BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Pemeriksaan Secara garis besar dapat dikatakan dengan suatu aktivitas membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Setiap pemeriksaan bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang digariskan. Karena itu ada dua unsur yang ditemukan dalam pemeriksaan yaitu kondisi dan kriteria. Kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang melekat pada objek yang diperiksa, sedangkan kriteria biasa disebut standar, adalah hal yang seharusnya dikerjakan atau adalah hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa, kriteria adalah bahan pembanding sehingga auditor dapat menentukan apakah kondisi meyimpang atau tidak. Menurut Arens dan Loebbecke (2000: 9)“auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on degrees of coresspondense between the information and estabilished criteria, auditing should be done by a competent, independent person”. Pengertian yang berikut, menurut Mulyadi (2002: 9) : Pemeriksaan adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang keadaan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa karateristik yang umumnya terdapat dalam definisi pemeriksaan, antara lain suatu proses sistematik, evaluasi bukti secara objektif, pernyataan mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi, menetapkan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditetapkan dan penyampaian hasil. a. Suatu proses sistematik Pemeriksaan merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis terencana, terorganisir dan bertujuan. b. Untuk memperoleh evaluasi bukti yang secara objektif Proses sistematik tersebut bertujuan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan individu atau badan usaha, serta mengevaluasi tanpa memihak dan berperasangka buruk terhadap bukti tersebut. c. Pernyataan mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi Adalah hasil proses yang terdiri dari pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi. d. Menetapkan tingkat kesesuaian Pengumpulan bukti mengenai pernyataan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang di tetapkan. e. Kriteria yang ditetapkan Kriteria yang dipakai digunakan sebagai standar dalam menilai pernyataan.
Universitas Sumatera Utara
f. Penyampaian hasil. Penyampaian hasil dilaporkan secara tertulis dalam bentuk laporan audit yang harus memuat informasi mengenai kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. 2. Pengertian Audit Operasional. Menurut Arens dan Loebbecke (2000: 12) “an operasional audit is a review of any part of organization’s operating procedures and method for purpose of evaluating efficiency and affectiveness”. Pengertian berikutnya menurut Intitute of Internal Auditing ( IIA ) sebagai mana dikutip Boyton, Jhonson dan Kell (2002: 498) “auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang yang tepat hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan”. Setelah mempelajari definisi
diatas
terlihat beberapa hal yang merupakan inti. beberapa hal yang merupakan inti dari pengertian audit operasional sebagai berikut : a. audit operasional merupakan penelaahan yang sistematis atas kegiatan atau keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa efficiency dan effectivitas suatu kegiatan, b. audit operasional bertujuan untuk menilai cara pengelolaan yang diterapkan dalam objek audit operasional berupa kegiatan program, unit atau fungsi yang menjadi bagian organisasi sudah berjalan dengan baik,
Universitas Sumatera Utara
c. tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk
menilai
efisiensi, efektivitas dan kehematan, mengidentifikasi kemungkinan perbaikan. sesuai dengan tujuan kemungkinan terjadinya peningkatan dan perbaikan maka audit tidak bertujuan mencari kesalahaan dimasa lalu, melainkan lebih berorientasi ke masa yang akan datang untuk lebih membantu manajemen dalam mengingkatkan efisiensi, meningkatkan efektivitas serta mengurangi pemborosan. 3. Jenis – jenis Audit Operasional Menurut Arens dan Loebbecke (2000: 799 – 800) audit operasional dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
fungsional, organisasional dan
penugasan khusus. a. Fungsional Seperti yang tersirat dalam namanya, audit fungsional bersangkutan dengan satu fungsi atau lebih dalam suatu organisasi. Misalnya : fungsi pembayaran, fungsi pemasaran, fungsi penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan. Auditor fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan. b. Organisasional Audit operasional atas suatu organisasi mencakup keseluruhan unit organisasional seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsi – fungsi yang saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode – metode untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas khususnya penting dalam audit jenis ini. c. Penugasan Khusus Penugasan auditing operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam audit seperti ini. Contoh – contoh penentuan penyebab tidak efektifnya suatu sistem EDP, penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.
