BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Modal kerja Bersih a. Pengertian Modal kerja Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari perusahaan, seperti membeli bahan baku, membayar upah langsung, membayar gaji pegawai, membayar hutang, dan lain-lain. Terdapat dua konsep utama yang umumnya membedakan pengertian modal kerja. Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Menurut Brigham dan Joel (2001 : 150), “modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu, kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha”. Pengertian modal kerja ini lebih dikenal dengan konsep modal kerja kotor (gross working capital). Weston dan Copeland (1999 : 327) memberikan pengertian modal kerja sebagai “modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar”. Pengertian modal kerja ini dikenal dengan konsep modal kerja bersih (net working capital). Konsep modal kerja bersih (net working capital) umumnya digunakan oleh para akuntan ketika membicarakan modal kerja sebuah perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto (1997 : 57), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : 1)
Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital). Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya. 2) Konsep Kualitatif Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Konsep ini merupakan sebahagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net operating working capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar. 3) Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Konsep Modal Kerja Bersih Modal kerja bersih merupakan konsep kualitatif dari istilah modal kerja perusahaan. Modal kerja bersih (net working capital) adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep modal kerja bersih (net working capital) memberikan defenisi yang lebih dekat dengan modal kerja yang sesungguhnya dikelola perusahaan. Modal kerja bersih menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan melakukan manajemen modal kerja bersih yang baik maka likuiditas perusahaan akan terpenuhi sehingga rentabilitas perusahaan akan lebih mudah ditingkatkan. Modal kerja bersih menurut Horne dan Wachowicz (1997 : 214) adalah “aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar”. Oleh karena itu, Komponen modal kerja bersih dapat meliputi aset lancar (kas, surat berharga, piutang, dan persediaan) dan kewajiban lancar. Dengan demikian, manajemen modal kerja bersih meliputi pengelolaan masing-masing pos atau komponen current account perusahaan yang meliputi kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan hutang lancar. 1. Kas dan setara kas Kas dan setara kas merupakan komponen modal kerja bersih yang paling likuid dan sangat vital fungsinya. Kas dan setara kas secara bersama-sama dapat
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kas merupakan aktiva lancar perusahaan yang sifatnya paling likuid dan dimanfatkan untuk menjamin kewajiban, membiayai kegiatan operasional, ataupun keadaan-keadaan darurat dalam perusahaan. Sedangkan, investasi setara kas (marketable securities) menurut Syamsuddin (2007 : 233) merupakan “investasi jangka pendek yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh penghasilan atas dana-dana yang untuk sementara belum digunakan (idle cash)”. 2. Piutang usaha Piutang usaha timbul akibat penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan
kepada
para
pelanggannya.
Penjualan
kredit
tidak
segera
menghasilkan penerimaan kas, namun menimbulkan piutang terlebih dahulu yang kemudian pada tanggal jatuh temponya baru akan dapat direalisasi menjadi kas. 3. Persediaan Persediaan dalam perusahaan industri dapat berupa persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persedian barang jadi merupakan nilai persediaan yang sangat dekat hubungannya dengan laba yang diperoleh perusahaan karena terkait dengan penjualan perusahaan. Penjualan persediaan secara kredit yang dilakukan perusahaan dapat diakui sebagai penerimaan perusahaan, namun tidak langsung menghasilkan kas. Persedian yang dijual secara kredit akan mengalami perputaran yaitu menimbulkan piutang dan pada tanggal jatuh temponya baru akan dapat direalisasi menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
4. Hutang lancar Hutang lancar merupakan salah satu faktor penting dalam kelanjutan hidup suatu perusahaan karena mampu mendorong pencapaian tujuan jangka pendek perusahaan. Hutang lancar yang terdiri dari kewajiban-kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo paling lama satu tahun sangatlah dibutuhkan untuk membiayai aktiva-aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan. c. Manajemen Modal Kerja Bersih Manajemen modal kerja umumnya disesuaikan dengan kegitan operasional perusahaan. Perusahaan memiliki tipe modal kerja yang berbeda sesuai dengan jenis bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Menurut Riyanto (1997 : 61) jenis-jenis modal kerja yang diterapkan perusahaan antara lain : 1) Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam : • modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya, • modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2) Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara : • modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim, • modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur, • modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak). Modal kerja bersih idealnya adalah kelebihan dana aktiva lancar perusahaan dibandingkan dengan kewajiban lancarnya. Namun, kelebihan dana tersebut
Universitas Sumatera Utara
hendaknya tidak menjadi dana mengangur (idle fund)
yang menyebabkan
hilangnya kesempatan perusahaan dalam meraih laba. Pengelolaan posisi modal kerja bersih suatu perusahaan melibatkan berbagai keputusan mengenai investasi ke dalam aset lancar dan kewajiban lancar yang saling terkait secara serentak dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian dan risiko. Salah satu pedoman yang dapat digunakan dalam mengestimasi kebutuhan modal kerja bersih perusahaan adalah dengan prinsip pemagaran risiko (hedging principle). Menurut Martin, et all. (1994 : 15) ”pada dasarnya, prinsip ini mengendalikan kesesuaian antara karakteristik penciptaan hasil atas suatu aktiva dengan karakteristik sumber pembiayaan yang digunakan untuk membeli aktiva tersebut ”. Prinsip pemagaran risiko atau disebut juga prinsip pemagaran murni memerlukan penyesuaian jatuh tempo dari aktiva dan hutang, pembiayaan aktiva lancar dengan dengan hutang lancar, dan pembiayaan aktiva tetap dengan hutang jangka panjang atau ekuitas. Jika kebijakan ini diterapkan maka sruktur jatuh tempo dari hutang akan ditentukan oleh tingkat aktiva tetap lawan aktiva lancar. Oleh karena hutang lancar lebih efisien dibandingkan dengan hutang jangka panjang terkait biaya bunga maka laba yang diharapkan dapat lebih tinggi jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang lancar. Kebijakan mengenai modal kerja bersih pada praktiknya tidak selalu mengikuti prinsip pemagaran. Pada umumnya, beberapa perusahaan melakukan modifikasi terhadap prinsip pemagaran (hedging principle) tersebut yaitu dengan melakukan strategi konservatif ataupun strategi agresif terhadap modal kerja
Universitas Sumatera Utara
bersih. Pada kebijakan modal kerja yang konservatif, perusahaan menjalankan langkah yang lebih hati-hati karena di sepanjang periode perusahaan sengaja memperbesar nilai aktiva lancar dibandingkan nilai hutang lancar. Kebijakan ini umumnya digunakan sebagai cadangan dalam menjamin ketersediaan dana dan menjaga likuiditas perusahaan jika terjadi gejolak ekonomi seperti inflasi yang tinggi. Perusahaan yang menerapkan strategi konservatif akan memiliki kelebihan likuiditas dan dana cadangan dibandingkan prinsip pemagaran murni. Namun, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaam dalam mencapai laba yang tinggi karena terlalu banyak dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar yang pada akhirnya kurang produktif. Strategi agresif merupakan kebalikan dari strategi konservatif. Menurut Holt dan Winston (1984 : 261) ”perusahaan yang memilih operasi yang agresif akan mempertahankan persediaan harta lancar yang relatif kecil, yakni suatu kebijakan yang mengurangi tingkat investasi yang diperlukan dan menaikkan tingkat laba investasi yang diharapkan”. Strategi agresif menghendaki nilai aktiva lancar yang relatif kecil sehingga perusahaan terpaksa menggunakan pembiayaan jangka pendek atau meningkatkan hutang lancar untuk tetap beroperasi. Strategi agresif menyebabkan terjadinya defisit modal kerja bersih atau dengan kata lain perusahaan tidak memiliki nilai modal kerja bersih. Risiko kerkurangan uang bagi perusahaan yang menganut strategi agresif sangat besar dan ia akan terus memperpanjang dan tergantung pada pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
operasional melalui hutang lancar. Namun, di sisi lain perusahaan akan memperolah profitabilitas yang cendrung meningkat karena melalui pembiayaan hutang lancar yang berbunga rendah perusahaan akan menghemat biaya bunga hutangnya. Dalam kenyataannya, sangat jarang perusahaan menerapkan salah satu dari prinsip pemagaran murni ataupun prinsip pemagaran yang dimodifikasi dengan strategi konservatif dan strategi agresif secara penuh dan terus menerus. Pada umumnya, perusahaan akan menggunakan ketiga strategi manajemen modal kerja tersebut secara bergantian sesuai dengan arah kebijakan operasional perusahaan. Namun demikian, prinsip pemagaran telah berfungsi sebagai pedoman perumusan keputusan yang menyangkut penggunaan aktiva lancar dan hutang lancar sehingga pemanfaatannya dapat dimaksimalkan dan risikonya dapat dieliminir. d. Rasio Penilaian Kinerja Modal Kerja Bersih Kinerja modal kerja bersih dalam menghasilkan laba suatu perusahaan, dapat diukur dengan berbagai cara. Cara yang paling umum digunakan oleh analis keuangan umumnya adalah analisis rasio yaitu suatu cara untuk menganalisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dari analisis rasio dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan di masa lalu dan dapat pula digunakan sebagai prediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis penggunaan aktiva (asset utilization) dan efisiensinya merupakan salaha satu analisis rasio yang berhubungan dengan kinerja komponen modal kerja bersih. Menurut Wild, et all. (2008 : 39) “analisis pemanfaatan aktiva (asset utilization) digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover)“. Rasio-rasio yang termasuk dalam analisis penggunaan aktiva (asset utilization) dan efisiensinya antara lain : 1. Perputaran kas (cash turnover) Perputaran kas menunjukkan bagaimana kas dan setara kas yang diinvestasikan dalam operasional perusahaan khususnya yang dikaitkan dengan penjualan dapat kembali dikonversi menjadi kas kembali dalam satu periode. Analisis perputaran kas menunjukkan seberapa cepat kas dan setara kas yang diinvestasikan dalam kegiatan operasional dapat dikonversi kembali menjadi kas melalui hasil penjualan perusahaan. Rasio ini dihitung dengan : Perputaran kas (cash turnover) =
Penjualan Rata-rata kas dan setara kas
2. Perputaran piutang usaha ( account receivable turnover) Perputaran piutang usaha mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit. Rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover) memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasil perusahaan dalam menagih piutangnya dalam satu periode. Rasio ini dihitung dengan : Perputaran piutang usaha =
Penjualan Rata-rata piutang usaha
Universitas Sumatera Utara
3. Perputaran persediaan (inventory turnover) Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar selama satu periode tertentu. Tingkat persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan, atau dengan rumus : Perputaran persediaan =
Harga pokok penjualan Rata-rata persediaan
Besarnya tingkat perputaran persediaan
tergantung pada sifat barang,
letak, dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan laba. 4. Perputaran kewajiban lancar (current liabilities turnover) Perputaran kewajiban lancar digunakan untuk mengukur berapa kali kewajiaban lancar dibayar setiap tahunnya dengan tepat waktu. Tingkat perputaran utang lancar dapat dihitung dengan rumus: Perputaran hutang lancar =
Penjualan Rata-rata kewajiban lancar
5. Perputaran modal kerja bersih (Net Working capital turnover) Net Working capital turnover (NWCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Perputaran modal kerja bersih dirumuskan dengan : Net Working capital turnover =
Penjualan Rata-rata modal kerja bersih
Universitas Sumatera Utara
2. Rentabilitas Usaha a. Pengertian Rentabilitas Pada umumnya, rentabilitas diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal atau aktiva yang digunakan dalam memperoleh laba tersebut. Pengertian tersebut sebagaimana diungkapkan Riyanto (1997 : 35) bahwa “rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”. Rentabilitas
merupakan pencerminan
efektivitas
dan
efisiensi
suatu
perusahaan. Menurut Samosir (1992 : 35) “rentabilitas merupakan kemampuan manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan mempergunakan modal yang diperlukan di dalam mengelola kegiatan usaha secara efektif”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas merupakan suatu ukuran efisiensi kinerja di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu
berusaha
meningkatkan labanya agar tingkat rentabilitas usahanya sesuai dengan standar. Rentabilitas perusahaan dapat dihitung dengan beberapa cara, namun bila dihubungkan dengan kinerja modal kerja bersih perusahaan, rentabilitas dapat dihitung dengan pendekatan rentabilitas ekonomis dan rentabilitas usaha atau rentabilitas
modal
sendiri.
Rentabilitas
ekonomis
dihitung
dengan
membandingkan laba operasi dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis, sedangkan rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas dinilai dengan membandingkan laba
Universitas Sumatera Utara
yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan. b. Rentabiltas Usaha Rentabilitas usaha atau rentabilitas modal sendiri, menurut Riyanto (1997 : 44) merupakan “perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak”. Pengukuran rentabilitas usaha mengacu pada perhitungan return on equity (ROE). Rentabilitas usaha (return on Equity) menunjukkan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net profit after taxes) yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah modal pada perusahaaan. Return on equity (ROE) diperlakukan sedemikian penting karena merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam menggunakan modal para pemiliknya. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan dapat meningkatkan return on equity (ROE), dapat digunakan perhitungan dengan merumuskan kembali rasio tersebut dari tiga komponen utamanya. Hal ini merupakan pengembangan dari metode Du Pont yang dimodifikasi: ROE = Laba bersih (Earning) Modal (Equity) = Laba bersih (Earning)
x Penjualan (sales)
Penjualan (sales)
x
Aktiva (assets)
Aktiva (assets)
Modal (Equity)
Perputaran aktiva x
Leverage Keuangan
Dengan kata lain : ROE = Margin keuntungan
x
Universitas Sumatera Utara
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax, sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri (ekuitas
perusahaan)
yang
digunakan
untuk
menghasilkan
keuntungan
perusahaan. c. Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas ekonomis adalah salah satu alternatif dalam menilai tingkat rentabilitas perusahaan. Rentabilitas ekonomis menurut Riyanto (1997 : 36) diartikan sebagai ”perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase”. Oleh karena, pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba. Menurut Riyanto (1997 : 37), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh dua faktor yaitu: 1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales, dimana perbandingan dinyatakan dengan persentase. 2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating assets. Dengan dasar kedua faktor di atas maka secara matematis dapat diketahui besarnya rentabilitas ekonomis yaitu hasil kali antara profit margin dan turnover
