BAB II MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Konsep Dasar Manajemen 1. Pengertian Secara etimologi management (di Indonesia diterjemahkan sebagai “manajemen”) berasal dari kata “manus” (tangan) dan “agree” (melakukan) yang setelah digabung menjadi kata “manage” (bahasa Inggris) berarti mengurus atau “managiere” (bahasa latin) bebarti melatih. Menurut Prof. Prajudi, sebagaimana di kutip oleh Inu Kencana Syafiie
menyebutkan
manajemen
merupakan
pengendalian
dan
pemanfaatan dari semua faktor serta sumber daya menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu,1 Menurut Hougton sebagaimana di kutip oleh Muthowi (1996) manajemen diartikan :
ﺍﻥ ﺇﻹﺩﺍﺭﺓ ﻫﻲ ﺍﻻﺻﻄﻼﺡ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻮﺟﻴﻪ ﻭﺍﻟﺮﻗﺎﺑﻪ ﻭﺩﻓﻊ ﺍﻟﻘﻮﻯ 2 ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﺔ ﺇﱃ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﰱ ﺍﳌﻨﺸﺎﺓ Manajemen menurut istilah adalah suatu aktivitas yang melibatkan proses pengarahan, pengawasan dan pengarahan segenap kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas dalam suatu organisasi. Sementara itu, Terry mengatakan tentang pengertian manajemen sebagai penyelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan,
dengan
menggunakan
upaya
kelompok,
terdiri
atas
3
penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia. Jadi manajemen ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
1
Inu Kencana Syafiie, al-Quran dan Ilmu Administrasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm.59-60 2 Ibrahim Ishmad Muthowi, al-Ushul al-Idariyah li al-Tarbiyah, (Riyadh : dal al-Soriq, 1996), hlm. 13 3 Kartini Kartono, Manajemen Umum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: BPFE, 1994), hlm. 148.
12
13
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik.4 Manajemen
juga
diartikan
sebagai
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha anggota-angota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. a. Proses, adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer sebagaimana juga
dengan
ketangkasan
dan
keterampilan
yang
khusus,
mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan tersebut meliputi merencana, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan b. Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan c. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.5 Pada dasarnya setiap aktifitas atau kegiatan selalu mempunai tujuan yang ingin dicapai, tujuan individu adalah untuk dapat memenuhikebutuhankebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari hasil kerjanya. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu
4
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah, (Jakarta : Gunung Agung, 1995), hlm. 3 5 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 93-95.
14
hendaknya tujuan ditetapkan "jelas, realistis dan cukup menantang" untuk diperjuangkan berdasarkan padapotensi yang dimiliki.6 2. Fungsi-fungsi Manajemen Dalam
manajemen
pencapaian fungsi-fungsi
selain
penekanan,
dipusatkan
kepada
manajemen, dan hasil yang dapat diukur.
Tujuan harus diformulasikan dengan suatu ukuran yang dapat dihitung sehingga jelas perbandingannya antara perencanaan dengan hasil yang dicapai
atas
dasar
perencanaan.
Dengan
kata
lain
manajemen
membutuhkan kata standar sebagai alat ukur keberhasilan. Fungsi manajemen pada hakekatnya merupakan tugas pokok yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun. Mengenai macamnya fungsi manajemen itu sendiri, ada persamaan dan perberdaan pendapat, namun sebetulnya pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi. •
R.D Agarwal The management process comprises the following six functions : 1) Planning 2) Organizing 3) Staffing 4) Directing 5) Coordinating, and 6) Controlling.
•
Luther Gulick 1) Planning 2) Organizing 3) Staffing 4) Directing 5) Coordinating 6) Reporting, and 7) Budgeting.
6
Malayu S.P Hasibuan, op.cit, hlm.18
15
Dengan demikian, maka fungsi manajemen meliputi : 1) Perencanaan (planning) 2) Pengorganisasian (organizing) 3) Penyiapan tenaga (staffing) 4) Pengarahan (directing) 5) Koordinasi (coordinating) 6) Permintaan laporan (reporting) 7) Pengendalian (controlling) 8) Penyempurnaan / peningkatan (improvement). 7 Dalam kenyataannya fungsi-fungsi manajemen yang sering digunakan adalah sebagai berkut : a. Perencanaan (Planning) Definisi
mengenai
perencanaan
luar
biasa
banyaknya
disebabkan terletak pada kenyataan bahwa kegiatan merencanakan ditemukan dalam semua ungkapan kehidupan sehari-hari, seseorang yang selalu tidak merencanakan segala sesuatu yang akan diperbuatnya dianggap dengan sistematis. Setiap orang yang menyusun rencana berarti menetapkan sejumlah langkah ke depan dalam pemikirannya, yang harus menuju ke arah satu hasil tertentu. Perencanaan merupakan sebuah fungsi manajemen yang fundamental serta primer. pelaksanaan
tugas
Perencanaan meupakan landasan untuk
seseorang
manajer.
Para
manajer
perlu
menyelenggarakan perencanaan secara cermat sebelum mereka dapat melaksanakan fungsi-fungsi pengorganisasian, mengaktualisasikan, dan mengawasi secara nasional. Pengorganisasian dan perencanaan sumber daya secara efektif hanya dapat dilaksanakan sehubungan dengan rencana-rencana yang tetap ditetapkan.8 Merencanakan mengandung arti bahwa manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan mereka 7
Ibnu Syamsi S.U., Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 60-61. 8 Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), hlm. 230.
16
berdasarkan perasaan rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya, di samping itu rencana merupakan pedoman untuk: 1) Organisasi memperoleh dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan 2) Anggota organisasi melaksanakan aktifitas yang konsisten dengan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan, dan 3) Memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan.9 George R. Terry dalam Principle of Management menyatakan bahwa perencanaan tidak lain adalah pemilihan fakta lainnya. Kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan datang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.10 Adapun syarat-syarat perencanaan dan rencana adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan dahulu masalah yang akan direncanakan sejelasjelasnya 2) Perencanaan harus didasarkan pada informasi, data dan fakta 3) Menetapkan beberapa alternatif dalam premisnya 4) Putuskanlah suatu keputusan yang menjadi rencana Jika perencanaan dilakukan dengan baik maka akan dihasilkan suatu rencana yang baik.11 b. Pengorganisasian Pengorganisasian (organizing) berarti penyusunan tugas kerja dan tanggung jawab. G.R. Terry mengartikan pengorganisasian
9
James A. F. Stoner, Manajemen, alih bahasa Alexander Sindoro, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, t.th.), hlm. 1. 10 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: Bumi Aksara, 1990), hlm. 187. 11 Malayu S.P. Hasibuan, op.cit., hlm. 113
17
sebagai kegiatan mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggung jawab masing-masing yang bertanggung jawab untuk setiap komponen kerja dan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan cepat.12 Pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang dengan secara relatif didelegasikan kepada individu yang akan melakukan aktivitas tersebut.13 Pengorganisasian adalah : 1) Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat "membawa" hal tersebut kearah tujuan, 3) Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) Pendelegasian wewenang
yang
diperlukan
kepada
individu-individu
untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menyertakan struktur formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.14 Jadi
mengorganiasikan
adalah
proses
mengatur
dan
mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya diantara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.15 c. Pengarahan Pengarahan (directing) berarti memelihara, menjaga, dan memajukan organisasi melalui setiap personal, baik secara structural maupun fungsional agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha
12
Burhanuddin, op.cit., hlm. 195 Malayu S.P. Hasibuan, op.cit., hlm. 41 14 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, (Yogyakarta : BPFE, 1999), hlm. 24 15 James. A.F. Stoner, op.cit., hlm. 1 13
18
mencapai tujuan.16 Pengarahan disini berfungsi agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan dan tidak terjadi penyimpangan.17 Pengarahan merupakan salah satu aspek penting dalam keseluryhan kegiatan.
Berikut ini dikemukakan beberapa konsep
pengarahan. Hatch dan Steffre (1961) mengemukakan pengarahan itu sebagai berikut : It is phase of administration concerned with the coordination control, and stimulation of others. It is sometimes thought of as a process and identified as that phase in which commands, are give, or in whiche others are just authorized to act or stimulated to act without command. Pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Di satu pihak, hal itu adakalanya dipikirkan sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando, dan pada sisi lain merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.18 Dalam arti luas pengarahan adalah sebagai kegiatan pimpinan yang berupa pemberian petunjuk yang berupa pemberian bimbingan dan mengusahakan agar terdapat kesatuan kepentingan sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan efisien. Sehingga prinsip-prinsip pengarahan ditujukan pada : 1) Keterpaduan antara tujuan perorangan dan tujuan organisasinya, 2) Keterpaduan antara tujuan kelompok dan tujuan organisasinya, 3) Kerjasama antara pimpinan, 4) Partisipasi dalam pembuatan keputusan, 5) Pelimpahan wewenang yang cukup memadai, 6) Terjalinnya komunikasi yang efektif, dan 16 17
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1981), hlm. 36 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : al-Fabeta, 2000),
hlm. 58 18
Ibid., hlm. 42
19
7) Pengawasan yang efektif dan efisien.19 d. Supervisi Supervisi berasal dari bahasa Inggris "Supervision" yang terdiri dari dua kata "super" dan "vision". Super berarti lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.20 Dengan supervisi diharapkan adanya jaminan bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dituntun kearah pencapaian sasaran atau target yang direncanakan. Inti dari proses ini adalah untuk menentukan apakah suatu kegiatan mencapai hasil-hasil yang dikehendaki atau tidak. Dalam dunia pendidikan supervisi merupakan bantuan dari para
pemimpin
sekolah,
yang
tertuju
kepada
perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Beberapa dorongan,bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilhan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang baik, cara penilaian yang sistematis terhadap
fase
seluruh proses pengajaran.21 Jadi dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Karena supervisi yang baik adalah mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan dilakukan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses balajar mengajar secara total, ini berarti bahwa 19
Ibnu Syamsi, S.U, op.cit., hlm. 124-125 Hadari Nawawi, op.cit , hlm.103 21 Ngalim Purwanto, M.P, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.76 20
20
tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu, tatapi juga membina pertumbuhan profesi dalam arti luas. B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah 1. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk berfikir dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi adalah. (a) keresahan hidup dikalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan dan frustasi, (b) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik, jahat dan benar, (c) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tapi juga konflik fisik, dan (d) pelarian dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang. Untuk
menangkal
dan
mengatasi
masalah
tersebut
perlu
dipersiapkan sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara professional, serta dinamis, dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi misi pendidikan nasional.22 Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan, sebab pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Artinya pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu anak. Segala aspek peserta didik harus dikembangkan seperti intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional. Bimbingan dan konseling adalah
22
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 1
21
upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis dan wajar.23 Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah lebih banyak menangani kasus-kasus peserta didik bermasalah daripada pengembangan
potensi
peserta
didik.
Disamping
itu,
konsep
perkembangan optimal harus dalam keseimbangan perkembangan otak dan agama. Karena itu aspek penting yakni agama harus mendapatkan tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling. Menurut konsep Islam manusia lahir kedunia dengan dibekali fitrah beragama sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum : 30
ﻚ َ ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺫِﻟ َ ﺒﺪِﻳ ﹶﻞ ِﻟﻴﻬَﺎ ﻟﹶﺎ َﺗﺱ َﻋﹶﻠ َ ﺎﻳ ِﻦ َﺣﻨِﻴﻔﹰﺎ ِﻓ ﹾﻄ َﺮ ﹶﺓ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹶﻓ ﹶﻄ َﺮ ﺍﻟﻨﻚ ﻟِﻠﺪ َ ﺟ َﻬ ﻢ َﻭ ﹶﻓﹶﺄِﻗ (30 : ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺮﻭﻡﻌﹶﻠﻤ ﺱ ﻟﹶﺎ َﻳ ِ ﺎﻦ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ َﺮ ﺍﻟﻨ ﻢ َﻭﹶﻟ ِﻜ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻳﺍﻟﺪ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah24 yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS. ar-Rum: 30)25 Dalam
pelaksanaan
bimbingan
dan
konseling
dimana
pengembangan potensi peserta didik menjadi sasaran utamanya, tentunya tidak akan mengesampingkan fitrahnya yaitu fitrah beragama, karena menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama oleh karena itu dalam
pelaksanaannya
bimbingan
dan
konseling
senantiasa
menggabungkan unsur–unsur tersebut demi pencapaian pengembangan diri yang optimal.26 Bimbingan dan konseling dalam Islam sangat diperlukan saat ini mengingat akhir-akhir ini telah terjadi keterasingan pada genarasi muslim, 23
Sofyan. S. Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2004),
hlm. 5 24
Fitrah Allah maksudnya : adalah ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid maka hal itu tidaklah wajar,mereka beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. 25 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm. 645 26 Syamsu Yusuf dan Juntika Nur Ihsan, op.cit., hlm. 135
22
baik keterasingan secara individu, yang berhubungan dengan kegoncangan kepribadian dan penyakit jiwa maupun keterasingan sebagai masyarakat Islam dengan tatanan al-Quran dan al-Sunnah. Apalagi masyarakat Islam modern telah berusaha mengupayakan dibidang pendidikan maupun pengajaran agar generasi muda menjadi warga Negara yang baik, yang berlandaskan al-Quran dan Sunnah.27 seperti dijelaskan dalam surat alIsra’, ayat 9 dan surat asy-Syura ayat : 52.
ﻌ َﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﲔ ﺍﱠﻟﺬِﻳ َﻦ َﻳ َ ﺆ ِﻣِﻨ ﺍﹾﻟﻤﺮَﺒﺸ َﻭﻳﻬﺪِﻱ ِﻟﱠﻠﺘِﻲ ِﻫ َﻲ ﹶﺃ ﹾﻗ َﻮﻡ ﺁ ﹶﻥ َﻳِﺇﻥﱠ َﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ (9 : ﺍ )ﺍﻻﺳﺮﺍﺀﺍ ﹶﻛِﺒﲑﺟﺮ ﻢ ﹶﺃ ﻬ ﺕ ﹶﺃﻥﱠ ﹶﻟ ِ ﺎِﻟﺤَﺎﺍﻟﺼ “Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al-Israa’ : 9).28
ﺏ َﻭ ِﻻﹾﺍ ِﻹﳝَﺎ ﹸﻥ ﺪﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘَﺎ ﺖ َﺗ َ ﻨﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻣَﺎ ﻛﹸ ﻦ ﹶﺃ ﺎ ِﻣﻭﺣﻚ ﺭ َ ﻴﻴﻨَﺎ ِﺇﹶﻟﻭ َﺣ ﻚ ﹶﺃ َ َﻭ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ ﻁ ٍ ﺻﺮَﺍ ِ ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﻚ ﹶﻟَﺘ َ ﻧﻦ ِﻋﺒَﺎ ِﺩﻧَﺎ َﻭِﺇ ﻦ َﻧﺸَﺎ ُﺀ ِﻣ ﻬﺪِﻱ ِﺑ ِﻪ َﻣ ﺍ َﻧﻮﺭﻩ ﻧ ﻦ َﺟ َﻌ ﹾﻠﻨَﺎ َﻭﹶﻟ ِﻜ (52 : ﺴَﺘﻘِﻴ ٍﻢ )ﺍﻟﺸﻮﺭﺍﻯ ﻣ “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hambahamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syuura : 52)29 Allah telah memberikan wahyu pada nabi-nabi terdahulu sebagai petunjuk bagi kaum sebelumnya, begitu juga kepada Nabi Muhammad yang dipilih sebagai penyampai risalah al-Quran untuk menyempurnakan terhadap kitab-kitab sebelumnya, karena al-Quran berfungsi sebagai 27
Ustman Najati, al-Quran dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi Utsman, (Bandung : Pustaka, 1997), hlm. 283 28 Depag RI, op.cit, hlm. 425 29 Ibid., hlm. 791
23
pembimbing bagi penganutnya kepada jalan yang lurus, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang melakukan amal saleh dan juga pemberi peringatan kepada orang-orang yang tidak mempercayai adanya akhirat.30 Hidayah al-Quran mencakup semua kaum dan generasi tanpa batas waktu atau tempat, dan mencakup segala macam kebajikan yang diperoleh manusia setiap tempat dan waktu, ia juga memberi petunjuk bagi yang paling lurus dan sempurna dalam hal hubungan antara sesama perorangan, pemerintah, masyarakat dan juga jenis manusia. 31 Disini berarti bahwa bimbingan konseling dalam pelayanannya dapat memasukkan nilai-nilai keagamaan (nilai-nilai keislaman) yang dianut oleh peserta didik agar dalam perilaku sehari-harinya sejalan dengan fitrahnya sebagai hamba Allah, dengan demikian diharapkan peserta didik dalam mengekspresikan dirinya dan berkembang optimal sesuai dengan tuntutan yang terdapat dalam al-Quran dan al-Sunnah. 2. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.32 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of Education 1955, yang menyatakan : “Guidance is a process of helping individual through their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happiness and social use fullness.”33
30
Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, (Semarang Toha Putra, 1989), hlm. 26 31 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 421 32 Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Ciputat Press,2002), hlm.3 33 Ibid, hlm. 17
24
Artinya bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dari beberapa pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun
dewasa,
agar
orang
yang
dibimbing
dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Secara etimologi istilah konseiling berasal dari bahasa latin yaitu “conselion” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo – Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang bearti “menyerahkan”’ atau “menyampaikan”.34 Counseling may be defined as a professional relationship between a counselor and client, in which the counselor helps the client to understand himself and his life space in order to make meaningful and informed choiches consonant with his essential nature in those areas where choices are available to him.35 Artinya konseling di definisikan sebagai hubungan profesional di antara konselor dan klien di mana konselor membantu klien untuk memahami dirinya dan mengatur kehidupannya serta menginformasikan pilihan yang sesuai dengan norma, di mana pilihan itu adalah yang sesuai untuknya. Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individuindividu yang membutuhkannya, agar individu tersebut mampu mengatasi 34
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 92 35 Richard C. Nielson, Guidance and Counseling in The Elementary School, (New York: Halt and Winston, inc, 1972), p. 8
25
masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.36 Dengan demikian konseling adalah proses pemberian bantuan oleh konselor kepada konselee (klien) melalui wawancara konseling dengan tujuan agar masalah yang dialami individu tersebut dapat teratasi. 3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip berasal dari akar kata prinsipia dapat diartikan sebagai permukaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu.37 Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dirumuskan.38 Guru pembimbing yang telah memahami secara benar dan mendasar
prinsip-prinsip
dasar
bimbingan
konseling
ini
dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktek pemberian layanan bimbingan dan konseling.39 a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan Sasaran pelayanan bimbingan konseling adalah individuindividu baik secara perorangan maupun kelompok.
Bimbingan
konseling berangkat dari prinsip bahwa setiap individu berbeda dengan yang lain.40 Oleh karena itu sangat wajar jika setiap siswa memiliki sifat dan keinginan yang berbeda. Berkenaan dengan prinsip tersebut bimbingan konseling berusaha membantu mengembangkan keunikan yang ada pada setiap individu agar dapat mencapai hasil optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan tujuan yang hendak diraih.
36
Sofyan S. Willis, op. cit, hlm.18 Hallen, op.cit., hlm. 63 38 Prayitno, op.cit., hlm. 218 39 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Sekolah,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22 40 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Manajemen Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, Jakarta, 2000, hlm. 123 37
26
b. Prinsip berkenaan dengan masalah individu Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif. Faktor-faktor yang pengaruhnya
negatif
akan
menimbulkan
hambatan
terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah pada individu.41 Karena bimbingan konseling bertolak dari prinsip membantu siswa agar mereka mampu menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu setiap layanan bimbingan konseling diarahkan agar yang bersangkutan semakin mampu mandiri. c. Prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan konseling adalah kegiatan pelayanan, artinya bimbingan
konseling
melayani
siswa
dan
bukan
menyuruh,
konsekuensinya layanan bimbingan konseling harus disesuaikan dengan keperluan siswa dan bukan keinginan guru atau sekolah.42 Bimbingan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, individu, dan masyarakat. d. Prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan. Pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling baik bersifat insidental maupun terprogram dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan.43 Karena itu bimbingan konseling merupakan bagian integral pendidikan di sekolah, maka dalam kegiatannya maupun penanganannya disesuaikan dengan program-program sekolah lainnya dimana kesesuaian ini mencakup penyusunan program maupun pelaksanaannya.44
41
Ibid., hlm. 220 Ibid., hlm. 123 43 Prayitno, op.cit., hlm. 221 44 Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit., 42
27
4. Asas-asas Bimbingan Konseling Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu asas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan kata lain ada dasar yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.45 Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan professional sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan). Konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi, dan efektifitas proses dan lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling kaidahkaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan konseling. Yang meliputi
asas
kerahasiaan,
kesukarelaan,
keterbukaan,
kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian kasus, alih tangan kasus, dan asas tut wuri handayani. 46 a. Asas kerahasiaan Asas kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang klien (peserta didik) yang menjadi sasaran layanan.47 Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan konseling karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. 48 b. Asas Kesukarelaan Dalam memahami pengertian bimbingan konseling telah dikemukakan
bahwa
bimbingan
merupakan
proses
membantu
individu, perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan
45
suatu paksaan, oleh karena itu dalam kegiatan
Hallen, op.cit., hlm. 65 Prayitno, op.cit., hlm. 114-115. 47 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 22 48 Prayitno, loc.cit. 46
28
bimbingan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor atau guru pembimbing dengan kliennya.49 c. Asas Keterbukaan Asas keterbukaan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.50 d. Asas kekinian Asas ini menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan konseling ialah permasalahan klien (peserta didik) dalam kondisinya sekarang, layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisinya masa lampau pun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.51 Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak
boleh
menunda-nunda
pemberian
bantuan,
dia
harus
mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain. Jika ada alasan yang kuat untuk tidak memberikan layanan saat ini, maka semata-mata itu dilakukan untuk kepentingan klien.52 e. Asas Kemandirian Asas ini menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling yakni peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal, menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan 49
Hallen, op.cit., hlm. 65. Syamsu Yusuf, loc.cit. 51 Ibid., hlm. 23 52 Prayitno, op.cit., hlm. 117 50
29
bimbingan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan kemandirian peserta didik. f. Asas Kegiatan Asas kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya.53 g. Asas kedinamisan Usaha bimbingan konseling menghendaki terjadinya pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis, sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki.54 h. Asas Keterpaduan Asas bimbingan konseling ini menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihakpihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling perlu terus dikembangkan. i. Asas kenormatifan Pelayanan bimbingan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat dan lingkungan, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
53 54
Ibid., hlm. 22 Syamsu Yusuf, loc.cit.
30
j. Asas keahlian kasus Asas ini menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan konseling di selenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksanan bimbingan konseling hendaklah tenaga yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan kegiatan bimbingan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan konseling. k. Asas Alih tangan kasus Asas ini menghendaki agar pihak yang tidak mampu menyelengga-rakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas, atas suatu permasalahan peserta diri (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang telah ahli.55 l. Asas Tutwuri handayani Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu tertentu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja. Namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaat pelayanan bimbingan konseling itu.56 5. Sifat dan fungsi bimbingan dan konseling a. Pelayanan bimbingan konseling mempunyai sifat sebagai berikut : 1) Pencegahan Layanan bimbingan bersifat mencegah artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam hal ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.57 2) Penyembuhan Sifat bimbingan konseling ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, 55
Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 23 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 26 57 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 16 56
31
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.58 Sifat ini menghasilkan keterentaskannya atau teratasinya berbagai masalah yang dialami peserta didik. 3) Perbaikan Sifat bimbingan konseling ini untuk memperbaiki kondisi peserta didik dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal. Karena walaupun pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu 4) Pemeliharaan dan pengembangan Ini berarti bahwa layanan bimbingan konseling yang diberikan dapat
membantu
para
siswa
dalam
memelihara
dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.59 Dan untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sifat baik agar tetap baik. b. Pada dasarnya bimbingan konseling dilakukan dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan penyembuhan. Setiap bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan, yaitu : 1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. 2) Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi penyaluran ini meliputi ketentuan untuk memantapkan kegiatan belajar di SMA. Dalam melaksanakan fungsi guru pembimbing atau konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di SMA maupun di luar SMA. 58
Ahmad Juntika Nur Ihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA,(Jakarta : Grasindo, 2005), hlm. 14 59 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 27
32
3) Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. 4) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami dan memecahkan masalah. Sesuai dengan tujuan dan fungsinya, bimbingan konseling diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan bantuan dalam hal pendataan, informasi dan orientasi, konsultasi, dan komunikasi kepada peserta didik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Dengan demikian akan tercipta kemudahan bagi
terselenggaranya proses dan tecapainya tujuan program pendidikan di SMA yang bersangkutan dengan lancar dan berhasil seperti yang diharapkan.60 6. Bidang Bimbingan dan Jenis Layanan Bimbingan Konseling Secara
umum
tujuan
penyelenggaraan
bantuan
pelayanan
bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Lebih khusus, untuk mencapai tujuan tersebut, bidang bimbingan mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.61 a. Bidang bimbingan pribadi, layanan bimbingan konseling ditujukan agar siswa memiliki pemahaman diri, rasa percaya diri, harga diri, rasa tanggung jawab, dan mampu membuat keputusan secara bijak. b. Bidang bimbingan sosial, layanan bimbingan konseling yang ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan hubungan antar pribadi,
60 61
Ahmad Juntika Nur Ihsan dan Akur Sudianto, op.cit., hlm. 15-16 Dewa Ketut Sukardi, op.cit., hlm. 38
33
menghormati
orang
lain,
dan
rasa
tanggung
jawab
sosial
kemasyarakatan. c. Bimbingan belajar, layanan bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa agar menemukan cara belajar yang efektif dan dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan dasarnya. d. Bidang bimbingan karier, layanan bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa mengenal ciri-ciri berbagai pekerjaan dan profesi yang ada, serta merencanakan karier berdasarkan minat dan kemampuannya.62 Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu diselenggarakan sesuai dengan keempat bidang bimbingan yang telah diuraikan terdahulu. Layanan tersebut adalah : a. Layanan orientasi, adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.63 Layanan ini ditujukan kepada siswa baru atau siswa pindahan untuk memahami situasi sekolah dan lingkungan b. Layanan informasi, dimaksudkan untuk membantu siswa mendapatkan informasi yang diperlukan. Ada informasi yang diperlukan oleh banyak siswa sehingga layanannya dilakukan secara kelompok, misalnya tentang kesehatan, perkembangan remaja, serta perguruan tinggi. Tetapi juga ada yang hanya diperlukan oleh siswa tertentu sehingga layanan diberikan secara individu. c. Layanan
pembelajaran,
ditujuan
untuk
membantu
siswa
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan ini dapat diberikan secara individu, misalnya bagi siswa yang memiliki kesulitan belajar tertentu atau dapat secara kelompok jika mengalami kesulitan yang serupa. 62 63
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., hlm. 123-124 Prayitno, op,cit., hlm. 255
34
d. Layanan penempatan dan penyaluran, ditujukan untuk membantu siswa dalam memperoleh kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, serta merencanakan pilihan jurusan di perguruan tinggi atau, lapangan kerja yang sesuai dengan minat dan bakat serta kepribadian siswa. e. Layanan konseling, ditujukan untuk membantu siswa secara individu, khususnya mereka yang mengalami masalah, misalnya problem dengan orang tua atau teman. Layanan diarahkan untuk memecahkan masalah dan tidak untuk menyalahkan siswa. Layanan dilakukan secara individu agar kerahasiaan masalah yang dihadapi siswa terjaga. f. Layanan konseling kelompok, ditujukan untuk pemecahan masalah pribadi tetapi mengena pada beberapa orang siswa, misalnya untuk siswa yang kesulitan membayar uang sekolah. g. Layanan bimbingan kelompok, ditujukan untuk pemecahan masalah umum (bukan masalah pribadi), misalnya masalah ketertiban, ujian dan sebagainya.
Karena masalah bersifat umum, maka bimbingan
dilakukan secara kelompok siswa mengalami masalah tersebut.64 C. Manajemen Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah alat yang ampuh dari pendidikan artinya batapapun baiknya sistem pendidikan tanpa dijalankan bimbingan dan konseling dengan baik maka program yang baik itu tidak ada gunanya, artinya bahwa program pendidikan yang baik adalah yang memiliki program bimbingan secara berancana dan realistik di sekolah. Program yang berancana dan realistik adalah yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan peserta didik di sekolah itu bukan atas kebutuhan para guru atau atasan dipusat. Jadi, tidak mungkin satu program bimbingan dan konseling berlaku untuk semua sekolah di Indonesia, mungkin ada persamaan pada garis-garis besarnya, tetapi tidak semua aspek akan disamakan.65
64 65
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., hlm. 124-125 Sofyan, S. Willis, op.cit., hlm. 9.
35
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dari adanya program yang disusun dengan baik.66 Program yang baik tidak akan tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.67 Agar dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah berjalan efektif di perlukan proses manajemen sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu: a. Analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik, b. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai, c. Analisis situasi dan kondisi di sekolah, d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, e. Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, f. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatankegiatan yang telah ditetapkan, g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan, serta h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usahausaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatanhambatan.68 Program layanan bimbingan di SMA hendaknya lebih lengkap dan luas cakupannya dibandingkan dengan program layanan di jenjang pendidikan di bawahnya. Pada jenjang SMA peserta didik berada dalam masa remaja, usia mereka berada pada masa transisi, kehidupan kanakkanaknya sudah ditinggalkan. Namun, kehidupan sebagai orang dewasa belum mapan. Dengan demikian, mereka berada di daerah marginal yaitu 66
Ibid, hlm. 21. Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 39. 68 Ibid., hlm. 40. 67
36
daerah kabur.
Akibatnya mereka kehilangan identitas, dan berusaha
mencari identitas kembali dengan berbagai cara dan gayanya, kadangkadang pola berpikir berperasaan, dan perilakunya menyimpang dari pola kehidupan anak-anak ataupun orang dewasa. Dengan demikian, program bimbingan dan konseling di SMA hendaknya dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi peserta
didik
sehingga
mereka
dapat
mencapai
tugas-tugas
perkembangannya. Oleh sebab itu, program bimbingan di SMA hendaknya beorientasi kepada: a. Hubungan muda-mudi/hubungan sosial, b. Pemberian informasi pendidikan dan jabatan, c. Bimbingan dan konseling.69 Yang juga harus diperhatikan dalam merencanakan program bimbingan dan konseling adalah faktor waktu, dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, guru pembimbing harus dapat mengatur waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganaliasis, dan menindaklanjuti program kegiatan bimbingan dan konseling dengan memperhatikkan: a. Semua jenis program bimbingan dan konseling (tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian), b. Kontak langsung dengan siswa yang dilayani, c. Kegiatan bimbingan dan konseling tidak merugikan waktu belajar di sekolah, d. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam sekolah dapat sampai 50 %. Di samping itu, guru pembimbing dalam merencanakan program bimbingan dan konseling harus mampu membuat jadwal kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan di luar jam belajar sekolah, dan sekolah agar mengusahakan ada waktu tertentu di dalam jam pelajaran
69
Soetjipto dan Raflis Kosasi, op.cit., hlm. 99-100.
37
sekolah untuk kegiatan bimbingan.70 Dengan adanya perencanaan yan tersusun dengan baik di harapkan bahwa program yang akan di laksanakan menjadi sistematis. 2. Pengorganisasian Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II
pasal
3
menyatakan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai, sehat, ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab.71 Mengingat luasnya tujuan bimbingan bagi para peserta didik, tidak dapat dibantah bahwa kepala sekolah dan guru-guru memiliki peranan yang amat besar dibidang bimbingan dan konseling, secara garis besarnya peranan kepala sekolah adalah mengkoordinir keberhasilan bimbingan dan konseling disamping kegiatan administrasi dan kurikulum. Sedangkan guru-guru adalah berperan sebagai pembimbing, artinya dalam pendekatan kepada siswa harus manusiawi, religius, bersahabat, ramah, mendorong kreatif, jujur dan asli, memahami, tidak menilai, dan menghargai tanpa syarat, bukan membuat siswa pasif.72 Personel dan tugas yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, adalah sebagai berikut: a. Kepala Sekolah Kepala
sekolah
sebagai
penanggung
jawab
kegiatan
pendidikan, yang meliputi kegiatan pelajaran, pelatihan dan bimbingan di sekolah bertugas.
70
Ahmad Juntika Nurikhsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, op.cit., hlm. 28-29. 71 UU RI. No. 20 Tahun 2003, Sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara, 2003). hlm. 7 72 Sofyan S. Willis, op.cit., hlm. 29
38
1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan. 2) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling 3) Memberikan kemudahan bagi telaksanakannya program bimbingan dan konseling 4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling 5) Menetapkan koorninasi guru pembimbing yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing. 6) Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling 7) Melaksanakan bimbingan dan konseling minimal 40 siswa, bagi kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling.73 b. Koordinasi Guru Pembimbing Tugas-tugas koordinasi guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut : 1) Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam : a) Memasyaratkan pelayanan bimbingan, b) Menyusun program, c) Melaksanakan program, d) Mengadministrasi kegiatan bimbingan, e) Menilai program f) Mengadakan tindak lanjut; 2) Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana; 3) Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
kegiatan
kepada kepala sekolah
73
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 31-32
bimbingan
39
c. Guru pembimbing Adapun tugas guru pembimbing adalah : 1) Memasyaratkan kegiatan bimbingan, 2) Merencanakan program bimbingan, 3) Pelaksanaan persiapan kegiatan bimbingan, 4) Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya. 5) Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan, 6) Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan, 7) Menganalisis hasil penilaian, 8) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian, 9) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, dan 10) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.74 d. Guru mata pelajaran Sebagai personel, guru mata pelajaran mempunyai tugas yang penting dalam aktivitas bimbingan, yaitu : 1) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa 2) Melakukan
kerja
sama
dengan
guru
pembimbing
dalam
mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan 3) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing 4) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan program pengayaan) 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing 6) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan 7) Ikut serta dalam program layanan bimbingan75 74 75
Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 47-48 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 33-34
40
Terlepas dari peranan personel pendidikan lain di sekolah, guru mempunyai peranan amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh posisi guru yang memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personal sekolah lainnya itu.
Oleh karenanya, guru dapat memerankan bimbingan
kepada siswa baik didalam maupun diluar kelas.76 3. Pelaksanaan Program SK Menpan No. 84/1993 Pasal 4 menegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah “menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi bidang-bidang bimbingan. (b) jenis layanan bimbingan dan konseling. (c) jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (d) tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, (e) jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh pelayanan.77 Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut : a. Komponen Pemrosesan Data Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa aspek, yaitu : (1) pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3) pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data yang diperlukan, dan (6) penafsiran. Data yang yang perlu diproses adalah data tentang keadaan siswa di sekolah, yang meliputi : kemampuan skolastik (bakat khusus, hasil belajar, kepribadian, intelegensi, riwayat 76 77
Soetjito dan Raflis Kosasi, op.cit., hlm. 113 Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 34
41
pendidikan), cita-cita, hubungan sosial, minat terhadap mata pelajaran, kebiasaan belajar, kesehatan fisik, pekerjaan orang tua dan keadaan keluarga. b. Komponen kegiatan pemberian informasi Komponen ini terdiri dari, pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa baru, pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya. Pemberian informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan pemberian informasi pendidikan lanjutan. c. Komponen kegiatan konseling Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat di atasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu dialihtangankan kepada pihak lain yang lebih ahli. d. Komponen pelaksana Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing. e. Komponen metode / alat Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa tes psikologis, tes hasil belajar, dokumen, angket, kartu pribadi, dan lain sebagainya. f. Komponen waktu kegiatan Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periodik, bilamana perlu (insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis atau macam kegiatan.
42
g. Komponen sumber data Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan,
guru,
orang
masyarakat maupun instansi.
tua,
teman-teman
siswa,
sekolah,
78
Program bimbingan yang telah direncanakan atau disusun dilaksanakan melalui : 1) Persiapan pelaksanaan : a) Persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat keras, b) Persiapan bahan, perangkat lunak, c) Persiapan personel, d) Persiapan
keterampilan
menerapkan
atau
menggunakan
metode, teknik khusus, media dan alat. e) Persiapan administrasi 2) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana a) Penerapan metode, teknik khusus, media dan alat, b) Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam c) Pengaktifan nara sumber d) Efisiensi waktu e) Administrasi pelaksana.79 4. Pengarahan, supervisi dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam pengalaman kegiatan bimbingan, koordinasi sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada.80 Kata “pemimpin” disini mempunyai arti : memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Sedangkan kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
78
Soetjipto, op.cit., hlm. 105-107 Achmad Juntika Nurishsan dan Akur Sudiarto, op.cit., hlm. 35. 80 Ibid., hlm. 42 79
43
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif.81 Dalam pengarahan kegiatan bimbingan, koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu komunitas yang baik dengan seluruh staf yang ada, personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil. Adapun
pentingnya pengarahan
dalam
program
bimbingan
adalah : 1) Untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada. 2) Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugastugasnya, dan 3) Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.82 Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manejemen program bimbingan. Berkenaan dengan supervisi ini, Stephen Robbins (1978) mengemukakan : “Supervision is traditionally use to refer to the activity of immediately directing the activities of subordinates”. Menurut Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan, supervisor hendaknya menerima saransaran
para
konselor
dalam
hubungannya
dengan
permasalahan-
permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum bagi peserta didik, memasukkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa peserta didik atau semua peserta didik ke dalam program sekolah.
81 82
Wahyu Sumidjo, op.cit., hlm. 104 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 55
44
Manfaat supervisi dalam program bimbingan yaitu : 1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dan para personel bimbingan bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing. 2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masingmasing. 3) Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui. 4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.83 Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan.84 Ada dua macam penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil untuk memperoleh informasi keefektifan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
83 84
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit., hlm. 45 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm. 57
45
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain : 1) Kesesuaian antara program dan pelaksanaan, 2) Keterlaksanaan program, 3) Hambatan-hambatan yang dijumpai, 4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar, 5) Respon siswa, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan 6) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas perkembangan, hasil belajar, dan keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah, baik pada studi lanjutan maupun pada kehidupannya di masyarakat.85 Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu, kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan dan konseling.
Dengan
dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi, tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk mempertanggungjawabkan akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
85
Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit, hlm. 45