Universitas Sumatera Utara
4. Ruang Lingkup Audit Operasional Perbedaan pokok antara audit operasional dengan audit keuangan terletak pada ruang lingkupnya. Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan dan menekankan terselenggaranya pengendalian intern perusahaan dan hasil audit perusahaan seringkali dilaporkan kepada pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat, juga manajemen sedangkan audit operasional bertujuan pada untuk mengetahui kegiatan, mengidentifikasi kemungkinan terjadinya perbaikan atau peningkatan atau rekomendasi perbaikan kagiatan yang sedang berlangsung dan biasanya hasil audit operasional dilaporkan pada manajemen perusahaan. Audit operasional memiliki cakupan yang lebih luas dari audit keuangan, pada audit keuangan penelaahan dilakukan terhadap aktivitas langsung yang mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, sedangkan audit operasional tidak hanya pada masalah – masalah keuangan tetapi juga masalah – masalah diluar keuangan yang memerlukan rekomendasi dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Ruang lingkup audit operasional untuk suatu perusahaan harus berdasarkan keputusan manajemen dengan memperhatikan pertimbangan – pertimbangan tertentu, para pelaksana audit harus memperhatikan tujuan manajemen perusahaan mengadakan audit ini. Arens dan Loebbecke (2000: 803 – 804) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan pada audit operasional, yaitu historical performance, comparable performance, engineered standart, discussion and aggreement. a. Historical performance Merupakan hasil aktual yang didapat dari hasil aktual periode sebelumnya. Dalam hal ini prestasi kerja periode berjalan dibandingkan dengan periode kerja tahun sebelumnya, kriteria ini seringkali tidak
Universitas Sumatera Utara
memberikan keadaan yang tepat mengenai organisasi yang sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahaan pada dua periode sebelumnya. b. Comparable performance Merupakan hasil yang diterapkan melalui hasil dari organisasi yang sejenis. c. Engineered standart Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standart rekayasa. Seperti penggunaan time and motion studi untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi, kriteria ini efektif untuk menyelesaikan masalah operasional yang penting akan tetapi pembuatan kriteria ini menekan biaya dan waktu yang cukup tinggi karena memerlukan suatu keahlian khusus. d. Discussion an aggrement Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan tujuan bersama antara manajemen dan pihak – pihak lain yang terlibat dalam audit operasional kriteria umum ini digunakan karena pembuatan kriteri lainnya seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi. 5. Tujuan Audit Operasional Menurut Guy Dan M, Wayne A dan Alan J (2003: 421) tujuan audit operasional sebagai berikut : a. menilai kinerja setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasiseperti penilaian tujuan, kebijakan standar dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta kriteria lain yang sesuai, b. mengidentifikasi peluang perbaikan efektivitas, efisiensi dan ekonomi merupakan kategori yang luas dan pengklasifikasian sebagian besar perbaikan, auditor dapat mengidentifikasikan peluang perbaikan tertentu dengan mewawancarai individu ( apakah didalam atau luar organisasi ),mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau laporan masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar industri, menggunakan pertimbangan professional berdasarkan pengalaman atau menggunkan sarana atau cara lainnya yang sesuai, c. mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan operasional. Dalam banyak hal auditor dapat memberikan rokendasi tertentu. Dalam kasus lainnya mungkin memerlukan studi lebih lanjut diluas ruang lingkup penugasan dimana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut pada bidang tertentu dianggap tepat.
