26
BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) atau yang biasa disebut secara singkat dengan “Konvensi Berne” saja, yang mulai berlaku di tahun 1886, merupakan ketentuan hukum internasional pertama mengatur masalah Hak Cipta antara negaranegara berdaulat.32 Dalam konvensi ini, Hak Cipta diberikan secara otomatis kepada si pembuat karya cipta, dan pembuat tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan Hak Cipta. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pencipta otomatis mendapatkan hak eksklusif Hak Cipta terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya-karya lain yang dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pencipta secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku Hak Cipta tersebut sudah habis.33 Melalui Konvensi Berne perlindungan Hak Cipta atas arsitektur masih berbentuk sederhana yaitu: plan, sketches, and plastics works, relatif to ... architecture (perencanaan, sketsa dan karya-karya plastik yang berkaitan dengan arsitektur) setelah mengalami evolusi melalui revisi-revisinya, Konvensi Berne memberikan konsep terbaru untuk hak cipta arsitektur, yakni sebagai: works of 32
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Bandung , Alumni, 2005, hal. 44 33 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op Cit, hal. 21
26
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
27
architecture; ... illustrations, maps, sketches and three dimensional works relative to architecture (karya-karya arsitektur; ... ilustrasi, peta-peta, perencanaan, sketsa-sketsa dan karya tiga dimensi yang berhubungan dengan karya arsitektur).34 Sejarah hak cipta di Indonesia bermula pada tahun 1958, bertolak dari nasionalisme ekonomi yang didengungkan Bung Karno. Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum tentang hak cipta tidak berlaku, agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti. Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa ketentuan lama zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 (aturan kolonial pertama yang sudah disesuaikan dengan Konvensi Bern) berlaku lagi.35 Selanjutnya pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, dan sebagai gantinya menetapkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta pertama di Indonesia. UU itu yang kemudian direvisi dengan UU No. 7 Tahun 1987, setelah itu dirubah dengan UU No. 12 Tahun 1997, dan terakhir diganti dengan UU No. 19 Tahun 2002 (UUHC 2002) yang
34 35
Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 2 Ibid, hal 22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
28
berlaku hingga saat ini.36 Perlindungan terhadap arsitektur telah diberikan oleh perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia sejak diundangkan pertama sekali dalam UUHC 1982 dan pengaturannya masih diatur dalam UUHC 2002 sampai sekarang. Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization-WTO), yang mencakup pula perjanjian tentang Trade Re lated Aspects of Intellectual Propertyrights-TRIPs (Perdagangan yang Terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk UU Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997 Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Yang tidak kalah pentingnya, Indonesia juga meratifikasi Copdiundnagnyrights Treaty (Perjanjian Hak cipta) yang disahkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 199737 B. Pengaturan Hak Cipta Arsitektur Menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 Masalah hak cipta Arsitektur salah satu yang tidak terlepaskan dari pengaturan muatan materi hukum hak cipta dalam UUHC 2002. Hal ini dapat dilihat secara lengkap dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) UUHC yang menyatakan: Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup: 36 37
Ibid Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
29
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantonim; f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan; g. Arsitektur ; h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi; l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya seni dari hasil pengalihwujudan. Yang dimaksud dengan arsitektur menurut Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan. UUHC ini berisi 15 bab dan 78 pasal, dari sekian banyak bab dan pasal, terdapat kata “arsitektur” sebanyak 4 (empat) buah yaitu pada:38
38
Artikel non personal, 25 Januari 2008, Hak Cipta http://esubijono.wordpress.com., Internet, diakses tanggal 5 April 2012.
dan
Karya
Arsitektur,
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
30
1. Bab II Pasal 12, tentang Lingkup Hak Cipta salah satu diantaranya adalah arsitektur. 2. Bab II Pasal 15, tentang pembatasan hak cipta arsitektur. 3. Bab II Pasal 23, tentang mempertunjukkan Ciptaan arsitektur di dalam suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog. 4. Bab III Pasal 29, tentang Masa Berlaku Hak Cipta arsitektur. Sementara di dalam Penjelasan UUHC ini terdapat 2 (dua) kata “arsitektur” yaitu pada: 1. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf c, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau ilmu pengetahuan lain.” , dan 2. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.” Dalam UUHC Tahun 2002 tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cakupan ruang lingkup dan tata cara perlindungannya, namun dalam penjelasan UUHC disebutkan bahwa arsitektur meliputi: seni gambar bangunan, miniatur, dan maket bangunan. Perlindungan ini lebih menjamin hak ekonomi dari para arsitek karena akan tertutupnya kedua alternatif sumber peniruan baik dari gambar bangunan maupun struktur bangunannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
31
Dalam UUHC juga tidak ada ditentukan kriteria atau batasan-batasan dan aspek-aspek apa sajakah yang dimiliki ciptaan arsitektur yang dapat dilindungi sebagai pedoman dalam berpraktek bagi para arsitek, disamping itu dalam undangundang ini tidak disebutkan bagaimanakah kategori arsitektur yang mempunyai nilai keaslian (originality)39 Untuk perlindungan arsitektur ini beberapa ketentuan yang perlu mendapat pengaturan lebih lanjut secara khusus adalah mengenai ruang lingkup pengertian arsitektur itu sendiri. Apakah pengertiannya meliputi arsitektur dua dimensi saja (seperti rencana, gambar, dan model bangunan) atau termasuk juga arsitektur tiga dimensi (bentuk atau struktur bagunan). Negara-negara peserta Konvensi Berne melindungi keduanya yaitu meliputi ciptaan dua dimensi maupun ciptaan tiga dimensi.40 Pada hak cipta arsitektur sebagaimana terhadap ciptaan lainnya juga terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak telah dialihkan.41
39
L.K. Safrida Manik, Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan), Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004, hal. 103 40 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 90 41 Departemen Kehakiman dan HAM, Kompilasi Undang-Undang Republik Indonesia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2002, hal. 266
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
32
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan dari eksploitasi ciptaannya.42 Hak ekonomi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :43 1. Hak reproduksi (menerbitkan/memperbanyak) 2. Hak eksekusi (memainkan/mempertunjukkan) 3. Hak adaptasi (memindahkan/mengalihkan) dan 4. Hak interpretasi (menerjemahkan/mengalihbahasakan).
Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi HKI dapat berbeda-beda. Pada hak cipta, jenis hak ekonomi lebih banyak jika dibandingkan dengan paten dan merek. Abdulkadir Muhammad mengelompokkan hak ekonomi ke dalam 4 jenis yaitu : 44 1)
Hak perbanyakan (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau meyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan ciptaan.
2)
Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti penerjemahan dan satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan drama radio.
