26
BAB II NILAI DEMOKRATIS DAN HUMANIS
A. Pengertian Nilai Demokratis dan Humanis Untuk lebih memudahkan dalam memahami pengertian nilai demokratis, maka penulis akan membagi ke dalam tiga sub-bahasan yaitu (1) Pengertian Nilai (2) Pengertian Demokratis, dan (3) Pengertian Humanis 1. Pengertian Nilai Secara bahasa, Nilai memiliki pengertian sebagai sifat-sifat (halhal) yg penting atau berguna bagi kemanusiaan; atau sesuatu yg menyempurnakan manusia sesuai dng hakikatnya: etika dan -berhubungan erat; (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Nilai atau value,
berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa Prancis Kuno valoir yang artinya nilai. Sebatas arti denotatifnya, valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Untuk memahami kata Nilai, secaraIstilahbeberapa tokoh telah memberikan pengertian bahwa nilai itu ada, dan hakikat serta makna nilai itu apa,berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian tentang nilai, antara lain: Lorens bagus dalam bukunya Kamus Filsafat (1996) menjelaskan tentang Nilai, yaitu sebagai berikut: 26
27
a) Nilai dalam bahasa Inggris disebut Value, sedangkan dalam bahasa Latin disebut Valere, yang memiliki arti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. b) Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. c) Nilai ditinjau dari segi keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai suatu kebaikan. 1 Sedangkan menurut Mulyana, definisi tentang nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan oleh Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses petimbangan nilai. 2 Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikemukakan kembali bahwa nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi tersebut, maka yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang1 2
Lorens bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), Mulyana Rohmat, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 9.
28
undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis dan berkembang ke arah yang lebih kompleks. Menurut analisis sederhana, dapat disimpulkan bahwa nilai sekurang-kurangnya memiliki 3 ciri sebagai berikut: a) Nilai berkaitan dengan subjek b) Nilai tampil dalam suatu konteks praktis c) Nilai menyangkut sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang dimiliki oleh objek. 3 Selain
itu
menurut
Kattsoff
dalam Soejono
Soemargono,
mengatakan bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga cara, yaitu (1) nilai sepenuhnya berhakekat subjektif, tergantung pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri; (2) nilai merupakan kenyataankenyataan (ditinjau dari segi Ontology), namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu, nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal; serta (3) nilai-nilai merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan. 4 Sedangkan menurut Sadulloh mengemukakan tetang hakikat nilai berdasarkan teori-teori sebagai berikut: menurut teori voluntarisme, nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan. 3
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 2005), hlm. 141. Louis. O. Katsoff, (edisi terjemahan oleh Soejono Soemargono), Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 323 4
29
Menurut kaum hedonisme, hakikat nilai adalah “pleasure” atau kesenangan, sedangkan menurut formalisme, nilai adalah sesuatu yang dihubungkan pada akal rasional dan menurut pragmatisme, nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 6) Nilai berkaitan dengan masalah baik dan buruk, tolok ukur kebenaran sebuah nilai dalam perspektif filsafat adalah aksiologi. Perbedaan pandangan tentang aksiologi akan membedakan ukuran baik-buruknya sesuatu. Berdasarkan tinjauan aksiologi, nilai dapat dibagi menjadi nilai mutlak dan nilai relatif, niali intrinsik (dasar) dan nilai instrumental. Nilai mutlak bersifat abadi, tidak mengalami perubahan dan tidak tergantung pada kondisi dan situasi tertentu. Nilai relatif tergantung pada situasi dan kondisi dan oleh karenanya selalu berubah. Nilai intrinsik ada dengan sendirinya dan tidak menjadi prasyarat bagi nilai yang lain. Sebaliknya nilai instrumental adanya berfungsi sebagai syarat bagi nilai intrinsik. 5 Selain itu dalam Islam juga memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan (ghayah) semua aktivitas hidup muslim. Semua nilai-nilai lain
5
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 123.
30
yang termasuk amal shalih dalam Islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat untuk meraih nilai tauhid. Dalam menjabarkan konsep nilai baik dasar maupun instrumental sebagai bagian dari pengembangan kurikulum pendidikan Islam, dapat dielaborasi dari: 1. Nilai-nilai yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam AlQur’an dan Hadits yang semuanya terangkum dalam ajaran akhlak dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan makhluk lainnya. 2. Nilai-nilai universal yang diakui adanya dibutuhkan oleh seluruh umat manusia karena hakekatnya sesuai dengan fitrah manusia, seperti: cinta damai, menghargai hak asasi manusia, keadilan, demokrasi, kepedulian sosial dan kemanusiaan. 6 Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial. 2. Pengertian Demokratis Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos atau cratein yang berarti pemerintahan (rule) atau kekuasaan (strength). Selain itu, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
6
Ibid, hlm. 124-125
Demokrasi memiliki pengertian sebagai
31
(bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam pengertian lain, Demokrasi dapat diartikan sebagai “kepercayaan terhadap kebebasan dan kesetaraan antara sesama manusia atau sebuah bentuk masyarakat yang egaliter dan toleran”. Demokrasi dimaknai pula sebagai sebuah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan sama bagi semua warga negara. Disebut juga bahwa demokrasi adalah sistem dimana kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat. Dari sistem ini kemudian muncul sejumlah syarat agar disebut sebuah negara atau pemerintahan yang demokratis, yakni tidak ada pakssaan terhadap pengungkapan pendapat, kebebasan pers dan kebebasan berkumpul. Oleh karena itu, asas terpenting dari sebuah demokrasi adalah kebebasan dalam berpendapat, kebebasan memilih dan sebagainya.7 Sedangkan secara Istilah, beberapa tokoh telah menjelaskan mengenai pengertian demokrasi, antara lain: Menurut identifikasi dari John L.Esposito danJames P. Piscatori, secara Islam demokrasi berkaitan erat dengan istilah syura, ijtihad dan Ijma’, ketiga hal tersebut merupakan menjadi landasan utama bagi 7
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: AcadeMIA + Tazzafa, 2010), hlm. 238-239
32
penerapan demokrasi dalam Islam, 8 sebagaimana dikuatkan dalam firman Allah, QS. Ali Imran: 159
ّ َﻓَﺒِ َﻤﺎ َرﺣْ َﻤ ٍﺔ ﱢﻣﻦ َ ﻨﺖ ﻟَﮭُ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛ َ ِﷲِ ﻟ ﺐ ﻻَﻧﻔَﻀﱡ ﻮ ْا ِ ْﻨﺖ ﻓَﻈّﺎً َﻏﻠِﯿﻆَ ا ْﻟﻘَﻠ ُ ﻚ ﻓَﺎ ْﻋ ﻒ َﻋ ْﻨﮭُ ْﻢ َوا ْﺳﺘَ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَﮭُ ْﻢ َو َﺷﺎ ِورْ ھ ُ ْﻢ ﻓِﻲ اﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻓَﺈِ َذا َ ِِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟ ّ ﷲِ إِ ﱠن ّ ﺖ ﻓَﺘَ َﻮ ﱠﻛﻞْ َﻋﻠَﻰ َ َﻋ َﺰ ْﻣ ١٥٩- َﷲَ ﯾُ ِﺤﺐﱡ ا ْﻟ ُﻤﺘَ َﻮ ﱢﻛﻠِﯿﻦ Artinya:Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlahdengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal.(QS. Ali Imran: 159) Selain itu juga terdapat dalam QS. As Syura: 38
َواﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ا ْﺳﺘَ َﺠﺎﺑُﻮا ﻟِ َﺮﺑﱢ ِﮭ ْﻢ َوأَﻗَﺎ ُﻣﻮا اﻟﺼ َﱠﻼةَ َوأَ ْﻣ ُﺮھُ ْﻢ ُﺷﻮ َرى ﺑَ ْﯿﻨَﮭ ُْﻢ ٣٨- ََو ِﻣ ﱠﻤﺎ َر َز ْﻗﻨَﺎھُ ْﻢ ﯾُﻨﻔِﻘُﻮن Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami Berikan kepada mereka, (QS. As Syura: 38) Yang menjadi dasar dari identifikasi mereka berdua bahwa pandangan Islam sangatidentik dengan konsep demokrasi adalah berkait dengan (1) Islam tetap memelihara tradisi Ijtihad di kalangan para Ulama, dimaksudkan agar dalam memutuskan suatu perkara, maka 8
Eko Taranggono, Islam dan Demokrasi-Upaya mencari titik temu, Jurnal Al-Afkar, Edisi VI, tahun ke-V, 2002, hlm. 5
33
akan dapat berfikir secara jernih; (2) prinsip persamaan (al-musawa), Islam sangat tidak menganjurkan perpecahan umat, berdasar pada perbedaan suku, ras, golongan, warna kulit, kasta, kaya-miskin, dsb; (3) prinsip Syura, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa ber-musyawarah, untuk kemufakatan bersama, hal tersebut sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. 9 Sedangkan menurut Bahtiar Effendy, sebagaimana dalam bukunya Muhammad Roem, “Islam dan Demokrasi untuk Membangun Indonesia”, terdapat 4 prinsip utama berkaitan dengan konsep Demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu: (1) Prinsip Keadilan (al-‘adl), (2) Prinsip Persamaan (al-musawa), (3) Prinsip Kebebasan (hurriya), dan (4) Prinsip Musyawarah (Syura).10 Seorang filosof pendidikan modern, John Dewey, menyatakan bahwa
tingkat
ke-demokratisan
kehidupan
sebuah
kelompok
masyarakat, tergambar dalam (1) sejauh mana tujuan atau interest kelompok masyarakat tersebut dianut dan diyakini secara bersama oleh semua anggotanya, dan (2) sejauh mana kelompok sosial tersebut memiliki kebebasan berinteraksi dengan kelompok-kelompok lain diluarnya. Dalam
konteks
lain,
Abraham
Lincoln
(1867),
juga
memberikan pengertian bahwa demokrasi sebagai Government of the
9
Ibid,hlm. 5-6 10 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran Humanis,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 61-67.
yang
Demokratis
dan
34
people, by the people, and for the people (pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Jadi sebuahnilai
dapat
disimpulkan
kehidupan
bahwa
sosialyang
nilaidemokratis
adalah
berkaitandengankebebasan
pengungkapan pendapat, kebebasan pers dan kebebasan berkumpul. Oleh karena itu, asas terpenting dari sebuah demokrasi adalah kebebasan dalam berpendapat,kebebasanberorganisasi, kebebasan memilih dan sebagainya. 3. Pengertian Humanis Humanis berasal dari kata Human dalam bahasa Inggris, yang artinya manusiawi. MenurutKamus Besar Bahasa Indonesia, Human memiliki pengertian: (1) bersifat manusiawi (spt manusia yg dibedakan dr binatang, jin, malaikat); (2) berperikemanusiaan (baik budi, luhur budi, dsb): sedangkan Humanis memiliki pengertian sebagai:
(1)
orang
yg
mendambakan
dan
memperjuangkan
terwujudnya pergaulan hidup yg lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia; (2) penganut paham yg menganggap manusia sbg objek terpenting; (3) penganut humanisme.11 Menurut Pius A. Partanto dan Dahlan Al-Barry, menyebutkan bahwa Human mengenai manusia, cara manusia, sedangkan Humanis berarti seorang (manusia) yang berpemikiran Humanisme. Sedangkan 11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), edisi ke-II. hlm. 361
35
Humanisme itu sendiri memiliki pengertian suatu doktrin yang menekankan kepentingan kemanusiaan dan idealisme manusia. 12 Konsep manusia sangat penting artinya didalam suatu sistem pemikiran dan didalam kerangka berfikir seorang pemikir. Konsep tentang manusia menjadi penting karena ia termasuk dari pandangan hidup, oleh karena itu meskipun manusia tetap diakui sebagai misteri yang tidak pernah dapat dimengerti secara tuntas,keinginan untuk mengetahui hakikatnya ternyata tidak pernah berhenti. Pandangan tentang manusia berkaitan erat dan bahkan merupakan bagian dari sistem kepercayaab, yaitu landasan moral manusia, yang pada akhirnya akan memperlihatkan corak peradabannya. Pandangan tentang hakikat manusia merupakan masalah sentral yang akan mewarnai corak berbagai peradabannya yang dibangun diatasnya. Konsep manusia penting bukan demi pengetahuan akan manusia itu saja, tetapi lebih penting adalah karena ia merupakan syarat bagi pembenaran dan landasan-landasan bagi pengetahuan-pengetahuan manusia.13 Menurut Islam, manusia adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani dan rohani. Secara biologis manusia mempunyai persamaan dengan hewan, tetapi dikarenakan dengan terdapatnya roh didalamnya, manusia menjadi nakhluk yang sangat unik, ia memiliki
12
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 2001), hlm. 234. 13 Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghozali, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 7-8
36
keampuan untuk berfikir, memiliki daya nalar dan berkehendak. Manusia adalah makhluk Allah SWT, ia dan alam semesta bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman Allah, QS. Ar Rum: 40
اﻟﻠﱠﮭُﺎﻟﱠ ِﺬﯾ َﺨﻠَﻘَ ُﻜ ْﻤﺜ ُ ﱠﻤ َﺮ َزﻗَ ُﻜ ْﻤﺜُ ﱠﻤﯿُ ِﻤﯿﺘُ ُﻜ ْﻤﺜُ ﱠﻤﯿُﺤْ ﯿِﯿ ُﻜ ْﻤﮭَﻠْ ِﻤﻨ ُﺸ َﺮ َﻛﺎﺋِ ُﻜﻤ ﱠﻤﻨﯿَ ْﻔ َﻌﻠ ُ ِﻤﻨ َﺬﻟِ ُﻜ ٤٠- َﻣ ﱢﻤﻨ َﺸ ْﻲ ٍء ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮭُ َﻮﺗَ َﻌﺎﻟَ َﻌ ﱠﻤﺎﯾُ ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮن Artinya: Allah yang Menciptakan kamu, kemudian Memberimu rezeki, lalu Mematikanmu, kemudian Menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Ar Rum: 40) Islam memandang manusia sebagai makhluk individu dan masyarakat berdasarkan prinsip kesatuan dan persatuan umat, sebagaimana dalam firman Allah, QS. Al-Hujurat: 13, yaitu:
ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ إِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛﻢ ﱢﻣﻦ َذ َﻛ ٍﺮ َوأُﻧﺜَﻰ َو َﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑﺎً َوﻗَﺒَﺎﺋِ َﻞ ﷲِ أَ ْﺗﻘَﺎ ُﻛ ْﻢ إِ ﱠن ﱠ ﻟِﺘَ َﻌﺎ َرﻓُﻮا إِ ﱠن أَ ْﻛ َﺮ َﻣ ُﻜ ْﻢ ِﻋﻨ َﺪ ﱠ ١٣ﷲَ َﻋﻠِﯿ ٌﻢ َﺧﺒِﯿ ٌﺮ Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami Berikan kepada mereka,( QS. AlHujurat: 13) Adapun
peranan
Individu
dalam
masyarakat
menurut
pandangan Islam ialah terletak pada tanggung jawabnya dalam mencipta tatanan kehidupan bersama yang harmonis dalam rangka
37
memajukan kehidupan yang sejahtera dalam naungan dan ampunan Illahi. sebagaimana dalam firman Allah, QS. Ali-Imran: 110, yaitu:
ْ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﺧ ْﯿ َﺮ أُ ﱠﻣ ٍﺔ أُ ْﺧ ِﺮ َﺟ ُوف َوﺗَ ْﻨﮭَ ْﻮنَ َﻋ ِﻦ ِ ﺖ ﻟِﻠﻨﱠﺎسِ ﺗَﺄْ ُﻣﺮُونَ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮ ب ﻟَ َﻜﺎنَ َﺧﯿْﺮاً ﻟﱠﮭُﻢ ﱢﻣ ْﻨﮭُ ُﻢ ِ ا ْﻟ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َوﺗُ ْﺆ ِﻣﻨُﻮنَ ﺑِﺎ ّ ِ َوﻟَ ْﻮ آ َﻣﻦَ أَ ْھ ُﻞ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ ١١٠- َا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨُﻮنَ َوأَ ْﻛﺜَ ُﺮھُ ُﻢ اﻟْﻔَﺎ ِﺳﻘُﻮنArtinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun keba-nyakan mereka adalah orangorang fasik.(QS. Ali-Imran: 110)
Dari hakekat wujudnya sebagai makhluk individu dan sosial dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan Islam keberadaan pribadi seseorang adalah: 1) Pribadi yang aktivistik, keberadaan seseorang akan memperoleh perhatian, ketika telah melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat. 2) Pribadi yang bertanggung jawab secara luas, baik terhadap dirinya, lingkungannya, maupun terhadap Tuhan. Dengan kesimpulan diatas mengimplisitkan adanya pandangan rekonstruksionisme (rekonstruksi sosial) dalam pendidikan Islam melalui individualisasi dan sosialisasi. 14
14
Ibid. hlm.62-64
38
Bagi manusia pendidikan itu merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan, manusia akan kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Pendidikan yang baik, akan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan setiap individu dalam pertumbuhannya secara jasmani, struktural dan fungsional, serta menumbuhkan kesediaan bakat-bakat ketrampilan dan keserasian budaya. Jadi dapat disimpulkan bahwanilaihumanisadalahsebuahnilai yang mengaturtanggung jawabsetiapmanusia dalam mencipta tatanan kehidupan bersama yang harmonis dandalam rangka memajukan kehidupan yang sejahtera
B. Prinsip-prinsip Nilai Demokratis dan Humanis 1. Prinsip-prinsip Nilai Demokratis Menurut Hendri B. Mayo, sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik, mengemukakan beberapa nilai yang mendasari demokrasi, antara lain: a) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga; b) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah; c) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur; d) Membatasi pemakaian kekerasan sampai batas minimum; e) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta tingkah laku; f) Menjamin tegaknya keadilan. 15
15
Hendry B. Mayo dalam Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986), hlm.
39
Sedangkan menurut Robert A. Dahl dalam bukunya Deddy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, juga mengemukakan tentang enam prinsip yang harus ada dalam sistem Demokrasi, antara lain: a) Para pejabat yang dipilih oleh warga negara (demokrasi perwakilan); b) Pemilihan umum yang jujur, adil, bebas, dan periodik. c) Kebebasan berpendapat. Warga negara berhak menyatakan pendapat tanpa halangan dan ancaman dari penguasa; d) Akses informasi-informasi alternatif. Warga negara berhak mencari sumber-sumber informasi alternatif; e) Otonomi asosiasional. Warga negara berhak membentuk perkumpulan atau organisasi yang relatif bebas, termasuk partai politik dan kelompok kepentingan; f) Hak kewarganegaraan yang inklusif. 16 Sedangkan menurut Urofsky, dalam konsep demokrasi juga terdapat sebelas prinsip, antara lain: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)
Prinsip Pemerintahan berdasarkan konstitusi; Pemilihan Umum yang demokratis Federalisme, pemerintahan negara bagian dan lokal; Pembuatan Undang-undang; Sistem Peradilan yang Independen; Kekuasaan lembaga kepresidenan; Peran media yang bebas; Peran kelompok-kelompok kepentingan; Hak masyarakat untuk tahu; Melindungi hak-hak minoritas; Kontrol sipil atas militer.
Sedangkan menurut pendapat Almadudi yang dikenal dengan istilah “Soko Guru Demokrasi”. Menurutnya prinsip-prinsip demokrasi adalah: a) Kedaulatan rakyat; b) Pemerintah berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 16
Deddy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, Kekuasaan, Masyarakat, Hukum, dan Agama, Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm.119-120.
40
c) d) e) f) g) h) i) j) k)
Kekuasaan mayoritas; Hak-hak minoritas; Jaminan hak asasi manusia; Pemilihan yang bebas dan jujur; Persamaan didepan hukum; Proses hukum yang wajar; Pembatasan pemerintah secara konstitusional; Pluralisme sosial, ekonomi dan politik; Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat.17 Untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang Demokratis,
maka diperlukan sikap dan perilaku hidup demokratis yaitu melalui jalur Pendidikan
demokrasi,
yang
memiliki
tujuan
utama
untuk
mempersiapkan warga negara berperilaku dan bertidndak secara demokratis melalui aktifitas menanamkan pendidikan pada generasi muda, berupa pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokratis. 18 Salah satu faktor penting yang perlu dicermati dalam proses pendidikan demokrasi adalah faktor sekolah atau lembaga pendidikan. Melalui proses belajar mengajar, seharusnya para pendidik dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mempraktekkan nilainilai demokratis yang telah diajarkan. Namun peran ini dianggap belum maksimal dikarenakan dalam realitasnya proses pendidikan demokrasi yang terjadi lebih terfokus pada ranah kognitif, bahkan cenderung belum menyentuh ranah afektif dan psikomotorik. Padahal pada hakikatnya proses pendidikan demokrasi merupakan proses transfer of value, yang sangat membutuhkan pengoptimalan ranah afektif dan psikomotor
17
Zulkarnaen dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Konstitusi, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 335 18 Dwi Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 82
41
peserta didik. Dengan adanya hal tersebut, maka dampak utamanya adalah peserta didik hanya akan mengetahui nilai-nilai demokratis, tanpa pernah melaksanakan nilai-nilai demokratis trsebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Prinsip-prinsip Nilai Humanis Manusia yang Humanis adalah pencipta atas sejarah dirinya sendiri, keberadaan manusia sebagai makhluk yang berada dalam proses menjadi (becoming), meskipun manusia menyadari dirinya masih belum lengkap dalam kesadaran pribadi. Selain itu, pendidikan juga harus mampu memberikan kepuasan bagi kelangsungan hidup manusia di dunia, dengan maksud keberlangsungan transformasi sosial dalam dunia pendidikan merupakan sebuah kegiatan yang tiada batasan ruang dan waktu.19 Prinsip-prinsip nilai Humanistik merupakan sebuah prinsip yang diadopsi dari Pendidikan Progresivisme, yaitu merupakan sebuah prinsip pendidikan yang berfokus pada anak (children centered), bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Peran guru diharapkan tidak otoriter, fokus pada keterlibatan dan aktivitas subjek didik (siswa), dan aspek pendidikan yang demokratis dan kooperatif. 20 Selain itu, prinsip-prinsip nilai humanis adalah sebuah kegiatan untuk menanamkan kebebasan kepada peserta didik dalam 19
Siti Murtiningsih, Pendidikan Alat Perencanaan Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire, Cet. II, (Magelang: Rasist Book, 2006), hlm 8 20 Shodiq A. Kuntoro. Sketsa Pendidikan Humanis Religius. Paper disampaikan sebagai bahan diskusi dosen di FIP. Universitas Negeri Yogyakarta. 2008.
42
melaksanakan aktivitas, sesuai dengan kodrat (potensi-potensi pribadi), karena pada dasarnya peserta didik bukanlah merupakan objek dari kepentingan-kepentingan, seperti Politik, Ideologi, Bisnis dan Industri, dengan demikian diharapkan output dari nilai humanis tersebut adalah Peserta didik yang mampu mengenmbangkan potensi-potensi diri secara mandiri (tanpa campur tangan pendidik ataupun masyarakat).21 Selain itu, menurut Abdurrahman Mas’ud yang telah merumuskan gagasan Humanisme Religius sebagai paradigma pendidikan Islam. Sebagai anti-tesis dari Humanisme Sekuler yang lahir dari rahim dinamika Intelektual Barat, Humanisme Religius (Kristen) hadir sebagai salah satu shock therapy atas kemandegan pemikiran pendidikan Islam. Humanisme sendiri memiliki arti sebagai beberapa pandangan hidup yang berpusat pada kebutuhan dan ketertarikan manusia. Subkategori ini termasuk humanisme religius (Kristen) dan humanisme modern (Sekuler). Humanisme dalam Islam tidak
mengenal
sekulerisme, karena pada hakikatnya tidak ada sekulerisme dalam Islam, dengan demikian pembahasan humanisme dalam Islam termasuk humanisme religius. Manusia sebagai agen tuhan di Bumi atau Khalifatullah memiliki seperangkat tanggung jawab. Sedangkan yang dimaksud dengan humanisme dalam pendidikan adalah proses pendidikan yang
21
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1999), hlm 4
43
lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai sebagai makhluk sosial dan makhluk religius, abdullah dan khalifatullah serta sebagai Individu yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensi-potensi diri Dalam hal ini didalam prinsip-prinsip nilai humanis juga terdapat konsep utama dalam membangun pendidikan humanis, yaitu terdapat tiga kekuatan yang diri setiap individu, antara lain: a) Power to, meruapakan sebuah kekuatan kreatif yang membuat seseorang mampu melakukan segala sesuatu. b) Power with, merupakan solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama. c) Power within, merupakan sebuah kekuatan spiritual yang akan dialami oleh peserta didik, untuk membuat mereka lebih manusiawi. Selain itu untuk membangun sebuah pendidikan yang humanis, terdapat beberapa metode yaitu: a) Adanya sebuah kebutuhan saluran ide dan gagasan, sehingga seluruh peserta didik dapat menerima informasi secara optimal. b) Memberikan
kepercayaan
kepada
individu-individu
dan
kelompok dengan kapasitas yang dimiliki masing-masing, untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.
44
c) Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem dan berbagai kebijakan yang dimiliki. d) Memperlihatkan kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individual dan hak-hak kaum minoritas. Menurut gage dan berliner, terdapat beberapa dampak dari sebuah proses pendidikan humanis, yaitu: a) Mengembangkan arah atau tujuan diri sendiri (self direction) yang positif dan kebebasan atau kemandirian peserta didik. b) Membangun kemampuan untuk bertanggung jawab c) Membangun kreatifitas peserta didik. d) Membangun rasa keingintahuan pada diri peserta didik. e) Membangun minat terhadap seni atau mencipta seni. 22
22
Abdurrahman Assegaf, Pendidikan Tanpa Kekerasan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003, hlm. 102