Universitas Sumatera Utara
audit operasional menekankan pada efisiensi dan efektivitas, kemudian audit operasional juga berorientasi pada kinerja operasi pada masa yang akan datang yang akan dicapai oleh perusahaan. 6. Keterbatasan Audit Operasional Hal ini yang membatasi kegiatan audit operasional menurut Widjaja T (2008: 43) yaitu “waktu, pengetahuan, biaya, data, standar, orang dan entitas”. Tiga keterbatasan audit operasional menurut Widjayanto (1985: 24) yaitu waktu, keahlian auditor dan biaya. a. Waktu Waktu menjadi faktor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan informasi kepada manajemen secara cepat setidaknya tepat waktu untuk memecahkan suatu masalah, sebaiknya audit dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan. b. Keahlian auditor Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh auditor operasional karena tidak mungkin bagi seorang auditor dapat menguasai berbagai disiplin bisnis. c. Biaya Biaya merupakan salah satu faktor pembatas karena tentu biaya audit harus lebih kecil daripada jumlah uang dapat dihemat, oleh karena itu auditor harus mengabaikan masalah kecil yang memungkinkan dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut. 7. Tahap – Tahap Audit Operasional Audit operasional memerlukan kerangka tugas sebagi pedoman kerja, karena tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik auditor, audior akan banyak mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat kegiatan struktur perusahaan telah semakin maju dan rumit. Menurut Arens dan Loebbecke (2000: 760 - 762) tahap – tahap audit operasional adalah sebagai berikut “planning, evidence accumulation and evalution, reporting and follow-up”.
Universitas Sumatera Utara
Tahap audit operasional selanjutnya menurut Widjayanto (1985: 29) terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap audit mendalam dan tahap pelaporan. Ketiga tahapan tersebut akan membantu auditor untuk berkerja secara aktif, sistematis dan teratur baik satu maupun seluruh audit. a. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan memungkingkan terselenggaranya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan secara teratur. Tahap ini dapat digunakan untuk memanfaatkan sumber – sumber daya audit yang langka untuk mencapai hasil yang terbaik. Ruang lingkup dan waktu yang diperlukan dalam tahapan ini banyak dipengaruhi pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuan atas bidang yang diperiksa, ukuran kerumitan atas aktivitas atau program, tipe audit yang diperiksa, daerah geografis kegiatan organisasi serta sifat penugasannya apakah merupakan penugasan baru atau penugasan yang berlanjut. Dari tahap pendahuluan auditor akan memperoleh informasi umum atau informasi latar belakang dalam waktu yang relatif singkat dalam semua aspek perusahaan, aktivitas, program dan sistem objek yang periksanya. Tahap pendahuluan dapat meliputi kegiatan antara lain pengamatan atas fasilitas fisik, mencari data tertulis, wawancara dengan personil manajemen dan kegiatan analisis. 1) Pengamatan Atas Fasilitas Fisik Pengamatan fisik keseluruh bagian auditor dapat memperoleh kesempatan untuk meninjau bagian perusahaan serta mendapatkan gambaran nyata tentang aktivitas perusahaan. Auditor biasanya menggunakan kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu sesuai dengan tekanan permasalahan yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pengamatan fasilitas fisik ke seluruh bagian, auditor dapat memperoleh kesempatan, untuk meninjau seluruh bagian kegiatan dan mendapatkan gambaran nyata mengenai perusahaan. 2) Mencari Data Tertulis Tujuan pada tahapan ini apakah perusahaan menerapkan praktek manajemen yang konsisten, untuk itu auditor harus mendapatkan dokumen tertulis yang dijadikan bahan perbandingan dengan data departemen. Dokumen tertulis tersebut adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan serta prosedur
perusahaan,
uraian
tugas,
bagan
organisasi,
laporan
intern
perdepartemen, laporan keuangan bagan arus yang dibuat auditor ekstern dan sebaginya. 3) Wawancara Dengan Personil Manajemen Pada tahap wawancara auditor memahami apa yang dirasakan karyawan perusahaan dan bagaimana pandangan mereka terhadap masalah tertentu. Orang yang ahli dalam suatu perusahaan adalah mereka yang menjalankan perusahaan, karenanya
auditor dapat memperoleh informasi yang paling baik dengan cara
mewawancarai manajer yang relevan dalam mengidentifikasi permasalahan. 4) Kegiatan Analisis Tahap terakhir dari perkerjaan pendahuluan menganalisa yang dilakukan pemeriksa. Dokumentasi yang diperlukan dalam analisa harus sudah terlengkapi dalam tahap pengumpulan data. Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam satu laporan pemeriksaan pendahuluan yang lazim disebut memorandum survei. Memoramdum survei ini tidak boleh diserahkan kepada
Universitas Sumatera Utara
pihak lain tetapi semata – mata digunakan bagi pemeriksa untuk digunakan untuk menetapkan daerah – daerah atau bagian mana yang kiranya memerlukan pemeriksaan yang mendalam. b. Tahap Audit Mendalam Tahap audit mendalam meliputi kegiatan mengevaluasi terhadap temuan audit, membandingkan dengan kriteria yang seharusnya serta melakukan penilaian dari hasil perbandingan. Pada tahap akhir ini auditor akan menyusun kesimpulan audit serta mengembangkan rekomendasi mengenai berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Informasi tersebut dapat digunakan dalam menyusun laporan audit. Tahap audit mendalam mencakup kegiatan antara lain studi lapangan dan analisis yang meliputi penghubung dan perbandingan berbagai data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukuran. 1) Studi Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada studi lapangan ini antara lain adalah wawancara dengan pegawai inti setiap tingkat organisasi, mewawancarai sumber ekstern yang dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan, abservasi aktivitas operasional dan fungsi manajemen, penelitian pengendalian intern, penelitian arus transaksi, penelitian penempatan pegawai, peralatan formulir dan laporan, penelitian aspek – aspek inti aktivitas operasional dengan menggunakan kuesioner khusus, pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria pengukuran pegawai yang sesuai. 2) Analisis Penghubungan dan Perbandingan Berbagai Data Dengan Kriteria Pengukuran
Universitas Sumatera Utara
Penilaian resiko dan infesiensi perusahaan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat ditingkatkan, pendokumentasian temuan hasil audit dan manfaat hasil potensial, penegasan kembali kriteria pengukuran, pendiskusian temuan audit serta saran perbaikan yang diperlukan, pengembangan berbagai alternatif perbaikan, rekomendasi dan saran. c. Tahap Pelaporan Setelah tahap audit mendalam selesai, auditor bertanggungjawab melaporkan hasil temuan auditnya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui laporan hasil audit, dengan demikian pihak perusahaan akan dapat bertanggungjawab dan dapat segera mengambil tindakan koreksi yang dibutuhkan. Bentuk sifat laporan akan tergantung pada permintaan pihak yang memberikan penugasan atau kebijaksanaan auditor. Suatu laporan biasanya mengandung uraian mengenai kegiatan apa yang dikerjakan dalam audit, daerah mana yang perlu mendapatkan perbaikan dan rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Isi laporan audit operasional berbeda antara satu dengan lainnya, tergantung pada sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang ditelaah. Namun secara umum, laporan hasil audit operasional akan memuat hal – hal sebagai berikut : 1) tujuan dan lingkup audit, 2) prosedur audit yang digunakan auditor, 3) temuan khusus hasil audit, 4) rekomendasi tindakan perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengertian Efektivitas dan Efesiensi Pemeriksaan
Operasional
dikenal
sebagai
pemeriksaan
yang
berkonsentrasi pada efektivitas dan efesiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumber dayanya dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh, seorang auditor dapat memeriksa badan federal untuk menentukan apakah badan tersebut telah mencapai tujuannya seperti yang ditetapkan oleh kongres (efektivitas) dan menggunakan sumber daya keuangannya secara benar (efisiensi). Pembahasan mengenai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas akan lebuh mudah dipahami jika dibahas dalam kerangka Input – Proses – Output. a. Efisiensi Efisiensi
berhubungan
dengan
bagaimana
perusahaan
melakukan
operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode Kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
menghubungkan
Jadi,
antara
efisiensi input
merupakan
dan
output
ukuran dalam
proses
yang
operasional
perusahaan.(Bayangkara, 2008:13)
Universitas Sumatera Utara
b. Efektivitas Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektivlah unit tersebut. Efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah – istilah yang subjektif dan nonalitis, seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam tahun – tahun terakhir (Anthony, 2005:174). Efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efesien dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efesien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai dalam pencapaian cita – cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif(Anthony 2005:174-175) 9. Pengertian Fungsi Pemasaran Fungsi
Pemasaran
merupakan
salah
satu
kegiatan
utama
yang
dilaksanakan dalam suatu perusahaan sehingga perlu untuk mendapat perhatian yang cukup besar serta pengelolaan yang sebaik mungkin. Kegagalan dalam aktivitas pemasaran akan sangat berpengaruh terhadap kontinuitas operasi perusahaan, karena fungsi pemasaran merupakan sumber pendapatan utama perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
B. Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan sintesis ekstraplorasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian. PT. Indosat Tbk
Manajemen Pemasaran
Anggaran Biaya Pemasaran
Realisasi Anggaran Biaya Pemasaran
Laporan Analisa Biaya
Pemeriksaan Operasional
Tindakan Koreksi
PT. Indosat adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan komunikasi. Dimana dalam menetukan berapa biaya operasi Pemasaran perusahaan, manajemen harus terlebih dahulu membuat perencanaan biaya operasi. Setelah adanya perencanaan, langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan pada anggaran biaya operasi dan melihat hasilnya pada realisasi anggaran biaya operasi. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara realisasi dengan anggaran maka perlu dilakukan investigasi dan tindakan koreksi.
Universitas Sumatera Utara
C. HASIL PENELITIAN TERDAHULU NO.
1.
2.
Peneliti dan Tahun Penelitian Bertha Elvina 2004
Widya R 2008
Masalah Yang Diteliti
Metode yang digunakan
Hasil Penelitian
“Pemanfaatan Anggaran Penjualan Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Mendukung Efektivitas Penjualan Pada CV. Metro Jaya Lestari Bandung” “Peranan Anggaran Penjualan Dalam Pengendalian Penjualan Pada PT KAI ( Persero ) Divisi Regional I Medan”
Analisis Deskriptif Dalam Bentuk Studi Kasus
a. Penyusunan anggaran sudah disusun secara memadai b. Pada perusahaan, proses penjualan sudah efektif c. Anggaran penjualan bermanfaat untuk mendukung efektivitas penjualan d. Berdasarkan hasil peneliti, pertanyaan tambahan dimana responden bebas memberikan jawaban a. penjualan pada PT KAI ( Persero ) telah cukup efektif b. Pengendalian yang dilakukan PT KAI ( Persero ) cukup efektif karena telah dilaluinya proses pengendalian penjualan melalui anggaran untuk mencapai target penjualan yang dikehendaki, hal ini terlihat dari realisasi penjualan dari anggaran sebesar 88,4%., didapat kesimpulan bahwa anggaran berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian penjualan
Analisis Deskriptif Dalam Bentuk Studi Kasus
Sumber : Diolah Peneliti, 2010 Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan dasar penulis sebagai bahan perbandingan adalah penelitian yang mengangkat masalah pengendalian
Universitas Sumatera Utara
penjualan dan masalah pencapaian efektivitas penjualan, karena penulis mengangkat masalah pengendalian penjualan untuk menunjang efektivitas penjualan. Penelitian yang dilakukan Bertha Elvina tahun 2008 mengambil masalah dengan fokus pemanfaatan anggaran penjualan dalam mendukung efektivitas penjualan, penelitian ini menilai bagaimana perusahaan menyusun anggaran penjualannya, proses penjualan apakah sudah efektif dalam pencapain tujuan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Bertha menganalisis data dalam bentuk deskriptif dan studi kasus ini penulis mencoba mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperlukan dengan wawancara langsung dan dengan daftar pertanyaan yang mana pertanyaan yang diajukan digunakan untuk menilai masalah yang diangkat dalam penelitian. Widya R dalam penelitian yang dilakukannya hampir serupa dengan penelitiaan yang diangkat Bertha Elvina yaitu mengangkat masalah pemanfaatan anggaran penjualan yang berbeda dari penelitian yang dilakukan Widya anggaran penjualan digunakan dalam pengendalian penjualan dengan metode analisis data deskriptif dalam bentuk studi kasus, dengan kesimpulan penelitian yang melihat tercapainya efektivitas dari segi proses penyusunan anggaran penjualan dan tercapainya juga efektivitas dari segi pengendalian penjualan.
Universitas Sumatera Utara