7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang
artinya mendengar. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya seorang auditor bertindak sebagai pendengar yang kritis terhadap pertanggung jawaban yang dibacakan oleh penanggung jawab suatu badan usaha. Fungsi ini secara perlahan – lahan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin maju. Audit yang dilakukan baik oleh internal auditor maupun external auditor sangat berguna untuk menilai dan mengawasi perkembangan perusahaan. Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik mempunyai kedudukan khusus memberikan pernyataan pendapat terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Sesuai dengan judul skripsi ini, maka pembahasan selanjutnya akan berorientasi pada bidang auditing. Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian auditing secara baik, berikut ini beberapa kutipan auditing. Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah : suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
8
Sukrisno Agoes (1999:1) memberikan definisi dari auditing sebagai berikut : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Definisi lain menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke alih bahasa Ilham Tjakrakusuma (2000:1) mengatakan auditing sebagai berikut : Auditing adalah Proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria – kriteria yang telah di tetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten. Dari definisi diatas menyatakan bahwa ketentuan – ketentuan yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan yaitu : 1.
Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti yang dimaksud dengan bahan bukti disini adalah segala informasi terukur yang di periksa tersebut memang sesuai dengan kriteria yang di tetapkan demi tercapainya sasaran dan kegiatan pemeriksaan, diperlukan bukti –bukti dengan jumlah dan mutu yang memadai.
2.
Adanya kesatuan Ekonomi (Economic entity) Setiap kali dilakukan audit, luas ruang lingkup pertanggung jawaban auditor harus dinyatakan dengan jelas. Yang terutama harus dilakukan adalah menegaskan satuan ekonomi yang di maksud periode waktunya.
Universitas Sumatera Utara
9
3.
Informasi yang terukur dan kriteria yang telah ditetapkan sebelum pemeriksaan dilakukan oleh auditor informasi harus sudah tersususn dalam bentuk yang mudah di periksa, kebenaran dan ketelitiannya, misalnya ketelitian penjumlahan, peekalian, pencatatan adanya aktiva dan lain – lain.
4.
auditor harus independent dan kompeten. Seorang auditor harus berpengetahuan yang cukup agar dapat memahami kriteria – kriteria yang digunakan untuk mengetahuai dengan pasti jumlah faktor – faktor yang di butuhkan agar pada akhir pemeriksaan dia dapat menarik kesimpulan dengan tepat. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Untuk menjamin kelangsungan aktivitas operasi perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka di perlukan suatu bagian atau departemen yang khusus untuk melakukan pemeriksaan. Sistem pengawasan tersebut harus selalu dievaluasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Evaluasi ini memerlukan personil yang cakap dan independen yang bertanggung jawab dengan pengawasan dalam perusahaan. Fungsi ini di sebut dengan Internal Auditor. Misi dari internal auditor ini yaitu memberikan informasi yang di perlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
10
Auditor internal merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen dimana melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus di kelola oleh perusahaan dan fokus pada kejadian – kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi, Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko – risiko terkait dalam menjalankan usaha. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen.
Berikut ini dikutip beberapa definisi dari Internal Auditing. Menurut sawyer’s (2003 :10) memberikan pengertian sebagai berikut : Internal auditor adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah : Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima dan diikuti, Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk di konsutasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
11
Bambang Hartadi (1999:24) memberi pengertian internal auditing sebagai berikut: “ Pemeriksaan Intern adalah suatu fungsi penilai yang bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan – kegiatan perusahaan guna memberikan saran – saran kepada manajemen.” Definisi diatas menunjukan bahwa tujuan internal auditing adalah membantu semua tingkatan manajemen agar tanggung jawab mereka dapat dilaksanakan dengan fungsi pemeriksaan harus dinamis yang mempunyai orientasi atau sudut pandang jauh kedepan.
Menurut Boynton Johnson Kell (2003:491) internal auditing adalah : “Aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.” Auditing
internal
membantu
organisasi
mencapai
tujuannya
dengan
memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan aktivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan. Bagian – bagian penting dalam definisi ini adalah sebagai berikut : 1.
Internal menunjukan bahwa aktivitas auditing dilaksanakan dalam organisasi. Karyawan yang sudah ada dalam organisasi itu dapat melakukan aktivitas audit internal, atau aktivitas itu bisa diserahkan
Universitas Sumatera Utara
12
kepada professional lain dari luar organisasi yang melayani entitas tersebut. 2.
Independen dan objektif menjelaskan bahwa pertimbangan auditor akan bernilai bila bebas dari bias atau penyimpangan.
3.
Pendekatan yang sistematis dan berdisiplin menyiratkan bahwa auditor internal mengikuti standar professional yang mengatur pekerjaan audit internal.
4.
Membantu organisasi mencapai tujuannya menunjukan bahwa auditing internal dilakukan untuk membantu atau memberi manfaat bagi keseluruhan organisasi dan diarahkan oleh sasaran serta tujuan organisasi tersebut. Beberapa cara spesifik yang dilakukan auditor internal untuk menambah nilai mencakup focus pada perbaikan operasi organisasi serta efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan.
Definisi lain menurut Sukrisno Agoes (1999:7) mengenai internal auditing adalah Suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan – kegiatan perusahaan guna memberi saran – saran kepada pihak manajemen yang bersifat independen artinya bebas dari semua ketergantungan atau bebas dari pengaruh kekuasaan pihak yang di periksanya sehinga diharapkan dapat memberikan penilaian yang obyektif.
B.
Independensi Internal Auditor Untuk dapat bekerja secara efektif dengan manajemen, maka auditor
internal sangat di tentukan oleh kebebasan dalam melakukan pemeriksaan,
Universitas Sumatera Utara
13
kebebasan yang dimaksud dalam hal ini adalah dalam arti dapat memasuki kesetiap jenjang manajemen yang sedang diperiksa. Banyak organisasi audit internal bisa mendapatkan kebebasan yang di perlukan untuk melaksanakan audit internal secara independent dan objektif. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya yaitu memberikan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Bisakah auditor internal memiliki independensi sepenuhnya? Mungkin tidak, atau malah tidak perlu. Tetapi, sehubungan masalah yang diaudit, auditor intenal harus diberikan independensi yang memadai untuk mencapai objektivitas, baik dalam kenyataan maupun persepsi.
Lawrence B. Sawyer’s (2003:35) indikator independensi professional adalah : 1.
Independensi dalam Program Audit a.
Bebas dari intervensi manajerial atas program audit.
b.
Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit.
c.
Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang di syaratkan untuk sebuat proses audit.
Universitas Sumatera Utara
14
2.
Independensi dalam Verifikasi a.
Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan.
b.
Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit.
c.
Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang di periksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti.
d. 3.
Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
Independensi dalam Pelaporan a.
Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta – fakta yang dilaporkan.
b.
Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal – hal yang signifikan dalam laporan audit.
c.
Menghindari penggunaan kata – kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor.
d.
Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
Universitas Sumatera Utara
15
C.
Fungsi Internal Auditor Secara umum fungsi internal auditor dalam perusahaan adalah untuk
mengawasi atau menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan dalam perusahaan. Menurut Kosasih (1998:267) menyebutkan bahwa pada dasarnya fungsi internal auditor sebagai berikut : 1.
2.
3. 4. 5.
Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemisahan fungsi dan prinsip akuntansi benar – benar telah dilaksanakan. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaannya sesuai dengan policy dan prosedur yang telah ditetapkan sampai menilai apakah hal – hal tersebut perlu diperbaiki atau tidak. memverifikasi keberadaan asset yang termasuk mencegah dan menemukan penyelewengannya. memverifikasi dan menilai tingkat kepercayaan terhadap system akuntansi (accounting system) dan pelaporan (reporting). Melaporkan secara obyektif apa yang diketahuinya kepada manajemen disertai rekomendasi perbaikannya.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2002:211) menyebutkan fungsi internal auditor sebagai berikut : 1.
2.
Fungsi internal auditor adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur – unsur pengendalian intern yang lain. Fungsi internal auditor merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk membentuk jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar – komentar penting terhadap kegiatan manajemen, internal auditor menyediakan jasa tersebut. Internal auditor berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan sehingga tidak hanya terbatas atas catatan akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
16
Demikianlah secara terperinci telah dijelaskan mengenai fungsi – fungsi dari bagian internal auditor. Pada dasarnya fungsi yang diuraikan diatas mempunyai tujuan yang sama yaitu mengusahakan tercapainya system pengawasan yang baik dalam perusahaan, untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik internal auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu dan disertai dengan pengalaman yang cukup serta dorongan dari manajemen tertinggi sangat dibutuhkan bagi keberhasilan misi pemeriksaan intern.
D.
Kedudukan Internal Auditor dalam Struktur Organisasi Perusahaan Internal auditor adalah auditor yang bekerja dalan perusahaan (perusahaan
Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Berhasil tidaknya tugas
internal auditor dalam perusahaan sangat
dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan. Internal auditor hendaknya di tempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkannya untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dengan baik serta dapat menjamin kebebasannya. Ada beberapa syarat yang diberikan agar internal auditor dapat bekerja secara efektif dan bebas, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
17
1.
Manajemen dan dewan komisaris harus memberikan dukungan yang kuat kepada internal auditor.
2.
Kepala bagian internal auditing harus bertanggung jawab kepada pejabat yang lebih tinggi dan wewenangnya untuk memastikan luas pemeriksaan yang dicakup untuk mengambil tindakan segera sesuai dengan laporan hasil pemeriksaan.
3.
Fungsi dan tanggung jawab internal auditing harus jelas dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam dokumen yang resmi yang telah disetujui oleh dewan komisaris.
4.
Kepala bagian internal auditing harus berhubungan langsung dengan komisaris atau dewan komisi khusus yang independen dan direktur. Ia harus menyerahkan laporan secara periodic kepada dewan komisaris untuk temuan – temuan yang dianggap penting dalam pemeriksaannya. Menurut Sukrisno Agoes (2004:243-246), ada empat alternatif kedudukan
internal auditor dalam struktur organisasi yaitu : 1.
2.
Bagian internal audit berada dibawah Direktur Keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi dan keuangan). Pada posisi ini keuntungannya adalah laporan yang diberikan internal auditor dapat segera di pelajari dan ditanggapi. Kelemahannya dalam posisi ini, fungsi internal auditor hanya ditekankan pada pengendalian atas ruang lingkup bagian keuangan saja jika dikaitkan dengan independensi, maka tingkat kebebasan internal auditor kecil dan sempit. Bagian internal audit merupakan Staff Direktur Utama bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Pada posisi ini keuntungannya adalah internal auditor memiki tingkat independensi yang tinggi, karena internal auditor dapat melakukan pemeriksaan keseluruh bagian, kecuali pimpinan perusahaan atau direktur utama. Kelemahannya pada posisi ini, Direktur Utama mempunyai tugas yang banyak, sehingga dirut tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
18
3.
4.
mempelajari hasil internal audit secara mendalam, sehingga tindakan perbaikan yang di peroleh tidak dapat diambil dengan segera. Bagian internal audit merupakan Staff dari dewan komisaris. Pada posisi ini memberikan keuntungan tingkat independensi yang tinggi sekali, karena internal auditor dapat memeriksa seluruh aspek organisasi. Kelemahannya adalah para dewan komisaris tidak setiap saat dapat ditemui dan mereka juga kurang menguasai masalah operasi sehari – hari sehingga tidak cepat mengambil tindakan atau saran – saran yang diragukan oleh internal auditor untuk pencegahan perbaikan. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang Direktur Internal Audit. Pada posisi ini keuntungannya adalah Direktur Audit Intern mempunyai akses yang bebas terhadap ketua dewan komisaris. Tanggung jawab direktur audit intern yaitu menyiapkan rencana tahunan untuk memeriksa semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. Kelemahannya adalah ketika direktur internal audit tidak dapat mengelola departemen audit intern dengan baik, sehingga pekerjaan audit tidak dapat memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang telah departemen audit intern tidak digunakan secara efisien dan efektif.
Dari keempat alternatif akan menimbulkan suatu pertanyaan yaitu manakah alternatif kedudukan internal auditor yang baik. Hal ini tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Jika perusahaan menekankan pada pentingnya peranan bagian pemeriksaan intern sebagai alat untuk memonitor performance manajemen dalam mengelola kegiata serta sumber – sumber secara efektif dan efisien, maka alternative penempatan bagian pemeriksaan intern sebagai staff komisaris yang paling tepat. Jadi yang paling ideal bagian pemeriksa intern menerima perintah penugasan dari pimpinan tertinggi, yaitu Direktur Utama dan hasil laporan periksaan diserahkan untuk dianalisa Direktur Keuangan, dan hasil pengamatannya di serahkan kepada Direktur Utama untuk diambil langkah – langkah selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
19
E.
Standar Profesional dan Kode Etik Internal Auditor Standar Profesional Institute of Internal Auditors (IIA) awalnya secara resmi memperkenalkan
seperangkat standar untuk auditor internal keseluruh dunia pada bulan juni 1978 pada Konferensi Internasional di San Fransisco. Lima standar umum yang merupakan kerangka dasar adalah : 1.
Independensi Konsep independensi menyatakan bahwa para auditor internal adalah karyawan perusahaan yang mereka audit, mereka harus independen dari aktivitas – aktivitas yang mereka audit. Independensi dapat dicapai melalui status orgasasional dan obyektivitas.
2.
Keahlian Profesional Kategori standar praktik ini mengakui perlunya keahlian, kompetensi, dan kemahiran dalam melaksanakan audit internal. Standar spesifik ditetapkan untuk departemen auditing internal dan untuk auditor internal. Standar – standar ini mengakui bahwa baik departemen maupun auditor perorangan harus
memiliki
pengetahuan,
keterampilan,
dan
disiplin
untuk
melaksanakan tanggung jawab audit. Standar untuk auditor internal meliputi : a.
Ketaatan pada standar perilaku.
b.
Kecakapan dalam hubungan manusia dan komunikasi.
c.
Pendidikan professional yang berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
20
3.
Lingkup Pekerjaan Standar ini mengakui bahwa pekerjaan auditor internal mungkin meluas melampaui pertimbangan pengendalian internal dalam audit keuangan, ruang
lingkup
standar
pekerjaan
memberikan
pedoman
dalam
melaksanakan setiap jenis audit. 4.
Pelaksanaan Pekerjaan Audit Standar pelaksanaan mengakui setiap bagian yang sangat penting dalam semua audit : perencanaan, pemeriksaan dan evaluasi bukti serta pengkomunikasian hasil. Standar ini mengharuskan internal auditor untuk terlibat dalam menilai tindakan yang diambil berdasarkan temuan audit yang dilaporkan dan setiap rekomendasi yang tercantum dalam laporan itu.
5.
Pengelolaan Departemen Audit Internal. Standar ini memberikan petunjuk bagi manajer departemen auditing internal. Petunjuk tersebut berkisar dari mengeluarkan pernyataan yang berisi tujuan, wewenang, dan tanggung jawab departemen, hingga menetapkan serta mempertahankan program pengendalian mutu untuk departemen tersebut.
Aktivitas audit internal dilakukan dalam kondisi hukum dan budaya yang beragam, dalam organisasi – organisasi yang bervariasi baik dalam tujuan, ukuran maupun struktur, dan oleh orang yang didalam atau diluar organisasi. Perbedaan – perbedaan ini bisa jadi mempengaruhi praktik audit internal di setiap kondisi. Namun, kepatuhan terhadap Standards for the professional Practice of Internal
Universitas Sumatera Utara
21
Auditing (Standar) merupakan hal penting untuk mencapai tanggung jawab auditor internal. Tujuan standar tersebut adalah untuk : 1.
Menjelaskan prinsip – prinsip dasar yang mencerminkan praktik audit internal yang seharusnya dilakukan.
2.
Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan meningkatkan lingkup aktivitas audit internal yang bernilai tambah.
3.
Menetapkan dasar pengukuran kinerja audit internal.
4.
Membantu perkembangan proses organisasional dan operasi.
Standar Praktik Profesional Audit Internal terdiri dari : 1.
Standar Atribut Standar Atribut memaparkan karakteristik – karakteristik organisasi dan individu – individu yang melakukan aktivitas audit internal.
2.
Standar Kerja Standar Kerja menjelaskan sifat aktivitas audit internal dan kriteria kualitas untuk menilai jasa yang telah dilaksanakan. Standar Atribut dan standar Kerja berlaku untuk jasa audit internal secara umum.
3.
Standar Implementasi Standar Implementasi merupakan penerapan Standar Atribut dan Standar Kerja untuk penugasan khusus (misalnya, audit ketaatan, invetigasi kecurangan, atau proyek penilaian sendiri atas kontrol).
Universitas Sumatera Utara
22
Kode Etik Internal Auditor Kode etik professional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus antara anggota profesi dan klien mereka. Kode etik pertama yang diterapkan pada tanggal 13 Desember 1968 mempengaruhi semua anggota IIA. Ketika program CIA (Certified Internal Auditor) diterapkan, kode etik sendiri untuk CIA dirancang. Namun, CIA yang bukan anggota IIA tidak dapat dipaksa untuk mematuhi kode etik tersebut sehingga kode etik CIA memiliki keterbatasan. Juga, pendahuluan dan kata pengantar kode etik CIA berbeda dengan kode etik IIA, satu perbedaan utama adalah bahwa pelanggaran atas kode etik CIA bisa mengakibatkan pencabutan gelar CIA. Perbedaan antara kedua kode etik ini kemudian dihapuskan pada tahun 1988, ketika kode etik yang baru disusun. Kode etik yang baru berlaku baik untuk CIA maupun non-CIA. Komite Etik Internasional (International Committee – IEC) mengeluarkan seperangkat rencana pernyataan baru tentang etika pada 1 oktober 1999. Versi akhir disetujui oleh Dewan direksi pada tanggal 17 juni 2000. Terdapat dua perubahan besar kode etik yang baru : 1.
Kode etik berlaku bagi semua auditor internal, tidak hanya anggota IIA dan CIA. Hal ini dilakukan untuk menerapkan kode etik kesemua individu dan semua organisasi yang melakukan audit internal, tanpa memerhatikan lokasi atau kedekatan hubungannya dengan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
23
2.
Kode etik tersebut dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu : a.
Pendahuluan
b.
Prinsip – prinsip Dasar
c.
Aturan Etika
Pada bagian terakhir, kode etik dibagi dalam lima bagian, yaitu: a.
Integritas
b.
Objektivitas
c.
Kerahasiaan
d.
Profesionalisme
e.
Kompetensi
Semua auditor internal dibatasi oleh kode etik, dan pelangaran atasnya akan dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan dan gelar CIA. Kode etik berperan penting auditor internal karena merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi auditor internal. Manajemen harus yakin bisa mempercayai auditor internal secara implisit. Manajemen mesti merasa aman bahwa jika auditor internal melaporkan sesuatu, maka pastilah sesuatu yang benar, absah dan objektif benar – benar dilakukan tanpa bias.
F.
Laporan Internal Auditor
Ruang lingkup pekerjaan dan cara kerja internal auditor Ruang lingkup internal auditor mencakup pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas
Universitas Sumatera Utara
24
kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup keahlian internal auditor mencakup masalah – masalah yang dihadapi manajemen yaitu : 1.
Mengawasi kegiatan – kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak. Setiap tahun kepala eksekutif audit (chief audit executive-CAE) menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi.
2.
Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko. Auditor internal memperkuat persepsi mengenai manajemen risiko dan meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risiko organisasi telah dievaluasi dan di perhatikan dengan layak.
3.
Memvalidasi laporan ke manajemen senior. Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang mereka terima, bukan berdasaran pengetahuan mereka sendiri. Laporan yang akurat dan tepat waktu lebih mungkin menghasilkan keputusan yang bermakna.
4.
Membantu manajemen pada bidang – bidang teknis. Teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap apa dan bagaimana audit dilakukan.
5.
Membantu proses pengambilan keputusan. Manajer bukanlah auditor internal, yang membuat keputusan operasional. Namun auditor internal dapat menyediakan atau memvalidasi data sebagai dasar pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
25
6.
Menganalisa masa depan – bukan hanya masa lalu. Banyak auditor internal modern mengakuai bahwa audit untuk masa kini dan masa depan lebih bernilai dibandingkan audit untuk masa lalu.
7.
Membantu manajer untuk mengelola perusahaan. Manajer
menghadapi
masalah
pada
aktivitas
yang
tidak
dapat
dikendalikannya. Auditor internal umumnya menemukan masalah tersebut dan menyarankan perbaikan.
Laporan internal auditor Hasil akhir dari pekerjaan Internal Auditor adalah laporan hasil pemeriksaan. Laporan ini memuat hal – hal yang menjadi objek pemeriksaan, temuan – temuan selama pemeriksaan serta saran – saran perbaikan. Hasil pemeriksaan harus dibuat secara tertulis dan ditujukan kepada pimpinan teringgi, serta laporan tersebut harus memuat rekomendasi mengenai perbaikan kelemahan yang ditemui. Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan Internal Auditor adalah : 1.
Tepat waktunya Ketepatan waktu penyelesaian dan penyampaian laporan haruslah diperhatikan untuk dapat mengambil suatu tindakan yang segera. Laporan yang terlambat disampaikan oleh internal auditor kepada pimpinan mengakibatkan laporan tersebut kehilangan nilainya.
Universitas Sumatera Utara
26
2.
Ketelitian Laporan dapar dikatakan teliti atau cermat apabila setiap pernyataan, angka dan referensi harus didasarkan bukti – bukti yang kuat dan diperoleh selama pemeriksaan. Oleh karena itu apapun yang dikemukakan didalam laporan harus cukup bukti pendukungnya.
3.
Jelas, Ringkas dan lengkap Laporan dikatakan jelas, apabila laporan tersebut mengemukakan pokok – pokok pikiran yang sistematis. Supaya dapat mengemukakan dengan jelas haruslah terlebih dahulu memahami masalah yang akan dilaporkan, menggunakan bahasa yang tepat, dan gagasan – gagasan yang disajikan dengan urutan yang baik. Laporan haruslah ringkas bukanlah berarti menghilangkan bagian – bagian yang relevan dan material sehingga gagasan menjadi kabur. Ringkas berarti membuang hal – hal yang tidak berguna atau berlebih – lebihan. Laporan dikatakan lengkap, apabila laporan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya secara objektif tidak ada sesuatu yang disembunyikan atau tidak di ungkapkan dalam laporan.
G.
Monitoring Tindak Lanjut atas Laporan Internal Audit Tindak lanjut adalah Tindakan yang dilaksanakan objek pemeriksa
berdasarkan rekomendasi yang diajukan pemeriksa sehubungan dengan tindak lanjut, umumnya diperlukan adanya temuan yang mengharuskan pimpinan objek
Universitas Sumatera Utara
27
pemeriksa mengajukan pernyataan tertulis mengenai tindakan yang diambil sesuai rekomendasi yang diajukan pemeriksa. Menurut Hiro Tugiman (2001:75) “Pemeriksaan internal auditor harus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk mengetahui temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.” Practice Advisory 2500.A1-1 dari standar, “Proses Tindak Lanjut,” menyatakan : Tindak lanjut oleh auditor internal didefinisikan sebagi sebuah proses untuk menentukan kecukupan, efektivitas, dan ketepatan waktu atas tindakan yang diambil oleh manajemen atas pengamatan dan rekomendasi penugasan yang dilaporkan. Kelemahan yang dilaporkan, dianggap valid oleh manajemen, jelas telah menggambarkan risiko bagi perusahaan. Kondisi ini tetap menjadi risiko hingga selesai diperbaiki. Kegagalan untuk mengawasi risiko tersebut hingga dikoreksi, atau hingga manajemen senior atau dewan telah menyatakan bahwa mereka menanggung risiko tersebut, harus dianggap sebagai tanggung jawab audit yang tidak dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara