BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai pengaruh Kreativitas dan Pengalaman Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara. Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah kreativitas mengajar guru, pengalaman mengajar guru, dan motivasi belajar siswa. 2.1. Kreativitas 2.1.1. Pengertian Kreativitas Menurut Sujiono (2010:38) berkaitan dengan pengertian kreativitas terdapat beberapa tokoh yang memiliki pendapat hampir sama, di antaranya adalah: (1) Santrock berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi; (2) Mayesty menyatakan bahwa kreativitas adalah cara berfikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu yang original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain; (3) Gallagher dalam Munandar menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang belum ada sebelumnya; (4) Moustakas dalam Munandar (1999:5) menyatakan
bahwa
kreativitas
berhubungan
dengan
pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hungan dengan diri sendiri, alam dan orang lain. 7
berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan guru kreatif dalam penelitian ini adalah guru yang memiliki kemampuan agar anak didiknya termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan membuat atau menciptakan strategi dan bahan ajar yang baru dan atau bervariatif. 2.1.2 Ciri-ciri guru kreatif Menurut Csikszentmihalyi dalam Munandar (2002:51-53) sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dealektis sebagai berikut: a. Pribadi Kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekarja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bias tenang dan rileks, bergantung pada situasinya. b. Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf. Disatu pihak mereka juga memiliki kebijakan (wisdom), tetapi juga bias seperti anak-anak (childlike). Insight yang mendalam dapat tampak bersama-sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mereka mampu berpikir konvergen dan divergen. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi. d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu. Orang sering mengira bahwa seniman kuat dalam fantasi dan imajinasi, sedangkan ilmuwan, politikus, dan orang bisnis sangat realistis. Hal ini mungkin saja dalam kegiatan rutin sehari-hari, tetapi jika terlibat dalam kerja kreatif, seniman bias sama realistisnya dengan ilmuwan, dan ilmuwan sama imajinatifnya dengan seniman. e. Pribadi kreatifitas menunjukan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk dapat “berkreasi” menulis, melukis, melakukan eksperimen dalam laboratorium tetapi juga penting baginya untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal karya-karya orang lain. f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi mereka tetapi 8
g.
h.
i.
j.
biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya faktor keberuntungan dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap dengan apa yang masih akan mereka lakukan. Pribadi kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin). Lepas dari kedudukan gender, mereka bias sensitive dan asertif, dominant dan submisif pada saat yang sama. Perempuan kreatif pada umumnya cenderung lebih dominan dari pada perempuan lain dan pria kreatif cenderung lebih sensitive dan kurang agresif dari pada pria lainnya. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif. Bagaimanapun, kesediaan untuk mengambil risiko dan mennggalkan keterikatan pada tradisi juga perlu. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa “passion” seseorang bisa kehilangan minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi tanpa objektivitas, karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangan kredibilitasnya. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jeri payahnya, namun di saat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa. Keunggulan sering mengundang tentangan dari lingkungan dan pribadi kreatif bisa merasa terisolir dan seperti tidak dipahami.
2.1.3 Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar Menurut
Darmadi
(2010:56-57)
kreativitas
guru
dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan sebagai berikut: 1. Menggunakan metode, media, bahan, yang sesuai dengan tujuan mengajar 2. Berkomunikasi dengan siswa. 3. Mendemontrasikan khasanah metode mengajar 4. Mendorong dan mengalakan keterlibatan siswa dengan pengajaran 5. Mendemontrasikan penguasaan materi pembelajaran dengan relevansinya 6. Mengorganisasikan waktu, ruang, perlengkapan pengajaran 7. Melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar
9
Kreativitas guru bisa dilihat dari kompetensi profesionalnya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut; a. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. c. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 10
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. 2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi
kepribadian
merupakan
kemampuan
personal
yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. c. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. d. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. e. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 3) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 11
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 4) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut: a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).
12
(http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harusdimiliki-seorang-guru-profesional/) 2.1.3
Indikator Kreativitas
Menurut Uno (2009:21) ada 12 indikator kreativitas, yaitu: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)
2.2
Memiliki rasa ingin tahu yang besar Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu Mempunyai/menghargai rasa keindahan Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain Memiliki rasa humor tinggi Mempunyai daya imajinasi yang kuat Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil) Dapat bekerja sendiri Senang mencoba hal-hal baru Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
Kepemimpinan Guru
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Guru Kepemimpinan guru pada dasarnya adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain dimana didalamnya mengkaji tentang serentetan tindakan atau perilaku tertentu pada invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan seorang guru memiliki arti yang luas, tidak hanya terbatas pada peran guru di dalam kelas saja, namun menjangkau juga peran guru dalam berinteraksi dengan rekan sejawat (guru) dan kepala sekolah. Terry dalam Kartono (2005:57) berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
13
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan a. Faktor Internal Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal menurut formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor-faktor ini tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan ini adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Faktor eksternal lain adalah faktor situasi, situasi ini berkaitan dengan dengan aspek waktu, tempat , tujuan, karakteristik organisasi. 2.2.3. Aspek-aspek Kepemimpinan Menurut Muhibbin (2008:253) kepemimpinan memiliki 4 aspek antara lain sebagai berikut: a. Kekuasaan di dalam kelas b. Pemberian instruksi c. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat d. Kerja sama 14
2.2.4 Gaya Kepemimpinan Guru Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervise atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manejemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis ( Hamalik, 2004 ;124 ) Menurut Ahmad Rohani ( 2004:130) gaya atau tipe kepemimpinan guru ada tiga yaitu: a. Otoriter Dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi semua aktivitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian guru. b. Laizzes faire Gaya kepemimpinan yang laizes faire , biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas pendidik lebih produktif kalau gurunya tidak ada. c. Demokratis Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/08/kepemimpinan-guru-dalampendidikan-540275.html
15
2.2.4 Aspek Kepemimpinan Guru di Kelas Kepemimpinan merupakan hal yang mutlak dalam tiap segi kehidupan . Dari kepemimpinan Negara sampai kepemimpinan di dalam rumah tangga adalah hal yang bisa dan gampang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di sekolah? Walaupun sudah jelas ada jabatan kepala sekolah serta sederet jabatan lain yang intinya adalah pemimpin para guru, namun guru sebagai individu tidak bisa tidak harus juga punya aspek kepemimpinan diantaranya; 1. Menumbuhkan dan menyuburkan suasana mencari ilmu di kelas Guru dibutuhkan perannya agar siswa menguasai subyek yang diajarkan, mempunyai inisiatif dalam mencari pengetahuan di luar yang diajarkan serta berserta berfikir kritis dan analisis. ( Di butuhkan teknik mengajar yang kreatif) 2. Mengambil hati dan pikiran pribadi-pribadi yang ada disekitarnya Mudah sekali memimpin siswa di kelas jika kita sudah bisa mengambil hati serta bisa membaca pikiran siswa di kelas. Sebenarnya tidak mudah membaca dalam membaca pikiran siswa karena memerlukan pembiasaan melihat apa yang tersirat. 3. Bermitra dalam bekerja dengan orang lain Dalam mengajar sebuah kelas guru pastinya tidak sendiri , ada banyak pihak yang ada di sekeliling lingkup pekerjaan nya sebagai pendidik. Ada kepala sekolah , rekan sesama guru , administrasi dan pihak lain yang jika tidak diperlakukan sebagai team akan menimbulkan masalah dikemudian hari. 4. Mau mengerti diri sendiri dan orang lain Banyak guru yang mengalami tekanan pekerjaan karena kurang berorientasi pada diri sendiri. Sikap berorientasi pada diri sendiri bukan berarti egois, tetapi lebih kepada upaya menggali apa yang menjadi potensi orangorang disekitarnya sambil menghormati diri kita sendiri. (http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/08/kepemimpinan-guru-dalampendidikan-540275.html)
16
2.3
Motivasi Belajar
2.3.1
Pengertian Motivasi Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para ahli
sukar mendifinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah prilaku; (2) kekuatan respon (yakni usaha); (3) ketahanan prilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berprilaku menurut cara tertentu. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman (Martinis Yamin, 2005:80). 2.3.2 Jenis-jenis Motivasi Menurut Sudjana dalam Suparman (2010:50), motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan. Misalnya, seorang anak yang membeli buku pelajaran biologi karena dia membutuhkan buku tersebut untuk dibaca supaya menambah wawasan dan pengetahuannya di bidang biologi. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (ransangan) dari luar dirinya atau lingkungannya. Misalnya, seseorang yang mengikuti sebuah kejuaraan karena ingin mendapatkan hadiah utama yaitu uang. Dalam kasus ini, maka uang menjadi motivasi orang tersebut. Dalam proses belajar mengajar, kedua motivasi ini yaitu intrinsik dan ekstrinsik sangatlah diperlukan. Keduanya merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.
17
2.3.3 Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Sardiman dalam Suparman (2010:52-54), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar anak didik, yaitu: a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Memberi angka Pemberian angka atau nilai akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak didik. Dia bisa memilih untuk mendapatkan angka yang lebih tinggi lagi, atau minimal mempertahankan angka yang telah didapatnya. Hadiah Hadiah dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Misalnya, guru menjanjikan hadiah bagi anak didik yang berhasil mencapai angka standar, atau berhasil menjawab pertanyaan. Saingan dan kompetisi Cara ini dapat memotivasi siswa, yang penting anak didik diarahkan untuk bersaing secara sehat dan positif denganteman-temannya. Misalnya bersaing untuk mendapatkan juara di dalam kelas. Ego-involement Anak didik akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. Guru harus menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan dan menyadari betapa pentingnya tugas dan mnerimanya sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Memberi ulangan Memberikan ulangan dapat memacu siswa untuk belajar lebih giat. Yang perlu diperhatikan guru adalah jangan terlalu memberi ulangan karena bisa menimbulkan kebosanan dan kejenuhan dalam diri anak didik. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong anak didik agar lebih giat lagi dalam belajar. Jika siswa tahu bahwa hasil belajarnya senantiasa mengalami peningkatan, maka dengan sendirinya akan memotivasi siswa untuk terus belajar. Pujian Pujian yang baik dan positif akan memupuk suasana yang menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar. Yang perlu diperhatikan guru adalah ketepatan dalam memberi pujian, karena pujian bisa juga berdampak negatif di mana bisa jadikan anak didik sombong. Hukuman Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang logis sesuai dengan kesalahannya. Minat 18
j.
k.
Minat adalah instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk belajar. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri anak didik, yang mengakibatkan anak didik mau belajar lebih giat lagi. Tujuan yang diakui Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan hal-hal positif yang menarik anak didik untuk melakukan kegiatan belajar. 2.3.4
Indikator Motivasi Menurut Uno (2009:21) ada 9 indikator Motivasi, yaitu: a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai) b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi d) Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan e) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) f) Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya) g) Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan, dengan tugastugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut) h) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian) i) Senang mencari dan memecahkan soal-soal
19
2.4 Penelitian Terdahulu Yang Relevan 1.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Ida Krisnawati tahun 2011 yang berjudul Hubungan Pengalaman Mengajar dengan Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga selama satu semester tahun ajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data menunjukkan ada hubungan yang kuat antara Pengalaman Mengajar dengan Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga selama satu semester tahun ajaran 2009/2010. Hal ini di tunjukan dengan 19 guru yang kurang pengalaman mengajar tetapi mempunyai kadar kreativitas tinggi diduga mereka adalah guru yang sudah menjadikan profesi sebagai pilihan kariernya, guru berpengalaman terdapat 14 orang dan 6 orang diantaranya (36,84%) memiliki kadar kreativitas yang tinggi terpaut sedikit dari guru yang kurang kreatif yaitu 5 orang (13,16%) mereka sudah berpengalaman tetapi kurang kreatif umumnya guru-guru yang sudah memasuki jangka waktu pensiun. kreativitas guru di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga bervariasi dari yang kadarnya rendah sampai tinggi tetapi secara umum kadar kreativitas masih tergolong sedang, khusus mengenai kreativitas dalam meramu dan mengembangkan metode masih tergolong rendah.
2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yosep Agus Budiono tahun 2013 yang berjudul Pengaruh Gaya Mengajar dan Kepemimpinan Guru Terhadap Motivasi Belaja di Kalangan Siswa Kelas XII SMK NEGERI I SALATIGA. Berdasarkan pengujian koefisien determinasi diperoleh RSquare sebesar 20
0,434 adalah penguadratan dari koefisien korelasi atau 0,659 X 0,659. Hal ini menunjukan bahwa sebesar 43,4% variasi dari motivasi belajar dapat dijelaskan oleh gaya mengajar dan kepemimpinan guru. Sedangkan sebesar 56,6% lainya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel X1 mempengaruhi Y secara sendiri sebesar 16%, setelah memasukkan variabel X2 dalam model variabel X2 hanya mampu menaikkan R2 sebesar 43,4% 16% = 27,4%. Disisi lain variabel X2 mempengaruhi Y secara sendiri sebesar 35,6%, dengan memasukan variabel X1 dalam model, ternyata X1 mampu menaikkan nilai R2 sebesar 43,4% - 35,6% = 7,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel X2 memberi sumbangan variabel Y lebih dominan daripada X1 memberi sumbangan pada variabel Y. Hasil penghitungan koefisien diterminasi R2 sebesar 0,434, berarti sebesar 43,4% variasi dari motivasi belajar dapat dijelaskan oleh gaya mengajar guru dan kepemimpinan guru. Sedangkan sebesar 56,6% lainya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 2.5 Kerangka Berpikir Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dalam kerangka berfikir ini peneliti akan menguraikan model hipotetis, definisi operasional dan skala pengukuran.
21
2.5.1 Model Hipotitis Model hipotitis merupakan gambaran dari variabel-variabel penelitian. Didalam penelitian ini akan dijelaskan variabel dependen dan independen. Variabel dependen disebut juga variabel tidak bebas, dan variabel independen disebut variabel bebas. Suatu varabel di sebut dependen atau tidak bebas jika nilai atau harganya ditentukan oleh satu atau beberapa variabel lain. Dalam hubungan ini variabel lain itu disebut variabel independen atau variabel bebas ( Gulo. W. 2010: 46-47). Dalam penelitian ini kreativitas dan kepemimpinan guru disebut variabel independen dengan notasi X, kreativitas guru X1 dan kepemimpinan guru X2. Sedangkan yang disebut sebagai variabel dependen atau variabel tidak bebas adalah motivasi belajar siswa yang diberi notasi Y. Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan model hipotitis penelitian sebagai berikut: (X1) (Y) (X2)
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Pengaruh Kreativitas dan Kepemimpinan Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara.
22
Keterangan: X1
= Kreativitas Guru
X2
= kepemimpinan guru
Y
= Motivasi Belajar Siswa = Pengaruh Variabel X terhadap Y
2.5.2 Definisi operasional Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan variabel dalam penelitian tentang pengaruh kreativitas dan pengalaman mengajar guru terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara. Menurut Arikunto (2002:99) Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Kreativitas Guru Kreativitas adalah menciptakan atau mengembangkan sesuatu hal yang baru. Hal baru yang di maksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Berkaitan dengan kreativitas guru, guru didalam mengajar diharapkan dapat menciptakan atau mengembangkan model-model pembelajaran. Tingkatan kreativitas di kategorikan menjadi 3 yaitu: Tinggi: jika guru dapat menciptakan dan mengembangkan model pembelajaran di beri skor 3 Sedang: jika guru dapat menciptakan atau mengembangkan model pembelajaran di beri skor 2
23
Rendah: jika guru tidak dapat menciptakan dan mengembangkan model pembelajaran maka di beri skor 1 2. Kepemimpinan Guru Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Kepemimpinan di kategorikan menjadi 3 yaitu: Tinggi: jika guru memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 3 Sedang: jika guru dapat mempengaruhi siswa untuk bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 2. Rendah: jika guru tidak memiliki kemampuan mempengaruhi siswa untuk bekerjasama agar mencapai tujuan diberi skor 1. 3. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hal atau kegiatan adalah belajar. Tingkatan motivasi belajar di kategorikan menjadi 3 yaitu: Tinggi: jika guru dapat menciptakan dan mengembangkan model pembelajaran serta memiliki kemampuan mempengaruhi siswa agar mencapai tujuan maka motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tinggi di beri skor 3.
24
Sedang: jika guru dapat mengembangkan model pembelajaran serta dapat mempengaruhi siswa agar mencapai tujuan maka motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran sedang di beri skor 2. Rendah: jika guru tidak dapat mengembangkan model pembelajaran serta tidak memiliki kemampuan mempengaruhi siswa agar mencapai tujuan maka motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran rendah di beri skor 1. Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Tinggi:
Sedang:
Rendah:
2.5.3 Skala Pengukuran Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2011:92). Kreativitas guru dan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini memakai skala ordinal. Menurut Riduwan (2010:9) Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Sedangkan untuk kepemimpinan guru memakai skala interval. Menurut Riduwan (2010:9)
Skala interval adalah skala yang 25
menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Tabel 1.1 Daftar Skala Pengukuran Skala Pengukuran No
Variabel
Notasi
Nominal Ordinal Interval
1
Kreativitas Guru
X1
v
2
Kepemimpinan Guru Motivasi Belajar Siswa
X2
3
Y
Ratio
v v
2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2011:64), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis kerja 1: Motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar adalah sedang atau sebesar 66,66% artinya kreativitas dan kepemimpinan guru sedang sehingga motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karangkobar juga sedang Hipotesis Statistik H0 = 0,66 H1
0,66 26
Hipotesis kerja 2: Ada pengaruh positif signifikan antara kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara artinya semakin tinggi kreativitas guru maka semakin tinggi motivasi belajar siswa Hipotesis Statistik Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0 Hipotesis kerja 3: Ada pengaruh positif signifikan antara kepemimpinan guru terhadap motivasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Karangkobar Banjarnegara artinya semakin guru dapat mempengaruhi siswanya agar mencapai tujuan semakin tinggi motivasi belajar siswa Hipotesis Statistik Ho : β2 = 0 Ha : β2 ≠ 0
27