BAB II PERKEMBANGAN AWAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN DI KOTA DENPASAR
2.1 Sejarah Pembentukan Organisasi Kemasyarakatan Organisasi kemasyarakatan atau disingkat Orkemas adalah suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis kemasyarakatan yang tidak bertujuan politis, istilah semula adalah “Organisasi Massa” yang disingkat “Ormas”. Sejak dikeluarkannya Permendagri nomor 33 tahun 2012 istilahnya
diganti
menjadi
“Organisasi
Kemasyarakatan”
dan
disingkat
“Orkemas”. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Orkemas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya agama, pendidikan, dan sosial.1 Secara historis keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia diawali oleh perjalanan perjuangan yang didukung oleh kelompok-kelompok atau organisasi masyarakat yang mempunyai keinginan dan tujuan yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, yang terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia kehadiran beberapa organisasi, merupakan fakta yang tidak terbantahkan, karena organisasi-organisasi pada zaman itu mempunyai tujuan yang sama membangun kesadaran masyarakat Indonesia sehingga mampu menghantarkan kemerdekaan Indonesia. Organisasiorganisasi tersebut sampai saat inimasih diakui keberadaannya dan berkembang 1
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), p. 79.
28
dengan cara melakukan kegiatan ditengah-tengah masyarakat pada berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat misalnya organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Organisasi-organisasi tersebut diantaranya adalah2 : 1. Tahun 1908, Budi Oetomo, berbasis subkultur Jawa. 2. Tahun 1911, Serikat Dagang Islam, kaum pengusaha muda Islam yang bersifat ekstrovert dan politis. 3. Tahun 1912, Muhammadiyah dari kultur Islam modemis yang bersifat introvert dan sosial. 4. Tahun 1912, Indische Partij dari subkultur campuran yang mencerminkan elemen polistis nasionalisme nonrasial dengan slogan “tempat yang memberi nafkah yang menjadikan Indonesia sebagai tahan air. 5. Tahun 1915, Tri Koro Darmo, sebagai embrio Jong Java. 6. Tahun 1918, Jong Java . 7. Tahun 1926, Nahdatul Ulama (NU) dari subkultur santri dan ulama serta pergerakan lain seperti sub etnis Jong Ambon, Jong Sumatra, maupun Jong Celebes yang melahirkan pergerakan nasionalisme yang berjati diri Indonesia. 8. Tahun 1928, Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. 9. Tahun 1931, Indonesia Muda. Keberadaan organisasi kemasyarakatan di atas, merupakan sejarah tumbuh dan berkembangnya kesadaran sekaligus ekspresi kebebasan mengeluarkan 2
Nia Kania Winayanti, Dasar Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), p. 3.
29
pendapat dalam konteks berserikat dan berkumpul, yang mana ikut memberi pengaruh semangat kepada pemuda-pemuda dan masyarakat di Bali khususnya di Kota Denpasar untuk membuat organisasi sebagai wadah mereka berkumpul dan menuangkan pikiran-pikiran dalam menjaga stabilitas dan keamanan Kota Denpasar. Organisasi kemasyarakatan di Indonesia mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia. Bahkan sebagian dari organisasi kemasyarakatan tersebut akhirnya menjadi partai politik yang mempelopori gerakan kebangsaan. Pada pemerintahan Orde Baru, secara konkrit banyak organisasi kemasyarakatan lainnya berdiri meskipun sistem politik pada saat itu kurang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berekspresi, pembatasan dan larangan untuk kegiatan yang mengarah kepada hal-hal politik yang harus tunduk dan patuh pada satu kendali, yaitu stabilitas nasional. Dalam konteks organisasi kemasyarakatan dan partai politik dikendalikan melalui instrumen asas tunggal, yaitu bahwa semua organisasi, baik ormas maupun parpol harus berasas tunggal yaitu Pancasila. Sampai saat ini masih terdapat organisasi kemasyarakatan warisan pemerintahan Orde Baru, karena memang ada beberapa ormas yang sengaja dibuat tumbuh dan berkembang sebagai penguat kekuasaan pemerintahan Orde Baru. Di sisi lain, ormas-ormas yang tumbuh dan berkembang dengan keterbatasan berekspresi karena tidak berafiliasi dengan kekuatan Orde Baru namun tetap mampu menujukkan jati diri dan eksistensinya. Ormas-ormas yang hidup dan tumbuh pada masa pemerintahan Orde Baru baik yang berafiliasi dengan kekuasaan maupun tidak, misalnya :3
3
Ibid., p. 5.
30
1. Ormas kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). 2. Ormas SOKSI. 3. Kosgoro. 4. Ormas Kepemudaan seperti Pemuda Pancasila, AMPI, FK-PPI. 5. Ormas-ormas yang lahir pasca reformasi dengan latar belakang ideologi, nama, jenis, serta jumlahnya yang sangat banyak. Organisasi-organisasi kemasyarakatan di atas, lahir dari suatu kesadaran, dan sangat memberdayakan masyarakat karena organisasi merupakan manifestasi dari kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan bangsa, yang di wujudkan dalam berbagai bentuk program dan kegiatan kemasyarakatan, sesduai dengan visi dan misinya masing-masing termasuk didalamnya menyampaikan pandangan, kritikan, dan mungkin konsep tandingan atas berbagai kebijakan yang diambil pemerintah. Pasca reformasi tampak muncul banyak organisasi kemasyarakatan, “bak jamur dimusim hujan”, dimana dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 amandemen keempat. Pasal mengenai Hak Asasi Manusia menjiwai ketetapan-ketetapan Pasal 28 C tentang hak memajukan diri dan memperjuangkan haknya secara kolektif untuk masyarakat, bangsa dan negaranya.Pasal 28 E (2) tentang kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan bersikap sesuai hati nurani, (2) hak
31
berserikat, berkumpul, dan berpendapat.Pasal 28 F tentang hak berkomunikasi untuk
mengembangkan
pribadi
dan
lingkungan.
Sebelum
UUD
1945
diamandemen bolak-balik, terdapat aturan tentang organisasi yang didirikan masyarakat atau dewasa ini dikenal dengan NGO (Non Government Organization), yaitu Undang-undang R.I Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.4 Ormas Indonesia pada umumnya mencerminkan kebangkitan kesadaran golongan masyarakat menengah terhadap masalah kemiskinan, ketidak adilan sosial dan masalah hak asasi manusia. Kini, Ormas di Indonesia dapat pula dikatakan sebagai cerminan kesadaran tentang dampak pembangunan yang dilaksanakan pemerintah serta tindakan yang diambilnya dalam melaksanakan program tersebut. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dan landasan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat guna membentuk organisasi karena kesamaan ide dan cita-cita bukan semata hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu saja. Artinya, secara keseluruhan mempunyai dampak positif bagi masyarakat atau minimal dalam menjalankan misi organisasinya dengan menjaga
ketertiban
umum,
jangan
sampai
menimbulkan
konflik
atau
bersinggungan dengan kepentingan kelompok lain. Peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional sepatutnya ditumbuhkan dengan upaya menumbuhkan dan memantapkan kesadaran kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara
dengan
orientasi
menghormati hak asasi orang atau kelompok lain yang bermuara pada tujuan 4
Tirta Nugraha Mursitama, Pengkajian Hukum Tentang Peran Dan Tanggung Jawab Ormas, (Jakarta: BPHN, 2011), p. 3.
32
terciptanya harmonisasi kehidupan didalam masyarakat dengan tentram, damai, dan kondusif. Implementasi ekspresi kebebasan dalam konteks Hak Asasi Manusia bermuara untuk maksud damai, maka harus menjaga keserasian, keselarasan, keseimbangan dalam kehidupan masyarakat, sehingga dalam tindakan dan perbuatannya akan menjunjung tinggi norma, kesusilaan, nilai-nilai agama demi tercapainya maksud tersebut. Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan adanya kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk berhimpun pada kelompok masyrakat dalam sebuah organisasi yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Masyarakat bukan hanya kumpulan sekelompok manusia melainkan
tersusun
pula
dalam
sebuah
pengelompokan-pengelompokan.
Kepentingan para anggota masyarakat tidaklah senantiasa sama. Kepentingan yang sama mendorong pengelompokan diantara mereka. Cita-cita kepentingan bersama yang dibangun di atas kesadaran untuk berkelompok, dianggap dan dipercayai dapat memecahkan kepentingan bersama yang dari hari ke hari secara konkret mengalami tantangan semakin besar dan kompleks baik dari sisi beragamnya persoalan maupun beban yang harus dipikul dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.5 Timbul pula pelembagaan-pelembagaan yang menunjukkan adanya suatu usaha bersama untuk menangani suatu bidang persoalan di masyarakat, seperti ekonomi, politik, agama, dan sebagainya. Sejalan dengan itu kemudian dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan 5
p. 95.
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa, 1980),
33
“Setiap warganegara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan Partai Politik, Lembaga Swadaya Masyarakat, atau
organisasi lainnya untuk berperan serta
dalam jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakkan dan pemajuan Hak Asasi Manusia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Ketentuan ini mengandung makna bahwa masyarakat diberi peran secara aktif dalam penyelenggaraan negara melalui organisasi kemasyarakatan diluar organisasi pemerintahan demi tercapainya pembangunan bangsa ini. Sebagai organisasi kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat melakukan pengawasan atau koreksi bila kebijakan pemerintah kurang sejalan dengan kondisi masyarakat. Organisasi kemasyarakatan bersama-sama dengan masyarakat membentuk organisasi dengan bekerjasama dengan pemerintah membantu memajukan pendidikan, kebersihan lingkungan hidup, pembinaan keagamaan, kesehatan, dan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan lainnya. Hal ini sebagai bentuk peran serta masyarakat dan merupakan representasi kedaulatan rakyat. 6 Pembentukan organisasi massa merupakan perwujudan dalam berserikat dan berkumpul, berdasarkan kesamaan dan tujuan dari para anggotanya. Organisasi kemasyarakatan merupakan perwujudan dari kemerdekaan berserikat dan berkumpul bagi warga negara Republik Indonesia yang didasarkan atas sifat kekhususan organisasi kemasyarakatan tersebut untuk berperan serta dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Sifat kekhususan
6
Ibid.
34
organisasi kemasyarakatan adalah kesamaan dalam kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa.7 Kehadiran organisasi kemasyarakatan diharapkan mampu mewujudkan aspirasi dan kepentingan anggota masyarakat sebagai sarana untuk berkarya melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan bersama, dengan berasaskan Pancasila. Dalam perkembangannya organisasi kemasyarakatan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing namun itu merupakan bagian dari dinamika bangsa yang sedang belajar berdemokrasi. Eksistensi organisasi bagi sebagian kalangan adalah suatu yang mengasyikkan, karena selain merupakan wahana tempat beraktifitas juga merupakan sarana penyaluran kehendak dan pemikiran baik dalam tatanan internal organisasi, maupun dalam rangka penyaluran pemikiran dan pendapat dalam lingkup kehidupan bernegara. Penyaluran aspirasi melalui organisasi, diyakini memperoleh perhatian selain akan lebih teratur dan terarah karena suara yang disampaikan merupakan suara dari organisasi bukan atas nama pribadi dan membawa kepentingan anggotanya. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan aspek demokrasi dalam tatanan pelaksanaannya, merupakan hal yang wajar kalau kemudian banyak bermunculan organisasiorganisasi baru, karena semakin dibukanya keran kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, berserikat, dan berkumpul sehingga semakin terbuka kemungkinan akan adanya perbedaan pendapat.8
7 8
Redaksi Sinar Grafika, Op.cit, p. 81. Satjipto Rahardjo, Op.cit., p. 97.
35
Penghormatan terhadap perbedaan pendapat, membawa konsekwensi berkembangnya wadah-wadah organisasi baru. Kelompok-kelompok masyarakat yang punya kesadaran akan pentingnya perjuangan melalui lembaga akan semakin selektif dalam memilih wadah yang sesuai dengan kesamaan etnis, ideologi, dan sebagainya.
2.2 Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar Keberadaan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar tidak terlepas dari sejarah tumbuh dan berkembangnya kesadaran sekaligus ekspresi kebebasan mengeluarkan pendapat dalam konteks berserikat dan berkumpul. Pada pemerintahan Orde Baru, secara konkrit banyak organisasi kemasyarakatan yang berdiri meskipun sistem politik pada saat itu kurang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berekspresi, pembatasan dan larangan untuk kegiatan yang mengarah kepada hal-hal politik harus tunduk dan patuh kepada satu kendali yaitu stabilitas nasional. Dalam konteks organisasi kemasyarakatan dan partai politik dikendalikan melalui instrumen asas tunggal, yaitu bahwa semua organisasi baik ormas maupun parpol harus berazas tunggal yaitu Pancasila.9 Sampai saat ini masih terdapat organisasi kemasyarakatan warisan pemerintahan Orde Baru karena memang ada beberapa ormas yang sengaja dibuat, tumbuh, dan berkembang sebagai penguat kekuasaan pemerintahan Orde Baru. Disisi lain, ormas-ormas yang tumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya di Kota Denpasar dengan keterbatasan berekspresi karena tidak 9
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), p. 67.
36
berafiliasi dengan kekuatan Orde Baru namun tetap mampu menunjukkan jati diri dan eksistensinya. Ormas-ormas yanng hidup dan tumbuh pada masa pemerintahan Orde Baru yang tidak berafiliasi dengan kekuasaan adalah :
Suka Duka Pemuda Denpasar;
Armada Racun;
Ormas-ormas yang lahir pasca Reformasi dengan latar belakang ideologi, nama, jenis, serta memiliki afiliasi dengan pemerintah adalah :
Forum Peduli Denpasar (FPD);
Laskar Bali;
Baladika Bali;
Pemuda Bali Bersatu. Organisasi-organisasi kemasyarakatan diatas, lahir dari suatu kesadaran
dan sangat memberdayakan masyarakat karena organisasi merupakan manifestasi dari kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan bangsa, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk program dan kegiatan kemasyarakatan sesuai dengan visi dan misi nya masing-masing, termasuk didalamnya menyampaikan pandangan, kritikan, dan mungkin konsep tandingan atas berbagai kebijakan yang diambil pemerintah.
Menyadari tumbuh dan berkembangnya
kesadaran
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui organisasi kemasyarakatan yang mengalami perkembangan sejak awal tahun 1960-an maka pemerintah bersama DPR akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, sebagai landasan hukum dan pengakuan secara legal atas keberadaan dan kiprah
37
organisasi-organisasi dimaksud (konsideran umum UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan “Masalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan nasional adalah wajar. Kesadaran serta kesempatan untuk itu sepatutnya ditumbuhkan, mengingat pembangunan adalah untuk manusia dan seluruh masyarakat Indonesia”).10
2.2.1 Organisasi Kemasyarakatan Kontra Pemerintah Selain pemerintah, pendatang, dan konflik etnis, aspek-aspek lainnya juga mencapai Bali. Perkembangan organisasi kemasyarakatan di Denpasar dapat ditelusuri kebelakang pada era 1960-an. Organisasi yang kontra dengan pemerintah adalah :
2.2.1.1 Suka Duka Pemuda Denpasar Pada tahun 1960 di Kota Denpasar berdiri organisasi yang awalnya bernama Gerakan Pemuda Denpasar. Organisasi tersebut belum berupa organisasi yang terstruktur dengan baik. Gerakan Pemuda Denpasar belum memliki AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga) namun memiliki peraturan seperti awig-awig Banjar. Munculnya Gerakan Pemuda Denpasar diawali dengan adanya suatu peristiwa ketika gerombolan pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan ditumpas oleh rezim Orde Lama. Setelah itu beberapa anggota Kahar Muzakar yang tersisa kembali kepelukan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ditanyakan apakah tetap menjadi anggota militer atau ingin bertani. Sebagian
10
Ibid., p. 68.
38
anggota yang tersisa ternyata ingin melanjutkan karirnya di militer untuk bergabung dengan TNI. Ratusan orang dibawa datang ke Bali dan di didik di Denpasar pada tahun 1960, mereka di asramakan di tiga tempat, pertama di wilayah Tampakgangsul tepatnya di Hotel Merta dan dua lagi di wilayah Wangaya Kelod dan Wangaya Kaja. Mantan pemberontak-pemberontak itu diberikan pendidikan militer selama 6 bulan, namun yang terjadi adalah orangorang dari Sulawesi Selatan tersebut ternyata masih membawa karakter liar ketika masih tinggal di hutan pada masa pemberontakan dulu.11 Ketika orang-orang itu pergi untuk mandi mereka melihat perempuanperempuan Bali yang sedang mandi lalu terjadilah hal yang tidak diinginkan payudara perempuan-perempuan Bali itu disentuh, mereka juga dipeluk, dan ada juga yang ingin diperkosa, akibatnya pemuda-pemuda Denpasar yang melihat pada saat itu yang berasal dari Wangaya Kaja, Wangaya Kelod, Panti, Gerenceng bersatu melakukan perlawanan meskipun lawannya adalah orang militer. Mereka pada saat itu berani melawan dan akhirnya perkumpulan itu awalnya tanpa nama, lalu seorang pemuda yang dikenal dengan nama Ngurah Ponk mencetuskan nama Gerakan Pemuda Denpasar sejak saat itulah Gerakan Pemuda Denpasar mendapat toleransi dan simpati dari seluruh pemuda-pemuda yang ada di Kota Denpasar. Rata-rata pemuda di banjar-banjar di Denpasar ikut bergabung, hal inilah yang tidak bisa diikuti oleh ormas-ormas zaman sekarang. 12
11
Wawancara dengan I Made Sudira, bertempat di Denpasar pada 11 Mei
12
Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di atas.
2015.
39
Banyak STT (Sekaa Teruna Teruni) yang memiliki kemampuan berkelahi dan olahraga bela diri ikut bergabung contohnya : pemuda Banjar Belaluan, Taensiat, Tampakgangsul, Kayumas Kaja, Kayumas Kelod, Wangaya Kaja, Wangaya Kelod, Panti, Gerenceng, Abian Timbul, dan Tenten. Gubernur Bali pada saat itu yaitu I Gusti Bagus Sutedja sangat melindungi Gerakan Pemuda Denpasar begitu juga dari pihak militer apapun kesalahannya selalu ditutupi dan dilindungi oleh Komandannya. Setelah berkali-kali kejadian yang sama terulang akhirnya Gubernur Bali menuntut kepada pemerintah agar orang-orang dari Sulawesi Selatan ini dipindahkan dan jangan dididik di Bali, pada akhirnya pendidikan itu dihentikan setelah berlangsung selama 3 bulan. Setelah peristiwa itu Gerakan Pemuda Denpasar mengalami vakum namun anggotanya masih tetap berkumpul ditempat kumpul favoritnya yaitu sepanjang jalan-jalan Gajah Mada.13 Sebelah timur yang dijadikan tempat berkumpul adalah Bioskop Wisnu dan di sebelah barat yang dijadikan tempat berkumpul adalah Bioskop Indra, tetapi kadang-kadang berkumpul di Bioskop Jaya di daerah Wangaya Kelod.14 Setelah peristiwa dengan pihak militer tersebut tidak ada lagi kejadian perkelahian bahkan antar pemuda pun tidak ada karena sudah bersatu, seakanakan dikendalikan rasa persaudaraan yang sangat kuat. Setiap tanggal 17 Agustus pada Hari Kemerdekaan Indonesia di Denpasar biasanya diselenggarakan pawai dan Gerakan Pemuda Denpasar selalu berpartisipasi dengan mengirimkan 2 pleton anggota untuk ikut pawai, mereka menggunakan kostum baju putih sebagai ciri khas, seperi dalam film The Texas. Gerakan Pemuda Denpasar benar-benar sangat 13 14
Lihat lampiran B.4, Suasana Jalan Gajah Mada. Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan.
40
dihargai oleh pemerintah sehingga tidak pernah terjadi perkelahian dan hanya sebatas kenakalan remaja. Banyak anggota Gerakan Pemuda Denpasar mendapat julukan Cross Boy dan bukan preman. Istilah preman baru-baru ini di buat, istilah itu dibuat karena perilaku yang lebih mengarah kepada pelanggaran hukum. Semua anggota Gerakan Pemuda Denpasar hanya bersekolah maupun bekerja. 15 Setelah lama vakum dan tidak ada gerakan ekstrim, walaupun ada perkelahian dengan para pendatang di Denpasar tetapi sesama pemuda Bali tidak pernah ada perkelahian. Pada tahun 1964 diresmikanlah Suka Duka Pemuda Denpasar atau yang disingkat SDPD, karena setelah vakum banyak dari anggota berpikir kenapa Gerakan Pemuda Denpasar tidak diresmikan saja, sehingga diresmikanlah Suka Duka Pemuda Denpasar (SDPD), lalu ada juga namanya Judo, setelah Judo barulah muncul Perisai Diri. Suka Duka Pemuda Denpasar diketuai oleh Anak Agung Ngurah “Ponk” Yuda Negara, sedangkan sekretarisnya adalah I Made Pande Subrata dari Wangaya Kelod, kepengurusan itu tidak pernah diganti dan tetap seumur hidup sebab Suka Duka Pemuda Denpasar tidak mempunyai tujuan apa-apa, siapa yang ikhlas dia boleh menjadi ketua. Untuk menjadi pengurus harus mengeluarkan uang, karena Ngurah Ponk orang yang cukup berada. Suka Duka Pemuda Denpasar mempunyai anggota 300 lebih. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Suka Duka Pemuda Denpasar sangat positif tidak ada pemerasan ataupun kekerasan yang dilakukan, maka dari itu banyak
15
Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan.
41
senior-senior Suka Duka Pemuda Denpasar tersinggung ketika organisasi ini dikatakan organisasi preman.16 Azas dari Suka Duka pemuda Denpasar adalah suka duka, apapun kegiatannya selalu dijalankan bersama-sama misalnya ketika ada yang meninggal dunia anggota akan melayat bersama-sama walaupun yang meninggal itu adalah saudara atau keluarga dari anggota Suka Duka Pemuda Denpasar. Pada saat melayat atau menghadiri acara pernikahan Suka Duka Pemuda Denpasar akan memberikan sumbangan berupa uang atau beras dari hasil iuran masing-masing anggota. Setelah tahun setelah tahun 1965 Suka Duka Pemuda Denpasar mulai redup karena terjadi pergolakan politik, ada beberapa anggota Suka Duka Pemuda Denpasar yang hilang diculik padahal orang-orang yang diculik itu tidak terlibat PKI (Partai Komunis Indonesia). Lahirnya Suka Duka Pemuda Denpasar tidak berlandaskan atas faktor ekonomi sebab pembentukan organisasi tidak dilandaskan oleh uang dan bukan untuk mencari uang, hanya sekedar membantu menjaga ketertiban dan keamanan di Kota Denpasar. Dari faktor sosial Suka Duka Pemuda Denpasar lahir karena keinginan untuk suka duka menyama beraya, lalu ada juga karena faktor bencana alam yang terjadi seperti bencana alam letusan Gunung Agung. Suka Duka Pemuda Denpasar saling bantu membantu dengan organisasi penanganan bencana alam yang bernama KOGA (Komando Operasi Gunung Agung). Dari segi faktor politik, tidak ada hal politik yang mempengaruhi berdirinya Suka Duka Pemuda Denpasar. Anggota-anggota Suka Duka Pemuda Denpasar pada waktu itu tidak
16
Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan.
42
berpolitik, tetapi bisa dikatakan hanya menjadi korban politik. Pada saat hal-hal politik mulai masuk, yang terjadi adalah sesama pemuda satu banjar saling adu argumen dan berkelahi. Dengan sangat sadar Suka Duka Pemuda Denpasar lalu menghentikan semua kegiatan agar tidak dianggap berpolitik. Suka Duka Pemuda Denpasar tidak pernah bubar, tapi melanjutkan kegiatan juga tidak, hanya status quo.17
2.2.1.2 Armada Racun Sebelum cikal bakal terbentuknya Armada Racun, pada tahun 1965 hingga 1968 muncul lebih dahulu organisasi yang bernama Struggel Group
yang
dipimpin oleh I Nyoman Suweda dan I Made Sudhana Lokanthara alias De Lolot,18 lalu selain Strugell Group ada organisasi yang bernama Sesat yang dipimpin oleh AA.Cekug. Setelah itu antara Strugell Group, Sesat, dan pemudapemuda di Banjar Langon yang sering berkumpul lalu membentuk Armada Racun pada Tahun 1970. Beberapa pemudaBanjar Bun, Banjar Kaliungu Kaja, Banjar Kaliungu Kelod, Banjar Titih, dan Banjar Belaluan juga ikut bergabung dengan Armada Racun. Armada Racun diibaratkan sebagai organisasi yang misterius karena dikatakan ada tetapi mereka tidak ada begitu juga sebaliknya bagaikan hantu yang tersesat dilambangkan tengkorak berbaret berisi pisau yang menancap yang dicetuskan oleh Parna, ada juga logo rantai kalung. Nama pertama Armada Racun adalah Armada Racun Club yang disingkat ARC, kemudian selanjutnya lebih dikenal dengan Armada Racun. Pada saat itu kebanyakan anggota Armada 17 18
Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan. Lihat lampiran B.5, I Made Sudhana Lokanthara (De Lolot).
43
Racun pendidikan terakhirnya setingkat SMA, ada juga anggota senior yang latar belakangnya karena dipecat dari BRIMOB dan Angkatan Udara ikut bergabung ke Armada Racun.19 Pada saat itu di setiap banjar ada 10 pemuda yang ikut, dibawah 10 pemuda itu adalagi yang ikut seperti halnya memiliki downline. Anggota Armada Racun sering berkumpul di Banjar Langon, Jalan Karna, Jalan Krisna, Jalan Arjuna, di depan bioskop Wisnu, bioskop Indra, dan bioskop Karya.20 Pentolanpentolan Armada Racun beberapa di antaranya adalah Joni Rudeng, Tut Nik, Lelong, Kakuk, Sutoyok, Narmada, Gobleg, Parna, Batu, Lolot, Kacret, dan Kadek Berit. Tut Nik dan Narmada adalah dua orang yang mencetuskan nama Armada Racun Club.21 Banyak anggota yang baru membeli sepeda motor dan dimanfaatkan untuk kebut-kebutan, setelah itu mulailah mengenal perkelahian. Antara tahun 1970-1975 Armada Racun sering terlibat perkelahian, dari setiap banjar banyak anak muda yang nakal-nakal ikut berkelahi, beberapa perkelahian yang terjadi misalnya pada tahun 1972 anggota Armada Racun pernah berkelahi melawan beberapa anggota Angkatan Laut di Jalan Gajah Mada. Pernah juga berkelahi melawan group Yang Stone (Yang Batu), lalu pada tahun 1975 terjadi perkelahian melawan anak tentara di Sudirman di depan Denpasar Teater,
19
Wawancara dengan I Made Sudhana Lokanthara, bertempat di Dharmasaba, Badung pada 4 Juni 2015. 20 Lihat lampiran B.1 dan 2, Anggota-anggota Armada Racun saat sedang berkumpul di sekitar Jalan Gajah Mada. 21 Lihat lampiran B.3, Narmada, seorang anggota yang mencetuskan nama Armada Racun.
44
kejadian itu berlangsung sadis sampai ada anak Sudirman yang wajahnya digosok ke aspal jalanan. 22 Setelah kejadian itu sering terjadi aksi balas dendam diantara kedua kelompok. Jika ada anak Sudirman yang lewat daerah basis Armada Racun dia akan dikeroyok, begitu juga jika ada anggota Armada Racun yang lewat Sudirman dengan ciri khas rambut gondrong dan juga jaket kulit akan dicegat dan dipukuli. Pemerintah akhirnya bertindak dan 9 orang anggota Armada Racun sampai masuk penjara. Pada saat ditahan di penjara yang waktu itu masih berada di daerah Pekambingan, beberapa anggota Armada Racun dituduh oleh polisi militer sebagai komunis, mereka tidak diberi makan dan beberapa anggota yang berasal dari Badung dikategorikan sebagai tahanan politik atau dikenal dengan istilah terkena garis merah.23 Armada Racun sering mendapat nasehat dari polisi militer untuk menghentikan kenakalan remaja yang sering mereka lakukan, padahal pada waktu itu anak-anak tentara yang memulai masalah lebih dulu, ini yang membuat pemerintah selalu memiliki niat untuk membubarkan Armada Racun. Armada Racun juga pernah memiliki masalah dengan Perisai Diri dan lucunya ada anggota Armada Racun yang bergabung di Bakti Negara, sudah jelas hal ini yang membuat menjadi serba salah. Setelah tahun 1975 banyak anggota dari Armada Racun yang terjerumus menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), seks bebas, dan perkelahian yang bahkan menjerumus ke pembunuhan.
22
Wawancara dengan Nyoman Gde Sudiantara, bertempat di Tampakgangsul, Denpasar pada 9 Mei 2015. 23 Wawancara dengan I Made Sudhana Lokanthara, sama dengan di depan.
45
Mereka yang terjerumus memindahkan basis berkumpul di lokalisasi yang bernama Biangtara. Banyak anggota lainnya menyadari bahwa hal tersebut salah, namun tetap ikut berkumpul. Hal ini terjadi karena tidak ada nasehat dan tuntunan dalam artian tidak ada yang membina, sehingga perbuatan yang dilaksanakan lebih menjurus ke arah yang negatif. Armada Racun di cap sebagai kelompok pemberani karena melawan pemerintah dan militer yang pada waktu itu adalah zaman pemerintahan Soeharto. Di satu sisi Armada Racun juga di cap buruk karena tidak pernah memberi sebuah kontribusi yang positif, mereka hanya suka berkelahi, dan yang terjerumus narkoba lebih sering mencari hiburan ke Kuta. Dimana-mana ada banyak anggota Armada Racun, dan karena hal itulah maka saat mendengar nama Armada Racun saja sudah banyak yang merasa ketakutan.24 Pada akhirnya Armada Racun mengalami perpecahan. Selain karena seringnya terjadi keributan dengan Perisai Diri, Bakti Negara, dan Militer, perpecahan juga disebabkan karena pembunuhan yang dilakukan pentolan Armada Racun yang bernama Sutoyok terhadap seorang pesilat bernama Dewa Rai Yasa. Sesama anggota Armada Racun saling berkelahi karena mulai terpengaruh politik, ada anggota yang ikut PNI, ada yang ke PDI, dan ada juga yang ikut ke partai Golkar. Hal inilah yang memicu permusuhan diantara anggota Armada Racun, Gobleg salah satu pentolan Armada Racun yang mendukung Golkar berkelahi dengan anggota Armada Racun dari Banjar Langon yang merupakan basis anggota Armada Racun yang mendukung partai lain yaitu PDI.25
24 25
Wawancara dengan I Made Sudhana Lokanthara, sama dengan di depan. Wawancara dengan I Made Sudhana Lokanthara, sama dengan di depan.
46
2.2.2 Organisasi Kemasyarakatan Pro Pemerintah Ormas-ormas yang bermunculan setelah era orde baru mulai berafiliasi dengan pemerintah untuk memback up pemerintah yang berkuasa dan menunjukkan eksistensi serta kekuatan massa yang dimiliki, ormas-ormas tersebut adalah :
2.2.2.1 Forum Peduli Denpasar Pada tanggal 20 September 2002, I Made Sutama Minggik yang merupakan mantan anggota Armada Racun dan Dewa Saraf yang sempat mendirikan Ormas Gianyar Bersatu sepakat mendirikan Forum Peduli Denpasar (FPD) dimana I Made Sutama Minggik sebagai ketua umum dan Dewa Saraf sebagai sekretaris jenderal. Forum Peduli Denpasar menampilkan diri berkedok LSM yang terlibat dalam wacana masyarakat sipil, dengan dukungan cendekiawan, politisi, seniman, dan wirausahawan, FPD menyatakan dalam visi dan misinya bahwa organisasi ini bertujuan meningkatkan keamanan dan kesatuan budaya Denpasar, dan akan menjalankan tugas ini dengan semangat Puputan Badung. Sebagai ketua FPD, I Made Sutama Minggik menegaskan bahwa FPD menyokong pendekatan pembangunan dari bawah ke atas, sehingga tercipta kota yang bersih, tidak banyak kemacetan lalulintas, dan warganya taat hukum.26 Pada peresmian yang dihadiri oleh sejumlah intelektual Bali dan jajaran birokrasi di kota Denpasar, FPD berjanji menjadi wadah independen masyarakat dan tidak akan terjebak pada kepentingan-kepentingan internal kelompok dan
26
Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan.
47
politik. I Made Sudira yang lebih dikenal dengan nama Aridus dan Dewa Palguna, SH, M.Hum ditunjuk sebagai pembina FPD.27 Beberapa anggotanya adalah Arjaya, Gede Indria (Pengacara), Eko Supriadi (Anggota DPR dari PDIP), dan Wayan Karianta alias Kablet (Anggota DPR dari PDIP). FPD menyatakan siap berada di belakang desa adat dan desa dinas dalam memecahkan segala persoalan yang mereka hadapi. Setelah pendeklarasian ini, FPD mulai melakukan kegiatankegiatan sosial dan pengerahan massa dalam berbagai kasus. Sampai kemudian pada momentum bom Bali tanggal 12 Oktober 2002, anggota yang berseragam FPD sangat jelas ikut menjadi relawan dalam evakuasi korban bom Bali. 28 FPD menjadi salah satu organisasi sosial yang menerima penghargaan dari Kapolri atas jasanya ikut membantu dalam evakuasi korban bom Bali. Penerimaan penghargaan dilakukan di Hotel Borobudur dan dibuka langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. FPD dianggap berjasa ikut membantu tugas polisi dalam evakuasi korban bom Bali, memberikan informasi dan bekerjasama dalam mengungkapkan kasus bom Bali. FPD telah menerima banyak penghargaan, kurang lebih 4 penghargaan, yaitu dari Kapolri, Kapolda Bali, Gubernur Bali, dan Walikota Denpasar.29 FPD menyatakan siap berhadapan dengan kelompokkelompok yang memaksakan kehendak dengan menggelar demo anarkis di Bali.30
27
Lihat lampiran B.7, I Made Sudira, seorang tokoh Suka Duka Pemuda Denpasar dan juga pembina FPD. 28 Wawancara dengan I Made Sudira, sama dengan di depan. 29 Lihat lampiran B.6,I Made Sutama (Minggik) saat menunjukkan penghargaan dari Kapolri untuk FPD atas jasanya membantu evakuasi bom Bali, Kuta. 30 M. Nazir (ed.), I Ngurah Suryawan, Bali Narasi Dalam Kuasa: Politik & Kekerasan di Bali, (Yogyakarta: Ombak, 2005), p. 275.
48
Fakta-fakta ini semakin menunjukkan bagaimana begitu eratnya hubungan antara FPD dengan aparat pemerintahan, DPRD, Walikota, dan juga dengan aparat kepolisian. Hal ini menegaskan bahwa semakin menjamurnya organisasi masyarakat di Bali kini juga dibarengi dengan bagaimana hubungan mereka dengan pihak-pihak berkuasa seperti aparat pemerintahan, kepolisian, tentara, dan tentunya konglomerat. Sejak awal FPD menjalin hubungan khusus dengan Walikota Denpasar A.A Puspayoga, yang bertindak sebagai patron organisasi ini. Melalui A.A Puspayoga FPD juga bersekutu dengan PDIP dan Puri Satria, dinasti penguasa lama dari Denpasar. Penguasa Badung yang terkemuka pada saat penaklukan oleh Belanda pada 1906 adalah dari Puri Satria. Pada 1930-an dan masa revolusi, Puri Satria memihak kekuatan nasionalis, sedangkan saingannya Puri Pemecutan bersekutu dengan Belanda. Pada masa Orde Baru, Puri Pemecutan loyal kepada Golkar sementara Puri Satria loyal kepada kubu PDIP.31 I Made Sutama Minggik, orang yang berada di belakang kehadiran FPD, sebagai ketua dan dedengkot forum ini sebenarnya punya riwayat yang cukup lama dengan dunia ormas, politik, dan preman di Bali, khususnya di kota Denpasar dan Badung. Minggik, begitu ia sering dipanggil dengan sosok kekar, bertato, berkumis, dan berjenggot seakan menunjukkan kesan sangar saat berhadapan dengannya. FPD bagi Minggik adalah segala-galanya. Forum ini dibentuk sebagai sebuah organisasi sosial, ikut bersama-sama pemerintah dan masyarakat umum untuk bersama-sama menanggulangi masalah sosial di Denpasar. Masalah yang paling krusial di Kota Denpasar ini adalah soal
31
Ibid., p. 277.
49
kependudukan. FPD siap membantu pemerintah, desa adat, dan dinas untuk melakukan razia penduduk pada penduduk liar atau pengangguran terselubung yang datang ke Denpasar. Masalah penduduklah yang menjadi pemicu dari kerawanan dan masalah-masalah sosial yang sering terjadi di Denpasar. FPD sadar perubahan adalah hal yang pasti, tetapi perubahan di kota Denpasar terlalu drastis. Terlalu hebat sebagai sebuah kota yang mempunyai budaya yang katanya unik, bernafaskan Hindu, dengan adanya perubahan seperti ini tentu menjadi sangat prihatin. Banyak yang kadang-kadang datang ke Bali seakan-akan ingin merusak Bali, maka timbullah peduli, maka digunakanlah Forum Peduli Denpasar.32 Saat ini, FPD juga menjadi pembenar dari konsep ajeg Bali. Ini ditambah lagi dengan diberikannya fasilitas dan kemudahan bagi organisasi ini untuk berkiprah di lingkungan Terminal Ubung. Pemberi lampu hijau itu adalah pemerintah sendiri melalui Walikota Denpasar. Di pinggir-pinggir jalan, satgas FPD dari pagi sampai malam bergantian mengatur angkutan antarkota dan provinsi. Jika para sopir bandel, satgas ini tidak segan untuk memukulnya. Sudah beberapa kali terjadi pemukulan oleh satgas FPD ini. Warga sekitar Terminal Ubung sering mengeluhkan arogansi dan sikap sok berkuasa dari satgas ini. Dalam penjagaan penyepian (hari raya Nyepi) di Bali, pecalang desa adat dan banjar harus berbagi wewenang dengan satgas FPD yang juga berjaga di dalam terminal. Tidak itu saja, anggota FPD yang sebagian adalah sopir-sopir dan ada juga anggota DPRD Kota Denpasar, bisa ditebak yang menjadi pelindungnya
32
Ibid., p. 278.
50
adalah Walikota Denpasar. Melindungi anggotanya dan aparat negara ditunjukkan FPD ketika melakukan penjagaan pada sidang PAW (Pergantian Antar Waktu) anggota DPRD kota Denpasar. Seorang anggota dewan yang bukan dari PDIP bermaksud untuk memfasilitasi orang tua murid untuk bertemu ketua DPRD kota Denpasar terkait masalah penerimaan siswa SLTP dan SLTA di kota Denpasar. Anggota dewan ini memang terkenal vokal dan berani mengkritik langsung dan yang terjadi, beberapa orang berbaju hitam bertuliskan FPD langsung menyerbu dan memukul anggota dewan tersebut. Berdirinya FPD bertujuan untuk membantu pemerintah kota Denpasar dalam menangani penduduk pendatang, dan masalah kota yang mendeklarasikan dirinya menjadi kota budaya, namun secara perlahan mulai bergeser melakukan tindakan-tindakan yang cenderung negatif.33
2.2.2.2 Organisasi Kemasyarakatan Laskar Bali FPD bukan satu-satunya ormas di kota Denpasar pesaing utamanya adalah ormas Laskar Bali, yang bermarkas di Jalan Imam Bonjol Gg, Melati No. 1 Denpasar. Dewan pembina dijabat oleh A.A. Suma Widana, SH, dan Putu Jaya, ketua umum adalah A.A Ketut Sumawidanta atau yang dikenal dengan Gung Alit, ketua I adalah I Ketut Rochineng, SH, MH, ketua II dijabat oleh A.A. Sumenadi, SH, sekjen dijabat oleh A.A. Bagus Indralaba dan I Wayan Bales, dan wakil sekjen dijabat oleh Jik Giri. Laskar Bali dideklarasikan pada tanggal 4 Oktober 2002 di Denpasar dan berazaskan Pancasila. Laskar Bali juga mempunyai landasan, landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945, landasan operasionalnya
33
Ibid., pp. 278-280.
51
UU No. 8 tahun 1985 tentang organissi kemasyarakatan, dan landasan spiritual Tri Hita Karana. Jika FPD bersekutu dengan PDIP dan polisi, Laskar Bali menjalin hubungan dekat dengan Golkar dan tentara. Munculnya Laskar Bali tidak lepas dari adanya faktor ekonomi yang mempengaruhi yaitu sulitnya biaya hidup dan kurangnya lapangan pekerjaan bagi pemuda-pemuda di Denpasar.Anggota Laskar Bali juga bergerak melayani permintaan untuk melindungi kepentingan bisnis tertentu.34 Laskar Bali mempunyai visi yaitu menjadi organisasi mandiri yang berorientasi pada fungsi sosial kemanusiaan, untuk turut mewujudkan masyarakat Bali yang harmonis, aman, maju, dan sejahtera. Selain visi Laskar Bali juga mempunyai misi yaitu :35 1. Bersama-sama pemerintah, organisasi kemasyarakatan lainnya, dan masyarakat umum menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. 2. Melaksanakan kegiatan sosial berupa pemberian bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu/miskin. 3. Melaksanakan
kegiatan
kemanusiaan
dalam
rangka
mempererat
persaudaraan dengan sesama melalui kegiatan penanganan bencana alam, donor darah, dan sejenisnya. 4. Mendukung program pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti penghijauan, dan kebersihan lingkungan.
34
Wawancara dengan A.A Made Sumenadi, bertempat di Jalan Imam Bonjol, Denpasar pada 27 Mei 2015. 35 DPP Laskar Bali, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga DPP Laskar Bali, (Denpasar: DPP Laskar Bali, 2013), p. 3.
52
5. Memberikan pendidikan keorganisasian bagi generasi muda Bali dalam rangka menanamkan bela negara serta meningkatkan rasa bangga dan cinta kepada daerah Bali. Laskar Bali telah terdaftar secara resmi di Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGPOLINMAS) dengan surat keterangan terdaftar Nomor : 20/LB/I/2013.36 Lambang organisasi Laskar Bali berupa gambar trisula emas,37 senjata bertombak tiga yang melambangkan kekuatan untuk membela diri dan masyarakat dari berbagai tantangan. Warna emas melambangkan keagungan.Lambang ini bermakna bahwa Laskar Bali dengan kekuatannya memiliki tujuan agung dengan dilandasi oleh jiwa yang agung pula, dalam mewujudkan masyarakat Bali yang agung.Bendera organisasi juga disesuaikan dengan lambang organisasi. Stempel, kop surat, dan amplop serta simbol-simbol lainnya berlaku seragam dalam lingkungan organisasi, baik di tingkat Dewan Pengurus Pusat (DPP), maupun Dewan Pengurus Cabang (DPC). Struktur pengurus Laskar Bali baik ditingkat DPP maupun DPW terdiri atas : Penasehat, Pengurus Harian (Ketua, Sekretaris, dan Bendahara), dan Koordinator Lapangan, dan semuanya telah tercatat di dalam AD/ART Laskar Bali. 38 Laskar Bali memang tidak setenar FPD. Kiprahnya secara tersembunyi untuk menguasai lahan-lahan yang telah disediakan oleh tentara.Jadi, Laskar Bali difasilitasi oleh tentara secara sembunyi-sembunyi, tidak seterkenal FPD dalam
36
Lihat lampiran A.2, Surat Keterangan Terdaftar Organisasi Kemasyarakatan Laskar Bali di KESBANGPOLINMAS kota Denpasar. 37 Lihat lampiran A.1, Surat Pendaftaran Ciptaan Seni Logo Laskar Bali. 38 Lihat lampiran A.4, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemasyarakatan Laskar Bali.
53
berkiprah. Pada awal-awal kemunculannya, Laskar Bali termasuk sepi dari pemberitaan pers, tidak demikian dengan FPD yang di back up oleh Walikota Denpasar, A.A. Puspayoga sebagai pelindungnya dan Bali Post sebagai mitra persnya. Diakui atau tidak, Laskar Bali sebenarnya terbentuk untuk menyaingi FPD. Laskar Bali sendiri terbentuk bukan tanpa adanya faktor politik. Di Imam Bonjol terdapat salah satu litbang (penelitian dan pengembangan) PDI Perjuangan yang dipimpin Ir. Alit Kesuma Kelakan. Kiprah dari Alit Kesuma Kelakan inilah yang kembali memberikan angin segar kepada Laskar Bali, istilahnya, Alit Kesuma Kelakan adalah Pembina dan fasilitator bagi kelahiran Laskar Bali. Hal ini terjadi karena Alit Kesuma Kelakan merasa berkepentingan untuk memiliki organisasi massa yang melindunginya dari lawan-lawan politiknya, terutama A.A Puspayoga dengan FPD-nya. Oleh sebab itu, Alit Kesuma Kelakan sebenarnya berada di belakang layar berdirinya Laskar Bali menjadi orang kuatnya. Perbedaannya, Laskar Bali dan Alit Kesuma Kelakan tidak seterkenal FPD dan A.A Pupayoga yang terus diekspos Bali Post.39
2.2.2.3 Organisasi Kemasyarakatan Baladika Bali Berdirinya Organisasi Kemasyarakatan Baladika Bali sebenarnya untuk membuat suatu keseimbangan situasi
sekaligus menunjukkan eksistensi
diri.Munculnya Baladika Bali berkaitan dengan Laskar Bali karena pemimpinpemimpin di Baladika Bali dulunya pernah bergabung di Laskar Bali. Beberapa diantaranya adalah I Bagus Alit Sucipta (Gus Bota) yang sekarang menjadi Ketua
39
M. Nazir (ed.), Op.cit, pp. 282-285.
54
Umum Baladika Bali, Jro Komang Swastika (Jro Jangol) yang sekarang menjadi Ketua I Baladika Bali, dan Nyoman Gde Sudiantara (Ponglik) yang sekarang menjadi Ketua Dewan Pembina Baladika Bali. Sekretaris Baladika Bali dijabat oleh I Ketut Sukarta, SH. Sebelum munculnya Baladika Bali, Laskar Bali memegang peranan penting di kota Denpasar. Dimulai dengan kasus keributan di Simpang Siur, setelah itu terjadi keributan antara FPD dengan Laskar Bali, dan munculnya Baladika Bali diawali kejadian keributan di tempat hiburan malam Denpasar Moon (DM).40 Perkelahian di Denpasar Moon (DM) karaoke di Jalan Sudirman, Denpasar pada hari Minggu, 30 November 2003 yang mengakibatkan satu orang meninggal dan tiga orang luka parah. Korban tewas adalah Koptu I Gusti Ketut Suardika, anggota Provost Korem 163 Wirasatya. Dua rekannya yang terluka adalah Koptu Ketut Celagi, dan Koptu Made Taman Budi. Keamanan DM, Oktavianus Kocu luka serius dipinggangnya akibat senjata tajam. Kejadiannya berawal dari kedatangan Nyoman Wiryawan, anggota Laskar Bali yang juga manajer Langit Biru Karaoke, tempat yang biasanya menjadi tempat berkumpul anggota Laskar Bali. Di dalam tempat karaoke, Wiryawan adu mulut dan bentrok fisik saling pukul dengan salah seorang pengunjung DM, anggota preman di Sudirman, anak tentara yang menguasai daerah itu. Wiryawan sebelumnya pernah punya masalah dengan orang ini, dan mereka akhirnya dibawa keluar oleh security DM.41
40 41
Wawancara dengan Nyoman Gde Sudiantara, sama dengan di depan. M. Nazir (ed.), Op.cit, p. 303.
55
Keributan pun akhirnya terjadi antara preman Sudirman yang tergabung dalam FKPPI (Forum Komunikasi Pensiunan Purnawirawan Indonesia) dengan anggota dari Laskar Bali tersebut. Pada saat bersamaan, tiga anggota Provost yang menjadi korban perang anggota ormas ini datang untuk melerai keributan. Markas mereka tepat diseberang jalan DM. Di sinilah, Koptu I Ketut Celagi sempat menarik baju Wiryawan dan memintanya untuk meninggalkan DM. Wiryawan masih dengan aman bisa keluar dari DM menumpang taksi. Tapi tidak disangka 30 menit kemudian Wiryawan datang kembali dengan 15 orang kawannya menaiki tiga buah mobil. Begitu turun dihalaman DM, kelompok Wiryawan, Laskar Bali ini langsung mengeluarkan senjata tajam dan mengamuk kepada seluruh orang di DM. Warga sekitar DM dan pengunjung DM lari menyelamatkan diri dan masuk ke asrama TNI-AD yang letaknya persis di depan DM. Pada saat itulah ketiga Provost dan keamanan DM, Oktavianus Kocu berada di tempat kejadian dan tidak berdaya menghadapi serangan itu. Ketiga orang ini menghadapi 15 anggota Laskar Bali, dan terjadilah perkelahian yang tidak seimbang.42 Koptu I Gusti Ketut Suardika meninggal karena senjata tajam dan tumbang di pinggir got depan DM. Sedangkan dua rekan Suardika, Koptu Ketut Celagi cedera berat di lengan kiri dan Koptu Made Taman Budi cedera berat di kening kiri dan pergelangan tangan kanan. Sedangkan Oktavianus Kocu tidak sempat melarikan diri dan ikut terluka karena berada di tempat kejadian.Setelah kejadian tersebut, akhirnya ditetapkan sembilan orang tersangka kejadian di DM.
42
Ibid., pp. 304-305
56
Lucunya, para tersangka penyerangan dan pembunuhan dijenguk oleh Wakapolda Bali Brigjen Teguh Sudarsono dan Dandim Badung Letkol Inf. Wahyu Sugandi.43 Pada saat kejadian itu, Ketua Umum Baladika Bali saat ini Bagus Alit Sucipta yang akrab disapa Gus Bota masih menjadi anggota Laskar Balidan terlibat. Saat itu Gus Bota sudah hampir ditetapkan sebagai tersangka karena ada bukti sebagai eksekutor pada saat kejadian. Waktu itu yang menjabat sebagai Kasat Reskrim adalah Wawan Ridwan. Agar tidak menjadi tersangka, beberapa barang bukti berusaha untuk dihilangkan seperti sepatu yang terkena darah korban, lalu mobil yang digunakan juga dicuci bersih. Akhirnya Gus Bota tidak sampai menjadi tersangka. Ayah dari Gus Bota yang mengenal Nyoman Gde Sudiantara “Ponglik” mengusulkan kepada Ponglik untuk dibuatkan organisasi yang positif, yang bisa mendidik untuk menjadi orang yang baik dan bukan liar. Tanggal 5 Mei 2004 Ponglik mendirikan Ormas Baladika Bali dan di deklarasikan di Denpasar pada tanggal 24 Juli 2005 dengan Ketua Umunya adalah Bagus Alit Sucipta. Jadi Ponglik lah yang sebenarnya membentuk Baladika Bali bukan orang lain. Dari sana dibuatkanlah pakem bahwa Ponglik mau ikut bergabung dan menjadi Ketua Dewan Pembina Baladika Bali dengan catatan Baladika Bali kedepannya harus menghormati hukum. Baladika Bali didirikan sebagai penyeimbang Laskar Bali.44 Baladika Bali adalah organisasi yang terbuka untuk semua warga negara Indonesia. Dokumen-dokumen Baladika Bali di Badan KESBANGPOLINMAS sudah lengkap dan secara resmi terdaftar dengan nomer inverntarisasi ; 43 44
Ibid., p. 305. Wawancara dengan Nyoman Gde Sudiantara, sama dengan di depan.
57
220/208/KBPM/ORG dan berasaskan Pancasila. 45 Tujuan dibentuknya Baladika Bali yang pertama adalah mewujudkan dan memperkokoh jiwa persaudaraan (menyama braya) di dalam maupun diluar lingkungan organisasi dan ikut berperan serta untuk merealisasikan ajeg Bali. Kedua, menciptakan orang-orang yang mempunyai rasa solidaritas dan tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat dan bermanfaat bagi orang banyak. 46 Untuk menyamakan persepsi di kalangan anggota maupun masyarakat luas tentang arah dan kebijakan umum perjuangan Baladika Bali, perlu diketengahkan visi dan misi Baladika Bali. Dengan memahami visi dan misi ini, diharapkan akan terbangun komitmen yang kuat dari anggota Baladika Bali untuk bersama melaksanakan perjuangan organisasi dan membangun daerahnya. Disisi lain visi dan misi ini juga menjadi acuan dalam merumuskan program organisasi. Visi Baladika Bali adalah terwujudnya keterpaduan hubungan dalam sekup keluarga Suka Duka Baladika Bali. Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut :47 1. Baladika Bali sebagai sebuah organisasi harus dapat mengemban dan memelihara kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga representatif dipandang dari kepentingan internal dan eksternal.
45
Lihat lampiran A.3, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemasyarakatan Baladika Bali. 46 DPD Baladika Bali, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga, (Denpasar: DPD Baladika Bali, 2008), p. 2. 47 Ibid., p. 1.
58
2. Baladika Bali beranggotakan orang-orang yang berbudaya dan berdisiplin tinggi, produktif serta memiliki kecintaan dan komitmen untuk bersama membangun Bali. Misi Baladika Bali adalah meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) anggota, meningkatkan kebersamaan dengan masyarakat luas, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam melaksanakan pengabdian dalam masyarakat dalam rangka meningkatkan kebersamaan dan solidaritas sosial di dalam masyarakat luas. Pemahaman misi tersebut adalah sebagai berikut :48 1. Mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan anggota sebagai modal dasar untuk mampu berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan bagi kepentingan organisasi maupun bagi masyarakat luas. 2. Mampu menciptakan komitmen dan partisipasi masyarakat secara luas dalam membangun Bali, dimana melibatkan peran serta masyarakat luas, mampu menjawab tantangan dan kebutuhan nyata serta hasilnya dapat dinikmati dan dipelihara bersama masyarakat luas. 3. Mampu melaksanakan peran dan tanggung jawab organisasi, menjaga ke ajegan Bali, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila UUD 1945. Perempuan juga sangat berperan aktif di dalam organisasi Baladika Bali. Mereka lebih banyak membantu dalam hal memberi bantuan tenaga, konsumsi, dana, dan semangat sebagai apresiasi bagi para anggota laki-laki. Untuk faktor ekonomi tidak ada yang mempengaruhi berdirinya Baladika Bali, yang ada hanya faktor sosial politik, setelah ormas ini berdiri barulah ada faktor ekonomi. Dalam
48
Ibid.
59
politik apapun partainya, Baladika Bali di bagian luar hanya bersikap netral. Orang-orang politik yang selalu hadir dalam setiap acara Baladika Bali seperti Nyoman Giri Prasta, I Ketut Suwandi, dan Jaya Negara pada setiap acara mampu memberi sumbangan sebesar 50 juta rupiah karena punya kepentingan untuk massa dalam pemilu dan Baladika Bali jika ingin menjual suara tentu saja bisa. Hal itulah yang membuat Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Baladika Bali punya hubungan yang cukup dekat dengan tokoh politik.49
2.2.2.4 Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Bali Bersatu Pemuda sebagai penerus bangsa yang juga sebagai agen perubahan dari setiap zaman, memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menentukan masa depan bangsa dan negara. Sejarah perjuangan dari setiap peradaban bangsa telah membuktikan bahwa persatuan dan kesatuan merupakan wahana yang sangat ampuh untuk mencapai cita-cita, menciptakan perdamaian serta ketentraman kehidupan baik individu maupun berkelompok. Pada era globalisasi ini, persatuan dan kesatuan telah mulai mengalami penyusutan, sehingga sering terjadi konflik-konflik horizontal.50 Di pulau Bali yang terkenal dengan keramah tamahan penduduknya dan sebagai destinasi pariwisata nasional, telah banyak kasus-kasus adat dan sosial yang muncul akibat mulai memudarnya semangat persatuan dan kesatuan atau rasa “menyama braya” di kalangan masyarakat Bali, akibat makin rendahnya rasa salunglung, sabayantaka paras
49
Wawancara dengan Nyoman Gde Sudiantara, sama dengan di depan. Lihat lampiran A.5, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Bali Bersatu. 50
60
paros sarpanaya (rasa kebersamaan dalam suka dan duka dalam ikatan kebersamaan dan senasib sepenanggungan serta dilandasi rasa persaudaraan yang tulus dari hati sanubari) di kalangan generasi muda Bali.51 Hal ini mendorong keinginan generasi muda pulau dewata atau pulau seribu pura, untuk senantiasa menjaga taksu Bali, yang religius, humanis dan dilandasi semangat gotong royong, untuk itu dengan ketulusan hati dan timbul dari panggilan nurani yang luhur untuk ikut serta menjaga dan menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan generasi muda Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya, dengan ikut serta untuk mewujudkan Bali yang Shanti dan Jagadhita berdasarkan Tri Hita Karana, atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, terbentuklah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Bali Bersatu (PBB).52 Pendirinya adalah Made Muliawan Arya (De Gajah) dan Komang Gde Juliantara (Mangde). Organisasi ini didirikan pada tanggal 1 Juni 2002, dan berkedudukan di kota Denpasar.53 Jumlah anggota PBB pertama kali saat dibentuk adalah 50 orang anggota. Mangde mempunyai gagasan untuk membentuk sebuah grup, lalu De Gajah mengembangkan gagasan tersebut agar lebih tertata menjadi sebuah organisasi yang lebih baik. Tetapi pada awalnya belum sebagus sekarang dan meskipun belum benar-benar bagus karena rata-rata anggotanya berpendidikan SMA atau SMA kebawah. PBB bertujuan agar lebih merangkul semua lapisan masyarakat.
51
DPP Pemuda Bali Bersatu, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga, (Denpasar: DPP Pemuda Bali Bersatu, 2002), p. 1. 52 Ibid., p. 2. 53 Wawancara dengan Made Muliawan Arya, bertempat di Jalan Akasia, Denpasar pada 18 Mei 2015.
61
Nama Pemuda Bali Bersatu merupakan gagasan dari De Gajah dan organisasi ini dulu lambangnya berupa jabat tangan. Nama Pemuda Bali Bersatu memiliki arti jadi seluruh pemuda yang ada di Bali, baik agamanya Hindu, Islam, Kristen, Budha yang penting dia sudah menjadi warga Bali diharapkan bisa bersatu untuk menjaga Bali dan bukan untuk berkelahi. 54 Pemuda Bali Bersatu sempat vakum lalu bergabung dengan ormas Laskar Bali dan menjadi Korlap Mangde. De Gajah pada waktu itu menjadi wakil ketua dari ormas Laskar Bali. Karena perbedaan visi dan misi dengan Laskar Bali pada tahun 2005 De Gajah memutuskan untuk keluar, dan pada tahun 2006 diikuti oleh anggota-anggota dari De Gajah. PBB lalu dibentuk kembali dan juga dengan logo yang baru, jumlah anggotanya saat ini yang memiliki kartu tanda anggota adalah 12 ribu orang. PBB dalam organisasinya tidak menggunakan istilah Korlap atau Koordinator Lapangan. Sistemnya adalah menggunakan PC (Pengurus Cabang) yang membawahi empat Korcam (Koordinator Kecamatan) yaitu Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Utara. Dibawahnya lagi membawahi yang namanya Ranting yang jumlahnya kurang lebih 20 ranting. PBB sudah resmi terdaftar di KESBANGPOLINMAS Kota Denpasar, hanya di Provinsi saja yang masih dalam proses karena di provinsi memerlukan syarat sebuah ormas mendaftar di kabupaten dan kota minimal lima atau empat, dan di setiap kabupaten atau kota kebijakannya berbeda-beda ada yang mudah tapi ada yang dipersulit juga. 55
54 55
Wawancara dengan Made Muliawan Arya, sama dengan di depan. Wawancara dengan Made Muliawan Arya, sama dengan di atas.
62
PBB adalah organisasi yang berbadan hukum dan memiliki akta notaris yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 2012.56 Ketua umum Pemuda Bali Bersatu dijabat oleh Komang Gede Juliantara, ketua I dijabat oleh Made Muliawan Arya, sekretaris dijabat oleh I Gusti Agung Nyoman, dan bendahara dijabat oleh I Gede Suweca. Dewan pembina Pemuda Bali Bersatu posisinya diisi oleh I Gede Ngurah Putra, Yosep Yulius Diaz, dan I Ketut Suteja Kumara. Seperti organisasi kemasyarakatan yang lain, ada faktor ekonomi yang mempengaruhi berdirinya PBB, bayangkan saja di Bali pemudanya hampir 60% pengangguran. Dengan adanya ormas ini diharapkan bisa membantu untuk memberikan lapangan pekerjaan walaupun tidak semuanya tetapi minimal 20% bisa dibantu, agar pemuda-pemuda itu bisa memiliki skill dan bisa diberdayakan. Pemerintah juga diharapkan bisa lebih membantu kedepannya agar semua saudara-saudara di Bali bisa bekerja jika masih ada yang menganggur. Dari segi faktor sosial berdirinya PBB karena terkadang masih ada orang-orang yang hanya berdiam diri dirumah saja dan jarang bergaul lalu merasa dirinya hebat di lingkungan tempat tinggalnya. Diharapkan dengan bergabung di organisasi agar dapat bertemu dan bersosialisasi dengan beragam tipe manusia yang berbeda pemikiran, jadi perlahan-lahan karakternya diharapkan bisa terbentuk dan bisa belajar saling menghargai. Sedangkan dari faktor politik sebenarnya ada, tetapi dari PBB untuk saat ini dan dalam AD/ART ada dijelaskan bahwa organisasi ini tidak diarahkan ke politik. Seandainya ada calon pemimpin, pengurus pusat menyarankan untuk semua anggota mendukung calon itu tetapi tanpa membawa nama organisasi, jadi tidak
56
DPP Pemuda Bali Bersatu, Op.cit, p. 3.
63
terlihat organisasi yang berpolitik dan lebih terlihat anggota secara pribadi yang berpolitik.57 Azas organisasi ini adalah Pancasila dan UUD 1945, kekeluargaan serta gotong royong. Maksud dan tujuan dari organisasi ini yaitu :58 1. Memupuk, memelihara, dan mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan antar anggota. 2. Menumbuhkan rasa saling asah, saling asih, dan saling asuh antar sesama umat manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan serta status sosial. 3. Meningkatkan kesejahteraan anggota, baik secara materiil maupun spiritual, melalui kegiatan-kegiatan ataupun usaha yang sah atau legal serta tidak bertentangan dengan hukum dan norma-norma sosial yang berlaku. 4. Membantu dan meringankan beban sosial anggota dan sesama umat manusia yang ditimpa kesusahan atau musibah.
57 58
Wawancara dengan Made Muliawan Arya, sama dengan di depan. DPP Pemuda Bali Bersatu, Op.cit, p. 3.