Universitas Sumatera Utara
of operating assets. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomis dengan memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di bidang produksi, penjualan dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomis dengan memperbesar
turnover
of
operating
assets,
dan
berhubungan
dengan
kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
3. Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap Rentabilitas Usaha Adanya modal kerja besih yang memadai, memungkinkan sebuah perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dengan maksimum. Modal kerja bersih perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dimana hendaknya dapat mendorong profitabilitas serta menjamin likuiditas perusahaan. Hubungan antara modal kerja bersih dengan tingkat rentabilitas usaha (diukur dengan ROE) perusahaan dapat pula dilihat dalam persamaan Du Pont berikut : ROE = Laba bersih (Earning) Modal (Equity) = Laba bersih (Earning)
x Penjualan (sales)
Penjualan (sales)
x
Aktiva (assets)
Aktiva (assets)
Modal (Equity)
Perputaran aktiva x
Leverage Keuangan
Dengan kata lain : ROE = Margin keuntungan
x
Dari persamaan diatas terlihat bahwa perputaran aktiva dan leverage keuangan mengindikasikan pengukuran modal kerja kerja bersih perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
memberikan hubungan positif yang artinya jika perputaran aktiva keuangan tinggi maka rentabilitas usaha (return on equity) perusahaan juga akan tinggi. Menurut Riyanto dan Munawir (1988 : 71) : Tingkat rentabilitas yang menurun dihubungkan dengan modal kerja, maka akan menunjukkan suatu kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut: - Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut. - Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan. - Adanya efisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran. - Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Ika Yuli Wijayanti (2007) Judul penelitian yang dilakukan Ika Yuli Wijayanti adalah pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data yang digunakan merupakan data keuangan tahun 2002 – 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equityt (ROE), sedangkan variabel perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Secara simultan modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE). 2. Penelitian Marselina Sinaga (2008) Judul penelitian yang dilakukan Marselina Sinaga adalah pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi terhadap tingkat rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data yang digunakan merupakan data keuangan tahun 2004 – 2006. Hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Perputaran aktiva operasi secara parsial berpengaruh signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. 3. Penelitian Edward Hartawan (2009) Judul penelitian yang dilakukan oleh Edward Hartawan adalah modal kerja terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan merupakan data laporan laba rugi dan neraca tahun 2005 – 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Net Operating Working Capital (NOWC) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA), dan secara parsial variabel Current Asset (CA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perputaran kas (x1) Perputaran piutang usaha(x2)
Rentabilitas usaha
Perputaran persediaan (x3)
ROE (Y)
Perputaran kewajiban lancar (x4) Rasio lancar (x5)
Sumber : Disusun Peneliti, 2009 Gambar II. 1 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan gambar II. 1 Kerangka Konseptual, dapat ditarik sebuah konsep bagaimana modal kerja bersih dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas usaha. Pada hakikatnya, tingkat rentabilitas usaha sangat ditentukan oleh hasil penjualan perusahaan dalam satu periode. Penjualan yang dikaitkan dengan modal kerja bersih perusahaan dapat diproyeksikan dalam rasio perputaran dari komponen modal kerja bersih. Rasio-rasio tersebut antara lain perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih.
Universitas Sumatera Utara
Perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan rasio lancar secara parsial mengindikasikan kemampuan perusahaan memanfatkan masing-masing komponen modal kerja bersih (kas, piutang usaha, persediaan, dan hutang lancar) dalam meningkatkan penjualan yang lebih lanjut akan meningkatkan rentabilitas usaha. Dengan demikian, perputaran komponen modal kerja bersih secara parsial memiliki hubungan positif terhadap rentabilitas usaha. Artinya jika perputaran dari setiap komponen modal kerja bersih tinggi maka tingkat rentabilitas usaha juga akan tinggi. Manajemen yang baik terhadap seluruh komponen modal kerja bersih dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas operasonal perusahaan yang kemudian secara keseluruhan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian. perputaran
komponen
modal
kerja
bersih
perusahaan
secara
simultan
(keseluruhan) juga memiliki hubungan yang positif bila dikaitkan dengan rentabilitas usaha. 2. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persedian, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih berpengaruh signifikan baik secara parsial ataupun simultan terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara