus: BIAYA= KAS β PVb NPV= MANFAAT-BIAYA
28 Universitas Sumatera Utara
= PVab- (PVa +PVb) β (KAS-PVb) adalah positif. (Husnan, 1994 : 157-158) Langkah-langkah untuk melakukan merger dan akuisisi Menurut Caves (1989), dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Pre-merger Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut. 2. Merger stage Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka. 3. Post-merger Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan : a. Yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger, sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.
b. Yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. 29 Universitas Sumatera Utara
c. Yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
2.1.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi Secara spesifik, kelebihan dan kelemahan merger dan akusisisi (Fuady, 2006 : 54-56) antara lain adalah:
a.
Kelebihan Merger dan Akuisisi
1.
Pertimbangan pasar
Dalam hal ini berarti selain pangsa pasar yang meluas, dapat juga dihasilkan mata rantai produksi yang lengkap dan memperluas area distribusi produk. Yang mungkin tidak didapatkan sebelum merger dan akuisisi.
2.
Penghematan distribusi
Setelah merger dan akuisisi dapat menggunakan sistem distribusi tunggal atau market yang serupa sehingga dapat menghemat biaya daripada mereka harus mendistribusikannya satu per satu.
3.
Diversifikasi
30 Universitas Sumatera Utara
Mengadakan
penganekaragaman
jenis
usaha
sehingga dapat meminimalisir risiko terhadapa pasar tertentu atau berpartisipasi pada bidang-bidang yang baru tumbuh.
4.
Keuntungan manufaktur
Dengan merger dan akuisisi, segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan dan overhead dapat dikurangi serta masalah-masalah yang sifatnya sementara dapat dipecahkan.
5.
Riset dan pengembangan
Biaya-biaya riset dan pengembangan dapat dikurangi misalnya hanya dengan menggunakan satu laboratorium secara bersama-sama.
6.
Pertimbangan finansial
Untuk
meningkatkan
earning
per
share
dan
memperbaiki image perusahaan di pasar.
7.
Pemanfaatan excess capital
Excess capital masing-masing perusahaan dapat dimanfaatkan.
31 Universitas Sumatera Utara
8.
Pertimbangan sumber daya manusia
Jika perusahaan pengakuisisi memiliki SDM yang kurang baik, setelah merger dan akuisisi perusahaan dapat memanfaatkan SDM perusahaan target yang lebih potensial.
9.
Kecanggihan dan otomatisasi
Perkembangan teknologi yang semakin canggih membutuhkan biaya yang sangat mahal, padahal sangat dibutuhkan. Perusahaan kecil tidak akan mampu membeli jika hanya sendiri, untuk itu diperlukan merger atau akuisisi untuk memperbesar perusahaan dan mampu membeli teknologi yang canggih.
b. Kelemahan-kelemahan merger dan akuisisi
1.
Accounts receivable
Harus benar-benar dilihat secara teliti apakah kreditkredit atau tagihan dalam keadaan kolektibilitas atau tidak.
2.
Inventories
32 Universitas Sumatera Utara
Apakah dokumentasi kepemilikannya kuat secara hukum,
apakah
memiliki
kekuasaan
untuk
mengendalikan inventories tersebut, atau misalnya berapa harga sebenarnya atau nilai wajar dari inventories tersebut.
3.
Property, plant, dan equipment
Mengidentifikasi nilai wajar dari Property, plant, dan equipment perusahaan target. Ada kemungkinan nilainya terlalu ditinggikan pada laporan keuangan.
4.
Liabilities
Kemungkinan ada liabilities yang tidak terdeteksi oleh perusahaan pengakuisisi. Misalnya kewajibankewajiban yang tidak tercatat atau kewajiban-kewajiban kontinjensi. 2.1.2.7 Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Beberapa bahasan di atas telah menunjukkan bahwa secara teori, seharusnya setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung bersama dan kinerja keuangan perusahaaan pascamerger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger
33 Universitas Sumatera Utara
dan akuisisi. Sebenarnya tujuan menggabungkan usaha melalui merger dan akuisisi, perusahaan mengharapkan dapat memperoleh sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi. Jadi, nilai perusahaan setelah merger dan akuisisi seharusnya lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin meningkat. (Manurung, 2011: 9-10) Namun demikian, pada beberapa kasus, merger dan akuisisi dapat tidak berpengaruh sama sekali pada kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi bahkan ada yang menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Ada
beberapa
merger
maupun
akuisisi
dengan
kinerja
yang
memprihatinkan. Glassman (dalam Hitt, Harrison, dan Ireland, 2002) memberikan contoh kegagalan merger Quaker Oats dengan Snapple Beverage Co. Quaker Oats membeli Snapple Beverage Co. seharga USD 1,7 milyar pada tahun 1994. Tetapi pada tahun 1997, Quaker menjual bisnis Snapple hanya dengan USD 300 juta, rugi USD 1,4 milyar.
34 Universitas Sumatera Utara
Kemudian pembelian McDonnell Douglas Corp. oleh Being Co. pada tahun 1997. Dalam tiga tahun sebelum akuisisi, saham McDonnell Douglas bernilai empat kali lipat, tetapi dalam beberapa bulan setelah akuisisi McDonnell Douglas, nilai saham Boeing turun hingga 15%.
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia di antaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan hanya Total Assets turn Over, Fixed Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Hasil negatif juga dikemukakan Prabowo (2012) melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur pengakuisisi yang melakukan merger dan akuisisi yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Dalam penelitian ini, peneliti menguji rasio Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Return On Asset, dan Return On Equity. Dengan menggunakan alat analisis uji
35 Universitas Sumatera Utara
beda, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan pengakuisisi tidak mengalami peningkatan secara signifikan pada periode sebelum dan sesudah merger. Hanya pada Current Ratio dan Debt to equity Ratio yang terdapat perbedaan setelah merger dan akuisisi. Sementara itu, untuk wilayah Eropa, penelitian Martynova, Oosting, dan Renneboog (2006) berjudul The Long-term Operating Performance of European Mergers and Acquisitions, dengan alat uji EBITDA menemukan bahwa pasca-merger profitabilitas perusahaan gabungan tidak berbeda secara signifikan dari kinerja agregat tender dan perusahaan target sebelum merger. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilalihan perusahaan yang tidak dapat menimbulkan tambahan signifikan dalam kinerja operasi seperti yang sering diklaim oleh perusahaan gabungan, tetapi juga bahwa merger dan akuisisi tidak menghasilkan kinerja yang buruk seperti sering diklaim di awal penelitian akademis. Hasil positif ditunjukkan Widyaputra (2006), hasil penelitiannya adalah 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi terdapat perbedaan signifikan pada rasio Earning Per Share, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Return On Assets. Juga didukung dengan penelitian Shinta (2008) dengan hasil penelitian membuktikan bahwa pada Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Operating Profit Margin, ITO ,GPM, Net Profit Margin, Return On Equity dan Total Assets Turn Over dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.
36 Universitas Sumatera Utara
Ringkasan beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan secara ringkas ditunjukkan tabel berikut ini : Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti (Tahun) 1. Payamta dan Setiawan (2004)
Judul Penelitian
Variabel yang Diteliti
Hasil Penelitian
Variabel dependen: Hanya Total Assets Kinerja Perusahaan turn Over, Fixed Assets Turn Over, Variabel Return On independen: Investment, Return Merger dan On Equity, Net Profit Margin, Operating Akuisisi Profit Margin, Total Asset to Debt Ratio, Net Worth to Debt Ratio yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. 2. Martynova, The Long- Variabel dependen: menemukan bahwa Oosting, dan term Kinerja operasi pasca-merger Renneboog jangka panjang profitabilitas Operating (2006) perusahaan Performance gabungan tidak of European Variabel berbeda secara Mergers and independen: dan signifikan dari Acquisitions, Merger Akuisisi kinerja agregat tender dan perusahaan target sebelum merger. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilalihan perusahaan yang tidak dapat Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia
37 Universitas Sumatera Utara
3. Widyaputra (2006)
4. Shinta (2008)
Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (di BEJ 19982004) Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (studi pada perusahaan manufaktur di BEJ)
Variabel dependen: Kinerja perusahaan dan abnormal return saham Variabel independen: Merger akuisisi
dan
menimbulkan tambahan signifikan dalam kinerja operasi seperti yang sering diklaim oleh perusahaan gabungan, tetapi juga bahwa merger dan akuisisi tidak menghasilkan kinerja yang buruk seperti sering diklaim di awal penelitian akademis. Penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi terdapat perbedaan signifikan pada rasio Earning Per Share, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Return On Assets.
Variabel dependen: membuktikan bahwa Kinerja keuangan pada Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Variabel Operating Profit independen: Margin, ITO ,GPM, Merger dan Net Profit Margin, akuisisi Return On Equity dan Total Assets Turn Over dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi.
38 Universitas Sumatera Utara
5. Prabowo (2012)
2.3
Analisa Pengaruh Keputusan Merger dan Akuisisi terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Variabel dependen: Menunjukkan bahwa Perubahan kinerja kinerja perusahaan perusahaan pengakuisisi tidak mengalami Variabel peningkatan secara independen: signifikan pada Merger dan periode sebelum dan akuisisi sesudah merger. Hanya pada Current Ratio dan Debt to equity Ratio yang terdapat perbedaan setelah merger dan akuisisi.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan toeritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini
Merger dan Akuisisi
Uji pengaruh
Kinerja Keuangan
Gambar Dari kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah merger dan akuisisi ; sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan.
39 Universitas Sumatera Utara
Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih termasuk aktiva, kewajiban dan ekuitasnya di mana salah satu perusahaan yang bergabung dibubarkan. Akuisisi merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih di mana salah satu perusahaan yang menjadi induk perusahaan memiliki hak kepemilikan mayoritas. Merger dan akuisisi diukur dengan indikator yaitu laporan tahunannya sehingga diketahui ada atau tidaknya keputusan melakukan merger dan akuisisi. Kinerja keuangan merupakan prestasi kerja yang dicapai sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Baik merger dan akuisisi serta kinerja keuangan tidak terlepas dari pengaruh manajemen. Jika manajemen memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi, maka diharapkan adanya peningkatan dalam kinerja keuangan perusahaan. Untuk itu, dalam penelitian ini akan diteliti apakah keputusan manajemen untuk melakukan merger dan akuisisi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangannya. Indikator untuk mengukurnya dapat dilihat dari perbandingan kinerja keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.
2.4
Hipotesis
Berdasarkan
penelaahan
literatur
mengenai
perbandingan
kinerja
perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang ditunjukkan dengan rasio keuangan perusahaan pengakuisisi maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
40 Universitas Sumatera Utara
HA : Merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
41 Universitas Sumatera Utara