BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
KONSELING 1. Defenisi Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan Keluarga Berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada
satu
kesempatan
yakni
pada
saat
pemberian
pelayanan
(Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-1). Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk menolong (membantu) orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya (keinginannya, sikapnya, kekhawatiran, dan sebagainya) dalam usahanya untuk memehami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Trismiati, 2004.hlm.9). Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10)
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Konseling Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah pada kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku. Mempelajari dan menguasai ketrampilan soaial dan interpersonal. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri (McLEOD, 2006.hlm.13). 3. Langkah Langkah Dalam Konseling a. Pendahuluan Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah, dan menentukan jalan keluar.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagian Inti/pokok Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan keluar tersebut. c. Bagian Akhir Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya (Uripni, 2002.hlm.68). Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut: SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh. T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan kontrasepsi. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang di ingini.
Universitas Sumatera Utara
TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan konterasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-3,4).
4. Fungsi Konseling a). Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan. b). Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan. c). Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling. d). Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5. Teknik Konseling a). Teknik/ Pendekatan Authoritarian atau Directive Dalam proses wawancara konseling berpusat pada konselor. b). Teknik/ Pendekatan Non-Directive Dalam pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dan tanggung jawab atas pemecahan masalahnya sendiri. c). Teknik/ Prndekatan Edetic Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap baik atau
tepat,
disesuaikan
dengan
konseli
dan
masalahnya
(Uripni, 2002.hlm.67)
B. ALAT KONTRASEPSI 1. Metode Amenorea Laktasi Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yanng mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). MAL dapat dijadikan kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (full breast feeding), ibu belum mendapatkan haid, dan usia bayi kurang dari 6 bulan. MAL hanya efektif selama 6 bulan saja, untuk selanjutnya, harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja dari MAL adalah penundaan/penekanan ovulasi. Keuntungan dari MAL yaitu efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
Universitas Sumatera Utara
Tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping sistemik, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya. Adapun keuntungan dari non kontrasepsi untuk bayi yaitu mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minun yang di pakai. Selain itu untuk ibu yaitu dapat mengurangi perdarahan pascapersalinan, mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik antara ibu dan bayi. Keterbatasan penggunaan MAL yaitu perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai engan 6 bulan, dan tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS. Beberapa cacatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifitasan 98% yaitu : a. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama). b. Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid). c. Bayi menghisap secara langsung. d. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam sesudah bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
e. Kolostrum diberikan pada bayi, pola menyusui on demand dan dari kedua payudara, sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari, dan hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-1).
2. Metode Keluarga Berencana Alamiah Pasangan sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu. Oleh karena itu, ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Metode ini efektif bila dipakai dengan tertib dan tidak ada efek samping. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi ibu tersebut. Mekanisme kerja dari metode ini yaitu menghindari senggama pada masa subur, pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan. Kontrasepsi ini dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping, dan murah atau tanpa biaya. Sebagai kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk Metode ini bila aturan ditaati kegagalan 0% (kegagalan metode/ method failure dan 0-3% kegagalan pemakai/user’s failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa melanggar aturan untuk mencegah kehamilan). Kefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan metode ini yang paling efektif secara benar (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-7).
Universitas Sumatera Utara
3. Senggama Terputus Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja dari metode ini yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Kontrasepsi ini efektif bila digunakan dengan benar, efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-15).
4. Metode Barrier a. Kondom Kondom merupakan selubun/sarung karet yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Kondom mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain. Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
Universitas Sumatera Utara
berhubungan seksual, secara ilmiah hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. b. Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja dari diafragma yaitu menahan sperma agar tidak mendapatkanakses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
c. Spermisida Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma, dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film, dan krim. Cara kerja yaitu menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan pembuahan sel telur. Efetivitas kurang (3-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual. Pengguna harus menunggu 10-15 menit sesudah aplikasi
Universitas Sumatera Utara
sebelum
melakukan
hubungan
seksual.
Efektivitas
aplikasi
hanya
1-2
jam
(Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-17-24).
5. Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan jenis dan cara pemakaianya di kenal empat macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi pil, kontrasepsi suntikan, implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung hormon esterogen. a. Kontrasepsi Oral (Pil) Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbuat tablet, mengandung hormon. Pada dasarnya terdapat dua jenis pil kontrsepsi oral yaitu pil kombinasi dan pil yang berisi hanya progesteron saja. 1). Pil Kombinasi Merupakan pil kontrasepsi oral kombinasi yang menggunakan esterogen dan progesteron untuk mencegah kehamilan. 1). Mekanisme kerja Mekanisme kerja pil kombinasi adalah dengan cara menekan
gonadotropin
releasing hormon.Pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon. Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti.Lendir sevik juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang, sehingga penetrasi sperma menurun (Siswosudarmo,et al, 2001.hlm.15).
Universitas Sumatera Utara
2). Jenis pil kombinasi Ada tiga jenis pil kombinasi : a). Pil monofasik, berisi esterogen dan progesteron dalam jumlah sama yang digunakan selama 21 hari. b). Pil bifastik, adalah pil 21 hari yang berisi esterogen dalam jumlah yang sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progesteron yang berbeda di dalamnya.Biasanya pil ini di beri kode yang dengan warna yang berbeda. c). Pil trifasik, adalah pil 21 hari yang berisi jumlah esterogen yang bervariasi (biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga kadar progesteron, yang berbeda di dalamnya, yang di beri kode warna. 3). Efektiffitas Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99% efektif mencegah kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektifitasnya masih mencapai 93% (Everett, 2008, hlm.119). 4). Keuntungan Mudah menggunakannya. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur yang masih muda. Mengurangi dismenoroe pada saat menstruasi. Dapat mencegah defisiensi zat besi. Mengurangi resiko kanker ovarium. Tidak mempengaruhi produksi ASI.
Universitas Sumatera Utara
5). Efek samping Gangguan menstruasi, mual muntah, sakit kepala, berat badan bertambah, sindrom pra menstruasi seperti payudara tegang, libido berkurang, jerawat, hipertensi (Speroff, 2005, hlm.90).
2). Kontrasepsi Pil Progestin Kontrasepsi ini sering juga disebut mini pil. Merupakan pil yang hanya mengandung hormon progesteron, tetapi dosisnya lebih rendah dibandingkan progestin yang ada pada pil kombinasi. 1). Mekanisme kerja Cara kerja utama kontrasepsi ini adalah dengan mengentalkan lendir serviks, sehingga menghambat penetrasi sperma untuk masuk lebih jauh. Disamping itu progestin juga menghambat ovulasi, mengganggu motilitas tuba sehingga sehingga transfortasi sperma terganggu, dan mengganggu perubahan fisiologis endometrium sehingga menghalangi nidasi (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 47). 2). Efektifitas Bagi ibu yang menyusui, sampai sembilan bulan post partum keefektifan pil mencapai 98,5%.Bagi ibu yang tidak menyusui dan sedang dalam masa interval turun menjadi 96% (Siswosudarmo, et al.2001, hlm.18).
Universitas Sumatera Utara
3). Keuntungan Manfaat pil ini sama menyebabkan
dengan pil kombinasi,selain itu pil ini lebih kecil
peningkatan
tekanan
darah
dan
nyeri
kepala
(Cunningham,et al.2006, hlm 1712). 4). Efek samping Hampir 30-60% mengalami gangguan haid, perubahan berat badan, mual, payudara tegang, pusing, resiko kehamilan ektopik tinggi(4 dari 100 kehamilan), jerawat (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 49). 3). Kontrasepsi Suntikan Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi untuk wanita yang diberikan dalan bentuk suntikan yang mengandung hormon. Terdapat dua jenis suntikan kontrsepsi oral yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. a. Suntikan Kombinasi Suntikan kombinasi adalah kontasepsi kombinasi esterogen dan progesteron yang di berikan secara I.M. 1). Jenis suntikan kombinasi Ada dua jenis kontrasepsi suntikan kombinasi : a) Suntikan kombinasi yang berisi 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol spinoat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali atau yang biasa di sebut cyclofem. b) Suntikan yang berisi 50 mg noretrindon enantat dan 5 mg estradiol vaerat yang di beri secara I.M. sebulan sekali.
Universitas Sumatera Utara
2). Cara kerja Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan cara : menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada endrometrium sehingga implantasi terganggu, menghambat transfortasi gamet oleh tuba. 3). Effektifitas Sangat efektif 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 33).
4). Keuntungan Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah anemia, khasiat terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium, mencegah kehamilan ektofik, mengurangi penyakit payudara dan kista ovarium, mencegah kehamilan ektofik dan penyakit radang panggul. 5). Efek samping Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, spotting, atau perdarahan selama 10 hari, sakit akibat suntikan, mual, sakit kepala, nyeri payuda ringan, dan keluhan ini akan hilang sesudah suntikan ke dua dan ke tiga, penambahan berat badan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 33).
Universitas Sumatera Utara
b. Suntikan Progesteron Suntikan progesteron adalah kontrasepsi yang berisi hormon progesteron yang di berikan secara I.M. 1) Jenis suntikan progestin Ada dua jenis kontrasepsi suntikan yang berisi progestin : a) Depo medrosiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan tiga bulan secara I.M. b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara I.M. 2) Cara kerja Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir tipis dan atropi, menghambat transportasi gamet oleh tuba. 3) Effektifitas Kedua kontasepsi ini mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan
per 100 perempuan-tahun, jika penyuntikan dilakukan secara teratur. 4) Keuntungan Efektivitas tinggi, tidak mengganggu ASI, tidak ditemukan efek samping yang disebabkan esterogen seperti mual, menurunkan terjadinya penyakit payudara, mencegah radang panggul, mencegah kanker endometrium dan KET (Saifuddin,et al. 2004, hlm.MK 40).
Universitas Sumatera Utara
5) Effek samping Perdarahan yang tidak menentu, terjadinya amenore yang berkepanjangan, berat badan bertambah, sakit kepala, rasa sakit akibat suntikan, kembalinya kesuburan lama (Hartanto, 2004, hlm.26).
4). Kontrasepsi Implant Implant adalah jenis kontrasepsi dalam bentuk kapsul yang mengandung hormon progesteron yang dimasukkan di bawah kulit. a. Mekanisme kerja Membuat lendir serviks lebih kental, sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi. Mengganggu motilitas tuba, sehingga transport sperma maupun sel telur terganggu. Mengganggu kapasitas sperma sehingga kemampuan membuahi menurun. Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu implantasi sel telur. Mengganggu keseimbangan hormon esterogen, progesteron,
dan
gonadotropin,
sehinnga
menghambat
ovulasi
(Siswosudarmo,et al, 2001.hlm.25 – 26 ). b. Jenis – jenis implant 1) Norplan Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonolgestrel dengan lama kerjanya 5 tahun 2) Implanon Terdiri dari satu batabg putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, dan siameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
3) Jedena dan indoplan Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonolgester dengan lama kerjanya 3 tahun c. Efektifitas Kontasepsi implant ini sangat efektif 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan. d. Keuntungan Efektifitas tinggi, tidak mengganggu ASI, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi resiko penyakit radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis, menurunkan kejadian kanker payudara. e. Effek samping Gangguan siklus menstruasi, meningkatnya jumlah darah haid, nyeri kepala, perubahan
berat
badan,
nyeri
mual,
payudara
(Saifuddin,et al, 2004.hlm.MK52 - MK54). 6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR) a. Defenisi Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilament pada ujung bawahnya (Darmani, 2003.hlm.3) b. Jenis – Jenis AKDR 1). AKDR yang Mengandung Tembaga AKDR yang mengandung tembaga umumnya dilisensi
untuk
digunakan 5 –
10 tahun dengan sedikit variasi dari satu negara ke negara lain(Glasier, 2006.hlm.118). AKDR tembaga
yang
pertama dililit
oleh
200
sampai 250
mm2
kawat.
Universitas Sumatera Utara
Dua macam AKDR tembaga yang masih tersedia (kecuali di Amerika Serikat) adalah Tcu-200 dan Multiload-250. Nova-T sama dengan Tcu-200, mengandung 200 mm2 tembaga meskipun demikian Nova-T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga fleksibel pada ujung bawah guna menghindari cedera jaringan serviks. Multiload-375 mempunyai 375 mm2 kawat tembaga yang meliliti batangnya. Lengan yang fleksibel dirancang untuk meminimalisasi ekspulsi. Generasi AKDR modern di Cina mencakup cincin baja tahan karat dengan kawat tembaga yang melepaskan indometasin (sangat efektif dengan angka ekspulsi yang rendah serta jumlah kehilangan darah yang lebih sedikit).
Tcu-380A adalah alat berbentuk T, dengan kerangka polietilen yang memiliki 380 mm2 daerah permukaan tembaga yang terpasang. Kawat tembaga elektrolitik murni yang mengelilingi batang 36 mm ini memiliki berat 176 mg, dan bungkus-lengan pada lengan horisontalmemiliki berat 66,5 mg. Sebuah monofila ment polietilen diikat menembus bola 3 mm yang terdapat pada batang, menghasilkan dua benang putih untuk deteksi dan pengangkatan. Bola pada bagian bawah batang membantu mengurangi resiko perforasi serviks (Speroff, 2005.hlm.208-9). 2). AKDR yang Melepas Hormon Sistim intrauterus penghasil levonorgestrel (AKDR-LNg).Alat ini serupa dengan progestasert, tetapi mengandung levonogestrel. Alat ini mengandung 52 mg LNG yang
Universitas Sumatera Utara
dilepas dengan kecepatan 20 µg/hari. Keunggulan utamanya adalah keharusan mengganti yang hanya setiap 5 tahun, dibanding dengan progestasert yang setiap tahun. AKDR ini adalah potietilen yang berbentuk T yang batangnya terbungkus oleh campuran polidimetilsiloksan/ levonorgestrel. Campuran ini dilapisi membrane
permaebel
yang
mengatur
kecepatan
pembebasan
oleh suatu hormon
(Williams, 2006.hlm.1719). 3). AKDR Secara Kimiawi Inert AKDR ini terdiri dari bahan tidak terserap, terutama polietilen, dan dibubuhi oleh barium sulfat agar radioopak. World Health Ogranization (WHO) tidak menganjurkan pemasangan AKDR inert karena AKDR yang mengandung tembaga atau melepaskan hormon jauh lebih efektif (Glasier, 2006.hlm.118). 4). AKDR Masa Depan Modifikasi AKDR tembaga sedang diteliti di seluruh dunia. Ombrelle-250 dan Ombrelle-380 yang dirancang lebih fleksibel untuk mengurangi ekspulsi dan efek samping telah dipasarkan di Perancis. AKDR tanpa kerangka, FlexiGard (dikenal sebagai Cu-Fix), terdiri dari 6 bungkus-lengan tembaga (330 mm2 tembaga), yang terangkai pada benang bedah nilon (polipropilen) dan disimpul pada satu ujung. Pada saat penyisipan, simpul tersebut didorong ke dalam miometrium menggunakan jarum yang dikaitkan, yang bekerja seperti tombak harpoon miniatur. Karena tidak memilki kerangka, alat ini diharapkan mempunyai angka keharusan pengangkatan karena perdarahan atau nyeri yang rendah, tetapi karena penyisipan lebih sulit dilakukan, terdapat angka ekspulsi yang lebih tinggi (Speroff, 2005.hlm.208).
Universitas Sumatera Utara
c. Mekanisme Kerja AKDR Semua AKDR menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genitalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma maupun ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga meperlihatkan degenerasi mencolok (WHO,1997). Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang mengandung tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung tembaga digunakan untuk kontrasepsi pascakoitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan produksi mucus serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya (Glasier, 2006, 119). Sesudah pengangkatan AKDR, lingkungan intrauterine yang mormal akan pulih dengan cepat. Dalam penelitian-penelitian berskala besar, tidak ada penundaan untuk mencapai kehamilan pada laju yang normal terlepas dari durasi penggunaan, yang menyangkal klaim bahwa penggunaan AKDR berkaitan dengan infeksi yang menyebabkan infertilitas (Speroff, 2005.hlm.210). d. Keuntungan AKDR Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya sangat tinggi, 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). AKDR
Universitas Sumatera Utara
dapat efektif segera sesudah pemasangan, dan sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. Merupakan metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. Tidak ada efek samping hormonal dengan AKDR CuT-380A, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Dapat dipasang segera sesudah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih sesudah haid terakhir). Tidak ada interaksi dengan obat-obatan dan membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-73). e. Kerugian AKDR 1). Efek samping yang umum terjadi Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang sesudah 3 hari), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spooting) antarmenstruasi, dan saat haid lebih sakit. 2). Komplikasi lain Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari sesudah pemasangan. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali membuat takut perempuan selama pemasangan. Sedikit nyeri dan
Universitas Sumatera Utara
perdarahan terjadi segera sesudah pemasangan AKDR, biasanya menghilang dalam 1-2 hari. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan). Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. Perempuan harus memeriksa benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian peremouan tidak mau melakukan ini (Saifuddin,et al. 2004.hlm.MK-74). 7. Metode Kontrasepsi Sterilisasi wanita a. Pengertian Sterilisasi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen (Everett, 2007.hlm.252). Sterilisasi wanita biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi atau, yang lebih sering laparoskopi (Glasier & Gebbie. 2005.hlm.191). Sterilisasi adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh pasangan umur lebih dari 30 tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun (Siswadi. 2006.hlm.53). b. Keuntungan dan kerugian 1. Keuntungan. Permanen dan efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung pada faktor sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi
Universitas Sumatera Utara
lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). (Saifuddin. 2003. MK-79). 2. Kerugian. Melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi dan tidak mudah kembali subur (Everett. 2007.hlm253). c. Efek samping dan komplikasi sterilisasi WHO, efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi sterilisasi dibagi dalam komplikasi minora dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian (Siswosudarmo,et al. 2001.hlm.67-68). d. Keefektifan Sterilisasi wanita adalah bentuk metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektifitasnya 99,4%-99,8% per 100 wanita per tahun (Everett. 2007.hlm.252).
C. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA Akseptor dapat diartikan sebagai klien dan juga komunikan.Klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan (Saifuddin,et al. 2004.hlm.U-2). Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima informasi (Uripni, 2002.hlm.13).
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari akseptor keluarga berencana adalah manusia yang membutuhkan segala informasi mengenai keluarga berencana. Pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan kedua-duanya memiliki kesuburan yang normal namun tidak menghendaki kehamilan, merupakan akseptor program kelurga berencana yang memerlukan kontrasepsi yang efektif. Para wanita muda yang tidak menginginkan kehamilan, dan mereka aktif melakukan hubungan seksual tanpa memperdulikan usia mereka yang masih muda, dianjurkan untuk menjadi akseptor keluarga berencana (Williams, 2006.hlm.1109).
Universitas Sumatera Utara