42 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia), Citra Aditya bakti, Bandung, 1997, hal. 65 43 Ibid 44 Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaali Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 115
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
33
3) Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau
penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain. 4) Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukan,
mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, dramawan, seniman, peragawati. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah menggemukakan lebih banyak lagi, ada 8 jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu: 45 1 ) Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk mengadakan ciptaan.
Undang-undang Hak Cipta Indonesia menggunakan istilah hak perbanyakan. 2 ) Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi
terhadap Hak Cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari sate bahasa ke bahasa lain, isi novel diubah menjadi isi skrenario flim. Hak ini diatur dalam Bern Convention clan Unversal Copyright Convention. 3 ) Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada
masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. Dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. 4 ) Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya
seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, 45
M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 67-68
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
34
seniman, peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention, Universal Copyright convention, Rome Convention. 5 ) Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalani Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. Hak penyiaran diatur dalam Berne Convention, Universal Copyright Convention, Rome Corvention 1961, Brussel Convention 1974. 6 ) Hak programa kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui kabel, misalnya siaran televisi melalui kabel kepada televisi pelanggan, yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran. Tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel. 7 ) Droit de suite, yaitu hak tambahan Pencipta yang bersifat Kebendaan, diatur
dalam Bern Convention Revision Brusel 1948 and Revision Stockholm 1967. 8 ) Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak Pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending Right Act 1979, The Public Lending Right Schenme 1982. hak ini telah banyak dianut oleh negara-negara lain, seperti Amerika Serikat,Belanda, Australia, Jerman, Denmark, Swedia. Di samping hak ekonomi, ada lagi aspek khusus yang lain pada HKI, yaitu hak moral (moral right). Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
35
dari penciptanya karena pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan dari penciptanya karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama hak, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta. Kekal artinya melekat pada pencipta selama hidup bahkan setelah meninggal.46 Hak moral berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (author right) terdiri dari hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan hak moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta. Menurut Komen dan Verkade, hak moral yang dimiliki pencipta meliputi : 47 1) Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan. 2) Larangan mengubah judul. 3) Larangan mengubah penentuan pencipta. 4) Larangan untuk mengadakan perubahan. Hak moral tetap mempertahankan keaslian ciptaan meskipun hak ekonomi dari ciptaannya telah dialihkan. Pencipta berhak untuk menolak setiap perbuatan yang bersifat merusak atau merubah ciptaannya, karena hal tersebut akan berpengaruh buruk terhadap nama baiknya perbuatan demikian telah melanggar hak moral pencipta.
46 47
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hat 115. M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 72
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
36
Berikut ini adalah hak-hak yang termasuk hak moral:48 1) Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan pada ciptaan. 2) Hak untuk tak melakukan penambahan pada ciptaan tanpa persetujuan pencipta, atau ahli warisnya. 3) Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan penambahan pada ciptaan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat. Hak moral diatur dalam diatur dalam UUHC dan Konvensi Berne. Ketentuan Pasal 24 UUHC mengatur tiga esensi hak yang meliputi: hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan, hak melarang melakukan perubahan dan hak Pencipta untuk merubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.49 Rumusan Pasal 24 UUHC selengkapnya tetulis sebagai berikut: 1. Pencipta atau ahli waris berhak untuk menunutut kepada pemegang hak cipta
supaya nama pencipta yang dicantumkan dalam ciptaanya. 2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan
kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia. 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), berlaku juga terhadap
perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencatuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
48 49
Ibid Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hal. 48
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
37
4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat. Dengan demikian hak moral merupakan manifestasi dari pengakuan manusia terhadap karya orang lain yang sifatnya non ekonomi.50 Hak moral ini diberikan untuk menjaga nama baik atau reputasi pencipta sebagai wujud lain terhadap pengakuan karya intelektualnya. Secara umum UUHC membagi jangka waktu perlindungan hak cipta ke dalam 5 (lima) kategori yang dihitung sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau setelah pencipta meninggal dunia, walaupun pada dasarnya hak tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 34 UUHC telah dilindungi sejak lahirnya suatu ciptaan. Adapun perincian jangka waktu untuk Hak Cipta Arsitektur adalah sejak pertama kali diumumkan, berlaku selama hidup encipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Suatu arsitektur dapat pula dihasilkan oleh pegawai atau karyawan suatu lembaga atau perusahan.51 Pemilikan hak ciptanya diatur dalam UUHC Pasal 8 sebagai berikut :
50 51
M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 6 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 94
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
38
(1)
Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.
(3)
Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. Tidak hanya arsitektur nasional saja yang dilindungi UUHC, tetapi juga hak
cipta internasional (asing). Menyangkut hak cipta asing ini pengaturannya terdapat dalam Pasal 76 huruf c yang menentukan bahwa semua semua ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia juga dilindungi, dengan ketentuan : (i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia; atau (ii) negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta.52
52
Ibid, hal. 94
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
39
C. Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta Arsitektur Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman terhadap konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Dalam hal ini pencipta yang dimaksud adalah arsitek yang merupakan seseorang yang ahli dalam membuat rancang bangun dan yang memimpin konstruksinya.53 Pencipta apabila mengekspresikan kreativitas dan imajinasinya akan melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UUHC, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar kepemilikan atas ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Pasal 1 ayat (1) UUHC menyebutkan bahwa “hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku”.54
53
Budi Agus Riswandi, Perlindungan Data Base dalam Konteks Hukum Hak Cipta Indonesia, www.iprcentre.org/artikel/.pdf., Internet, diakses tanggal 6 April 2012. 54 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
40
Secara lengkap Pasal 2 ayat (1) UUHC menegaskan: “Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada hakekatnya merupakan hak eksklusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Dalam hal ini O.K. Saidin berpendapat bahwa “eksklusif berarti khusus, spesifikasi, unik. Keunikan itu, sesuai dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut”.55 Biasanya pelanggaran hak cipta arsitektur itu dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: (1) secara langsung mengcopy rencana-rencana yang dilindungi oleh hak cipta, (2) menggunakan rencana-rencana yang dilindungi hak cipta tanpa mengcopynya, dan (3) mengamati struktur bangunan yang dibangun dengan rencana yang dilindungi hak cipta untuk menciptakan rencana-rencana lainnya.56 Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta arsitektur jika yang ditiru itu adalah sebuah ide (pikiran, gagasan, cita-cita) atau sebuah gaya/corak mode (style). Peniruan teknik konstruksi pun tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, karena hal ini sudah merupakan alat ‘tool the trade’ untuk menghasilkan suatu karya cipta lainnya atau mengembangkan suatu karya cipta yang telah ada. Peniruan yang 55
O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Hal. 59. 56 Sanusi bintang, Op Cit, hal. 89
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
41
demikian sudah lazim di dunia arsitektur. Yang dilindungi oleh hak cipta bukanlah ide, tetapi perwujudan dari ide tersebut dalam bentuk tertentu ‘expression of an idea’. Suatu ide baru mendapatan perlindungan apabila telah dituangkan dalam bentuk karya cipta tertentu misalnya gambar, model, rencana, atau bangunan itu sendiri.57 Disamping persyaratan di atas (melindungi ekspresi), persyaratan lainnya supaya suatu arsitektur mendapat perlindungan hukum adalah syarat keaslian (originality), yaitu suatu arsitektur itu benar-benar berasal dari arsitek yang bersangkutan, bukan hasil peniruannya dari karya pihak lain. Suatu karya yang dapat dikatakan asli, walaupun tidak khas/satu-satunya dari jenis itu (unique) karena yang terakhir ini sulit untuk dipenuhi dan sifatnya subjektif. Karena itu, terdapat kemungkinan dua ciptaan arsitektur yang secara kebetulan hampir sama atau sama yang keduanya dilindungi secara terpisah, asalkan tidak adanya unsur-unsur kesengajaan untuk melakukan peniruan.58 Berdasarkan UUHC dan studi dokumen atau penelitian terhadap hak cipta arsitektur yang telah dilakukan, dapat diambil pendekatan ruang lingkup perlindungan terhadap Hak Cipta Arsitektur meliputi arsitektur berbentuk dua ataupun tiga dimensi yaitu meliputi: 1. Seni gambar bangunan, yaitu dokumen perencanaan berupa site plan, lay out plan, denah, tampak, potongan, dan lain-lain.
57 58
Ibid, hal. 91 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
42
2. Seni gambar miniatur, dapat di ambil pendekatan sebagai gambar tiga dimensi, misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi, biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer. 3. Seni gambar maket bangunan, untuk maket dirasa kurang tepat penyebutan seni gambar karena maket adalah bentuk tiruan (gedung, kapal, pesawat terbang, dsb) dalam tiga dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dsb. Sehingga lebih tepat menyebutkan maket bangunan saja tanpa menambahkan seni gambar. 4. Ciptaan/bentuk bangunan bangunan baik detail arsitektur maupun detail struktur. GAMBAR 1 - SENI GAMBAR BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
43
GAMBAR 2 - SENI GAMBAR MINIATUR Sumber : Dokumentasi Pribadi
GAMBAR 3 - MAKET BANGUNAN Sumber : Dokumentasi Pribadi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
44
GAMBAR 4 - BANGUNAN GEDUNG Sumber : Dokumentasi Pribadi
1.
Pengertian Arsitek Seperti halnya dokter, akuntan pengacara dan notaris, arsitek adalah profesi
yang menjual jasanya kepada masyarakat. Keberadaan arsitek diakui untuk mengurusi, segala permasalahan mengenai rancang bangun, mulai dari penyusunan konsep perancangan hingga pengawasan berkala sampai akhirnya menjadi sebuah produk arsitektural. Selain itu, seorang arsitek juga mempunyai tanggung jawab secara moral seumur hidup terhadap karya-karyanya.59 Peran arsitek di dalam kehidupan masyarakat sangat penting karena arsitek sebagai salah satu komponen masyarakat yang berperan di dalam pembentukan peradaban kehidupan manusia. Arsitek sebagai profesi yang menciptakan ruang bagi aktifitas dan 59
kelangsungan hidup
manusia
dituntut selalu peka terhadap
Agung Dwiyanto, Op Cit
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
45
perkembangan zaman dan teknologi serta sedapat mungkin selalu membela kepentingan masyarakat umum.60 Sebelum menjelaskan pengertian dari arsitektur, akan di jelaskan terlebih dahulu siapa yang menghasilkan karya arsitektur. Yang menghasilkan karya arsitektur adalah arsitek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitek adalah ahli dalam membuat rancang bangun dan memimpin konstruksi.61 Sedangkan menurut Keputusan Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang disebut perencana/arsitek/ konsultan perencana/konsultan ahli adalah perorangan atau badan hukum yang melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan karya bangunan atau perencanaan lingkungan beserta kelengkapannya. Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa (Ikatan Arsitek Indonesia, IAI) disebutkan bahwa Arsitek adalah sebutan ahli yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur dan/atau yang setara, mempunyai kompetensi yang diakui sesuai dengan ketentuan Ikatan Arsitek Indonesia, serta melakukan praktik profesi arsitek. Selanjutnya dijelaskan Profesi Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan dibidang perencanaan perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang diakui oleh Organisasi
hal 5
60
Hendraningsih, Peran, Kesan, dan Bentuk-bentuk Arsitektur, Bandung, Djambatan, 1985,
61
Umi Chulsum, et.al., “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Kashiko, Surabaya, 2006, Hal. 59
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
46
serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan berkesinambungan. 62 2.
Pengertian Arsitektur Tidak ada suatu seni yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita
manusia selain daripada Arsitektur, untuk musik saja seseorang harus pergi ketempat pertunjukan musik, suatu konser atau paling harus menyetel televisi atau radio. Untuk menikmati suatu karya sastra seseorang harus membaca dan membaca dengan tekun. Dan untuk menikmati atau melihat lukisan harus pergi ke museum, sedangkan arsitektur selalu ada di depan dan di sekitar kita, sepanjang tahunbahkan sepanjang hayat. Jelas bahwa arsitek mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam masyarakat.63 Kata arsitektur sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata arche dan tektoon. Arche yang berarti yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk pada suatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, dan stabil.64 Didalam profesi arsitek tergabung kedua bidang kegiatan tersebut. Definisi arsitektur menurut kamus bahasa indonesia adalah “seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan atau metode dan gaya rancang suatu
62
Ikatan Arsitek Indonesia, Pedoman hubungan Kerja antara Arsitek Dengan Pengguna jasa, Jakarta, IAI, 2001, hal. 9 63 Eko Budihardjo, Arsitek Bicara tentang Arsitektur Indonesia, Alumni, bandung, 1987, hal. 148 64 Y.B mangunwijaya, Wastu Citra: Pengantar ke ilmu Budaya bentuk Arsitektur; Sendi-sendi Filsafatnya beserta Contoh-Contoh Praktis, jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal 327.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
47
konstruksi bangunan”.65 Sedangkan pengertian arsitektur dalam kalangan para arsitek umumnya didefinisikan sebagai “seni penciptaan ruang dan bangunan untuk memberikan wadah kepada kehidupan bersama”. Pengertian ini mempunyai arti yang sempit dimana hanya ruang dan bangunan yang mempunyi kaedah-kaedah arsitektural (fungsional baik, struktural benar, dan penampilan indah) yang dapat merupakan hasil arsitektur yang baik, sedangkan yang lain “bukan arsitektur”.66 Sedangkan menurut Hasan Purbahadiwidjojo pengertian arsitektur memiliki makna yang lebih luas meliputi pembangunan lingkungan binaan yang merupakan bagian dari lingkungan semesta yang telah diubah oleh manusia dalam rangka menunjang kehidupan.67 Sejarah arsitektur diawali dari adanya kebutuhan menusia akan perlindungan dari alam, binatang, dan manusia lainnya. Tempat perlindungan ini diistilahkan dalam bahasa Inggris sebagai shelter. Pada saat itu manusia mencari tempat perlindungan, umumnya akan muncul suatu wujud tempat yang membuat manusia merasa terlindungi didalamnya. Wujud tempat ini memunculkan bentuk yang memiliki ruang, bentuk ruang memiliki unsur tiga dimensi. Disinilah mengapa vitruvius merumuskan trinitas arsitektur yakni firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan) dan venustas (keindahan) sebagai teori yang paling utama dalam merancang arsitektur. Fimitas hadir karena keinginan akan kekokohan atau kekuatan dari tempat
65
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989 66 Eko Budiaharjo, Opcit, hal. 75 67 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 88-89
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
48
berlindung, utilitas karena adanya kebutuhan akan ruang-ruang berdasarkan fungsinya, dan venustas agar memenuhi unsur kesenangan/ keindahan pada saat tempat berlindung itu dihuni. Pada karya arsitektur, ruang dan bentuk menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan karen saling melengkapi satu sama lain.68 Suatu ruang bisa diilustrasikan dalam bentuk gambar, tetapi kehadiran suatu ruang baru dapt dirasakan apabila kita berada didalamnya. Disebabkan sifat keruangan ini, secara logika suatu arsitektur baru dapat disebut karya arsitektur apabila desain dalam bentuk gambar sudah diwujudkan ke dalam bentuk bangunan.69 Suatu ciptaan arsitektur tidaklah tercipta tanpa melalui suatu pemikiran. Keselarasan adalah pertimbangan yang paling penting agar suatu karya tersebut nyaman dihuni dan indah dilihat. Namun, pada intinya terdapat ciri-ciri visual bentuk dari suatu karya arsitektur yang menjadi komponon-komponen pembentuk nya, antara lain:70 a. b. c. d. e. f. g.
Wujud/bentuk (form) Dimensi (size) Warna (colour) Tekstur Posisi Orientasi, dan Visual Pengetahuan mengenai ciri visual arsitektur ini sangat diperlukan untuk
menyadari bahwa arsitektur merupakan kumpulan dari unsur-unsur diatas.
68
Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 56 Ibid 70 Francis D.K. Ching, Architekture: form, space, and order, Canada: John Wiley&Sons, Inc., 1996, hal 34 69
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
49
Pemenuhan peniruan dari beberapa unsur karya arsitektur lain akan menghasilkan suatu karya arsitektur baru yang dapat serupa atau memiliki ide yang sama, tetapi ekspresi yang berbeda. Persamaan dapat berujung pada timbulnya pelanggaran Hak Cipta. Berapa besar persaaan yang dapat dikategorikan sebagai suatu pelanggaran hingga saat ini belum terumus. Namum dapat terlihat dari berapa banyak bagian pada komposisi arsitektur yang memiliki kesamaan.71 Proses pengerjaan arsitek harus melalui beberapa tahapan dari mulai persetujuan kerjasama antara arsitek, perusahan perencana, pengguna jasa, dan kontraktor atau pihak lain, kemudian arsitek akan memulai memikirkan ide, mendesain gambar, persetujuan gambar, mengoordinasikan konstruksi bangunan di lapangan sampai pembangunan selesai.72 Dalam mendesain karya arsitektur diperlukan kelengkapan gambar-gambar yang mendukung, terdiri atas:73 a. Gambar-gambar dua dimensi untuk gambar detail desain, gambar pelaksanaan atau gambar kerja (memiliki skala) seperti gambar Denah lay-out plan, siteplan, Denah, tampak, potongan, perspektif, detail struktural, detail arsitektural, gambar mekanikal-elektrical (gambar penentuan peletakan seperti saklar, stop kontak, titik lampu, titik AC), gambar utilitas ( perlengkapan toilet misalnya WC, urinal, shower, perlengkapan pemadam api seperti detektor,
71
Belinda Rosalina, Op Cit, hal 61 Wulfram I. Ervianto, Manajemen, Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta, 2003, hlm 15 73 Achmad Delianur, Ketua IAI Sumatera utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012 72
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
50
sprinkel, hidrant), gambar landskap, gambar eksterior dan interior dalam bentuk dua dimensi; b. Gambar tiga dimensi untuk acuan hasil akhir yang diinginkan (melihat ruang secara vertikal dan horizontal), misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi (biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer seperti scetch up, 3dmax, maupun program sejenis) Tetapi yang terpenting dari kelengkapan gambar diatas, menurut Ketua IAI Kota Medan yang paling penting dalam suatu hak cipta ini adalah suatu ide atau konsep perancangan arsitektur, ketika arsitek merancang suatu bangunan ia akan memasukkan unsur seni, ilmu pengetahuan, ide, konsep-konsepnya kedalam rancangannya. Sehingga tidaklah tepat jika yang didaftarkan sebagai hak cipta adalah kelengkapan gambar seperti denah, tampak, dan seterusnya. karena kelengkapan gambar demikian contohnya denah rumah sakit, sudah ada standarnya sendiri, ruang operasinya harus sekian, ruang perawatannya harus sekian meter persegi, demikian juga dengan bangunan-bangunan lainnya sudah ada standar dan kebiasaan ruang dan bentuk masing-masing. Karena arsitek bukanlah tukang gambar ataupun pelukis, arsitek adalah orang yang tahu sedikit tentang banyak hal, ketika ia mendirikan rumah sakit ia mengetahui sedikit banyak tentang rumah sakit, ketika merancang pabrik ia mengerti sedikit tentang pabrik, arsitek dengan ilmunya dituntut bisa merancang berbagai bangunan, semua didapat dari pengalaman dan pembelajaran, cara berpikir arsitek juga tidak pernah linier, proses berpikirnya eksploratif mulai dari input, proses, maupun output. Sehingga kelengkapan gambar standar diatas tidak tepat jika
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
51
didaftarkan tapi hanya boleh berupa lampiran. Dalam proses perencanaan arsitektural dikenal juga dengan konsep perancangan yang juga dituangkan dalam bentuk 2 dimensi atau gambar, bisa berbentuk sketsa tangan maupun gambar komputer, berupa gubahan/konsep bentuk, gubahan massa, pengaruh arah angin, posisi jalan, dan konsep lainnya, tetapi jarang dipublikasikan oleh arsitek. Konsep perancangan inilah yang biasanya berpengaruh terhadap hasil rancangan nantinya. Yang lebih tepat di daftarkan sebagai hak cipta ini seharusnya adalah ‘gambar konsep perancangan’ dan kelengkaan gambar (denah, tampak, potongan, siteplan, layout, detail) bisa menjadi lampiran saja untuk didaftarkan.74 D. Konsep/ Bentuk Perlindungan Hukum yang dapat didaftarkan bagi Ciptaan Arsitektur Sebagai salah satu bentuk kepatuhan pada Konvensi Berne, Indonesia melalui UUHC memberikan perlindungan Hak Cipta untuk arsitektur. Ruang lingkup arsitektur yang dilindungi dalam UUHC tertera dalam Penjelasan Pasal 12 ayat 1 huruf (g) yaitu antara lain meliputi seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan. Selain itu, pada Pasal 12(c) juga disebutkan bahwa alat peraga merupakan objek perlindungan Hak Cipta. Pada pasal Penjelasan disebutkan Pengertian dari alat peraga itu sendiri adalah Ciptaan yang berbentuk dua atau tiga dimensi yang berkaitan diantaranya dengan arsitektur.
74
Achmad Delianur, ketua IAI Wilayah Sumatera Utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
52
Pengertian dari tiga dimensi sendiri menurut paul Klee sebagai mana dikutip oleh Francis D.K. Ching dalam bukunya, adalah:75 Semua bentuk gamar berawal dari satu titik yang membuat suatu gerakan... titik itu bergerak... dan terbentuklah suatu garis – dikenal sebagai dimensi – pertama. Bila garis itu bergerak membentuk sebuah bidang, maka kita dapat menentukan sebuah unsur dua-dimensi. Selama perkembangannya dari bidang menjadi ruang, pertemuan bidang-bidang tadi melahirkan suatu badan (tigadimensi) . . Sebuah ringkasan mengenai energi kinetik yang menggerakkan sebuah titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi dimensi ruang. Definisi dari tiga dimensi diilustrasikan sebagai berikut: Sekumpulan titik-titik (x ,y, z) yang membentuk luasan-luasan (face: gabungan titik-titik yang membentuk luasan tertentu atau sering dinamakan dengan sisi) yang digabungkan menjadi satu kesatuan.76 Sehingga seni gambar dapat berwujud bidang maupun ruang sebagaimana didefinisikan oleh Paul Klee pada penjelasan di atas. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 12 ayat 1 huruf (l), ‘terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan’ dilindungi sebagai objek Hak Cipta. Pengertian dari ‘pengalihwujudan’ menurut penjelasan pasal tersebut adalah ‘pengubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, drama menjadi sandiwara radio, dan novel menjadi film.’ Demikian juga dapat disimpulkan suatu bangunan merupakan pengalihwujudan dari suatu gambar arsitektur.
75
Francis D.K. Ching, Arsitektur: Bentik, Ruang, dan Tatanan, Jakarta, Erlangga, hal. 1 Achmad Basuki & Nana Ramadijanti. Graftk 3 Dimensi Negeri, http:// lecturer.eepisits.edu/-basuki /lecture/Gtafik 3D.pdf; Internet, diakses tanggal 16 September 2012. 76
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
53
Dari penjelasan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyebutan ‘arsitektur’ sebagaimana yang disebutkan dalam UUHC adalah dalam bentuk seni gambar atau dua dimensi. Sedangkan penyebutan ‘karya arsitektur’ setelah pengalihwujudan dari seni gambar menjadi sebuah bangunan dengan ruang-ruang berbentuk tiga dimensi. Arsitektur yang berbentuk dua dimensi merupakan ‘seni gambar’ seperti yang disebutkan dalam UUHC sehingga dapat digolongkan dan didaftarkan sebagai Hak Cipta, namun Arsitektur yang telah berwujud tiga dimensi yang merupakan ‘karya arsitektur’ bisa didaftarkan melalui hak cipta, paten, maupun desain industri. 1.
Apakah semua bangunan dapat disebut sebagai Ciptaan Arsitektur? Apakah semua bangunan dapat dikatakan sebagai ciptaan arsitektur? UU
No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyebutkan bahwa: Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kanstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Definisi dari undang-undang ini tidak memberikan petunjuk akan adanya persyaratan khusus untuk disebut sebagai bangunan, suatu konstruksi dapat disebut bangunan sepanjang memenuhi persyaratan menyatu dengan tempat kedudukannya atau dengan arti kata lain bukan merupakan konstruksi yang tidak permanen. Struktur
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
54
selain bangunan seperti jembatan, bendungan, tenda, kendaraan rekreasi, rumah mobil dan kapal tidak dikategorikan sebagai ciptaan arsitektur.77 Bagaimana dengan toko di dalam sebuah mal, apakah dapat dianggap sebagai karya arsitektur? Belinda Rosalina dalam bukunya menyebutkan Pengadilan Amerika dalam kasus The Yankee Candle Co. v. New England Candle Co telah membuat suatu putusan berkaitan dengan pertanyaan ini.78 Yankee menyewa toko di dalam sebuah mal (Mal Holyone). Toko tersebut terdiri atas ornamen-ornamen standar seperti lemari display kayu warna tua, jendelajendela multiplaned, ornamen-ornamen dari tembaga, pintu tipe perancis. Pemilik Yankee memperoleh kepemilikan atas desain toko ini dari arsitek, dan langsung mendaftarkan perencanaan arsitektur dan desain tokonya ke kantor Hak Cipta. New England juga membuka toko yang serupa dekat Mal Enfield Square. Melihat hal ini Yankee menggugat New England telah melakukan pelanggaran Hak Cipta. New England membela diri dengan mengatakan bahwa toko tidak dapat disebut sebagai karya arsitektur. Yankee berargumen bahwa tokonya lebih menyerupai struktur tradisional dan tidak bisa disamakan seperti gazebo ataupun pergola. Pengadilan mengatakan bahwa perlindungan Hak Cipta diperluas hingga bangunan yang bersifat free-standing. Hal ini menyamakan toko sebagai struktur dalam struktur seperti kantor dalam bangunan perkantoran. Hakim memutuskan bahwa New England telah melanggar Hak Cipta karena telah memiliki akses ke gambar perencanaan Yankee,
77 78
Belinda Rosalina, Op Cit, hal 227 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 228
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
55
sehingga ditemukan kesamaan yang tinggi pada elemen non-utilitarian yang tidak dapat dijelaskan kesamaannya bahwa kesamaan ini disebabkan kreasi yang independen. Bahwa dalam kasus yankee ini dipertegas bahwa toko merupakan karya cipta arsitektur.79 2.
Bagaimana struktur yang dilindungi sebagai paten? Pengertian paten dalam UU No. 14 tahun 2001 tentang paten, adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi.80 Invensi artinya ide inventor yang dituangkan dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.81 Contoh dari paten adalah penemuan akan struktur bangunan tahan ledakan. (yang bernomor registrasi No. ID 0 012 397. No Paten: P-941368. Konsultan HKI: DR. Cita CN. tanggal 26 Oktober 2005). Dan juga seorang arsitek bernama Rem Koolhaas telah mendaftarkan paten atas dua temuan strukturnya yakni hyperbuilding (Bangkok, Thailand) dan CCTV (Beijing, China) yang mematenkan pengaturan penunjang menara agar dapat tinggi tanpa memerlukan dasar yang lebar sebagai penunjang.
79
Ibid Pasal 1 (1) UU. No. 14 tahun 2001 tentang paten 81 Pasal 1 (2) UU. No. 14 tahun 2001 tentang Paten 80
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
56
MacDonald dalam bukunya berpendapat bahwa terdapat jenis-jenis hubungan antara struktur dan arsitektur, yakni ornamentasi struktur, dengan menggolongkan struktur sebagai ornamen dan struktur sebagai arsitektur.82 Pemisahan yang tegas diberikan dalam membedakan Paten dan hak Cipta Sementara, Paten berkaitan erat dengan teknologi dan struktur sebagai ornamen, pada posisi lain hak Cipta lebih memilih untuk melindungi struktur sebagai arsitektur yang berkaitan dengan seni.83 Arsitektur sebagai proses dapat ditinjau dari penerapan HaKI di Indonesia. HaKI adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi manusia. Secara garis besar, HaKI dibagi dalam dua bagian perlindungan, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri yang mencakup Hak Paten sebagai salah satu bagiannya. Antara Hak Cipta dan Hak Paten terdapat perbedaan mendasar yaitu mengenai materi perlindungannya.84 Hak Cipta melindungi karya intelektual dan seni dalam pola pikir dan kreasi manusia tanpa menyangkut teknologi. Selain itu juga melindungi bentuk ekspresi. Ekspresi yang dimaksud disini seperti dalam bentuk tulisan, gambar, suara, dan video. Perlindungan Hak Cipta muncul otomatis sejak produk akhir dihasilkan.
82
Angus J. MacDonald, Struktur & Arsitektur, Jakarta, Erlangga, 2002, hal 1 Belinda rosalina, Op Cit, hal 229 84 Maureen Suryani, Otensitas dalam Proses Cipta Arsitektur, Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Pelita harapan, vol V, No. 1, 2008, hal. 45 83
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
57
Dalam arsitektur, yang dimaksud produk akhir dalam Hak Cipta adalah gambar dan miniatur bangunan.85 Sementara, Hak Paten melindungi hak seorang penemu/pencipta untuk penemuan suatu invensi teknologi baru. Invensi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau peoses. Paten perlu untuk diajukan dan didaftarkan terlebih dahulu sebelum menjadi hak seseorang untuk digunakan dalam keperluan ekonomi.86 Bila Hak Cipta lebih mengarah pada perlindungan produk akhir, Hak Paten mengarah pada perlindungan proses. Baik murni proses maupun produk yang digunakan dalam proses untuk menciptakan produk akhir. Paten diberikan untuk invensi yang baru (novelty), mengandung langkah inventif (inventive), dan dapat diterapkan dalam industri (applicable).87 3.
Apakah arsitektur dapat dilindungi sebagai Desain Industri? Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Desain Industri
menyebutkan yang dimaksud dengan Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditi industri, atau kerajinan tangan. 85
Ibid Ibid 87 Ibid 86
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
58
Undang-Undang Desain industri memberikan perlindungan untuk jangka waktu 10 tahun, berbeda drastis dengan UUHC 2002 yang jangka waktu perlindungannya seumur hidup Pencipta ditambah 50 tahun. Beberapa karya arsitektur memiliki karakteristik tertentu yang akan menimbulkan masalah apabila diberikan perlindungan terlalu lama. Misalnya, untuk Rumah Sangat Sederhana (RSS), desain yang dibuat tidak dapat terlalu maksimal mengingat keterbatasan budget dalam menentukan desain. Desain sangat bergantung kepada bahan-bahan atau material bangunan buatan pabrik yang sifatnya mass produk sehingga sangat sulit menghindari timbulnya dugaan plagiarisme. Untuk kasus ini RSS tersebut dapat digolongkan kepada karya arsitektur yang dilindungi Hak Cipta karena karakteristiknya yang merupakan bangunan yang bersifat permanen, tetapi lebih tepat dilindungi dengan Desain industri jika ditinjau dari kemanfaatan dan jangka waktu perlindungannya. Kapan suatu arsitektur dapat dilindungi Desain Industri? Mencontoh pada UU Hak Cipta Australia seperti diungkapkan oleh Belinda Rosalinda dalam bukunya, yaitu terhadap karya arsitektur yang bersifat tidak permanen atau bersifat portable atau knockdown. Dengan arti kata lain, apabila shelter busway merupakan bangunan yang tidak permanen dan diperbanyak seara mass produk, perlindungannya ada pada Desain Industri.88 E. Prosedur Pendaftaran Hak Cipta
88
Belinda rosalina, Op Cit, hal 286
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
59
Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta. Timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap suatu ciptaan. 89 Sesuai ketentuan Bab IV Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat pula mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI. "Daftar Umum Ciptaan" yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.90 Ada dua cara atau stelsel pendaftaran dalam hak cipta, yaitu yang pertama stelsel konstitutif, berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan. Yang kedua stelsel deklaratif, bahwa pendaftaran itu bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut undang-undang bahwa orang yang hak ciptanya terdaftar itu adalah si berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkan.91 Dalam Pasal 35 ayat 4 Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta di lakukan dengan sukarela, bagi pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya. Pendaftaran hak cipta dapat menjadikan surat pendaftaran 89
Haris Munanda & Sally Sitanggang, Op Cit, hal 24 Ibid 91 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, PT Alumni, Bandung, 2005. Hal. 89 90
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
60
ciptaannya, sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari mengenai ciptaan tersebut.92 Dengan tidak di daftarkannya ciptaan pada Direktorat Jendral, bukan berarti hak cipta tidak pernah lahir. Fungsi pendaftaran hak cipta, untuk mempermudah pembuktian kepemilikan atas ciptaan. Pendaftaran dalam Daftar umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang di daftar, hal ini ditegaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang Hak Cipta.93 Dari penjelasan diatas, berarti menunjukan bahwa cara pendaftaran hak cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta menganut cara atau stelsel deklaratif. Pasal 37 dan Pasal 38 UUHC menentukan syarat-syarat pendaftaran ciptaan, sebagai berikut: 1. Adanya suatu ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, serta asli (Pasal 1 angka 2 dan 3) 2. Adanya permohonan secara tertulis yang diajukan oleh pemohon atau kuasanya kepada Direktorat Jenderal 3. Permohonan dibuat dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh ciptaan atau penggantinya 4. Membayar biaya permohonan
92 93
Ibid Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
61
5. Jika permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu ciptaan, permohonan harus dilampiri salinan akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut Menurut Undang-Undang Hak Cipta, permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Direktorat Jendral dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan. Permohonan pendaftaran hak cipta, dapat diajukan oleh : 1. Permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atau Kuasa. (Pasal 37 ayat 1) 2. lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan. Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut. Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua. Dalam pendaftaran tersebut, pemohon diwajibkan: 1. melampirkan surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa. 2. melampirkan contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika berupa buku dan karya tulis lainnya, maka harus dilampirkan dua buah yang telah dijilid dengan edisi terbaik dan apabila buku itu berisi foto seseorang harus pula dilampirkan surat tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
62
b. Jika berupa program komputer, harus disertakan dua buah disket disertai buku petunjuk pengoperasian dari program komputer tersebut. c. Jika berupa CD/VCD/DVD, harus disertai dua keping contoh disertai uraian ciptaannya. d. Jika berupa alat peraga, harus disertakan satu buah disertai dengan buku petunjuknya; e. Jika berupa lagu, harus disertakan 10 buah contoh berupa notasi dan/atau syair. f. Jika berupa drama, harus disertakan dua buah naskah tertulis atau rekamannya. g. Jika berupa tari (koreografi), harus disertakan 10 gambar atau dua buah rekamannya. h. Jika berupa kisah pewayangan harus disertakan dua naskah tertulis atau rekamannya. i. Jika berupa pantomim, harus disertai 10 buah gambar atau dua buah rekamannya. j. Jika berupa karya pertunjukan harus disertai dua buah rekamannya. k. Jika berupa karya siaran, harus disertai dua buah rekamannya. l. Jika berupa seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase, harus disertai 10 lembar fotonya. m. Jika berupa karya arsitektur harus disertai satu buah gambar atsitektur.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
63
n. Jika berupa peta, harus disertai satu buah salinannya o. jika berupa karya fotografi, harus disertai 10 lembar salinannya. p. Jika berupa karya sinematografi, harus disettai dua buah rekamannya. q. Jika berupa terjemahan, harus disertai dua naskah yang disertai izin pemilik hak ciptanya r. Jika berupa tafsir, saduran dan bunga trmpai, harus disertai dua buah naskahnya. 3. Apabila pemohon adalah sebuah badan hukum harus disertakan salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris. 4. Jika pemohon adalah perorangan, harus disertai fotokopi kartu tanda penduduk; dan Bukti pembayaran biaya permohonan sebesat Rp75.000,00 atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp150.000,00. 5. Jika permohonan pendafaran ciptaan yang menjadi pemegang hak ciptanya bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta tersebut.94
94
Haris Munanda & Sally Sitanggang, Op Cit, hal 24
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
64
Gambar 5 - Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak Cipta Sumber: Kantor Depkumham Kota Medan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
65
Gambar 6 - Bentuk formulir Permohonan Pendaftaran Ciptaan Sumber: Kantor Depkumham Kota Medan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
66
Apabila dikemudian hari, ada ciptaan yang sudah terdaftar pada Direktorat Jendral, dan ternyata ada pihak lain yang berhak atas hak cipta tersebut, maka menurut Pasal 42 Undang-Undang Hak Cipta, dapat mengajukan gugatan pembatalan melalaui Pengadilan Niaga. Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan, dapat hapus karena : 1. Permohonan dari orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang hak cipta. 2. lampau waktu, dengan mengingat jangka waktu berlakunya ciptaan tersebut. 3. adanya pembatalan oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Meskipun UUHC tidak mewajibkan suatu ciptaan untuk didaftarkan, undangundang mengatur secara khusus ketentuan secara khusus mengenai pendaftaran ciptaan dari pasal 35 sampai dengan pasal 44. Prinsip-prinsip ketentuan yang diatur dalam UU tersebut adalah sebagai berikut:95 1. Direktoral Jenderal menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan. Pendaftaran Ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta. 2. Pendaftaran Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, atau bentuk Ciptaan yang didaftar. 3. Pendaftaran Ciptaan dilakukan atas dasar permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa (Konsultan Terdaftar). 95
Henry Soelistyo, Op Cit, hal 83
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
67
Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas Ciptaan, maka permohonan itu harus dilampiri salinan resmi akta atau keterangan yang membuktikan kepemilikan haknya. 4. Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya permohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap, termasuk yang diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum. 5. Dalam hal Ciptaan didaftar tidak sesuai dengan nama Pencipta atau pihak yang berhak, maka pihak yang berhak atas Hak Cipta tersebut dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga. 6. Kekuatan hukum suatu pendafraran Ciptaan hapus karena dinyatakan batal oleh putusan pengadilan. Selain itu, penghapusan dapat dilakukan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Selebihnya, pendaftaran hapus karena berakhirnya jangka waktu perlindungan Hak Cipta. Sehubungan dengan prinsip-prinsip di atas, pemerintah memfasilitasi kebutuhan pencipta untuk mendaftarkan ciptaannya, terutama untuk memperoleh alat bukti
kepemilikan
ciptaannya.
Hal
itu
dilakukan
pemerintah
dengan
menyelenggarakan administrasi khusus pendaftaran ciptaan, dengan menetapkan syarat-syarat dan biaya pendaftaran. Administrasi pendaftaran ciptaan diatur dalam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
68
Peraturan Menteri
Kehakiman Nomor: M.01-HC.03.01 Tahun 1987 yang
diadministrasikan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.96 Peraturan Menteri Kehakiman tersebut hingga saat ini masih berlaku meski UU Hak Cipta sudah diubah dan diganti dengan UU Nomor 19 Tahun 2002. Menurut
Peraturan
Menteri
Kehakiman
tersebut
ditentukan
bahwa
permohonan pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman R.I. melalui Direktorat Hak Cipta. Prosedur pendaftaran caranya sederhana yaitu: 1. permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua; 2. pemohon wajib melampirkan: a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa; b. contoh ciptaan arsitektur dengan ketentuan melampirkan satu buah gambar arsitektur; c. salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris, apabila pemohon badan hukum; d. fotokopi kartu tanda penduduk; dan e. bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp75.000 atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp150.000 3. dalam hal permohonan pendaftaran ciptaan yang pemegang hak ciptanya bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta tersebut. 96
Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
69
Berbeda dengan permintaan paten dan pendaftaran merek yang mensyaratkan kewajiban mengajukan permintaan untuk itu guna memperoleh status dan perlindungan hukum, pendaftaran ciptaan lebih bersifat pilihan atau optional. Pendaftaran sekadar berfungsi sebagai pencatatan hak pencipta atas ciptaan, identitas pencipta dan data lain yang relevan. Tujuannya, untuk mendapatkan catatan formal status kepemilikan Hak Cipta. Hal ini penting, terutama untuk mendukung pembuktian dalam hal terjadi sengketa kepemilikan Hak Cipta, termasuk kebenaran mengenai siapa yang dianggap sebagai pencipta. Demikian pula dalam pengalihan atau pelisensian Hak Cipta. Yang terakhir ini akan lebih mudah dilakukan apabila tersedia dokumen tertulis tentang ciptaan. Misalnya, sertifikat pendaftaran Hak Cipta yang bersangkutan.97 F. Pendaftaran Hak Cipta Arsitektur di Kota Medan Pendaftaran ciptaan bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak, dengan adanya pendaftaran akan di ketahui dengan tepat siapa pemilik dari hak cipta tersebut. Dengan pendaftaran, kepemilikan atas hak cipta itu secara umum khalayak ramai akan mengetahui siapa yang mempunyai kewenangan kebendaan atas hak cipta yang bersangkutan. Ini merupakan salah satu proses penting dalam bidang hukum benda yang pada kenyataannya menyangkut permasalahan
97
O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 91
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
70
tentang status kepemilikannya, sehingga terjawab secara pasti dengan adanya pendaftaran itu.98 Pendaftaran dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual adalah kegiatan pemeriksaan dan pencatatan setiap hak Kekayaan Intelektual seseorang, oleh pejabat pendaftaran, dalam buku daftar yang disediakan untuk itu, berdasarkan permohonan pemilik/ pemegang hak, menurut syarat dan tatacara yang diatur oleh Undang-Undang dengan tujuan untuk memperoleh kepastian dari status kepemilikan dan perlindungan hukum, dan sebagai bukti pendaftaran diterbitkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual.99 Dimana kita ketahui bahwa terhadap hak cipta tidak diharuskan untuk didaftarkan karena hukum telah melindungi ciptaan tersebut sejak ciptaan itu lahir, walaupun tidak didaftarkan. Jadi aparat penegak hukum sulit untuk mengetahui bahwa suatu karya arsitektur yang seharusnya dilindungi telah terjadi pelanggaran hak cipta.100 Karena UUHC Tahun 2002 menganut sistem pendaftaran deklaratif maka sangat sulit bagi PPNS-HAKI untuk mengetahui siapakah pemilik atas suatu karya arsitektur. Oleh karena itu tuntutan pidana pun tidak pernah dilakukan oleh aparat penegak hukurn. Mereka khawatir kalau mereka akan salah dalam rnelakukan
98 Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012. 99 Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 153 100 Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
71
penyelidikan karena bisa saja orang yang telah diperiksa bahwa ia telah rnelakukan pelanggaran hak cipta ternyata memang benar bahwa hak cipta itu miliknya.101 Dalam praktik di lapangan pendaftaran ciptaan arsitektur belum pernah dilakukan oleh arsitek di Kota Medan. Jawasmer SH., M.Kn., PPNS dan Kepala Bidang Pelayanan Hukum mengatakan bahwa Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Medan belum pernah menerima pendaftaran Hak Cipta Arsitektur yang dilakukan oleh arsitek.102 Sedangkan dari hasil wawancara dengan Ketua IAI Kota Medan, menegaskan harus ada prosedur yang lebih terbuka bagi arsitek untuk mendaftarkan hak cipta arsitektur, karena bagaimana prosedurnya selama ini tidak jelas, bahkan hak cipta arsitektur ternyata diatur dalam undang-undang di Indonesia juga tidak semua arsitek mengetahuinya, kemudian bagaimana prosedurnya pun juga tidak diketahui, SOP atau standar operasionalnya bagaimana, mula-mula harus didaftrkan kemana, dan seterusnya.103 Walaupun, Hak Cipta tidak memiliki keharusan untuk didaftarkan, namun agar memiliki bukti hukum yang kuat untuk dapat membuktikan bahwa karya cipta tersebut merupakan karya seseorang, maka proses pendaftaran diperlukan, apalagi jika karya cipta tersebut bertujuan untuk mendapat manfaat ekonomis. Sehingga
101
Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012. 102 Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI dan KASUBID Pelayanan Hukum umum pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012. 103 Achmad Delianur, ketua IAI Wilayah Sumatera Utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
72
pemilik hak tidak kehilangan hak ekonomisnya atas tindakan pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh orang lain. Fungsi pendaftaran untuk mempermudah pembuktian kepemilikan atas ciptaan yang dimiliki seseorang apabila dikemudian hari terdapat pelanggaran hak atas ciptaan dan apabila ciptaan itu tidak didaftarkan akan ditemui kesulitan dalam pembuktian kepemilikan. Untuk memperkuat perlindungan hukum terhadap hak cipta tersebut didaftarkan pada Departemen Hukum dan HAM. Namun demikian pendaftaran tersebut bukan merupakan kewajiban bagi pencipta. Pendaftaran hak cipta tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti atau bentuk dari ciptaan yang didaftarkan, Hal itu berguna untuk memeperkuat kedudukan hak cipta sebagai alat bukti apabila terjadi sengketa atau pelanggaran hak cipta.104 Menurut hasil penelitian, hak cipta arsitektur pada dasarnya adalah hak privat (perdata), dalam arti pencipta atau pemegang hak cipta bebas untuk mengajukan permohonan bagi pendaftaran dan perlindungan atas hak ciptanya atau tidak. Jika tidak dilakukan tidak akan dituntut apa-apa, tetapi akan rugi sendiri jika orang lain atau perusahaannya tempat bekerja seenaknya memanfaatkan, atau bahkan mengakuaku ciptaannya. Dari uraian ini, menurut peneliti jika pendaftaran hak cipta tidak merupakan keharusan, maka perlu dipikirkan tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk menarik minat para pencipta untuk mendaftarkan hasil karyanya (hak
104
Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI dan KASUBID Pelayanan Hukum umum pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 5 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
73
ciptanya), tentu saja dengan keuntungan yang dapat dirasakan oleh Pencipta itu sendiri, dibanding apabila tidak melakukan pendaftaran. Berkarya itu penting, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengurus status hukumnya, agar haknya dapat terjamin. Demikian pula, tidak ada salahnya menikmati hasil ciptaan orang lain, selama tidak mengabaikan hak-hak pembuatnya. Dengan adanya pendaftaran dan perlindungan, diharapkan kreativitas para arsitek juga akan terdokumentasi dengan baik sehingga lebih mudah dan akhirnya lebih murah, untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain itu kepastian hukum yang lebih baik sehingga terhindar dari pembajakan, penyalahgunaan, dan perampasan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA