BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Definisi Pariwisata Berikut merupakan beberapa definisi kepariwisataan berdasarkan berbagai sumber antara lain : Pariwisata menurut Anomius (1992:10) • Usaha
pariwisata
adalah
kegiataan
yang
bertujuan
menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. • Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun
atau
disedikan
untuk
memenuhi
kebutuhan wisatawan. • Wisata adalah kegiatan untuk mencipatakan kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. • Pariwisata menurut Lundberg (1997:12) • Pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya kembali ke masa yang lampau, dan definisi selalu berubah. Istilah touris atau kepariwisataan mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya, dan perusahaan-perusahaan yang memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atat membuat lebih menyenangkan. • UU no. 9 tahun 1999 tentang kepariwisataan • Wisata adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata ; • Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
10
• Objek dan daya tarik wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata
hidup, seni budaya serta sejarah
bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. • Atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam dan atau kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan dan dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata atau daerah tujuan wisata.Karyono (1997 : 14) • Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di
negara lain. Kegiatan
tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. • Tim pariwisata LPP-ITB • Wisatawan adalah seseorang yang memiliki banyak waktu luang yang bersifat sementara, yang sengaja mengunjungi suatu tempat yang jauh dari rumahnya, dengan tujuan untuk mencari pengalaman (“The Anthropology OF Tourism“ oleh Valene Smith, University of Pensylvania, 1989). • Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi tujuan kunjungan karena mempunyai sumber daya tarik secara alamiah/ buatan serta faktor sosial budaya
penduduk
(BPS,1991).
2.1.2
Bentuk dan jenis Pariwisata
2.1.2.1 Bentuk Pariwisata Bentuk pariwisata menurut Pendit (Ilmu pariwisata, sebuah pengantar perdana, 1990), dapat dibagi menurut kategori antara lain: menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan dan menurut alat angkut yang dipergunakan (Karyono,1997:16).
11
2.1.2.2 Jenis Pariwisata Definisi jenis-jenis pariwisata menurut Valene L. Smith (1991) yang terdapat dalam kosakata kepariwisataan antara lain : • Pariwisata Pantai (Marine Tourism) Kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasrana untuk berenang, memancing, menyelam dan olah raga air lain termasuk sarana prasana akomodasi, makan dan minum. • Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism) Kegiatan pariwisata yang mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. • Pariwisata Budaya (Culture Tourism) Perjalanan untuk meresapi suatu gaya hidup yang hilang dari ingatan manusia. • Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism) Kegiatan wisata yang berkisar pada olah raga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak sosial dalam suasana santai. • Pariwisata Alam (Ecotourism) Perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih alami dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/ pernah ada pada suatu tempat. • Pariwisata Kota (City Tourism) Perjalanan dalam satu kota untuk melihat/ mempelajari/ mengalami objek, sejarah, dan daya tarik yang terdapat di kota tersebut. • Resort City Suatu kota yang memiliki tumpuan kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata, yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan penyedia jasa wisata lainnya. • Pariwisata Agro (Agro Tourism) Merupakan kegiatan perjalanan untuk menikmati kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Jenis wisata ini
12
bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk lebih memperhatikan sumber daya alam dan kelestariannya. • Urban Tourism Bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan kegiatan yang cukup penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut. • Pariwisata Sosial (Social Tourism) Suatu
pendekatan
untuk
menyelenggarakan
liburan
bagi
kelompok masyarakat berpengasilan rendah serta orang-orang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan. • Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism) Suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Dalam pariwisata ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelanggara jasa wisata.
2.2
Tinjauan Wisatawan Pengertian wisatawan yang digunakan oleh Sukadijo (1996: 13) sesuai dengan ketetapan Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa, bahwa wisatawan
adalah orang yang selama 24 jam atau lebih
mengadakan perjalanan di negara yang
bukan
tempat
tinggalnya yang biasa. Menurut pengertian tersebut, semua orang yang
melakukan
kegiatan
perjalanan
wisatawan apapun tujuannya yang
wisata
dinamakan
penting perjalanan itu bukan
untuk menetap dan untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Ciri-ciri wisatawan adalah : •
Melakukan suatu perjalanan di luar tempat tinggal, sehubungan dengan berbagai keperluan seperti rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, tugastugas, pekerjaan, usaha bisnis, kesenian, ilmu pengetahuan, ibadah, olahraga dan pameran.
13
•
Melakukan perjalanan dan persinggahan di tempat lain untuk sementara
waktu
tanpa
bermaksud untuk
memperoleh
pengasilan tetap ditempat yang dikunjungi. Definisi berbeda dikemukan oleh Pendit bahwa wisatawan yaitu : 1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, 2. untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya. 3. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud 4. menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan 5. sebagai
utusan
berbagai
badan/organisasi
(ilmu
pengetahuan, administrasi, 6. diplomatik, olahraga, keagamaan, dan sebagainya). 7. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis. 8. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang mengadakan perjalanan ke negeri lain. (Pendit, 2002:36)
2.2.1
Jenis Wisatawan Jenis wisatawan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (Musanef, 1995:14) a. Wisatawan Mancanegara Wisatawan adalah seorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengetahui bila ia membayar sesuatu yang telah sesuai. Lebih jelasnya mengenai definisi dari wisatawan mancanegara, Biro Pusat Statistik Jakarta, untuk studi penelitian pengeluaran dan perdagangan wisatawan mancanegara tahun 1991, mendefinisikan wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang bukan penduduk
14
Indonesia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara ke wilayah geografis Indonesia untuk keperluan apa pun kecuali mencari penghasilan atau nafkah. Maksud kunjungan tersebut antara lain untuk berlibur, bisnis, menghadiri pertemuan
dan
mengunjungi
kerabat/
teman
(Hadinoto,
1996:14). b. Wisatawan Nusantara Definisi wisatawan nusantara adalah seorang penduduk yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal menetap (Musanef, 1995:14). Menurut istilah Indonesia, wisatawan luar negeri (internasional) dan dalam negeri (domestik)
sejak
Departemen,
Pos
dan
Telekomunikasi
(Depparpostel) dipimpin Menteri Susilo Sudarman (alm) di tahun 1990-an diberi konotasi terpisah dengan istilah-istilah: wisatawan
luar
negeri
disebut
wisatawan
mancanegara
(wisman), wisatawan domestik dinamakan wisatawan nusantara (wisnus), (Pendit, 2002:51) Secara umum, wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumenep dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis wisatawan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Teori mengenai jenis wisatawan dapat membantu dalam menentukan jenis wisatawan yang melakukan kunjungan wisata ke objek-objek wisata di Kabupaten Sumenep.
2.3
Tinjauan Motif Wisata Schmidhauser (1989) mempelajari pola-pola perilaku wisatawan, dimana berdasarkan hasil penelitiannya menyajikan 4 fungsi sosiologi dalam kaitannya dengan motifasi, yaitu ; 1. Untuk mengimbangi semua kekurangan yang mau tidak mau ditimbulkan masyarakat yang sibuk bekerja tiap hari. 2. Pulihnya fisik dan jiwa dari ketegangan, tekanan pekerjaan dan kebosanan hidup sehari-hari, dengan menemukan
15
kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental. 3. memperluas
wawasan,
memuaskan
ras
ingin
tahu,
mewujudkan jati diri, menambah rasa harga diri. 4. memberikan imbalan pada diri sendiri.menurut Dunn (1977) yang dikutip oleh Glenn F.Ross (1998:31) bahwa dalam motivasi terdapat dua faktor atau tahap dalam mengambil keputusan melakukan perjalanan, yaitu : a. Faktor pendorong yaitu faktor yang membuat kita ingin bepergian b. Faktor penarik, yaitu faktor yang mempengaruhi kemana kita akan pergi setelah ada keinginan untuk bepergian. Motif wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata seperti disebutkan oleh
Kusudianto
Hadinoto,
dibedakan menjadi 6 yaitu : a. Bisnis (Business) b. Dinas Resmi (Official Mission) c. Pertemuan, konvensi, pameran atau MICE d. Berlibur e. Pendidikan f. Lainnya, seperti keunjungan keluarga, dan lainnya. Adapun
motivasi
yang
mendorong
wisatawan
untuk
mengadakan perjalanan wisata (Suswantoro:17) adalah sebagai berikut : - Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi - Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian - Dorongan kebutuhan keagamaan - Dorongan kebutuhan kesehatan - Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian - Dorongan kebutuhan keamanan - Dorongan kebutuhan hubungan keluarga
16
Sedangkan menurut Pitana dan Gayatri (2005), wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antar lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari daerah dan kebudayan masyarakat lokal. Adapun kegunaan dari teori diatas dalam penelitian untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumanep berdasarkan motif wisatanya atau tujuan wisatawan melakukan perjalanan wisata di Kabupaten Sumenep.
2.4
Tinjauan Komponen Pariwisata Kegiatan pariwisata mencakup dua komponen utama yaitu sediaan/ penawaran (supply) dan permintaan (demand).
2.4.1 Komponen sediaan/ penawaran pariwisata (supply) Komponen sediaan/ penawaran pariwisata meliputi segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan, yaitu berupa produk wisata. Produk wisata harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Produk wisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumahnya (Yoeti, 1996:172). Ditambahkan oleh Baud-Bovy (Yoeti, 2002:128) bahwa produk wisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, fasilitas yang terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata dan transportasi yang membawa dari tempat asalnya ke suatu Daerah Tujuan Wisata tertentu. Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi yang salingmendukung dalam mewujudkan produk wisata yang siap untuk disajikan kepada wisatawan guna memberikan pengalaman perjalanan serta kepuasan kunjungan yang optimal.
17
1. Atraksi ( obyek dan daya tarik wisata) Atraksi atau obyek dan daya tarik wisata adalah. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain (Soekadijo,1996; French 1996:124) Atraksi wisata dapat berupa atraksi alam (natural attractions), seni budaya (cultural attractions), dan buatan (built attractions). Atraksi atau daya tarik alam adalah “... attraction that occur naturally and neither created by human being nor exist for the purpose of tourism”. Atraksi atau daya tarik budaya adalah daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukkan dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau special events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari), museum, dan lain-lain. Sedangkan atraksi atau daya tarik buatan adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia dan terdapat kecenderungan diciptakan untuk kepentingan pariwisata. Karyono dalam Anik (2005 : 38) menjelaskan supaya suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, di samping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) harus mempunyai tiga syarat daya tarik, yaitu sebagai berikut: · Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see); · Ada sesuatu yang dapai dikerjakan (something to do); dan · Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy). Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu (Yoeti, 1997:10):
18
1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik; 2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan wisatawan maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat; 3. Atraksi wisata merupakan terminal suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran; 4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama; 5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin. Seorang wisatawan datang ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfaction). Manfaat dan kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata disebut juga dengan attractive spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata antara lain: 1. Natural amanities/ benda yang terdapat di alam semesta, meliputi iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, fauna dan flora serta pusat-pusat kesehatan. 2. Hasil ciptaan manusia, meliputi benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan. 3. The way of life/ tata cara hidup masyarakat, meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat. 2. Amenitas Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Amenitas mencakup sarana dan
19
prasarana wisata yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan demi kelancaran kegiatan pariwisata. Menurut Yoeti (1992:184), sarana wisata dapat dibagi dalam tiga unsur pokok yaitu: 1. Sarana pokok kepariwisataan, adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk dalam kelompok ini adalah travel agent atau tour operator, perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan jenis akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya serta obyek wisata dan atraksi wisata. 2.
Sarana
pelengkap
kepariwisataan
adalah
perusahaan-
perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan para wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini seperti sarana olahraga dan lainnya. 3. Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar
wisatawan
lebih
banyak
mengeluarkan
atau
membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nightclub dan steambath, casino dan entertainment, souvenir shop dan lainlain. Yoety (1996:8) menyatakan baik prasarana maupun sarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila hendak mengembangkan industri pariwisata. Prasarana (infrastrukture) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan
20
dengan lancar sedemikin rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Prasarana dasar yang melayani komunitas penduduk lokal di suatu area seringkali dapat pula melayani kegiatan pariwisata hanya dengan sedikit menambah jumlah pelayanan. Demikian pula sebaliknya, prasarana yang dibangun untuk kegiatan pariwisata dapat melayani kebutuhan penduduk lokal secara umum (Inskeep, 1991:120). Prasarana kegiatan pariwisata dapat meliputi jaringan jalan, listrik, komunikasi, air bersih, drainase serta sanitasi dan pengelolaan sampah.
2.4.2
Komponen permintaan pariwisata (demand) Komponen permintaan pariwisata mencakup segala kegiatan serta aspirasi wisatawan dan masyarakat di sekitar kawasan pariwisata. Unsurunsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata (Kelly, 1998; Gunn, 2002). 1.
Wisatawan Selain wisatawan, dikenal pula terminologi pengunjung. World
Tourism
Organization
(WTO)
2001
mendefinisikan
pengunjung sebagai satu atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan dan atau tinggal di suatu tempat di luar wilayah tempat tinggalnya, baik negara, propinsi, kota, ataupun desa selama tidak lebih daripada satu tahun, dengan tujuan bisnis, mengisi waktu luang ataupun tujuan lainnya (Wood, 2002 : 9). Istilah pengunjung memiliki perbedaan dalam pelaku perjalanan wisatanya yaitu : wisatawan yaitu pengunjung sementara yang menetap sedikitnya 24 jam di lokasi kunjungan serta ekskursionis, yaitu pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di lokasi kunjungan, dan biasanya tidak menginap (Inskeep, 1991 : 19).
21
2.
Masyarakat setempat Masyarakat lokal adalah pihak yang akan menerima dampak paling besar dari kegiatan wisata yang dikembangkan didaerahnya. Aspirasi masyarakat setempat merupakan komponen permintaan yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam rangka pengembangan suatu kegiatan wisata sehingga kegiatan wisata yang diselenggarakan tidak akan menimbulkan kerugiankerugian bagi masyarakat lokal. Industri pariwisata akan memberi peluang bagi pemberdayaan sumber daya lokal dan menjadi stimulan multiplier effects positif bagi perekonomian dan kemajuan masyarakat lokal. Supriana, (1997:23) mengemukakan bahwa dengan adanya pengusahaan pariwisata alam, peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dan konservasi sumber daya alam dapat diharapkan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat atau bersama-sama pengusaha secara aktif maupun pasif. Peran serta aktif dilaksanakan secara langsung baik perorangan maupun bersama-sama secara terorganisir, yang secara sadar ikut membantu program pemerintah dengan inisiatif dan berkreasi melibatkan diri dalam suatu kegiatan yang terdapat dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam atau melalui pembinaan rasa memiliki sehingga tercipta hubungan timbal balik antara pemanfaatan dan kesempatan usaha. Faktor – faktor permintaan/ demand antara lain (Yoeti,1997 : 31) • Lama tinggal wisatawan Semakin lama wisatawan tinggal dalam objek maka semakin meningkat daya dukung kepariwisataan. • Tipe aktivitas wisatawan Semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan di dalam objek maka akan mempengaruhi semakin tingginya kunjungan yang dilakukan wisatawan pada objek tertentu. • Tingkat kepuasan wisatawan • Pemanfaatan objek wisata
22
2.5 Studi Literatur Tentang fotografi Digital Fotografi berasal dari kata photographie, yang juga berasal dari bahasa yunani kuno phos yang berarti cahaya dan graphis/graphe yang berarti arti dari fotografi adalah menggambar dengan cahaya. Fotografi merupakan proses merekam gambar dengan pengertian menangkap cahaya dengan cahaya dengan media yang peka terhadap cahaya seperti film dan sensorelektronis. Pantulan cahaya dari objek mengekspos media peka cahaya dalam waktu tertentu (exsposure), melalui lensa ke media peka cahaya. Fotografi
digital
berbeda
dengan
fotografi
manual
yang
menggunakan film, fotografi digital menggunakan alat elektrolis untuk merekam gambar dan menyimpannya sebagai data dari gambar. Maka gambar yang dihasilkan dapat ditampilkan di layar, dicetak dan disimpan dalam media penyimpanan, serta bisa dipindah dan disusun menggunakan perangkat digital lain atau komputer dan internet. Jadi fotografi digital adalah sebuah media perekam cahaya yang menggunakan fungsi-fungsi elektrolis sebagai input, proses, penyimpanan, pengolahan hingga tampilan akhir.
2.5.1
Studi Fotografi Untuk Keperluan Pariwisata Foto dokumenter merupakan salah satu jenis fotografi yang lebih menonjolkan muatan cerita atau berita ke dalam setiap gambar yang dihasilkan. Kunci foto dokumenter terletak pada kekuatan momen, kekuatan momen menjadi unsur utama dalam menciptakan bagaimana foto yang mampu bercerita dan menyampaikan perasaan melalui gambar. Kekuatan momen mampu membawa energi dalam kandungan cerita pada fotografi dokumenter. Peranan fotografer sendiri diibaratkan sebagai pencerita yang diharapkan mampu menghasilkan sebuah cerita dibalik gambaran foto yang dihasilkan. (Kinghorn : 124) Fotografi
dokumenter
juga
memiliki
kekuatan
untuk
mempermainkan emosi dan psikologis dari yang melihat. Terkadang hanya dengan melihat sebuah foto seseorang mampu merasakan perasaan dan
23
pengalaman yang sama dengan fotografer. Foto terkadang mampu membawa kita untuk mengenang kembali dan mampu merasakan bagaimana perasaan dan pengalaman yang dialami. Disinilah perlunya fotografer jeli dalam melihat setiap objek yang akan dibidik. Usaha fotografer benar-benar diuji untuk menghasilkan gambar yang bisa membangkitkan
kembali
kenangan
mengenai
tempat-tempat
yang
disinggahi serta akan semakin memiliki nilai tambah jika foto tersebut bisa membangkitkan respon yang kuat dari yang melihat. Ingat foto yang baik tidak sekedar menyalin apa yang dilihat mata ke dalam lensa. (Sugiarto : 68) Teknis Pemotretan Menurut Sugiarto (2008, 72-112) untuk menghasilkan sebuah foto yang lebih berkesan dan bermakna, ada baiknya pemotret memperkirakan sasaran apa yang akan diambil sebeleum meakukan perjalanan. “Travelling light Is Travelling Smart” sebuah ungkapan yang disebutkan dalam buku Perfect Digital Photography. Maksudnya adalah lebih baik kita membawa peralatan yang minim untuk keleluasaan gerak sehingga fotografer bisa focus untuk memotret daripada dibingungkan oleh pemilihan peralatan yang terlalu lama dan jumlah peralatan yang banyak namun tidak efektif. The key Essential Is Moment Momen merupakan kunci penting dalam foto dokumenter. Momen mampu menjadi suatu unsur dalam foto yang bisa menghubungkan antara set nyata dan cerita dalam sebuah foto. Momen mampu nmempengaruhi psikologis dan peranan seseorang serta mampu membuat orang yang melihat mengerti bagaimana sebuah pariwisata itu berjalan (Kinghorn, 137). Pencahayaan dalam fotografi merupakan suatu hal yang esensi. Foto yang kita hasilkan merupakan asli perekaman cahaya yang masuk ke dalam diafragma kamera. Sehingga mengontrol cahaya yang masuk dan menambahkan cahaya pada saat di butuhkan merupakan salah satu teknik
24
dasar dalam fotografi. Terdapat beberapa metode yang dapat membantu seorang fotografer mengontrol cahaya yang dibutuhkannya. 1.
Menggunakan Light meter kamera Light meter yang dimiliki oleh kamera adalah salah satu cara utama dalam mengetahui banyaknya cahaya yang masuk. alat ini menghitung jumlah cahaya yang masuk dalam kamera dan memberitahu apakah jumlah cahaya yang masuk kurang, cukup atau berlebihan.
2.
Aperture Aperture adalah sebuah alat yang dapat membatasi atau menambah cahaya yang masuk ke dalam kamera melalui lensa. Aperture
digunakan
untuk
mengontrol
jumlah
cahaya
maksimum yang dapat mencapai kedalam film/sensor. 3.
Shutter speed Shutter speed adalah alat yang mengontrol berapa lama jumlah cahaya tersebut akan masuk ke dalam kamera. Selain itu shutter speed juga mengontrol lama waktu pada saat cahaya mengenai film atau sensor
4.
Exposure Exposure adalah jumlah cahaya yang dibutuhkan secara tepat pada sebuah pengambilan gambar. Eksposure yang tepat dapat menghasilkan gambar dengan pencahayaan yang tinggi sehingga gambar lebih terlihat jelas.
5.
Fill flash Fill flash atau cahaya tambahan digunakan saat terdapat sumber cahaya yang memadai namun memiliki lokasi yang salah. Sehingga flash digunakan untuk mengimbangi sumber cahaya tersebut sehingga cahaya yang masuk akan sesuai dengan yang dibutuhkan.
6.
Reflektor Dalam menambah cahaya terkadang penggunaan fill flash akan dapat membuat satu sumber cahaya menjadi berlebihan. Untuk
25
itu digunakan reflektor agar biasa mendapatkan secara tepat jumlah cahaya yang di butuhkan. Reflektor dapat di beli di toko yang menjual alat-alat fotografi atau bisa di buat dengan sederhana seperti menggunakan aluminium foil dan karton tebal. Pada dasarnya semua media yang dapat memantulkan cahaya dapat digunakan segai reflektor.
Efek fotografi dapat kita peroleh melalui sudut angle, kecepatan rana dan jenis lensa. Efek – efek fotografi tersebut seperti : 1.
Low angle : Derajat posisi kamera berada di bawah objek (sejajar dengan mata kaki), sehingga objek terlihat lebih besar atau lebih tinggi.
2.
Wade angle : Derajat posisi kamera berada di ata objek sehingga objek terlihat tampak bawah, efek yang di timbulkan yaitu objek terlihat lebih kecil atau lebih kurus
3.
Prespective : Derajat posisi kamera mendekati objek, sehingga objek terlihat lebih gemuk dari pada aslinya.
4.
Ruang tajam : Efek ruang tajam yaitu, efek dimana membentuk presepsi tentang kedalaman luar gambar yang di hasilkan, efek ruang tajam ini di bagi menjadi 2, efek ruang takam sempit dan efek ruang tajam luas.
5.
Efek siluet : Efek ini di peroleh dengan posisi membelakangi objek yang terkena cahaya dari depan, sehingga efek yang diperoleh, yaitu objek terlihat seperti bayangan (lebih gelap).
6.
Efek Freeze : Efek ini di peroleh dengan meninggikan kecepatan sehingga objek yang bergerak dengan cepat dapat tampak diam
7.
Efek Difraksi : Efek difraksi yaitu penyebaran cahaya masuk melalui lubang atau celah sehingga untuk objek yang bergerak terlihat pergerakannya.
26
2.6
Studi warna Menurut tingkatannya, warna dibagi menjadi warna primer (merahbiru-kuning), warna sekunder (hijau-ungu-orange), dan warna tersier (semua warna diluar warna primer dan skunder).
Gambar 2.1 Teori Warna Sumber : Ahmad Fitroni, 2012.
Contoh warna yang diambil untuk teori ini diambil dari warna yang terdapat pada logo Kabupaten Sumenep yang nantinya akan dipakai sebagai warna dalam layout dalam konsep desain. Warna kuning : Warna ini melambangkan sifat spontan yang eksentrik. Sifatnya : Toleran, Investigatif, Menonjol. Warna kuning yang terang, dapat menjadi penarik perhatian, oleh karena itu rambu-rambu lalu lintas banyak memakai warna kuning. Warna kuning tidak dapat menggambarkan stabilitas dan kepercayaan. Contoh-contoh
penggunaan
dalam desain : Produk mainan anak-anak, produk-produk
warna
kuning
fastfood,
dan
pada rambu-rambu lalu-lintas. Warna hijau : Warna hijau merupakan warna kedua yang mempunyai efek menenangkan setelah biru. Warna hijau mempunayi kesan harmonis,
27
ketabahan, pembaharuan, dan juga kepercayaan diri. Contoh-contoh pengggunaan warna hijau dalam desain: Produk-produk yang berhubungan dengan alam dan relaksasi (teh, aromateraphy), dan warna-warna dalam sistem identitas rumah sakit. Warna putih : Warna suci dan bersih, natural, kosong, tak berwarna, netral, awal baru, kemurnian dan kesucian. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk membacanya. Warna sebagai termasuk dalam ranah nirmana. Terkadang pemakaian warna sangat membantu dalam pemilihan font dalam typografi. Kemampuan penguasaan budaya dan warna sangat berpengaruh dalam menentukan sebuah warna dalam pemakaian ke dalam produk desain, oleh karenanya penguasan warna merupakan syarat penting untuk desainer pemula. Meski demikian, arti warna bisa bergantung juga dengan bidang tertentu, budaya, agama, dan adat setempat. Warna kuning bisa berasosiasi dengan partai politik tertentu kalau dalam politik; sementara kalau dalam kehidupan sehari-hari, bendera kuning yang dipasang di rumah seseorang, itu pertanda tengah terjadi peristiwa berkabung. Sementara bank syariah hampir pasti selalu dihiasi dengan warna hijau yang berasosiasi dengan agama tertentu.
2.6.1
Studi Desain Grafis Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan
yang ingin disampaikan oleh produsen
barang lewat kemasan yang diciptakan; baik informasi
mengenai
isi
maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu
saling
menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung
28
ataupun yang tidak
langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan
nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cerdas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas, singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan. Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis, gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang juatru lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca. Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak spasi
antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua
pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti,
tidak
terlalu
panjang,
tidak
berarti
ganda,
karena
kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga. Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks, tentang penekanan suatu kesan tertentu atau sebagai penangkap mata
29
untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Berdasarkan kegunaannya, ilustrasi dengan gambar pada kemas dapat ditampilkan berupa barang produknya secara penuh atau gambar detailnya ataupun gambar yang berupa hiasan, atau ornamen yang simbolis saja.
2.6.2. Teori Layout Sebuah layout yang baik dalam desain komunikasi visual adalah menuangkan pengelolaan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi atau gambar lainnya) pada suatu bidang kerja. Layout yang baik dapat berfungsi dengan benar apabila ada perencanaan yang akan dilakukan, penentuan tujuan dari karya, penentuan target audiens, perencanaan dimana
atau
kemana
akan
ditempatkan
dan
bagaimana
cara
pendistribusiannya. Layout yang baik dan benar dapat mengarahkan dan menggambarkan rentetan informasi untuk dipahami. Menurut Kusrianto (2007) ada beberapa dasar yang dapat ditemukan dalam merancang sebuah layout, yaitu : a) the law of unity, harus dirancang sedemikian rupa dari penyusunan headline, subheadline, ilustrasi, teks, slogan, logo dan sebagainya. Sehingga menghasilkan sebuah kesatuan komposisi yang baik dan sedap dimata. b) the law of variety, untuk menghindari kesan monoton, harus dibuat beberapa variasi perancangan sebuah iklan. Misalnya tipis tebal dari sebuah huruf yang digunakan, juga besar kecil dari ukuran huruf yang digunakan. c) the law of harmony, juga untuk menghilangkan kesan monoton dari sebuah desain, maka desain harus dirancang hingga berkesan harmonis. d) the law of rhytm, sebaiknya mata pembaca dalam melihat sebuah iklan diarahkan untuk bergerak wajar. Disamping itu sebaiknya dimuli dengan Headline, subheadline, teks, ilustrasi hingga nama produk dan alamat.
30
e) the law of proportion, buku, majalah, koran, katalog akan terlihat menarik apabila salah satu ukuran sisinya lebih panjang, jadi akan berkesan tidak kaku. f)
the law of scale, perpaduan gelap terang pada warna akan menghasilkan sesuatu yang kontras. Dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada layout agar terlihat lebih menarik.
g) the law of balance, suatu keseimbangan dapat dicapai bila unsurunsurnya diatur secara sepadan, serasi, dan selaras. Terdapat 2 jenis keseimbangan, yaitu : •
Formal balance (simetris) apabila unsur-unsur bentuk sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout.
•
Informal balance (asimetris) apabila unsur-unsur bentuk sedikit tidak sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout.
2.6.3. Margin dan Grid Dalam buku Layout, dasar dan penerapannya dijelaskan tentang sebuah kekuatan margin dan grid jika diterapkan pada proses melayout sebuah bidang grafis yang berhubungan dengan komunikasi media cetak seperti buku, majalah, tabloid, dan lain sebagainya. Margin dan grid merupakan sebuah elemen penting yang tidak nampak pada hasil output setiap jenis karya desain grafis namun tanpa adanya margin dan grid sebuah hasil karya desain akan terlihat tidak seimbang dan itu menyebabkan prinsip dasar dari sebuah desain yaitu keseimbangan hilang. Sehingga nilai estetika dari sebuah output desain akan berkurang atau bahkan berakibat pada rusaknya pesan komunikasi yang terkandung dalam karya tersebut. Menurut Rustan (2009) margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh kepinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau lebih parahnya lagi, elemen layout dapat terpotong pada saat proses 31
percetakan. Namun ada juga yang memang disengaja meletakkan elemen grafis keluar dari batas margin karena sudah dirancang untuk seperti itu dan mendapat pertimbangan yang matang dari desainernya sendiri. Menurut Rustan (2009) Grid merupakan sebuah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me layout. Grid mempermudah kerja dari seorang desainer untuk menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang terdiri dari banyak atau beberapa halaman. Dalam membuat sebuah grid seorang desainer harus membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan dalam merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut : berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style desainnya,
berapa
ukuran
huruf
yang
dipakai,
berapa
banyak
isinya/informasi yang ingin dicantumkan, dan lain-lain. Kadangkala untuk membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman seperti company profile, katalog, majalah, newsletter atau surat kabar, boleh saja seorang desainer melakukan suatu improvisasi dengan mengkombinasikan lebih dari satu sistem grid.
2.6.4. Elemen Teks Pada umumnya layout dibagi menjadi 3 bagian yang menyusunnya diantaranya adalah elemen teks, elemen visual, dan invisible elemen. Elemen teks ini terdiri dari judul, deck, byline, bodytext, subjudul, pull quotes, caption, callouts, kickers, initial caps, indent, lead line, spasi, header & footer, running head, catatan kaki, nomor halaman (Rustan, 2009). a. Judul Judul atau head, heading, headline. Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen layout yang lain. Selain dari ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari jenis huruf tersebut juga harus
32
menarik perhatian, karena untuk judul segi estetis lebih diprioritaskan. Misalnya judul dapat dibuat menggunakan hurufhuruf yang bersifat dekoratif dan tidak terlalu formal. b. Deck Deck/blurb/lead/standfirst adalah gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya terletak diantara judul dan bodytext. Fungsi deck berbeda dengan judul, yaitu sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext, karena itulah perbedaan fungsi ini harus ditangkap oleh pembaca dengan jelas, antara lain dapat dicapai melalui : 1. ukuran hurufnya rata-rata lebih kecil dari judul, tapi tidak sekecil bodytext, 2. jenis/style huruf dipakai berbeda dengan yang digunakan untuk judul, 3. warna deck yang dibedakan dengan judul dan bodytext. c. Byline Byline berisi penulis, terkadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakkannya diakhir naskah. d. Bodytext Isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang paling banyak memberikan
informasi
terhadap
topik
bacaan
tersebut.
Keberhasilan suatu bodytext ditentukan oleh beberapa hal antara lain: dukungan judul dan deck yang menarik sehingga memancing pembaca meneruskan keingintahuannya akan informasi yang lengkap dan gaya penulisan yang menarik dari naskah itu sendiri. e. Subjudul Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul segmensegmen tersebut. f. Pull Quotes Pada awalnya adalah cuplikan perkataan atau tulisan seseorang, namun kini telah mengalami perluasan arti. Pada suatu karya
33
publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan. g. Caption Keterangan singkat yang menyertai elemen visual. Caption biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis hurufnya dengan bodytext dan elemen text lainnya. h. Callouts Pada dasarnya sama dengan caption, kebanyakan callouts menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan, misalnya pada diagram. Callouts biasanya memiliki garis-garis yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen visualnya. i. Kickers Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik yang diinginkan dan mengingat lokasinya saat membaca artikel tersebut. j. Initial Caps Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf. Karena lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu initial caps didalam satu naskah. k. Indent Baris pertama paragraf yang menjorok masuk kedalam. Sedangkan hanging indent adalah kebalikannya: baris pertama tetap pada posisi, sedangkan baris-baris dibawahnya menjorok masuk kedalam. l. Lead Line Beberapa kata pertama atau keseluruhan dibaris paling awal pada tiap paragraf, yang dibedakan atribut hurufnya. Atribut yang dibedakan bisa berupa jenis huruf, ukuran, letter spacing, leadingnya.
34
m. Header & Footer Header adalah area diantara sisi atas kertas dan margin atas. Footer adalah area diantara sisi bawah kertas dan margin bawah. Header dan Footer bisa berisi: Running head, catatan kaki, nomor halaman, dan informasi lainnya. n. Running Head Judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang dan informasi lainnya yang berulang-ulang ada pada tiap halaman dan posisinya tidak berubah. Yang letaknya di bagian footer sering kali tetap disebut dengan running head, bukan running feet. o. Footnote Catatan kaki berisi detail informasi dari sebagian tulisan tertentu didalam naskah. Informasi tersebut dapat berupa : referensi atau bahan acuan tulisantersebut, rekomendasi bacaan lanjutan, dan lain-lain. p. Nomor Halaman Untuk materi publikasi yang memiliki lebih dari 8 halaman dan memuat banyak topik yang berbeda sebaiknya digunakan nomor halaman untuk memudahkan pembaca mengingat lokasi artikel.
2.7
Tinjauan Buku TravelGuide
2.7.1
Pengertian Buku Travel Guide Buku Travel Guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata. Sesuai dengan fungsinya buku travel guideini haruslah memiliki informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain mengenai, misal: rute perjalanan, fakta terbaru mengenai tempat wisata, hingga akomodasi yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (161, 722, 1106) , berikut ini adalah beberapa pengertian yang berkaitan dengan fungsi dari buku travel guide sebagai buku petunjuk dalam kegiatan berpariwisata.
35
Buku : Lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Buku pedoman : (pegangan) buku yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu. Buku petunjuk : Buku yang berisi keterangan dan petunjuk praktis untuk melaksanakan(melakukan, menjalankan) sesuatu. Jika dikaitkan dengan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa buku travel guide memiliki pengertian sebuah buku yang bisa dijadikan pedoman serta petunjuk dalam melakukan kegiatan pariwisata, ditinjau dari segi fungsi penggunanya.
2.7.2
Sejarah Buku Travel Guide di Dunia Bentuk awal pariwisata diperkirakan ada sejak jaman prasejarah, Manusia berkumpuldan bersama sama melakukan kegiatan perjalanan untuk melakukan perburuan dan saling melindungi. Kita semua tahu bahwa dalam sejarah bangsa Cina sudah dibangun jalan untuk keperluan perniagaan dan perjalanan, peninggalan peradaban pariwisata juga terdapat pada tempat-tempat lainnya di Mesir, India, Mesopotamia. Menurut Kohdyat (1996:14) kegiatan pariwisata terjadi pada jaman romawi kuno, sekitar 2000 SM hingga 5 SM, dengan wilayah kekuasaan yang luas bangsa romawi secara otomatis membutuhkan jaringan prasarana lalu lintas, sarana akomodasi dan berbagai fasilitas lainnya, hal ini untuk kepentingan administrasi dan dinas ke wilayah-wilayah yang di jajah. Pariwisata tahap awal mulai berkembang pesat saat romawi kuno, pada jaman tersebut diduga awal dari adanya perniagaan di bidang pariwisata. hal ini ditandai dengan munculnya tempat-tempat tinggal yang disewakan untuk keperluan rekreasi (villa). (Rilley, 1991:1-2). Pola pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan fasilitas wisata jaman romawi dianut hingga abad 20 ini, banyak hotel dibangun di sekitar pelabuhan untuk mempermudah kegiatan transit wisatawan.
36
Bentuk awal buku travel guide berupa catatan perjalanan prajurit pada masa pemerintahan Raja Herodotus dalam bahasa Yunani kuno, Orang ROma menambahkan lebih banyak cerita perjalanan mereka ketka jenderal mereka menaklukkan sebagian besar dunia dikenal. Lalu orang Kristen
mengambil
perhatian
untuk
menggambarkan
rute
agar
peziarah atas cara mereka untuk Yerusalem ini bisa jadi merupakan cikal bakal pemetaan pada buku travel guide. ("History of Travel Guide" by Roadjunky, 30 Januari 2008) Perkembangan pesat pada dunia pariwisata berada pada masa penting di jaman revolusi industri di Inggris. Ditemukannya mesin uap dan kereta api memicu perkembangan pariwisata di dunia. Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I terjadi ledakan pariwisata yang luar biasa. Orang-orang mulai gemar melakukan kegiatan rekreasi dan muncul keberadaan pemandu dalam dunia pariwisata. Abad 18, manusia mulai menyusun sebuah buku sebagai panduan dalam perniagaan dan keperluan pariwisata. Grup rekreasi pertama dilakukan pada kereta api pada tahun 1841. Pelopor dari grup rekreasi tersebut adalah Thomas Cook, Thomas cook kemudian dikenang sebagai bapak pariwisata modern dunia. Atas jasanya mengatur sebuah kegiatan tur pada kereta api. Thomas Cook adalah seorang sekertaris yang bekerja pada The Leichster Temperance Society di Inggris. Dia mulai mengatur perjalanan dengan menyewa kereta api untuk keperluan perjalanan bisnis bersama para koleganya. Biasanya pada masa tersebut pembicaraan bisnis berlangsung pada saat tengah perjalanan, diatas kereta api. Berangkat dari kebiasaan mengatur perjalanan bisnis itula Cook memulai memperluas pandangannya dan melihat adanya peluang besar dalam dunia pariwisata. Hingga akhirnya dilakukan manajemen pariwisata keluar Eropa. Tujuan utama saat itu yang pertama kali dibuka adalah perjalanan ke Mesir melalui jalan kereta api dan kapal layar (Rilley, 1991:2-3). Mengikuti jejak Cook, Thomas Bennet pekerja di konsulat Inggris, bertekad terjun di bisnis kepariwisataan pada tahun 1850, ditandai dengan
37
dibukanya perusahaan penerbitan pertama yang bergererak di dunia pariwisata "Eugene Fodor and Temple Fielding", fungsi
penerbit
kala
itu digunakan untuk menerbitkan buku-buku panduan pariwisata yang akhirnya dikenal sebagai guidebook. Tahun 1888 kegiatan penerbitan buku travel guide berkembang pesat dan perlahan-lahan menjadikan pariwisata sebagai lapangan bisnis baru yang menjanjikan (Rilley, 1991:3).
2.7.3
Sejarah Buku Travel guide Di Indonesia Pariwisata di Indonesia tumbuh sejak jaman kerajaan Indonesia beberapa bukti dari buku-buku sejarah serta peninggalanya bisa dilihat di masa sekarang. Pada abad 5M, Raja Tarumanegara membuat kanal untuk keperluan pengairan transportasi dan rekreasi. Peninggalan-peninggalan serupa juga tersebar di seluruh Indonesia contoh paling dekat di Jawa Timur adalah Kolam Segaran di Trowulan Mojokerto, yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit, untuk keperluan rekreasi dan persediaan air di musim kemarau. Pariwisata di jaman kerajaan Indonesia sering kali digunakan oleh kalangan terbatas seperti raja, bangsawan serta orang kaya saja. Perkembangan pariwisata Indonesia berikutnya masuk pada jaman Hindia Belanda, meski kunjungan wisata bersifat terbatas untuk kalangan Belanda dan Indonesia serta orang- orang kaya, hal ini dikarenakan Belanda takut jika keindahan dan kekayaan alam Indonesia terekspose ke negara Eropa lain akan menyebabkan Indonesia sebagai daerah kolonial akan direbut. Apalagi sejak kedatangan Sir Thomas Stanford Raffles tahun 1811 hingga 1816 yang bahkan mampu merebut sebagian Jawa dan Bengkulu, membuat Belanda semakin meperketat dan mengawasi ruang gerak pendatang non-Belanda. Buku Travel Guide di Indonesia muncul pada tahun 1897 disusun oleh seorang wanita kebangsaan Amerika, yang bernama Eliza Ruhamah Scidmore, buku pariwisata itu berjudul Java, The Garden of East. Dalam buku itu ia mengisahkan kunjungan dan pengalaman sewaktu melakukan kegiatan perjalanan di Jawa, Madura dan Bali. Dalam buku travel guide itu
38
sendiri
disinggung
adanya
sebuah
buku
travel
guide
terbitan
Belanda, ditulis Dr. J.F Van Bemmelen dan Kolonel J.B Hoover yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Rev. B.J Berrington. Dari bukti-bukti diatas paling tidak kita sudah tahu bahwa ketika abad-19 kegiatan pariwisata mulai berkembang dan memunculkan sebuah buku panduan dan petunjuk pariwisata di Indonesia. Perkembangan pariwisata berikutnya di tahun 1910, Gubernur Jendral A.W.F. Idenburg membentuk suatu organisasi wisata di masa pemerintahan Hindia Belanda bernama Vereenigingvoor Toeristen Verkeer (VTV), organisasi tersebut berubah menjadi suatu badan resmi pemerintah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan pariwisata di Hindia Belanda, badan ini juga berfungsi sebagi biro perjalanan resmi. Selain menyelenggarakan kegiatan tour VTV juga menerbitkan bukubuku panduan wisata (travel guidebook) bahasa Inggris tentang Jawa, Bali, Lombok, sebagian Sumatera, Toraja, Banten dsb (Kohdyat, 1996:46-47).
2.7.4
Pariwisata Modern dan Perkembangan Buku Travel Guide Kegiatan
pariwisata era modern di Indonesia
perkembangan yang luar
mengalami
biasa di era tahun 1955. Tahun 1955 bisa
jadi merupakan tonggak sejarah pariwisata Indonesia untuk dikenal di dunia Internasional. Tanggal 18-24 April, Bandung menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Asia Afrika (KAA), hal ini berpengaruh positif bagi kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Pada tahun yang sama pula dibentuk direktorat pariwisata oleh kementrian perhubungan, serta didirikan suatu lembaga baik komersil dan
non
komersil
dalam
peningkatan dan pengembangan dunia pariwisata di Indonesia (Kohdyat, 1996:56). Perkembangan pariwisata juga terjadi pasang surut seiring dengan tingkat stabilitas dan leamanan negara di masa-masa G-30S PKI, hingga bom Bali 1 dan 2. Berbagai cara ditempuh oleh pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan dunia Internasional, hingga akhirnya ajang Visit Indonesia 2008 diharaapkan mampu untuk memperbaiki citra
39
kepariwisataan
dan
stabilitas
keamanan
bangsa
di
mata
dunia
Internasional. Dalam kaitannya dengan pariwisata modern perkembangan buku travel guide lokal masih kalah dibanding dengan luar negeri. perkembangan buku travel guide sekarang di dominasi oleh penerbitpenerbit luar negeri seperti Lonely Planet, Footprint, DK Publishing, Traveller. Sangat sulit untuk mencari sebuah buku travel guide pariwisata Indonesia dari penerbit lokal, hal ini sangat bertolak belakang dengan menjamurnya majalah lifestyle, pariwisata seperti majalah jalan-jalan, majalah tamasya. Seakan-akan keberadaan buku travel guide yang berkualitas sulit untuk di dapat.
2.7.5
Tinjauan Kondisi Buku Travel Guide di Indonesia Kondisi buku travel guide di Indonesia saat ini bisa dibilang kurang baik apalagi jika dibandingkan dengan terbitan luar negeri. Hal ini bisa diketahui dengan melakukan survey pengamatan di toko-toko buku, serta dinas pariwisata. Media yang dipakai dalam keperluan promosi daerah wisata lokal biasanya lebih memanfaatkan majalah, booklet, peta, serta
buku-buku terbitan lokal. Dalam pengamatan tersebut penerbit lokal Indonesia cemderung
memanfaatkan begitu lengkap karena keterbatasan materi artikel dan halaman. Beberapa buku travel guide milik penerbit lokal yang dijumpai justru tampil tidak menarik serta foto-foto yang disajikan kurang mendukung untuk mempersuasif pembaca agar melihat objek wisata. Berbeda halnya dengan penerbitan milik Interanasioanl seperti Lonely Planet, buku-buku sejenis tampil dengan tatanan layout yang menarik, konetn isi lengkap dan sesuai dengan target audience,
serta
selalu
di
update setiap periode tertentu.
2.7.6
Potensi Buku Travel Guide di Indonesia Kekosongan pemanfaatan media buku untuk travel guide seharusnya tidak terjadi apabila penerbit lokal jeli dalam menyusun materi
40
dan artikel yang pas dan menarik. Perlu adanya koordinasi antara elemn masyarakat, pemerintah serta biro-biro perjalanan agar bisa menyusun sebuah buku panduan wisata yang lengkap dan tepat sasaran. Menurut Drs. Bambang Irianto (Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumenep) Potensi buku travel guide sendiri sangatlah penting terutama di saat perhelatan khusus seperti "Visit Indonesia 2012" ini, serta di masa yang akan datang, terutama untuk memperkenalkan daerah objek wisata di daerah-daerah yang
masih memiliki keindahan alam yang masih alami. Keberadaan
Dinas Pariwisata adalah menerapkan putusan-putusan dari pusat terhadap obyek-obyek wisata di daerah untuk tujuan rehabilitasi dan perbaikan sarana transportasi dan enviroment lainnya. (wawancara personal, 5 November 2012). Potensi buku travel guide book berperan penting dalam memperkenalkan sebuah obyek wisata dan memberikan informasi yang mudah dimengerti oleh para wisatawan baik luar dan dalam negeri. Oleh karenanya diperlukan sebuah perancangan buku travel guide pariwisata dalam dua bahasa mampu mengakomodir kedua kebutuhan sekaligus menjadi satu paket yang lengkap dan mudah dibawa.
2.8
Tinjauan Kabupaten Sumenep Secara Topografi dan Geografi Secara geografis Kabupaten Sumenep memiliki Luas Wilayah 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan, tegalan, semak belukar, ladang seluas 1.130,190914
km²,
kolam, pertambakan, air payau, danau, waduk, rawa seluas 59,07 km² , dan lain-lainnya seluas 63,413086 km². Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas + 50.000 km². Secara administratif Kabupaten Sumenep berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan yang merupakan Kabupaten-Kabupaten yang berada di pulau madura
41
2.8.1
Peta Lokasi Kabupaten Sumenep
Gambar 2.2. Peta Lokasi Kabupaten Sumenep Sumber : Google Earth, diakses 20 November 2012
2.8.2
Tinjauan Aspek Historis Kabupaten Sumenep Sumenep terletak di ujung timur Pulau Madura, provinsi Jawa Timur. Sebelum tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sumenep diperintah oleh Adipati (Rato atau Raja dalam konteks masyarakat lokal Madura) dibawah pengaruh kerajaan kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa. Adipati pertama di Sumenep adalah Arya Wiraraja, beliau memerintah pada tahun 1269 diangkat oleh Prabu Kertanegara Raja Singhasari. Dalam kurun waktu penjajahan Hindia Belanda dan Inggris posisi kepala pemerintahan di Sumenep selalu berubah-ruabah, mulai dari Kerajaan, Kepangerananan Hingga Kesultanan. Pemerintahan kerajaan di Sumenep berakhir secara resmi pada tahun 1883 dengan diangkatnyaPangeran Pakunataningrat bergelar Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat sebagai Bupati Sumenep akibat dampak
dihapuskannya
sistem
keswaprajaan
di
Sumenep
oleh
42
pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu pula, wilayah kabupaten Sumenep dibawah pemerintahan langsung Nederland Indische Regening, sehingga Sumenep lebih dikenal dengan sebutan regent. Namun Perlu diketahui, dari tahun 1883 - 1929 para Bupati yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda tetap dari keturunan bangsawan dalem Keraton Sumenep. Kabupaten Sumenep memiliki sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata serta memiliki kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya
sebuah
perencanaan
pemasaran,
pengembangan destinasi pariwisata dan pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya yang tertera pada Buku Peraturan Daerah Kab. Sumenep No:06 Thn 2007 Ttg Perubahan Atas Peraturan Daerah Kab.Sumenep Nomor:07 Thn 2006 Ttg Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumenep Thn 2006-2010. Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur, mangatakan bahwa Sumenep merupakan salah satu daerah wisata terlengkap di Jawa Timur. Potensi pariwisata
ini bukan hanya wisata alam, namun juga wisata budaya,
wisata sejarah serta wisata religi.
2.8.3
Arti Lambang Kabupaten Sumenep Bentuk Lambang : Berbentuk Perisai dengan mempunyai 5 (lima) sudut. Makna Perisai melambangakan senantiasa kesiapsediaan dan keberanian masyarakat dan daerah tingkat II Sumenep untuk mempertahankan diri dari setiap gangguan
kedzoliman
serta
mempertahankan
keunggulan
dan
kemakmuran daerah. Makna dan Kemakmuran daerah : Makna dari 5 (lima) sudut perisai melambangkan dasar yang akan ditaati dan akan dipertahankan oleh masyarakat daerah tingkat II Sumenep, ialah falsafah dasar Negara Kita Pancasila. Karena itu maka sudut 5 (lima) yang melingkari dan merupakan bentuk dari perisai tersebut.
43
Versiering isi perisai : Terdapat gambar kuda bersayap yang berwarna kuning emas, diambil dari lambang kepahlawanan terkenal di daerah tingkat II Sumenep yang ada hubungannya dengan cerita kuno yaitu kuda Skati dari Pahlawan Putra Sumenep Djoko Tole (Aria Panole) dengan lukisan kuda itu melambangkan jiwa keberanian dan patriotisme mesyarakat daerah Tingkat II Sumenep, dan sayap dari kuda itu melambangkan jiwa penuh dinamika. Sedang warna kuning melambangkan dasar mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa yang menyoroti setiap gerak dan usaha Daerah Tingkat II Sumenep. Selaras pula dengan dasar pertama dari Pancasila. Selain gambar lukisan kuda bersayap berwarna kuning emas tersebut, ditetapkan pula adanya pita yang berisikan tulisan Sumekar (nama sebelum Sumenep). Makna dari kata Sumekar itu ialah senantiasa berkembang (mekar) yang
sesuai sekali dengan perkembangan revolusi nasional kita yang
terus berkembang "in the rising deman" mencapai terwujudnya cita-cita Pancasila amanat penderitaan rakyat yang terkenal dengan sosialisme Indonesia. • Sikap dan bentuk Kuda : Ditetapkan dalam keadaan beraksi menentang, kepalanya sedikit tunduk menoleh ke kiri (gigih, bahasa Madura "nyoronteng"). Sayap kuda berdiri tegak sesuai dengan keadaan kuda yang siap sedia mengemban amanat Penderitaan Rakyat Daerah Tingkat II Sumenep. Bulu ekor kuda keriting 8, mengingatkan kita pada tahun 1945 dan keritingan dari bulubulu itu kita harus bersatu. • Pita di dalam : Pita dalam perisai ditetapkan berwarna dasar putih dan tulisan dengan warna dasar berwarna merah, melambangkan sang merah putih bendera kita Negara Republik Indonesia.
44
• Dasar Hijau dari : Warna hijau ialah berarti yang akan datang (harapan) terhadap cita-cita yang diperjuangkan. • Warna Hitam : Sebagai batas tertentu yang melingkari perisai dengan arti dari lingkaran
termaksud
menyatukan
cita-cita
(http://www.sumenep.go.id/ diakses 2 maret 2013).
Gambar 2.3. Lambang Kabupaten Sumenep Sumber: www.sumenep.go.id, diakses 20 Februari 2013
2.8.3
Tinjauan Kehidupan Masyarakat Kabupaten Sumenep Dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan berbagai narasumber baik secara personal atu telepon, diketahui bahwa kehidupan masyarakat di Kabupaten Sumenep sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan selain itu banyak juga masyarakat Sumenep yang menjadi TKI diluar negeri. Untuk petani sendiri kebanyakan petani di madura menanam tembakau, jagung, ataupun singkong selain petani sawah ada pula petani garam yaitu yang sangat terkenal produksi hasil garamnya sampai ke penjuru negeri. Petani garam sampai saat ini masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan tambak sebagai tempat pembuatan kristal-kristal garam secara manual, baru setelah itu garam dikirim ke berbagai perusahaan garam ataupun perusahaan bahan makanan untuk diolah lebih lanjut. Sedangkan nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Sumenep mempunyai pola kerja dalam mencari ikan yang bervariasi, ada yang
45
mencari ikan atau melaut hanya satu hari, satu minggu dan satu bulan. Namun para nelayan yang melaut kebanyakan satu minggu. Para nelayan umumnya turun kelaut sekitar jam 6 pagi. Nelayan di dalam memasarkan ikannya tidak menggunakan perantara tengkulak, mereka kebanyakan langsung menjual sendiri ke gudang yang telah lama menjadi mitra kerja para nelayan. Gudang yang menampung ikan hasil tangkapan para nelayan Pangerungan Besar juga bermitra dengan PT. Larosso dan PT. Mitra Jaya yang ada di Surabaya dan Banyuwangi. Kedua PT. ini nanti yang mengekspor ikan tersebut ke Thailand dan Singapura. Gudang yang ada di Pangerungan Besar mengirim ikan ke pada dua PT mitranya rata-rata 2 sampai 2,5 ton/ satu kali kirim atau berlayar.Modal merupakan salah satu hal penting di dalam melakukan aktifitas usaha.
Gambar 2.4. Ladang Garam Salah Satu Mata Pencaharian Masyarakat Sumenep Sumber: Ahmad Fitroni 2012.
46
2.8.4
Potensi Wisata dan Kunjungan Wisatawan Dalam Beberapa Tahun Terakhir Kabupaten Sumenep berada di ujung paling Timur Pulau Madura yang dapat ditempuh dari pelabuhan Janjung Perak, Surabaya. Dari pelabuhan Kamal, Madura Anda dapat melanjutkan perja lanan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau travel yangbanyak ditawarkan disana. Perjalanan ke Kabupaten Sumenep memakan waktu sekitar 4 jam. Pulau Madura yang dikelilingi laut, menghadirkan keindahan pantai yang menakjubkan. Pantai Lombang, di Desa Lombang Kecamatan Batangbatang 30 km sebelah timur Sumenep, berombak tenang dan jernih airnya. Hamparan pasir putihnya terasa bersih dan lembut di kaki, cocok sebagai tempat berjemur dan menikmati panorama terbit dan terbenamnya matahari. Menggunakan pasir sebagai kasur tidur adalah kebiasaan turun temurun penduduk sekitar. Disekeliling pantai sepanjang 12 km ini, berjajar tanaman cemara udang membentuk pohon cemara udang raksasa. Cemara udang yang khas di pantai ini, budidaya nya adalah yang terbesar untuk seluruh Indonesia, bahkan di dunia. Kabupaten Sumenep yang terdiri dari 126 buah pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni, 104 buah pulau bernama dan 22 buah pulau tanpa nama. Terbagi menjadi beberapa jenis pariwisata yaitu : pariwisata alam, pariwisata budaya, dan pariwisata agama (religi ). •
Wisata alam, yang terdiri dari Taman Pemandian (TSI) di Desa Torbang Kecamatan Batuan, Taman Pemandian Srikandi, Waduk Larangan Perreng, Gua Jeruk dan Sungainya, Pantai Slopeng, Kampung Kasur Pasir, Sumber Air Kirmata, Gunung Payudan, Gua Kandalia, Pantai Lombang, Pantai Dara Tua, Pegunungan Bluto, Penggalian Batu Bukit Panjalin;
•
Wisata budaya, yang terdiri dari Museum dan Keraton Sumenep, Klenteng Pau Sian Lin Kong, Asta Sayyid Yusuf, Asta Majapahit, Asta Ponjuk, Masjid Agung, Taman Adipura, Kompleks Asta Katandur dan Paddusan, Seni Tayyub, Asta Panaongan, Seni
47
Topeng, Seni Macopat, Asta Juruan “Raden Patah”, Saronen, Upacara Petik Laut, Karapan Sapi. •
Wisata minat khusus, yang terdiri dari Pembuatan Garam, Batik Tulis Madura, Kerajinan Keris, Kerajinan Ukir Kayu, Ayam Bekisar, Pengusaha Kerupuk, Pengusaha Genting, Pengusaha Keripik Singkong, Pengusaha Petis dan Terasi.
Gambar 2.5 Wisata Alam Pantai Lombang Sumber : Ahmad Fitroni, 2012
48
Gambar 2.6 Wisata Religi Asta Tinggi Sumber : Ahmad Fitroni 2012
Jumlah kunjungan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumenep tiap tahunnya rata-rata 500 orang. Jumlah ini sangatlah minim bila dibandingkan dengan Kabupaten-kabupaten lain di propinsi Jawa Timur.
Penyebab minimnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sumenep, dimana adalah terbatasnya sarana transportasi umum dan lamanya waktu perjalanan untuk menjangkau Kabupaten Sumenep. Selain itu berdasar penelitian awal mengenai fenomena minimnya jumlah wisatawan luar Pulau Madura, penulis menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada 30 responden di Surabaya. Hasil kuisioner ini membuktikan bahwa penyebab minimnya jumlah kunjungan tidak hanya disebabkan oleh akses transportasi, tetapi juga karena minimnya tingkat pengetahuan masyarakat di luar Pulau Madura akan objek-objek wisata di Sumenep.
49
Gambar 2.7 Data Wisatawan Kabupaten Sumenep 2008 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabuaten Sumenep, 2012
2.9
Studi Eksisting
2.9.1
Studi Eksisting Pesaing Studi eksisting pesaing ini digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi peluang yang mungkin dapat membedakan Travel Guidebook ini dengan Travel Guidebook yang telah ada. Dengan mempelajari data pesaing yang telah dianalisa sedemikian rupa dari studi eksisting pesaing ini maka akan dapat dirumuskan sebuah formulasi untuk membuat perancangan Travel Guidebook ini menjadi lebih baik dan menarik dan lebih informatif karena telah memanfaatkan kelemahan dari pesaing yang ada, dan membuatnya sebagai sebuah kelebihan.
2.9.2 Studi Komparator Kompetitor yang dapat ditemui saat ini adalah Travel Guidebook yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang berjudul "Keindahan Wisata Sumenep", hampir sama dengan Travel Guidebook pada umumnya dalam buku ini berisi tentang informasi tempat wisata dan informasi kebutuhan lain yang ditawarkan oleh Kabupaten Sumenep. Serta tidak lupa dengan detail informasi lokasi penginapan dan pusat oleh-oleh di dalamnya sehingga para pembaca tidak kesulitan untuk mencari tempat-tempat yang ingin dituju saat berada di Kabupaten Sumenep.
50
Buku ini memiliki 25 halaman dan mempunyai ukuran 24x15 Cm dengan lipatan seperti buku pada umumnya dengan menggunakan kertas jenis Art Paper, Travel Guidebook Sumenep ini dicetak pada tahun 2012 dan didistribusikan melalui pameran-pameran yang diikuti oleh Departemen Budaya dan Pariwisata Daerah Kabupaten Sumenep dan dalam acara-acara yang diadakan Pemerintah Kabupaten Sumenep. Dalam buku ini dicantumkan 25 objek wisata yang terbagi menjadi tiga jenis wisata: wisata alam, wisata minat khusus dan wisata religi serta ada juga peta atau denah lokasi wisata yang ada di halaman paling belakang buku ini.
Gambar 2.8 Travel Guidebook Kabupaten Sumenep Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabuaten Sumenep, 2012
Kelebihan : 1. Buku ini memiliki ukuran yang cenderung kecil sehingga mudah dibawa kemana saja saat berwisata. 2. Bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti untuk wisatawan lokal dan asing karena memakai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di dalam penjelasan lokasi wisatanya. 3. Adanya foto lokasi wisata membuat pembaca tahu akan visual lokasi wisata yang ingin dituju.
51
4. Adanya peta Lokasi wisata membuat pembaca bisa mengetahui lokasi wisata yang akan dituju serta bisa memperkirakan jarak yang akan ditempuh. Kelemahan : 1. Bahan kertas dan penjilidan yang mudah rusak karena buku ini nantinya akan dibawa para pembaca saat berwisata ke tempat-tempat yang dituju. 2. Layout yang terlalu mencampurkan banyak warna di dalamnya tampak tidak adanya kesatuan dalam desain buku ini. 3. Foto yang digunakan mempunyai resolusi yang sangat kecil dan dengan angle pengambilan yang kurang pas sehingga tampak tidak menarik dan foto terlihat pecah. 4. Peta
yang
hanya
memakai
Bahasa
Inggris
membuat
tidak
komunikatifnya peta terhadap wisatawan lokal yang tidak bisa berbahasa Inggris. 5. Kultur budaya yang tidak diperkenalkan sebagai bentuk pengenalan budaya lokal kepada para wisatawan,. 6. Informasi yang diberikan kurang lengkap.
2.9.3 Studi Kompetitor Studi kompetitor "Lonely Planet Bali & Lombok" adalah sebuah Travel Guidebook yang menginformasikan potensi wisata wilayah Bali dan Lombok Indonesia, Lonely Planet adalah sebuah buku berseri yang menerbitkan berbagai macam Travel Guidebook dari tiap-tiap negara dan juga tiap-tiap kota diseluruh dunia. Buku berbahasa Inggris ini diterbitkan oleh Ryan ver Berkmoes yaitu seorang penulis sekaligus penggemar wisata. Kota tau negara yang diterbitkan oleh Lonely Planet adalah kota atau negara pilihan yang mempunyai potensi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi oleh penggemar travelling maupun wisatawan. Kelebihan : 1.
Buku ini memakai kertas sejenis art paper dan dengan penjlidan hard cover sehingga buku ini tahan lama saat dibawa travelling mauoun disimpan dalam rak buku.
52
2.
Informasi yang ditampilkan sangat detail dan dengan penjelasan yang sangat detail pula.
3.
Layout yang digunakan sangat simpel jadi mudah dibaca dan terlihat menarik.
4.
Warna yang digunakan tidak terlalu mencolok sangat mudah untuk pembaca yang membaca saat berwisata.
5.
Foto yang digunakan sangat bagus dan terlihat menarik karena foto sangat penting untuk para calon wisatawan membayangkan atau mengetahui lokasi wisata yang akan dituju. Kekurangan :
1.
Bahasa yang digunakan hanya bahasa Inggris jadi sulit untuk diartikan bagi para wisatawan yang tidak bisa berbahasa Inggris.
2.
Harga yang terbilang mahal karena tempat-tempat yang di terbitkan dalam bukunya adalah tempat yang mempunyai segmen menengah keatas.
Gambar 2.9 Lonely Planet Bali dan Lombok Sumber: www.amazon.com, diakses 15 Desember 2012
53
2.9.4
Segmentasi Menurut Kotler (2003 ): “Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs” Dengan kata lain segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Selanjutnya Kotler, dkk (2003) menyatakan bahwa segmentasi adalah melihat
pasar
secara
kreatif,
segmentasi
merupakan
seni
mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar. Pada saat yang sama segmentasi merupakan ilmu (science) untuk memandang pasar berdasarkan variabel geografis, demografis, psikografis dan perilaku. Berdasarkan
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
segmentasi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan karena beberapa alasan; pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber
daya.
Dengan
membagi
pasar
menjadi segmen-segmen akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu segmentasi memungkin perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan. Kedua,
segmentasi
merupakan
dasar
untuk
menentukan
komponen-komponen strategi. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan positioning. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
54
Tingkatan Segmentasi Pasar Menurut Thompson (2000) segmentasi pasar dimulai dari mengidentifikasi mass market (pemasaran massal). Mass market ini terlalu beragam dan sulit untuk menetapkan target market dengan program pemasaran tunggal, dengan demikian pasar tersebut perlu disegmen menjadi kelompok-kelompok yang homogen. Starting point dari segmentasi adalah mass marketing. Didalam mass marketing program pemasaran dilakukan secara massal seperti distribusi massal, promosi massal dan lainnya atau dengan kata lain satu produk untuk semua. Akan tetapi mass marketing tidak selalu sukses dalam melayani pasarnya karena satu program pemasaran tidak bisa melayani pasar yang heterogen sehingga pelu dilakukan segmentasi, niche marketing (relung pasar) dan pasar individu (Kotler, 2003). Segmentasi pasar terdiri dari usaha untuk mengidentifikasi sebuah kelompok menjadi sebuah kelompok yang memiliki kesamaan. Segmentasi merupakan cara tengah
antara
mass marketing dengan
individu. Dalam segmentasi pasar orang yang berada dalam satu segmen diasumsikan benar-benar memiliki persamaan, padahal tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki persamaan dalam suatu hal (Kotler, 2003). Namun
demikian
segmentasi
pasar
memiliki
beberapa
keuntungan dibandingkan mass market antara lain perusahaan dapat menciptakan produk dan layanan yang cocok atau sesuai dengan target market. Perusahaan juga akan lebih mudah dalam menetapkan canel distribusi dan dalam menetapkan komunikasi pemasaran. Pada niche marketing lebih fokus terhadap ceruk-ceruk pasar yang
belum
dilayani
dengan
baik.
Hal
ini
dilakukan
dengan
mengidentifikasi segmen yang sudah ada menjadi sub segmen yang lebih kecil. Dengan adanya nice market perusahaan dapat memahami konsumen dengan baik. Ciri yang menarik dari niche market adalah konsumen pada niche market mempunyai kebutuhan yang kuat, konsumen ini mau membayar dengan harga yang premium kepada perusahaan yang dapat
55
memuaskan
mereka
dengan
baik.
Nice
market
memiliki
pertumbuhan yang potensial dan profitable sehingga perusahaan dapat melayani segmen ini. Sementara itu pada pasar individu merupakan bagian terakhir dalam segmen, setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Pasar individu dikenal juga dengan customized marketing atau one to one marketing dimana konsumen dilayani secara individu. Perusahaan dapat melayani pasar individu secara customize sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen seperti yang mereka harapkan. Pola Segmentasi Pasar: Menurut Kotler (2003) terdapat tiga pola segmentasi pasar. Pola ini digunakan untuk mengidentifikasai preferensi segmen. Pola tersebut adalah: •
Homogeneus preference (preferensi homogen) Homogeneus preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang sama terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
•
Diffused preference (preferensi yang menyebar) Diffused preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang beragam terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
•
Clustered preference (preferensi yang mengelompok) Clustered preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang berkelompokkelompok. Dimana konsumen yang berada dalam satu kelompok memiliki kesamaan preferensi.
2.9.5
Menentukan Dasar Segmentasi Dalam menentukan dasar segmentasi yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi yang paling relevan. Sebagaimana diketahui konsumen berbeda dalam banyak hal dan masing-masing berpotensi membentuk segmen, namun kenyataan tidak semua variabel ini akan
56
bermanfaat untuk semua situasi. Dengan demikian perlu kehati-hatian dalam memilih variabel segmentasi agar sesuai dengan perusahaan. Selanjutnya Kotler, Kartajaya, Huan dan Liu (2003) menyatakan bahwa agar strategi segmentasi tersebut tepat perusahaan harus pertama, memandang pasar dari sudut yang unik dan dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing. Kedua metode segmentasi yang digunakan harus sejauh mungkin mencerminkan perilaku pembelian atau penggunaan serta menentukan alasan pelanggan untuk membeli. Karena alasan inilah dynamic atribut segmentation lebih unggul dibandingkan static atribut segmentation, sebab atribut ini lebih mengarah kepada perilaku pembelian, metode ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi perumusan strategi pemasaran yang cocok untuk mempengaruhi perilaku konsumen tersebut. Segmentasi geografis dan demografis lebih mudah dilakukan, karena data yang akurat dan tepat sudah tersedia. Namun metode ini tidak memberikan gambaran yang yang jelas tentang bagaimana konsumen memilih dan membeli suatu produk.
Sehingga
akan
sulit
untuk
membangun strategi yang lengkap yang menyertakan perumusan positioning, marketing mix, penjualan, pelayanan, proses dan membangun brand dengan keakuratan yang baik.
2.9.6 Definsisi Consumer Insight Dalam pengertian dasarnya, “insight” adalah “a clear, deep, and sometimes
sudden understanding of a complicated problem or
situation, or the ability to have
such
an
understanding”.
Yang
menarik dari definisi ini adalah perpaduan dari 3 unsur, yaitu (sumber: Consumer Insight via Ethnography, Amalia E. Maulana, Esensi 2009): (1) unsur deep: atau kedalaman pemahaman materi; (2) unsur complex: yaitu mencakup kompleksitas dari masalah yang dibahas; dan (3) unsur sudden: dari segi waktu, yaitu sesuatu yang dimengerti secara tiba-tiba. Pengertian
“insight” dalam konteks psikologi adalah mencari tahu
57
secara mendalam mengenai latar
belakang
dan
faktor-faktor
yang
mendorong perbuatan, pemikiran, dan perilaku seseorang. Dari definisi-definisi diatas, maka formulasi definisi dari consumer insight kurang lebih akan menjadi: “Proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistic, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya”. Sampai dengan titik definisi ini, mulai terbayang deviasi yang muncul mengenai
penerapan proses consumer insight ini dalam
kegiatan marketing pada umumnya. Beberapa kesalahan yang sering ditemukan dalam kaitannya dengan hal ini diantaranya adalah: a) Consumer Insight digunakan untuk menguji hasil kreativitas pengembang produk dan/atau layanan, tanpa upaya untuk menyesuaikan hasil karya dimaksud agar lebih mendekati kebutuhan konsumen. Consumer Insight dalam hal ini hanya digunakan untuk menyusun strategi pemasaran dan komunikasi iklan atas produk dan/atau layanan yang telah dikembangkan. b) Consumer Insight digunakan untuk mendapatkan data statistik existing konsumen dalam rangka mengenali segmen konsumen pengguna produk dan/atau layanan yang telah dipasarkan untuk kemudian dengan upaya pemasaran yang keras akan mencoba “mengulang kesuksesan” akuisisi dengan mencari profil konsumen sejenis di pasar.
58
BAB III METODE PERANCANGAN
3.1
Definisi Judul dan Sub Judul
3.1.1
Definisi Judul Dalam perancangan ini judul yang diangkat adalah “The Epic journey Of Sumenep”, sebuah travel guidebook dari Kabupaten Sumenep adalah media yang nantinya dapat dijadikan sebuah penjelasan dan pemberian informasi yang lebih jelas dan deskribtif tentang lokasi wisata di Kabupaten Sumenep untuk para calon wisatawan yang ingin atau sudah berkunjung di Kabupaten Sumenep. Media yang digunakan dalam perancangan ini adalah guidebook atau buku panduan, karena buku merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk dibawa kemana saja, sehingga travel guide menggunakan media buku dirasa cukup efektif sebagai sarana informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain mengenai, misal: rute perjalanan, fakta terbaru mengenai tempat wisata, hingga akomodasi yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya.. Diharapkan dengan adanya travel guidebook ini dapat menjadi media alternatif yang baik untuk pengenalan dan pemberian informasi terhadap pariwisata Kabupaten Sumenep (Irianto, wawancara 5 november 2012).
3.1.2
Definisi Travel Guidebook Travel Guidebook adalah sebuah buku yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai beberapa hal yang spesifik. Travel Guidebook memberikan gambaran suatu daerah yang ingin dikunjungi seseorang. Pada umumnya buku sudah dilengkapi dengan tempat-tempat menarik suatu daerah seperti tempat wisata, lokasi hotel, restoran, serta rute-rute kendaraan. Sebuah buku yang memberikan wawasan tentang budaya atau sejarah bukan dititikberatkan pada tulisan saja, namun perlu
59
dilengkapi dengan elemen pendukung visual berupa fotografi yang dapat menggambarkan cerita atau isi buku. Kekuatan besar fotografi adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberikan kesan sebagai “yang dapat dipercaya”. Dan buku
adalah
kegiatan
menulis
dan
menyimpan serta buku itu memiliki nilai yang istimewa dibandingkan media lain karena buku bersifat everlasting, tahan lama tidak termakan zaman Rustan (2008:10).
3.1.3
Definisi Kabupaten Sumenep Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati. Selain kabupaten, pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah kota. Jadi secara umum baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Untuk studi kasus dalam perancangan ini mengambil daerah Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura.
Kabupaten Sumenep Memiliki banyak potensi wisata yang menarik diantara lain wisata alam, wisata religi, wisata sejarah, serta keunikan masyarakatnya. Kabupaten Sumenep berada di ujung paling Timur Pulau Madura yang dapat ditempuh dari pelabuhan Tanjung Perak atau jembatan Suramadu, Surabaya. Dari jembatan Suramadu, Madura Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau travel yang banyak ditawarkan disana. Perjalanan ke Kabupaten Sumenep memakan waktu sekitar 4 jam. Pulau Madura yang dikelilingi laut, menghadirkan keindahan pantai yang menakjubkan selain itu juga Kabupaten Sumenep menyimpan banyak kisah sejarah kerajaan yang menarik serta sejarah kebudayaan Islam yang patut dikunjungi.
60
3.2.
Teknik Sampling
3.2.1
Target Audiens Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan Analisa
: untuk target audiens pembaca tidak dibatasi laki-
laki maupun perempuan saja, tetapi keduanya karena keduanya memiliki peluang untuk membeli dan membaca travel guidebook. Yang terpenting mereka sama-sama memiliki minat untuk membaca terutama saat mereka melakukan perjalanan wisata di Kabupaten Sumenep dan mendapatkan informasi yang jelas tentang tempat wisata serta kebutuhan perjalanan yang lain. Usia
: Antara 25-35 tahun
Analisa
: Untuk target audiens yang dituju adalah orang
dewasa yang tinggal di perkotaan yang menyukai perjalanan wisata dan pernah atau mengetahui tentang Kabupaten Sumenep. • Laki‐laki dan Perempuan Alasan : karakter alam Sumenep, yang sangat alami dan belum terjamah modernisasi menjadi cocok pada karakter laki‐laki dewasa, dan apabila perempuan adalah perempuan yang menyukai alam bebas. • Mahasiswa,Pegawai/Karyawan/Eksekutif Muda Alasan: karena memiliki pergaulan yang luas dan secara financial telah mandiri sehingga keputusan tidak bergantung pada orang lain misalnya orang tua. • Memiliki ketertarikan pada travelling dan olahraga air Alasan: dirasa cocok dengan apa yang ditawarkan oleh Sumenep, alam pesisir yang bercuaca hangat dan banyak bersentuhan dengan air terutama laut dan pantai. • Kelas Sosial Ekonomi B (0,7‐4 juta) Alasan: adalah orang‐orang dengan kecenderungan memiliki aspirasi untuk travelling keluar kota dengan menggunakan kendaraan pribadi, serta cenderung memiliki pergaulan yang luas dan merata.
61
3.2.2
Populasi Menurut Rakhmat (2002:78) populasi adalah anggota yang memiliki sifat‐sifat yang sama atau hamper sama. Populasi dalam penelitian adalah masyarakat Surabaya dengan batasan usia 25–35 tahun, berdomisi di Surabaya Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang, mayoritas laki‐laki dan memiliki kegemaran travelling keluar kota. Demografi Target Audiens •
Unisex
•
Usia 25-35 tahun
•
Pendidikan SMA - S1
•
Tinggal di Perkotaan (Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang)
•
SES menengah keatas
Psikografis Target Segment Penggemar traveling, pekerja keras, suka membaca buku, tertarik akan hal baru, semangat belajar tinggi.
Kepribadian target segment •
mulai
mencari
barang-barang
berkualitas
untuk
menjaga
penampilan dan mendukung kariernya •
mulai memasuki tahap manusia kemapanan
•
Sebagian mengalami puber kedua, dan sebagian mencari symbol symbol kekuasaan dan mulai mengkonsumsi barang-barang yang dapat dijadikan symbol kesuksesan
Karakter Target Segment Masa Dewasa Orang dewasa adalah orang yang memiliki kematangan baik dari segi fisik maupun segi pikiran dan mampu bertanggung jawab semua yang dilakukan. Freud (Bischof:1976), sesorang dikatakan dewasa apabila orang itu bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan
khususnya
kepada
pasangan
pernikahan.
Freud
juga
menjelaskan bahwa sesorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu 62
bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari. Orang dengan usia sekitar 25-35 tahun cenderung memiliki penghasilan pribadi dan memiliki banyak kesibukan pekerjaan sehingga membutuhkan penyegaran pikiran dengan cara berwisata.
Karakteristik •
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis.
•
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu.
•
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia.
•
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.
•
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
3.2.3 Sample Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk penarikan sampel adalah teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak menggunakan teori probabilitas, artinya tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2005:109). Populasi penduduk Surabaya berusia 25‐35 tahun berdasarkan sensus penduduk tahun 2008 (sumber: Biro Pusat Statistik Surabaya) adalah: 1.350.339 jiwa, dan persentase ketidak telitian yang digunakan adalah sebesar 5%. Hasil survei sepada 100 orang responden target audiens Perancangan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep : Jumlah responden
: 100 orang
63
Jenis kelamin -
Laki-laki
: 76 orang
-
Perempuan
: 24 orang
Jarak umur
: 25 – 35 tahun
-
25 tahun
: 33 orang
-
27 tahun
: 15 orang
-
32 tahun
: 42 orang
-
35 tahun
: 10 orang
•
100 dari 100 orang menjawab pernah berwisata
•
80 dari 100 orang menjawab mengetahui tentang pariwisata Kabupaten Sumenep
•
81 dari 100 orang menjawab lebih suka media buku sebagai panduan wisata
•
70 dari 100 orang setuju atas pembuatan travel guidebook Kabupaten Sumenep
•
52 dari 100 orang pernah membaca travel guidebook
•
32 dari 100 orang menyukai travel guidebook dengan ukuran kurang dari A4
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Data Primer Dalam data primer, jenis data ini meliputi wawancara terhadap Reynold Sumayku (Editor National Geographic Traveler Indonesia) tentang masalah traveling dan pihak pemerintah dengan Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto terkait di bidang pariwisata, kuisioner terhadap 100 orang tentang guidebook dan wisata Kabupaten Sumenep.
64
3.3.2
Data Skunder Data skunder meliputi data dari internet berupa artikel dan berita dari surat kabar via online, data berupa buku-buku literatur yang sudah ada.
3.3.3
Sumber Data Data berupa fenomena, kuisioner, literatur, artikel dan data internet yang
mencakup tentang travel guidebook dan Kabupaten Sumenep,
serta kajian-kajian yang mendukung judul dari perancangan. 1. Literatur dari buku, artikel maupun internet yang mencakup mengenai Travel Guidebook dan Kabupaten Sumenep, serta kajian teori yang mendukung judul perancangan. 2. Observasi dan Kuisioner adalah sumber data yang bersifat mencari data dari konsumen baik mengenai presepsi, respon, mereka terhadap travel guidebook dan Kabupaten Sumenep. 3. Proses Penggalian Data •
Fenomena didapatkan berdasarkan artikel-artikel Koran yang membicarakan topik mengenai Kabupaten Sumenep.
•
Fenomena diperjelas dengan melakukan kuisioner kepada target audiens, sehingga berdasarkan data yang didapat dan pandangan target segmen ditemukan identifikasi dari fenomena yang muncul.
3.4
Metode Perancangan Proses penelitian ini menggunakan beberapa metode-metode perancangan, antara lain: 1. Penentuan problematika Setelah melihat fenomena yang telah didapat langkah berikutnya adalah melakukan penentuan problematika dengan cara melakukan observasi dan pencarian informasi dari beberapa sumber media, kemudian
dilakukan
analisa
untuk
ditarik
menjadi
sebuah
identifikasi masalah.
65
2.
Riset Mencari data dari konsumen baik mengenai presepsi, respon, mereka terhadap Travel Guidebook dan pariwisata Kabupaten Sumenep dengan cara wawancara dan kuisioner.
3.
Literatur Setelah riset didapatkan, selanjutnya mecari tentang data-data yang berhubungan dengan fenomena yang telah ditentukan dan mencari literatur tentang teknik yang akan dilakukan untuk pembuatan tugas akhir.
4.
Konsep Desain Untuk menentukan konsep desain ini dilakukan dengan cara mengkaji sebuah eksisiting dan melakukan kuisioner untuk menemukan karakteristik komsumen/target audiens. Kemudian dari
sesuatu
yang
didapat
sebelumnya
antara
fenomena,
permasalahan dan karakteristik audiens digabungkan untuk menemukan keyword dari sebuah konsep. 5.
Penentuan Kriteria Dari ditemukannya keyword dan konsep, dapat diturunkan untuk kemudian menemukan kriteria desain dan menentukan aspek visual dengan cara mengkaitkan dasar-dasar tinjauan teori yang telah dilakukan.
6.
Alternatif Desain Alternatif desain dapat dilakukan setelah menemukan kriteria dan telah
melalui proser pembuatan sketsa. thumbnail, rough design
yang kemudian dipilih beberapa untuk menjadi alternatif desain. 7.
Implementasi Desain Implementasi desain didapat setelah final desain dipilih dari beberapa alternative desain yang telah dikuisionerkan.
66
3.5
Kerangka Berpikir Perancangan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep
Fenomena : - Belum adanya media promosi wisata dari Dinas terkait yang diketahui masyarakat luar Madura dan Sumenep - Kurangnya informasi tentang pariwisata Kabupaten Sumenep - Minimnya fasilitas penunjuk arah di Madura dan Sumenep - Memilik potensi wisata yang lengkap
Judul
Rumusan Masalah
Latar Belakang
Dari uraian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa permasalahan yang di angkat dalam studi ini yaitu : “Bagaimana merancang Travel Guidebook sebagai media promosi pariwisata di Kabupaten Sumenep"
dibutuhkan sebuah media yang dapat mempromosikan pariwisata Kabupaten Sumenep, Media yang paling efektif adalah menggunakan media buku, karena buku adalah media yang tahan lama dan informatif.
1.
Identifikasi masalah Pembangunan Jembatan Suramadu selesai pada bulan Juni 2009, sehingga mempermudah akses menuju Kabupaten Sumenep. (Jawa Pos–Metropolis, 17 Februari 2009)
2.
Sumenep merupakan Kabupaten yang memiliki potensi wisata sejarah budaya, religi, alam, bahari dan konservasi yang banyak, namun tidak banyak orang tahu bahwa di Kabupaten Sumenep memiliki potensi wisata yang sangat menarik dan tidak kalah dengan tempat pariwisata lain yang ada di Indonesia karena kurangnya publikasi.
3.
Tanpa adanya Travel Guidebook, wisatawan akan kesulitan meraih dan mendapatkan apa yang ditawarkan oleh Sumenep. Karena secara geografis, Sumenep merupakan tempat yang sangat jarang dikunjungi masyarakat luar Madura, serta minimnya fasilitas penunjuk arah di Madura dan Sumenep.
4.
Dengan adanya Travel Guide Book, para calon wisatawan akan lebih mengetahui secara visual kondisi alam dan
Kuisioner
Depth interview Disparta Jatim Disparta Kab.Sumenep Reynold Sumayku Editor National Geographic Traveler Indonesia
Riset
Berupa pertanyaan mendalam terhadap target dari audience
Analisis
Batasan masalah
Bab II
Membuat media promosi Kabupaten Sumenep dengan
-
informasi yang jelas dan lengkap, serta ditunjang dengan
-
identitas visual yang menggambarkan keunikan budaya dan keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Sumenep,
Bab III
Perancangan media komunikasi visual Travel Guidebook Eksisting Studi Komparator Studi Kompetitor
-
Metode perancangan Definisi Judul Perancangan media komunikasi visual Jenis dan Sumber Data
sehingga para wisatawan/calon wisatawan tertarik dan mendapatkan informasi yang jelas.
Konsep
Alternatif desain
Final desain : - Buku Panduan Wisata - Packaging - Promosi berupa banner, poster, kaos
Tabel 3.1 Kerangka berpikir
67
BAB IV KONSEP DESAIN
4.1
Hasil Analisa Riset Kabupaten Sumenep terletak di ujung timur Pulau Madura, kondisi geografis wilayahnya terdiri dari daratan dan Kepulauan sebanyak 126 Pulau. Wilayah ini dulunya merupakan wilayah bagian kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Shingasari, Majapahit, Demak, serta Mataram. Sumenep saat ini merupakan salah satu destinasi tujuan
wisata
di
Jawa
Timur.
Di sektor pariwisata, Kabupaten Sumenep memiliki wisata alam yang berpotensi. Area geografinya yang dikelilingi oleh beberapa selat dan lautan sering menjadi persinggahan kapal-kapal pesiar Internasional yang lewat. Salah satu lokasi wisata yaitu Pantai Lombang yang terletak di bagian paling timur Kabupaten Sumenep, dengan pasir putih yang terasa lembut di telapak kaki, dipadu sejuknya udara dari rimbun dan hijaunya hutan cemara udang. Selain itu Pantai Slopeng dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Bila anda suka memancing ikan di laut, maka kawasan pantai ini sangat cocok untuk aktifitas para pemancing karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan. Selain memiliki wisata alam Kabupaten Sumenep juga memiliki berbagai macam wisata salah satunya wisata religi, karena dalam sejarahnya Sumenep adalah sebuah kerajaan Islam yang berpusat di pulau jawa. Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja atau Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah beliau memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu. Dan kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
68
Berdasarkan polling bahwa ada 80 responden mengetahui bahwa Kabupaten Sumenep merupakan destinasi wisata yang berada di pulau Madura dan 70
responden pernah berkunjung ke lokasi wisata yang
berada di Kabupaten Sumenep. Dan sampai sekarang Belum pernah ada buku ataupun media yang menjelaskan informasi secara lengkap mengenai wisata yang ada di Kabupaten Sumenep, sedangkan berdasarkan hasil polling terdapat 85 responden yang tertarik untuk berkunjung ke lokasi wisata yang berada di Kabupaten Sumenep dan 73 tertarik untuk mengetahui lokasi wisata apa saja yang ada di Kabupaten Sumenep. Karena sebanyak 65 responden ingin berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep dan sebanyak 82 tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang ragam wisata yang ada di Kabupaten Sumenep. Dan sesuai dengan hasil polling yang ada bahwa ada 70 responden
yang
mengatakan
bahwa
media
yang
tepat
untuk
informasi wisata Kabupaten Sumenep adalah travel guidebook.
4.2
Segmentasi Geografis •
Kota-kota besar di Jawa Timur
Khususnya kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang yang merupakan kota besar yang lokasinya berdekatan dengan Jembatan Suramadu yang merupakan akses untuk menuju ke pulau Madura. Demografis •
Pria,wanita 25 – 35
Di usia ini orang dewasa lebih banyak yang mempunyai ambisi untuk mengetahui dan menambah wawasan dengan melakukan travelling. Dan di usia ini juga lebih banyak responden yang mengetahui/mengenal Kabupaten Sumenep sebagai daerah tujuan wisata dan ingin mengetahui dan berkunjung ke Kabupaten Sumenep. Di usia ini seseorang juga sudah memasuki usia separuh baya, yaitu manusia dewasa mulai memasuki tahap usia kemapanan dan mulai mengkonsumsi barang-barang yang dapat dijadikan symbol kekuasaan (Ujang, 2002).
69
•
Pengeluaran antara Rp. 1.500.000 - 2.500.000 perbulan
•
Pendidikan SMA, S1 dan sederajat, Pekerja.
•
SES B1,A1,A2
•
Menyukai travelling
•
Menyukai sejarah Indonesia, terutama yang berhubungan dengan budaya
•
Suka membaca buku
•
Tertarik akan hal baru
•
Status Lajang dan Berkeluarga Awal
Karakteristik target segmen masa dewasa 0TOrang dewasa adalah orang yang memiliki kematangan baik dari segi fisik maupun segi pikiran dan mampu bertanggung jawab semua yang dilakukan. Freud (Bischof:1976), sesorang dikatakan dewasa apabila orang itu bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa sesorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari. Orang dengan usia sekitar 25-35 tahun cenderung memiliki penghasilan pribadi dan memiliki banyak kesibukan pekerjaan sehingga membutuhkan penyegaran pikiran dengan cara berwisata. Target audiens yang dibidik nantinya adalah laki-laki dan perempuan yang berada pada rentang usia 25-35 tahun di mana rentang usia tersebut berada pada masa dewasa awal. Berikut adalah karakteristik pada masa dewasa awal dalam salah satu minat pribadi (hiburan) :
Hiburan Walaupun hiburan merupakan kegiatan di mana orang menjadi peserta pasif bila dinikmati oleh semua usia, kebutuhan akan hiburan meningkat pada usia dewasa. Beberapa jenis hiburan yang kurang disukai pada masa remaja menjadi kesukaan ketika dewasa. Hiburan popular di
70
kalangan dewasa awal, yaitu membaca, mendengarkan musik, menonton film, mendengarkan radio, menonton televisi.
Kebutuhan Konsumen Target konsumen dewasa awal adalah orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi, memperhatikan masalah trend fashion, musik, film, event.
Memiliki
ketertarikan
terhadap
isu
sejarah
dan
budaya,
maupun sosial dan politik. Memiliki minat akan media informasi dan bersifat selektif terhadap buku yang dibaca.
4.3
Target Segment Psikografis target segmen Penggemar traveling, pekerja keras, suka membaca buku, tertarik akan hal baru, semangat belajar tinggi.
Kepribadian Target Segment: •
Mulai memasuki tahap manusia kemapanan
•
Nilai Baca mampu menumbuhkan minat lama/baru
•
Mulai mencari barang-barang berkualitas untuk menjaga penampilan dan mendukung kariernya
•
Sebagian mengalami puber kedua, dan sebagian mencari symbol symbol kekuasaan dan mulai mengkonsumsi barang-barang yang dapat dijadikan symbol kesuksesan
Demografi - Umumnya laki-laki - Urban (Jakarta A+) - Usia matang - SES tinggi - Pendidikan tinggi Karakteristik - Tujuan hidupnya adalah kejayaan dan kemakmuran.
71
- Mereka menyenangi kompetisi dan senang dikagumi orang lain. - Mereka cenderung dominan dalam pergaulan. - Kelompok ini adalah orang-orang yang senang bertindak (The man of action), menyenangi cuisine, menyukai politik serta pandai berfilosofi. - Mereka menyukai traveling, penikmat makanan di luar rumah, menyenangi iklan dan politik.
Sample Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk penarikan sampel adalah teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak menggunakan teori probabilitas, artinya tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2005:109). Populasi penduduk Surabaya berusia25-35 tahun berdasarkan sensus penduduk tahun 2008 (sumber: Biro Pusat Statistik Surabaya) adalah: 1.350.339 jiwa, dan persentase ketidak telitian yang digunakan adalah sebesar 5%. Hasil survei sepada 100 orang responden target audiens Perancangan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep : Jumlah responden
: 100 orang
Jenis kelamin -
Laki-laki
: 76 orang
-
Perempuan
: 24 orang
Jarak umur
: 25 – 35 tahun
-
25 tahun
: 33 orang
-
27 tahun
: 15 orang
-
32 tahun
: 42 orang
-
35 tahun
: 10 orang
•
100 dari 100 orang menjawab pernah berwisata
•
80 dari 100 orang menjawab mengetahui tentang pariwisata Kabupaten Sumenep
72
•
81 dari 100 orang menjawab lebih suka media buku sebagai panduan wisata
•
70 dari 100 orang setuju atas pembuatan travel guidebook Kabupaten Sumenep
•
52 dari 100 orang pernah membaca travel guidebook
•
32 dari 100 orang menyukai travel guidebook dengan ukuran kurang dari A4
Dari hasil target segment (Consumer Journey) Nama : Ahmad Bahrul Ulum Tempat tanggal lahir : Surabaya, 20 Februari 1983 Alamat : Jl. Balongsari Tama Blok 6, No 7, Surabaya Status : Lajang Jenis Kelamin : Laki-laki Bekerja di : Universal Production Alamat Kantor : Jl. Manukan Yoso No. 21 Surabaya Time
Aktivitas
Tempat
Point of Contact
04.30
Bangun pagi untuk Sholat subuh
Ruang kamar
Sajadah, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
04.50
Tidur lagi
Ruang kamar
Lemari, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
06.30
Bangun
Ruang kamar
Lemari, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
07.00
Mandi
Kamar Mandi
Pakaian kotor, sabun cuci, handuk, gayung
07.30
Siap berangkat ke kantor, sarapan
Ruang Kamar
08.30
Membeli di mini market
Mini market
08.40
Perjalanan menuju kantor
Jalan raya
Baliho, poster, mobil, sepeda motor, stiker
09.00
Masuk Kantor
Kantor
Meja, komputer, buku foto, majalah traveling, kamera, gelas, poster wisata
13.30
Istirahat
Kantin
TV, meja, poster, piring, gelas, laptop
Lemari, meja, tv, gelas, laptop, pakaian, buku fotografi, majalah traveling, sepeda motor, piring, gelas Majalah, rak tabloid, snack, minuman, rokok, poster, LCD tv iklan
73
14.00
Masuk kantor
Parkiran
Meja, komputer, buku foto, majalah traveling, kamera, gelas, poster wisata
17.00
Perjalanan pulang kantor
Jalan raya
Baliho, poster, mobil, sepeda motor
17.30
Toko buku
Toko buku togamas
Buku traveling, majalah, komputer, buku fotografi
19.00
Pulang ke rumah
Ruang kamar
Lemari, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
19.25
Sholat
Kamar
Sajadah, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
19.40
Sosial media internet
Kamar
Lemari, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling, video lokasi wisata, web fotografi, twitter, youtube, facebook
22.00
Makan malam
Ruang makan
Lemari, meja, tv, kalender, piring, gelas
23.00
NontonTV kabel
Ruang tamu
24.00
Membaca buku
Ruang Kamar
24.40
Tidur malam
Ruang kamar
Lemari, meja, tv, kalender, motor, majalah traveling, discovery channel, national geographic channel Lemari, meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling, majalah National Geographic Meja, tv, gelas, laptop, buku fotografi, majalah traveling
Tabel 4.1. Consumer Journey
74
Gambar 4.1, Dokumentasi Consumer Journey Sumber:Ahmad Fitroni, 2013.
Kesimpulan Analisa Consumer Insight Dari studi analisa yang didukung dengan wawancara dan kuisioner disimpulkan bahwa kegiatan wisata sangat diperlukan untuk target segment, dengan adanya travel guidebook akan sangat membantu target segmen dalam melakukan kegiatan berwisata. Sebuah media travel guidebook dirasa sangat efektif karena target segmen adalah orang yang suka membaca dan gemar melakukan kegiatan travelling. Untuk sistem pemasaran dari travel guidebook akan di distribusikan melalui Pusat Informasi Wisata yang ada di Kabupaten Sumenep, di beberapa toko buku, dan di mini market yang sekarang sudah banyak tersedia di setiap kota khususnya di Jawa Timur sebagai bentuk kemudahan para wisatawan itu sendiri, yaitu membeli pada saat melakukan perjalanan tanpa harus menuju ke toko buku ataupun Dinas Pariwisata untuk mendapatkan sebuah informasi wisata dan lebih efektif dalam masalah waktu karena target
75
segmen adalah pekerja yang mempunyai jam kerja penuh selama satu minggu.
Hasil Point of Contact (PoC) Point of Contact yang dapat mewakili aktifitas audiens melalui hasil survey berdasarkan tingkat frekuensi paling efektif adalah poster, video, media sosial, kaos.
4.4
Unique Selling Preposition Buku travel guide yang berjudul “The Epic journey Of Sumenep” khusus membahas pariwisata di Kabupaten Sumenep lengkap dengan informasi transportasi, penginapan atau hotel, peta denah lokasi wisata, dan menampilkan kamus berbahasa madura beserta tips dan trik saat melakukan travelling. Dan dalam penulisan dan visual buku ini akan mengedepankan unsur budaya masyarakat Sumenep dan keindahan alam untuk meciptakan sebuah image keindahan yang dimiliki Kabupaten Sumenep. Selain itu juga menampilkan beragam wisata alam, religi dan sejarah. Menampilkan lokasi tujuan wisata sekaligus informasi yang lengkap untuk kemudahan wisatawan saat berwisata, dengan tampilan visual yang sesuai dan foto yang menggunakan teknik fotografi dokumenter sehingga akan mempunyai daya tarik dan memberikan kemudahan untuk para wisatawan saat berwisata di Sumenep.
76
4.5
Konsep Keyword
LATAR BELAKANG
Sumenep Adalah sebuah Kabupaten yang terletak di pulau madura, sebelum tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sumenep diperintah oleh Adipati dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa. Di sektor pariwisata, Kabupaten Sumenep memiliki wisata yang berpotensi. Seperti wisata alam, wisata religi,dan wisata sejarah/ budaya. Ini yang menjadikan Sumenep sebagai salah satu destinasi wisata di wilayah Jawa Timur. Presentase tujuan wisata di Kabupaten Sumenep yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah wisata alam dan budaya.
Travel Guidebook • Mengenai travel guidebook, Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto mengatakan apabila seseorang memegang informasi yang lengkap mengenai objek wisata Sumenep maka seseorang itu akan lebih mudah untuk memutuskan pergi berwisata ke Sumenep (Irianto, wawancara 5 november 2012). • Fenomena buku travel guide di indonesia saat ini adalah masyarakat yang mulai menyukai travelling. • Travel guidebook memberikan gambaran suatu daerah yang ingin dikunjungi seseorang. Pada umumnya buku sudah dilengkapi dengan tempat-tempat menarik suatu daerah seperti tempat wisata, lokasi hotel, restoran, serta rute-rute kendaraan. • Buku travel guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata.
Kriteria Visual Travel Guidebook Kabupaten Sumenep • Agar travel guidebook bisa dikatakan jelas, efektif, komunikatif dan menarik kemasannya maka diperlukan foto dan bahasa yang bisa menunjukkan suasana asli dan informasi yang jelas agar buku tersebut lebih menarik. • Travel guidebook harus bisa mencerminkan karakter atau ciri khas dari Kabupaten Sumenep. Atau dengan cara lain yaitu memunculkan trend visual yang khas dari Sumenep. • Setiap informasi lokasi wisata disertai dengan foto. • 71% responden mengatakan bahwa ukuran untuk travel guidebook sumenep berukuran kurang dari A4, agar mudah dibawa dan lebih efektif. • Untuk travel guidebook Kabupaten Sumenep identik dengan nuansa alam yang masih alami.
EPIC JOURNEY SEGMENTASI Psikografis Penggemar traveling, pekerja keras, suka membaca buku, tertarik akan hal baru, semangat belajar tinggi, Percaya diri. Geografis Kota-kota besar di Jawa Timur Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang Demografis Unisex (Laki-laki dan Wanita), Dewasa usia 25-35 tahun, Pendidikan SMA - S1 dan sederajat, Tinggal di Perkotaan (Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang), Pengeluaran Rp. 750.000 - 1.500.000 perbulan ,Menyukai travelling, Status lajang atau berkeluarga awal Kepribadian Suka komunitas untuk membentuk relasi yang akrab, Nilai Baca mampu menumbuhkan minat lama/baru, FOI The Savvy Conqueror/ City Slickers (Main untuk menang) 16%
USP Buku travel guide yang khusus membahas pariwisata di Kabupaten Sumenep sebuah Kabupaten yang memiliki beragam wisata alam, religi dan sejarah, menampilkan lokasi tujuan wisata sekaligus informasi yang lengkap untuk kemudahan wisatawan saat berwisata, dengan tampilan visual yang sesuai, dengan menggunakan foto yang teknik fotografi sehingga akan mempunyai daya tarik dan kemudahan untuk para wisatawan.
Tabel 4.2 Konsep keyword
Definisi Konsep Keyword Keyword : “Epic Journey” Konsep utama dalam perancangan travel guidebook Kabupaten Sumenep adalah “Epic Journey”. “Epik” yang artinya sebuah kisah hebat (biasanya berupa puisi) cerita kepahlawanan, syair panjang yg menceritakan
riwayat perjuangan seorang pahlawan, wiracarita. "Journey" yang artinya
77
perjalan, petualangan atau melakukan perjalanan atau dalam perjalanan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Arti kata "Epic Journey" adalah sebuah informasi yang akan disampaikan kepada seseorang (wisatawan) saat berwisata di Kabupaten Sumenep yang divisualisasikan melalui sebuah travel guidebook dengan bahasa yang komunikatif dan mengangkat unsur budaya lokal, serta foto dan layout yang menarik dengan nuansa warna yang alami, dan dengan dikemas dalam sebuah buku yang mudah dibawa dan dibaca dimana saja. Dengan penambahan sebuah tagline "Dream It, Plan It, Do It." untuk di pasang di setiap media pendukung dan di dalam buku untuk memancing rasa ketertarikan para target segmen. 4.6
Penjabaran Konsep
4.6.1 Deskripsi Konten / Isi 1.
Catatan Penyusun ( Tips Dan Trik Saat Berwisata) Berisi kata pengantar dan penjelasan singkat tips dan trik perisapan sebelum pergi berwisata ke Sumenep.
2.
Bagian Introduction Berisi kata pengantar dan penjelasan singkat tentang sejarah Kabupaten Sumenep.
3.
Daftar Isi Berisi judul untuk setiap halaman.
4.
Bagian Pertama ( Wisata Alam ) Penjelasan tentang lokasi wisata alam yang terdiri dari Gua Jeruk dan Sungainya, Pantai Slopeng, Pantai Badur, Pantai Ponjug, Kampung Kasur Pasir, Sumber Air Kirmata, Gunung Payudan, Pantai Badur, Gua Kandalia, Pantai Lombang, Pantai Dara Tua, Penggalian Batu Bukit Panjalin, Pulau Kangean, Pulau Ra'as, Pulau Saor, Wisata Taman Laut Gilibalak Pulau Talango, Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa.
78
5.
Bagian Kedua ( Wisata Sejarah Dan Budaya ) Penjelasan tentang lokasi wisata sejarah dan budaya yang terdiri dari Museum dan Keraton Sumenep, Klenteng Pau Sian Lin Kong, Asta Sayyid Yusuf, Asta Majapahit, Asta Ponjuk, Masjid Agung, Taman Adipura, Kompleks Asta Katandur dan Paddusan, Seni Tayyub, Asta Panaongan, Seni Topeng, Seni Macopat, Asta Juruan “Raden Patah”, Saronen, Upacara Petik Laut, Karapan Sapi.
6.
Bagian Ketiga ( Wisata Minat Khusus ) Penjelasan tentang lokasi wisata yang terdiri dari Pembuatan Garam, Batik Tulis Madura, Kerajinan Keris, Kerajinan Ukir Kayu, Ayam Bekisar, Pengusaha Kerupuk, Pengusaha Genting, Pengusaha Keripik Singkong, Pengusaha Petis dan Terasi.
7.
Bagian Keempat ( Wisata Kuliner Tradisional ) Berisi tentang lokasi makanan khas tradisional Sumenep yang terdiri dari Kripik Singkong, Jajan Pattola, Maco, Apen, Jubada, Asrep, Kaldu Kokot, Sate Madura, Soto Sabrang, Cake.
8.
Bagian Kelima ( Informasi Transportasi ) Berisi tentang informasi rute kendaraan untuk transportasi umum saat berada di Sumenep, lengkap dengan perkiraan harga dan tips saat berkendara di angkutan umum.
9.
Bagian Enam (Informasi Penginapan/Hotel) Berisi tentang informasi nama dan alamat penginapan/hotel beserta perkiraan harga.
10.
Peta Pariwisata Berisi sebuah denah lokasi wisata beserta rute perjalanan untuk kendaaran umum dan pribadi.
11.
Kamus Bahasa Madura Penjelasan tentang makna kata-kata yang umum digunakan untuk bertanya atau mengucapkan sesuatu yang memakai Bahasa Madura untuk memudahkan para wisatawan jika ingin berkomunikasi dengan masyarakat Sumenep.
79
12.
Catatan Akhir Perjalanan Berisi daftar pustaka, prakata dari penulis dan notes.
Susunan Isi Materi: - Cover - Cover Dalam - Catatan Penyusun ( Tips Dan Trik Saat Berwisata) - This book belongs to :/ buku ini milik : (identitas pemilik buku) - Daftar isi - Sejarah Kabupaten Sumenep - Wisata Alam - Wisata Sejarah dan Budaya - Wisata Minat Khusus - Wisata Kuliner Tradisional - Informasi Transportasi - Informasi Penginapan/Hotel - Peta Pariwisata - Kamus Bahasa Madura - Catatan Akhir Perjalanan - Cover dalam - Cover 4.7
Ukuran Buku Buku panduan wisata atau Travel guidebook ini berukuran 14x20 cm relatif kecil karena diharapkan dapat mudah dibawa oleh pembaca, hasil kesimpulan tersebut berdasarkan dari hasil kuisioner yang dilakukan kepada 100 audiens, yaitu sebagai berikut:
80
Yang menyukai Buku Yang menyukai Internet Yang menyukai Video
Ukuran A4 - A5 Ukuran < A4 Ukuran < A5 Bagan 4.1. Hasil Kuisioner
4.8
Konsep Perancangan Media Pendukung Adapun konsep perancangan media pendukung menitik beratkan pada penempatan media. Pemilihan media pendukung lebih menerapkan media-media yang berkomunikasi langsung di tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Media pendukung yang dipakai dibawah ini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat khususnya target segmen yang didapat melalu riset consumer journey. 1. Poster Buku (display) Poster memiliki kegunaan sebagai pemberi informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep "The Epic Journey Of Sumenep". Poster ditempatkan pada hotel-hotel, biro perjalanan atau bandara serta di toko-toko buku
sebagai
salah
satu
media
untuk
menginformasikan
keberadaan buku secara langsung terhadap target audiens. 2. Video Dokumenter Video dokumenter memiliki kegunaan pemberi informasi secara visual bagamana kondisi Sumenep yang sebenarnya melalui audio visual. Video dokumenter berdurasi skitar 4-5 menit untuk memancing rasa ingin tahu para target segmen dan akhirnya 81
memutuskan untuk
membeli
travel
guidebook
Kabupaten
Sumenep "The Epic Journey Of Sumenep". Video dokumenter ditempatkan di dalam media internet yaitu media sosial "YouTube" dan "Vimeo" untuk memudahkan para target segmen melihat review dari pariwisata Kabupaten Sumenep dan dengan tujuan mengefektikan promosi dari travel guidebook itu sendiri. 3. X-banner (display) X-banner memiliki kegunaan dalam memberikan informasi kepada masyarakat
keberadaan
buku travel
guidebook
Kabupaten
Sumenep "The Epic Journey Of Sumenep". X-banner memiliki bentuk media yang mecolok perhatian sehingga sangat cocok ditempatkan di bandara, hotel, biro perjalanan, serta toko-toko buku di Indonesia. 4. T-shirt Menjadi salah satu bentuk pemilihan bonus merchandise yang disispkam setiap buku travel guidebook Kabupaten Sumenep "The Epic Journey Of Sumenep" dengan edisi terbatas. Fungsi utamanya adalah agar dapat digunakan oleh pemilik buku dalam kegiatannya sehai-hari, hal ini secara tidak langsung bisa menjangkau target sasaran diluar target audiens. 5. Pembatas buku (bonus buku) Pembatas buku juga menjadi salah satu pilihan bonus merchandise buku ini. Gunanya adalah mempermudah proses pembacaan buku oleh pembaca. Di desain simpel dan unik.
4.9
Strategi Komunikasi (Gaya Bahasa) Dalam penulisan travel guidebook Kabupaten Sumenep menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak terlalu terikat dalam kaedah bahasa Indonesia baku, dan sedikit mengandung unsur bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari hari, tetapi tetap terkesan sopan, mengingat media ini mengedepankan fungsi travel guidebook Kabupaten Sumenep
82
sebagai identitas dari Kabupaten Sumenep itu sendiri
yang terkenal
dengan tutur bahasa dan perilaku masyarakatnya yang halus. Sesuai kuisioner ada 64 orang menjawab bahwa gaya bahasa yang sesuai dengan travel guidebook Kabupaten Sumenep adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada bagian tertentu akan mengemukakan nilai budaya dan sejarah, bahasa formal akan lebih ditekankan untuk memberikan kesan ilmiah. Salah satu kekuatan dari media ini adalah cara tutur kata yang menarik dan menggugah emosi pembaca, sekaligus terdapat dialog didalamnya dengan gaya bahasa ringan dan mudah dimengerti. Di bab terakhir terdapat daftar kata-kata sulit. Terjemahan dari bahasa Madura kedalam bahasa Indonesia dan bahasa madura kedalam bahasa inggris. Dalam hal ini seperti kamus.
4.10 Strategi Visual Gaya layout yang akan digunakan dalam perancangan buku ini mengacu pada konsep awal, yaitu mengedepankan konsep visual tentang sebuah keindahan. Sesuai kuisioner terhadap 100 responden ada 76 orang menyukai desain yang simpel sebagai desain yang sesuai untuk travel guidebook Kabupaten Sumenep. 68 orang memilih bahwa foto yang ditampilkan lebih besar dengan perkiraan perbandingan 50%-50%. Layout akan ditata dengan banyak whitespace untuk menghindari kejenuhan yang sering sekali terjadi dalam membaca travel guide. Cover depan disertai dengan foto utama Pantai dan kolase beberapa lokasi wisata lain seperti Masjid Jamik, Karapan Sapi, dan Asta Tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan audiens bahwa wisata utama yang disajikan di pariwisata Kabupaten Sumenep adalah wisata alam yaitu yang lebih dominan di wisata pantai. Karena kemasan travel guidebook yang bagus hendaknya menampilkan gambar dari peran utama dari buku tersebut dan dalam buku ini adalah wisata alam, atau menampilkan hal-hal yang menjadi ciri khas dari peran utama tersebut (Depht Interview dengan Reynold Sumayku Editor Majalah National Geographic Traveler Indonesia , 1 Maret 2013). 83
Visual yang berada di cover depan adalah foto wisata alam, judul buku, nama pengarang, terdapat kolase foto sebagai petunjuk bahwa terdapat berbagai macam wisata yang ditampilkan. Font judul (nama buku) untuk cover depan menggunakan jenis font yang tegas dan kaku dengan ukuran minimal 30, agar jelas dibaca dengan jarak 2m. Sedangkan untuk cover belakang menampilkan pendapat mengenai pariwisata Kabupaten Sumenep dari tokoh/traveller terkemuka di Indonesia. Dan disertai dengan foto dari tokoh/traveller tersebut. Dan sedikit cuplikan tentang isi buku. Setiap halaman selalu ada foto, dan sedikit menggunakan ornamen untuk angka di tiap halaman. Mengingat media ini adalah travel guidebook. Namun untuk ukuran gambar tidak selalu sama disetiap halamannya. Tergantung kondisi banyaknya isi informasi. Agar pembaca tidak bosan dengan tampilan foto yang disuguhkan. Didalam isi buku menciptakan warna/nuansa natural, tidak banyak warna yang dipakai untuk memudahkan pembaca saat berada di perjalanan. Adapun dari travel guidebook memiliki jumlah 160 halaman / 80 lembar, beserta beberapa aplikasi pendukung yang dijadikan satu paket dengan buku seperti pembatas buku serta beberapa media pendukung dalam bentuk display.
84
Gambar 4.2, Layout Travel Guidebook Lonely Planet Sumber: www.amazon.com, diakses 15 Desember 2012.
Contoh diatas tatanan layout sebuah travel guidebook yang simpel dengan menggunakan porsi foto lebih banyak serta penggunaan warna yang tidak terlalu mencolok, dari segi fotografi gambar diatas sangat menarik dan bisa menunjukkan bahwa lokasi tersebut memang seperti itu adanya tanpa adanya proses editing yang berlebihan untuk membuat kepercayaan pembaca tentang keaslian kondisi lokasi wisata yang akan mereka kunjungi.
Grid dan Margins Grid merupakan kerangka tipografis dan piktorial yang digunakan pada banyak aspek
desain, tetapi terutama
sekali
digunakan dalam bidang editorial Grid pada dasarnya digunakan untuk menciptakan keteraturan pada desain. Menurut Sigit Santoso dalam Advertising Guide Book, grid yang baik harus fleksibel dan fungsional sehingga mampu untuk menampung keanekaragaman perubahan layout serta menyediakan ruang yang cukup untuk binding dan trimming. Sedangkan Margins adalah ruang kosong antara trim (dimana halaman dipotong) dengan bidang yang dicetak langsung (terutama teks dan image) dari halaman. Pada umunmya, margins diasosiasikan dengan
perhitungan
matematis antara ukman halaman dengan teks,
namun tidak ada aturan baku mengenai proporsi margins. Menurut
85
Andre Jute dalam Grids, The Structure of Graphic Design, proporsi yang paling umum digunakan berdasar pada golden section atau proporsi 34:21 (atau 1:1,618) dimana tinggi area cetak sama dengan lebar kertas dengan proposi margins 2 : 3 : 4 : 6. Grid yang digunakan untuk buku Travel Guidebok ini memiliki 3 (tiga) kolom, dengan tujuan memberi kemudahan pada variasi tanpa menghilangkan kesan kesatuan. Dimana kesatuan dapat tercipta dengan melakukan pengulangan pengulangan layout pada beberapa halaman yang berbeda sehingga memiliki kesan serupa, sedangkan variasi dapat tercipta dengan memberi perbedaan-perbedaan kecil namun mendasar pada beberapa layout. Sedangkan untuk margins, buku ini menggunakan margins yang
tidak
sama dan informal. Tujuannya adalah menghindari
kebosanan dengan menampilkan kesan asimetris yang dinamis namun tetap elegan. Margins terbesar dalam buku terletak pada bagian dalam, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi masalah pada saat binding dan memudahkan pembaca untuk tetap mampu membaca secara utuh tanpa kesulitan apapun. White Space White space merupakan salah satu elemen
penting dalam
mendesain layout, dimana fungsi utamanya adalah memberi teks dari image ruang untuk 'bernafas', setelah terisi
penuh.
diasosiasikan
Pada
dasarya, white
space
akan langsung
sebagai ruang putih tanpa teks atau image
Namun white space tidak cukup
halaman-halaman yang
harus selalu putih, dimana
apapun.
ruang
yang
lebar sebagai aksentuasi pada layout yang penuh sudah akan
menjadi white space yang cukup.
4.11
Warna Gaya layout yang akan digunakan dalam perancangan buku ini mengacu pada konsep awal, yaitu mengedepankan konsep visual tentang sebuah keindahan. Sesuai kuisioner terhadap 100 responden ada 76 orang
86
menyukai desain yang simpel sebagai desain yang sesuai untuk travel guidebook Kabupaten Sumenep. 68 orang memilih bahwa foto yang ditampilkan lebih besar dengan perkiraan perbandingan 50%-50%. Layout akan ditata dengan banyak whitespace untuk menghindari kejenuhan yang sering sekali terjadi dalam membaca travel guide.
Gambar 4.3. Lambang Kabupaten Sumenep Sumber: www.sumenep.go.id, diakses 20 Februari 2013.
Definisi warna dari logo adalah sebgai berikut : • Pita di dalam warna putih dan merah : Pita dalam perisai ditetapkan berwarna dasar putih dan tulisan dengan warna dasar berwarna merah, melambangkan sang merah putih bendera kita Negara Republik Indonesia. • Dasar Hijau dari : Warna hijau ialah berarti yang akan datang (harapan) terhadap cita-cita yang diperjuangkan. • Warna Hitam : Sebagai batas tertentu yang melingkari perisai dengan arti dari lingkaran
termaksud
menyatukan
cita-cita
(http://www.sumenep.go.id/ diakses 2 maret 2013). Dominan warna yang dipakai untuk warna dalam layout buku adalah warna putih, hijau,dan kuning karena warna tersebut adalah warna
87
alam yang merupakan simbol dari kesejukan dan keindahan dan sesuai dengan judul buku “The Epic Journey Of Sumenep”.
4.12
Tipografi Rupa huruf yang digunakan adalah jenis huruf tegas yang memunculkan kesan simpel tapi tetap terlihat elegan. Berikut hasil survey pilihan penggunaan font kepada 100 orang responden target audience, Jenis huruf yang sesuai untuk penulisan Travel Guidebook “The Epic Journey Of Sumenep” adalah? Mongolian Baiti ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^& 40 orang
BernhardMod BT ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^& 24 orang
Impact ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^& 10 orang Calisto MT ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^&
16 orang
Script MT Bold ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^&
Gambar 4.3, Font hasil survey
Jenis tipografi yang digunakan dibagi menjadi beberapa fungsi : •
Untuk membedakan bahasa teks pada buku digunakan format serif italic pada bahasa Indonesia, dan sans serif regular pada teks bahasa Inggris.
•
Headline pada cover harus berbeda dengan headline teks buku.
88
•
Sub head line cover font harus berbeda dengan teks buku.
•
Beberapa coretan kecil sebagai tambahan teks memiliki kebebasan dalam pemilihan font namun dibatasi dengan jenis typo handwriting.
Untuk judul buku dan headline menggunakan huruf Mongolian baiti. Dengan ukuran minimal 50. Agar jelas dibaca dengan jarak 2m. untuk textline menggunakan font BernhardMod BT dengan ukuran 11.
4.13
Fotografi
Fotografi dalam travel guidebook ini menggunakan teknik fotografi dokumenter, foto dokumenter merupakan salah satu jenis fotografi yang lebih menonjolkan muatan cerita atau berita ke dalam setiap gambar yang dihasilkan. Kunci foto dokumenter terletak pada kekuatan momen, kekuatan momen menjadi unsur utama dalam menciptakan bagaimana foto yang mampu bercerita dan menyampaikan perasaan melalui gambar.
Fotografi
dokumenter
juga
memiliki
kekuatan
untuk
mempermainkan emosi dan psikologis dari yang melihat. Terkadang hanya dengan melihat sebuah foto seseorang mampu merasakan perasaan dan pengalaman yang sama dengan fotografer (Kinghorn : 124). Fungsi foto dokumenter dalam keperluannya untuk kegiatan wisata Foto dan perjalanan wisata merupakan dua hal yang nyaris sulit dipisahkan. Foto dokumenter untuk keperluan wisata biasanya memliki variasi-variasi yaitu potrait, landscape, dan human interest (Sugiarto, 6869). Photography forms a common language in the world. (Kinghorn, 167). Makna sebuah foto terkadang mampu untuk berbicara lebih universal dan lebih mudah ditangkap daripada menuliskan beribu-ribu kata -kata. Melalui foto seakan bisa menyampaikan sesuatu tanpa terkendala bahasa. Prinsip diatas membuat salah satu alasan kuat mengapa jenis fotografi dokumenter seringkali digunakan dalam keperluan pariwisata. Faktanya adalah beberapa fotografi jenis dokumenter seringkali diterapkan untuk membantu mencitrakan narasi dari artikel-artikel pada majalah-
89
majalah traveling terkenal di dunia, seperti National Geographic Traveller, Lonely Planet, dan Footprint.
Gambar 4.4, Fotografi Dokumenter Sumber: Ahmad Fitroni, 2012.
Contoh diatas merupakan fotografi dokumenter, yaitu image orisinilnya merupakan tokoh yang ada didalamnya, dan tidak merubah suatu apapun dalam foto itu. Dan teknik ini nanti yang banyak digunakan pada pembuatan travel guidebook Kabupaten Sumenep.
4.13.1 Elemen Penting Pada Foto Dokumenter The key Essential Is Moment Momen merupakan kunci penting dalam foto dokumenter. Momen mampu menjadi suatu unsur dalam foto yang bisa menghubungkan antara set nyata dan cerita dalam sebuah foto. Momen mampu nmempengaruhi psikologis dan peranan seseorang serta mampu membuat orang yang melihat mengerti bagaimana sebuah pariwisata itu berjalan (Kinghorn, 137). Teknis Pemotretan Menurut Sugiarto (2008, 72-112) untuk menghasilkan sebuah foto yang lebih berkesan dan bermakna, ada baiknya pemotret memperkirakan sasaran apa yang akan diambil sebeleum meakukan perjalanan. “Travelling light Is Travelling Smart” sebuah ungkapan yang disebutkan dalam buku Perfect Digital Photography. Maksudnya adalah lebih baik kita membawa peralatan yang minim untuk keleluasaan gerak sehingga fotografer bisa focus untuk memotret daripada dibingungkan oleh pemilihan peralatan yang terlalu lama dan jumlah peralatan yang banyak namun tidak efektif. 90
Secara teknis pemotretan, teknik yang dipakai untuk pemotretan dokumentari hampir sama. Dalam hal ini telah dirangkum dari berbagai sumber : -
Penggunaan ISO 100 hingga 400 untuk pemotretan outdoor dengan cahaya yang memadai, namun jika kondisi pencahayaan kurang memungkinkan
maka
digunakan
ISO
yang
lebih
tinggi.
Penggunaan ISO 100 ini seringkalo dipakai karena mampu menampilkan kontras yang prima dengan kondisi pencahayaan yang cukup -
Komposisi dalam pemotretan harus ditentukan secara berhati-hati. Saat melakukan pemotretan harus diperhatikan : latar depan dan belakang, perspektif, horizon srta pembagian ruang harus disusun dengan harmonis.
-
Berbeda dengan foto studio, dimana kita bisa mengatur objek sesuka
kita,
pada
foto
dokumenter
kita
harus
pandai
mengkomposisikan elemen-elemen yang sudah ada secara alami (Photograhing Nature 194) -
Cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama dan alami. Memperhatikan cahaya matahari pada pagi atau sore yang datang dari samping biasanya mampu menimbulkan efek tekstur tertentu pada objek. Atau yang seringkali dikenal dengan sebutan "golden hour". Tidak ada salahnya untuk sabar menunggu momen seperti ini untuk mendapat hasil pencahayaan foto yang baik dan akurat.
-
Melakukan pembingkaian dengan terlebih dahulu mempelajari keadaan sekitar. Hal ini bisa membantu dalam proses komposisi pada latar depan dan latar belakang yang baik dalam landscape photography.
-
Menggunakan diafragma kecil untuk mendapat ketajaman foto yang maksimal. Jika memungkinkan menggunakan lensa sudut lebar untuk memperbesar jarak perbedaan anatara objek dekat dan objek jauh.
91
-
Melatih imajinasi untuk mencari objek yang menarik dan tidak biasa. dalam hal ini adalah momen dan kultur budaya masyarakat Sumenep untuk mengemasnya secara berbeda, itulah yang mampu menarik perhatian karena gambaran objek terlihat berbeda dari yang biasanya oleh yang melihat.
Muatan Cerita Muatan cerita bisa muncul tergantung dari bagaimana kejelian fotografer mengabadikan sebuah set nyata ke dalam hasil foto. Set nyata tersebut bisa berupa sebuah peristiwa, atau cerita kehidupan masyarakat Sumenep yang ingin disampaikan. Inti dari muatan cerita dalam sebuah foto dokumenter adalah bagaimana membawa cerita kehidupan untuk dikemas dalam muatan cerita dalam foto, dalam hal ini adalah muatan kultur budaya masyarakat Kabupaten Sumenep.
4.14
Ornamen Di pulau Madura terdapat beberapa corak arsitektur tradisional yang berbeda, karena Madura memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan budaya Jawa seperti bahasa, bentuk hunian dan ornamen. Sumenep adalah kota yang memliki sejarah sebagai kerajaan dan peninggalan yang ada sekarang yaitu keraton Sumenep mempunyai warisan arsitektur yang cukup lengkap untuk mewakili unsur budaya Sumenep, pembangunan keraton Sumenep dilakukan pada tahun 1763 oleh Panembahan Sumolo dengan arsiteknya Lauw Pia Ngo" Konsep dasar pembangunan Keraton Sumenep berdasarkan hablum minallah wa hablum minannas artinya berhubungan dengan Allah dan manusia, ornamen-ornamen di keraton memiliki filosofi yang mendalam dan dipengaruhi oleh berbagai macam budaya. Latar belakang penciptaan ornamen pada arsitektur keraton Sumenep dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor emosi dan faktor
92
teknik. Faktor emosi adalah
hasil
cipta
yang
didapat
dari
kepercayaan, agama, dan magis, sedangkan faktor teknik dalam ornamen berhubungan dengan dari material apa benda itu dibuat dan bagaimana membuatnya. Proses dan hasil proses akulturasi budaya terhadap bentuk ornamen dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang masuk ke Sumenep yaitu budaya Eropa (Belanda) dan Cinabudaya asing ini berakulturasi dengan budaya lokal (Jawa) sedangkan pengaruh agama adalah Islam dan Hindu/Budha. Ragam desain
ornamennya
berupa
motif
geometris,
flora, fauna,
manusia dan bentuk-bentuk yang dipercaya sebagai simbol serta fungsinya sebagai ragam hias murni dan simbolik (Karunia : 2010).
Gambar 4.5, Ornamen Keraton Sumenep Sumber: Ahmad Fitroni, 2013.
Nantinya ornamen ini dipakai dalam layout travel guidebook
“The
Epic
journey
Of
Sumenep”
dan
media
pendukungnya karena ornamen ini sebagai simbol yang mewakili kultur budaya Kabupaten Sumenep. Pemakaian ornamen ini terdapat pada garis pemisah bab dan garis pemisah antar bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, selain itu juga terdapat pada setiap nomer di setiap halaman.
93
Gambar 4.6, Penciptaan Ornamen Untuk Sub judul Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Latar belakang penciptaan ornamen pada arsitektur keraton Sumenep dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor emosi dan faktor teknik. Faktor emosi adalah hasil cipta yang didapat dari kepercayaan, agama, dan magis, sedangkan faktor teknik dalam ornamen berhubungan dengan dari material apa benda itu dibuat dan bagaimana membuatnya. Proses dan hasil proses akulturasi budaya terhadap bentuk ornamen dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang masuk ke Sumenep yaitu budaya Eropa (Belanda) dan Cinabudaya asing ini berakulturasi dengan budaya lokal (Jawa) sedangkan pengaruh agama adalah Islam dan Hindu/Budha. Ragam desain ornamennya berupa motif geometris, flora, fauna, manusia dan bentuk-bentuk yang dipercaya sebagai simbol serta fungsinya sebagai ragam hias murni dan simbolik (Karunia : 2010). Secara umum gaya arsitektural Keraton Sumenep merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Eropa, Arab, dan China. Gaya Eropa tampak pada pilar-pilar dan lekuk ornamennya. Sedangkan gaya China bisa dilihat pada ukiran-ukiran yang menghiasi. Detil ukiran bergambar Burung Hong, yang konon merupakan lambang kemegahan yang disakralkan oleh bangsa China. Ada pula Naga yang melambangkan keperkasaan, beberapa bergambar bunga Delima yang melambangkan kesuburan. Demikian pula pada pilihan warna Merah dan Hijau.
94
Makna filosofi dari ornamen ukiran Keraton Sumenep : •
Setelan dari Armour/baja adalah simbol dari kekuatan bersenjata.
•
Tujuh Bintang dan Bulan Sabit melambangkan nubuat/ramalan/catatan bahwa Sumenep diperintah oleh tujuh pangeran dari House of Bendhara Saut, sebuah catatan yang digenapi oleh kekuasaan Bupati Prabuwinoto akhir (1925-1928).
•
Rumah melambangkan keraton atau istana
•
Beringin melambangkan tugas penguasa untuk melindungi rakyatnya melawan penyakit dan kelaparan. dipilih karena beringin melindungi manusia terhadap matahari dan memelihara berbagai jenis burung.
•
Mahkota adalah simbol martabat Kerajaan dan kekuasaan.
•
Ular bersayap/Naga. Bindhara Saut, pendiri rumah penguasa Sumenep menjalani kehidupan pertapa ketika ia masih muda. Ini disebut tapahidup. Selama ini tapa Bindhera Saut telah menerima belati atau Golok dalam bentuk ular bersayap, sebenarnya iguana bersayap ( biawak, Madura: barakai atau bhanjabak). Golok ini disebut Bhanjabak dan saat ini milik salah satu keturunannya di Sumenep.
•
Kuda bersayap ini milik salah satu penguasa yang paling kuat Sumenep disebut Joko Tole atau pangeran Kuda Panulè. Dia naik kuda ini ketika ia sedang berperang dengan dempo abeng. Perang ini dimenangkan oleh pangeran Kuda Panulè. Keturunannya memerintah Sumenep. Keturunan terakhir adalah seorang putri bernama Ratu Tirtonegoro yang menikah Bendhara Saut, putra Kiai Abdullah dari Batu ampar Sumenep desa. Bendhara Saut kemudian disebut Tumenggung Tirtonegoro.
•
Mawar melambangkan tugas penguasa untuk menjadi baik dan mulia terhadap rakyat serta orang asing. Dari jauh mereka memiliki warna yang indah dan berbau harum ketika didekati.
95
BAB V IMPLEMENTASI DESAIN
5.1. Tipografi Jenis font yang di pakai adalah kriteria font yang simple dan mudah terbaca, untuk font cover dan sub judul dibuat font yang memiliki karakteristik dari kultur budaya Sumenep karena keyword yang di gunakan adalah “Epic Journey”. Font yang terpilih dalam perancangan kali ini adalah font Mongolian Baiti untuk font isi.
Mongolian Baiti ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^& Gambar 5.1 Font yang di gunakan Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.2 Sketsa proses pembuatan font yang di gunakan Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
96
Gambar 5.3 Proses morfologi font yang di gunakan Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.4 Font terpilih Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
5.2. Ornamen Ornamen dibuat untuk mencitrakan sebuah identitas dari lokasi yang menjadi objek utama yaitu Kabupaten Sumenep. Proses dan hasil proses akulturasi budaya terhadap bentuk ornamen dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang masuk ke Sumenep yaitu budaya Eropa dan Cina budaya asing ini berakulturasi dengan budaya Jawa sedangkan pengaruh agama adalah Islam dan Hindu Budha. Ragam desain ornamennya berupa motif geometris, flora, fauna, manusia dan bentukbentuk yang dipercaya sebagai simbol serta fungsinya sebagai
ragam
hias murni dan simbolik (Karunia : 2010). Dan diciptakan jenis ornamen baru yang mengambil dari unsur ornamen asli yang sudah ada, untuk tata letak ornamen digunakan untuk pembatas sub judul bab dan judul dari cover buku. 97
Gambar 5.5 Sketsa penciptaan ornamen yang di gunakan Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.6 Penciptaan ornamen yang di gunakan Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Dari semua bentuk ornamen yang ada diambil salah satu icon ornamen yaitu ornamen yang berbentuk mawar. Mawar melambangkan tugas penguasa untuk menjadi baik dan mulia terhadap rakyat serta orang asing. Dari jauh mereka memiliki warna yang indah dan berbau harum ketika didekati.
98
5.2.1.
Penggunaan Ornamen Untuk Sub Bab Penggunaan ornamen sub bab terdapat di dalam atau isi buku, mempunyai bentuk yang berbeda dengan ornamen utama yang ada di judul.
Gambar 5.7 Pemakaian ornamen untuk sub judul bab Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
5.2.2.
Penggunaan Ornamen Untuk Judul Utama Cover Penggunaan Ornamen untuk judul cover berada di huruf "O" dari tulisan Journey, dan di samping lipatan cover untuk membatasi tulisan singkat tentang Sumenep.
Gambar 5.8 Morfologi ornament sub judul cover Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
99
5.2.3.
Fotografi Fotografi dalam travel guidebook ini menggunakan teknik fotografi dokumenter, foto dokumenter merupakan salah satu jenis fotografi yang lebih menonjolkan muatan cerita atau berita ke dalam setiap gambar yang dihasilkan. Foto diambil dengan menggunakan kamera jenis Nikon D90, Canon 500D, Lumix FZ30.
Gambar 5.9 Fotografi dokumenter dalam isi buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.10 Fotografi dokumenter dalam isi buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
100
Gambar 5.11 Fotografi dokumenter dalam isi buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.12 Fotografi dokumenter dalam isi buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
5.2.4.
Cover Buku Cover buku depan travel guidebook "The Epic journey Of
Sumenep" menampilkan visual dominan fotografi dengan font judul buku dan untuk bagian belakang menampilkan sekilas tentang wisata di Kota Sumenep dan kumpulan kutipan pesan dari pembaca buku. Dengan ukuran 41 x 29 cm dicetak menggunakan kertas Ivory 250 gram dan 101
menggunakan format jilid soft cover, untuk jenis cetak dalam buku menggunakan cetak digital printing dengan mesin indigo. .
Gambar 5.13 Desain cover buku Sumber : Ahmad fitroni, 2013.
Gambar 5.14 Cover buku jadi depan dan belakang Sumber : Ahmad fitroni, 2013.
102
Gambar 5.15 Cover dan lipatan dalam buku Sumber : Ahmad fitroni, 2013.
5.2.5.
Layout Buku panduan wisata atau Travel guidebook ini berukuran 14x20 cm relatif kecil karena diharapkan dapat mudah dibawa oleh pembaca.Untuk ukuran dalam layout per halaman berukuran 14x20 cm dengan dicetak menggunakan kertas myth paper dengan menggunakan jilid jenis soft cover, untuk jenis cetak dalam buku menggunakan cetak digital printing dengan mesin indigo.
103
‘
Gambar 5.16 Sketsa layout isi buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.17 Sketsa layout isi buku Sumber : Ahmad fitroni, 2013.
104
Gambar 5.18 Layout isi buku bab Wisata Alam Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.19 Layout isi buku bab Wisata Sejarah dan Budaya Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
105
Gambar 5.20 Layout isi buku Wisata Sejarah dan Budaya Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.21 Layout isi buku Wisata Minat Khusus Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
106
Gambar 5.22 Layout isi buku Wisata Kuliner Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.23 Layout isi buku kamus bahasa Madura Inggris Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
107
5.2.6.
Peta Dalam buku panduan wisata ini dilengkapi dengan peta untuk memudahkan para wisatawan menemukan lokasi yang dituju. Terdapat bentuk lipatan untuk cetakan peta, hal ini dengan pertimbangan berdasarkan konsep, tujuan dan fungsi dari peta serta informasi apa yang tertulis didalamnya. Isi peta dibagi menjadi 3 untuk setiap bab lokasi wisata dan 1 peta wisata keseluruhan. Peta ditempatkan menyatu dengan isi buku dengan ukuran 20x40 cm dicetak menggunakan kertas myth paper, untuk jenis cetak dalam buku menggunakan cetak digital printing dengan mesin indigo.
Gambar 5.24 Peta seluruh lokasi wisata Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
108
Gambar 5.25 Peta Wisata Alam Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.26 Peta Wisata Sejarah dan Budaya Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.27 Peta Wisata Minat Khusus Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
109
Gambar 5.28 Format lipatan peta pada buku Sumber : Ahmad fitroni, 2013.
5.3. Desain Sub Bab Untuk ukuran dalam layout per halaman sub bab berukuran 14x20 cm
dengan
dicetak
menggunakan
kertas
myth
paper
dengan
menggunakan jilid jenis soft cover, untuk jenis cetak dalam buku menggunakan cetak digital printing dengan mesin indigo.
Gambar 5.29 layout pembagian bab lokasi wisata Sumber : Ahmad Fitroni, 2013
110
5.3.1.
Desain Poster Buku Desain poster untuk media promosi menampilkan foto seorang pria tua yang sedang tersenyum yang merupakan masyarakat asli Sumenep. Poster akan ditaruh di lokasi-lokasi seperti bandar, terminal bus, stasiun kereta api, dan di biro-biro perjalanan. Ukuran poster A2 dicetak menggunakan kertas premium ruster dan akan ditaruh di dalam sebuah pigora agar terkesan lebih eksklusif.
Gambar 5.30 Desain poster Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
111
5.3.2.
Desain X-Banner
X-banner ini berfungsi sebagai penanda dan pemberitahu lokasi untuk mengakses bagaimana cara mendapatkan buku ini, dan akan ditaruh di tempat-tempat seperti bandara, terminal bus, stasiun kereta api, dan di biro-biro perjalanan. Dicetak dengan ukuran 60x160 cm menggunakan kertas premium ruster.
Gambar 5.31 Desain X banner Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
112
5.3.3.
Desain Pembatas Buku Pembatas buku merupakan souvenir gratis saat pembelian buku, terdapat beberapa macam gambar yang di tampilkan. Dicetak dengan ukuran 15x5 cm menggunakan kertas photo pro.
Gambar 5.32 Desain Pembatas buku Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
5.3.4.
Desain Kaos Kaos merupakan souvenir untuk para pemilik buku yang dibagikan khusus secara ekslusif. Dicetak menggunakan bahan jenis katun dan sablon manual, untuk ukuran kaos dicetak dengan ukuran all size.
113
Gambar 5.33 Desain Kaos hitam Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.34 Desain Kaos Putih Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
114
5.3.5.
Video Promosi Video promosi ini akan diunggah dalam jejaring sosial khusus untuk video You Tube, dengan format HDV 1080p/29.97.
Gambar 5.35 Capture video Promosi Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
115
5.3.6. Blog Blog berfungsi
sebagai
pelengkap
informasi
untuk
pariwisata Sumenep dan update terbaru tentang informasi yang ada di pariwisata Sumenep.
Gambar 5.36 Capture blog wordpress Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
Gambar 5.37 Capture blog wordpress Sumber : Ahmad Fitroni, 2013.
116
5.4
Biaya produksi Cetak Buku Estimasi biaya produksi di bawah ini menggunakan perhitungan cetak 1000 eksemplar. Perhitungan harga jual per buku baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing telah mengalami pembulatan. Berikut adalah perincian bahan dan biaya produksi cetak offset hingga proses finishing. Bahan kertas untuk halaman dalam myht paper 150gr
Kertas
: 20 rim A4 x Rp. 100.000,- = Rp. 1.000.000,-
Film
: 80 A5 x Rp. 2.500,- (4plano) = Rp. 5.600.000,-
Plat
: 4 x Rp. 1.400.000,- = Rp. 5.600.000,-
Bahan kertas untuk halaman cover ivory 320 gr Kertas
: 3 rim A4 x Rp. 120.000,- = Rp. 360.000,-
film
: 3 A5 x Rp. 5.000,- (4 plano) = Rp. 15.000,-
Plat
: 2 x Rp. 1.400.000,- = Rp. 2.800.000,-
Finishing
: per/1.000 eksemplar : 1.000 x Rp. 650,- = Rp. 650.000,-
Total Biaya cetak Offset
: Rp. 10.461.000,-
Harga Pokok per/Buku
: Rp. 10.461.000,- : 1000 = : Rp. 10.461,-
harga Jual per/Buku
: Rp. 10.461,- x 400 % = : Rp. 41.844,: (dibulatkan) Rp. 42.000,: (USD=9900) 20$
117
Biaya Kreatif Desain Fee
: Rp. 2.500.000,-
Pemotretan
: Rp. 4.000.000,-
Transport
: Rp. 1.500.000,-
Lain-lain
: Rp. 300.000,-
Total Biaya Kreatif : Rp. 8.300.000,-
5.5
Biaya Media Pendukung
5.5.1
Poster Buku (display) Estimasi jumlah poster yang dicetak setiap 1000 eksemplar adalah 200 untuk diberikan secara cuma-cuma, tujuannya adalah untuk kelengkapan display.
5.5.2
5.5.3
Desain Fee
: Rp. 1.000.000
Kertas
: 2 rim A2 x Rp. 200.000 = Rp. 400.000
Film
: 1 A2 x Rp. 20.000 (4plano) = Rp. 10.000
Plat
: Rp. 1.500.000
Total
: Rp. 2.910.000
X-Banner (display) Desain Fee
: Rp. 100.000
Banner
: Rp. 80.000
Rangka
: Rp. 50.000
Total
: Rp. 230.000
Pembatas Buku Kertas Art paper 230 gram 0.5 rim x Rp. 700.000 = Rp. 350.000 Film 62 x 100 x Rp. 80 x 2= Rp. 350.000 Plat 2 x Rp. 1.200.000 =Rp. 2.400.000 Total = Rp. 3.100.000
5.5.5
Kaos 100 pcs x Rp. 80.000 = Rp. 8.000.000 Sablon 100 pcs x Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000 Total : Rp. 9.500.000 118
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dalam perancangan travel guidebook "The Epic Journey Of Sumenep" penulis mendapatkan banyak pengalaman dan manfaat, bukan hanya dalam bentuk perancangan sebuah konsep buku travel guidebook tapi juga bisa lebih mengenal lebih dalam tentang Sumenep yaitu lokasi yang dijadikan objek utama dalam buku yang dirancang. Selain untuk keperluan wisata buku travel guidebook yang dirancang ini berisi tentang berbagai macam informasi yang belum banyak orang ketahui, seperti sosial masyarakat dan budaya dari Sumenep. Tidak hanya untuk berwisata tetapi dalam merancang buku ini disisipkan nilai-nilai unsur sejarah dan bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat lokal yang ada di Sumenep. Kegiatan berwisata hendaknya memiliki persiapan dan sebuah rencana yang matang agar saat kita sudah berada di kota atau lokasi yang dituju tidak merasa kebingungan ataupun tidak mengetahui tempat atau lokasi apa yang seharusnya dikunjungi. Berwisata selain untuk melepaskan penat juga seharusnya menambah edukasi yang membuat kegiatan pariwisata yang dilakukan terasa lengkap. Diharapkan setelah diterbitkannya buku panduan wisata ini bisa membantu para wisatawan saat berwisata di Kabupaten Sumenep, dan juga bisa membantu mengenalkan sumberdaya yang ada di Kabupaten Sumenep ke masyarakat luas khususnya para target segmen. Dan untuk jangka kedepan diharapkan bisa membantu promosi wisata dari Kabupaten Sumenep itu sendiri sehingga bisa menaikkan kualitas sumberdaya manusia khususnya yang ada di Kabupaten Sumenep.
6.2 Saran Dalam melakukan perancangan, hendaknya banyak-banyak melakukan kajian dan observasi tentang bidang desain yang akan dikerjakan. Dengan melakukan kajian-kajian dan observasi secara mendalam dan mendetil, akan didapatkan hal-hal unik dan khas dari bidang desain yang dirancang. Hal-hal 119
unik dan khas tersebut akan banyak membantu dalam proses perancangan buku panduan wisata. Dalam perancangan buku panduan wisata yang mengangkat pariwisata yang ada di Kabupaten Sumenep, terdapat sedikit hambatan yaitu bagaimana membuat sebuah buku panduan wisata yang sesuai dengan karakter dari target audiens yaitu investor dan wisatawan, hal yang perlu dilakukan salah satunya yaitu dengan analisa target audien, dari analisa tersebut bisa diketahui bagaimana karakter-karakter khusus dari taget audiensnya. Karakter target audiens tersebut nantinya dapat disesuaikan dengan output yang dikeluarkan.
120
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bagus, Loren. 1996, "Deskripsi". Kamus Filsafat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Dharmamulya, Sukirman, 2008, Permainan Tradisional Jawa, Yogyakarta. Gayatri, Putu G dan Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi. Gunn, Clare A. 1988. Tourism Planning. New York City : Taylor and Francis. Gleen F. Ross, 1998, Psikologi Pariwisata, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta : UI Press, Jakarta. Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: PT. Grasindo Kinghorn, Jay & Jay Dickman, 2005, "Perfect Digital Photography" London : Megraw Hill. Kohdyat, H. 1996, Sejarah Pariwisata dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. Musanef, 1996. Managemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Pendit, S. Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Rilley, robert T. Handbook of Profesional Tour Management. Delmar ,1991. Rustan, S.Sn, Surianto, Layout dan Dasar Penerapannya, Gramedia Pustaka Utama, 2008 Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata sebagai Systemic
Linkage). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
Smith, V. L. dan Eadington, W. R. (editor). 1992. Tourism Alternatives, Potentials and Problems in the Development of Tourism. Amerika: Library in the Congress Cataloging Data. Yoeti, Oka A, 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Yoeti, Oka A, 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Karya Unipress. 121
Yoeti, Oka A, 2003. Tours and Travel Marketing. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Publikasi Terbatas Bappekab, 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep. Sumenep.227 Badan Pusat Statistik, 2012, Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2012. Sumenep. Dinas Pariwisata dan Kabudayaan Kabupaten Sumenep, 2012, Buku Panduan Wisata Kabupaten Sumenep. Sumenep. Dinas Pariwisata dan Kabudayaan Kabupaten Sumenep, 2012, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumenep. Sumenep. Akhfian Mustika Agung, “Pengembangan Pariwisata Kota Batu”, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Unuversitas Brawijaya, Malang, 2006 Dian Rustyawati, “Pengembangan Paket Wisata di Kabupaten Tuban”, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, 2006 Pratitis Sukma Rani, “Arahan Pengembangan Paket Wisata di Kabupaten Malang”, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, 2008
Webtografi http://www.sumenep.go.id/pariwisata/nas7.htm,2012 diakses 21 November 2012. http://www.radarmadura.com diakses 10 Desember 2012.
122
BIODATA PENULIS Penulis lahir dan tumbuh besar di kota Surabaya, pada tanggal 28 Mei 1987. Merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu : TK Kartini Surabaya, SDN 3 Banyu Urip Surabaya, SMP Negeri 14 Surabaya, SMK Negeri 7 Surabaya dengan jurusan Teknik Bangunan. Pada tahun 2006 penulis di terima kerja sebagai Pelaksana Proyek di
sebuah
perusahaan
kontraktor
yaitu
CV.
BERDIKARI. Setelah bekerja selama kurang lebih 1 tahun, setelah itu bekerja sebagai Koordinator Lapangan dari anak perusahaan PERTAMINA kurang lebih 1 tahun, dan setelah itu bekerja sebagai videographer dan fotografer di UV PRODUCTION SURABAYA, setelah bekerja selama 4 tahun akhirnya penulis memutuskan untuk melanjutkan studi di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur. Karena sang penulis suka dengan Audio Video dan Fotografi pada tahun 2009 akhirnya penulis mendaftar dan diterima menjadi mahasiswa DESAIN KOMUNIKASI VISUAL dengan NPM 0951010076.
---------------------------------------------------------------------------------------------KUESIONER Kuesioner ini ditujukan untuk menunjang penelitian awal tentang tugas akhir saya yang membahas tentang "Perancangan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep".
---------------------------------------------------------------------------------------------Petunjuk pengisian : • Pada pertanyaan dengan jawaban pilihan, anda dapat mengganti pilihan jawaban dengan warna merah yang sesuai dengan jawaban anda dan anda dapat memilih lebih dari satu (1) jawaban • Pada pertanyaan dengan jawaban uraian, anda dapat mengisinya langsung pada tempat yang disediakan dengan menggunakan tulisan warna merah • Contoh untuk pertanyaan jawaban pilihan: Manakah yang menjadi ciri-ciri dari Negara Republik Indonesia? Kanguru Burung Garuda Bendera Merah-Putih Bendera Biru-Putih-Merah • Contoh untuk pertanyaan jawaban uraian: Apakah warna bendera Kebangsaan Negara Indonesia? merah-putih
---------------------------------------------------------------------------------------------• • • •
Jenis kelamin : L / P Usia : Pekerjaan : Apakah salah satu hobby (kesenangan) anda adalah kegiatan travelling ?
YA / TIDAK
---------------------------------------------------------------------------------------------Pertanyaan: 1. Apakah anda mengetahui tentang Kabupaten Sumenep ? YA (lanjut ke pertanyaan berikut) TIDAK (lanjut ke pertanyaan no. 11) 2. Manakah tempat wisata yang berada di Kabupaten Sumenep yang familiar dengan anda (yang lebih anda kenal) ? Pantai Lombang Asta Tinggi Keraton Sumenep Lainnya: Alasan:
3. Apa saja yang anda ketahui tentang lokasi wisata yang ada di Kabupaten Sumenep ? Bahari/laut Lingkungan hidup (alam, flora, dan fauna) Religi Budaya dan Sejarah Lainnya: 4. Sejauh mana keingin tahuan anda terhadap wisata Kabupaten Sumenep ? Berkunjung Kesana Mencari tahu lewat internet (lanjut pertanyaan no. 6) Lainnya: Alasan:
1
5. Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Bagaimana frekuensi anda dalam berkunjung kesana ? Rutin (1-2 bulan 1 kali) * Insidental (pernah,tidak sering) ** Tidak Pernah * Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Apakah alasan anda ? Lokasi wisata yang sangat menarik Nyaman Dekat dengan tempat tinggal Murah Lainnya: ** Jika anda pernah tetapi tidak sering berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Apakah alasan anda ? Ada lokasi yang menarik untuk dikunjungi Iseng Keperluan pekerjaan Lainnya: 6. Secara keseluruhan lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Bagaimana menurut anda tentang lokasi wisata yang pernah anda kunjungi di Kabupaten Sumenep? Sangat menarik Menarik Tidak menarik (lanjut ke pertanyaan no. 14) 7. Wisata apa yang sangat menarik / menarik menurut anda ? Wisata Religi Wisata Alam Wisata Budaya, Sejarah dan Arsitektur Lainnya: 8. Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Kesan apa yang anda rasakan ketika anda berkunjung kesana ? (uraikan jawaban anda)
9. Apakah terdapat pengaruh yang anda rasakan ketika berkunjung ke lokasi wisata yang ada di Kabupaten Sumenep ? YA (lanjut ke pertanyaan berikut) * TIDAK (STOP sampai disini,Terima Kasih) * Pengaruh apa yang anda rasakan ketika berada di lokasi wisata tersebut ? (uraikan jawaban anda)
10. Apa yang memberikan pengaruh terhadap anda saat berada di Kabupaten Sumenep ? Tempat yang nyaman Masyarakat yang ramah Kondisi alam yang masih alami Religius Lainnya:
2
11. Jika anda membandingkan tiga bentuk media yang berbeda yaitu media cetak (buku) dan media digital (website) dan (video) Menurut anda, bentuk media yang mana kah yang tampilan foto-foto/gambar dan informasinya lebih sempurna ? Buku Website Video Alasan:
12. Menurut anda, bentuk media yang manakah yang tampilan foto-foto nya lebih mempengaruhi emosi anda untuk berwisata ke suatu tempat ? Buku Website Video Alasan:
13. Menurut anda, bentuk media yang manakah yang informasinya lebih membantu anda, saat anda mau atau sedang berwisata ? Guiedbook Website Lainnya:
14. Pernahkah ketika anda melihat foto suatu tempat yang menginformasikan kondisi suatu negara/kota/desa/tempat wisata, Tiba-tiba anda merasa ingin untuk mengunjungi tempat tersebut ? YA TIDAK
---------------------------------------------------------------------------------------------Untuk sementara pertanyaan kuesioner cukup sampai di sini,
mohon cek kembali untuk
memastikan tidak ada pertanyaan yang terlewati •
Ini adalah kuesioner untuk penelitian pendahuluan, jika anda tidak keberatan dan berkenan menjadi responden di penelitian selanjutnya, mohon sekiranya memberikan data pribadi yang dapat saya hubungi kembali:
Nama No.Telepon/No.Hp e-mail •
: : :
Atas waktu & kerjasama nya, saya ucapkan terima kasih.
Salam, Ahmad Fitroni (Apet)
3
Dokumentasi pameran di BG Junction 30 mei sampai 1 juni
Dokumentasi pameran di BG Junction 30 mei sampai 1 juni