BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kewirausahaan Istilah kewirausahaan atau wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur.
Entrepreneur sendiri berasal dari bahasa perancis dengan arti
pengambil kebijakan atau penentu kebijakan. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan mengelalo usaha secara profrsional. Hendaknya minat tersebut diikuti dengan perencanaan dan perhitungan yang matang. Misalnya, dalam hal memilih atau menyeleksi bidang usaha yang akan dijalankan sesuai dengan prospek dan kemampuan pengusaha (Kasmir, 2010:16). Istilah kewirausahaan semakin dikenal dan popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi Say dalam Suryana & Bayu (2010 :67) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi. Sudah banyak pakar yang mengemukanan tentang kewirausahaan berdasarkan sudut pandangnya masing – masing. Namun demikian, esensi pengertian yang krusial senantiasa ada di setiap pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dan menjadi hal yang sangat mendasar. Drucker dalam Kasmir (2013:25) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menciptkan sesuatu yang baru dan berebeda dar pesaing. Defenisi tersebut dikembangkan kembali oleh Hisrich dalam Suryana
Universitas Sumatera Utara
(2013:11), yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang sebagai modal, fisik, resiko, dan kemudia menghasilkan balas jasa berupa uang seta kepuasan dan kebebasan pribadi. (Kasmir,2013 :25). Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995
tentang
Gerakan
Nasional
Memasrakatkan
dan
Membudayakan
Kewirausahaan, Bahwasanya: Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan sesorang dalam menangani usaha dan kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 2.2 Persaingan Usaha Didalam industri terjadi persaingan antara satu usaha dengan usaha lainnya menunjukan perjuangan masing – masing usaha yang ada dalam satu industi untuk memperebutkan pangsa pasar (market share) maupun pangsa pelanggan (Customer Share). (Solihin, 2012 :42) Saat ini usaha tidak hanya bertumpu pada peningkatan pangsa pasar, karena tidak semua pelanggan perusahaan merupakan pelanggan yang menguntungkan untuk dilayani (Profitable Customer) (Reinnartz & Kumar dalam Solihin, 2012:42). Saat ini usaha juga memperhatikan pangsa pelanggan dengan mempertahankan pelanggan – pelanggan yang menguntungkan untuk dilayani dimana perusahaan dapat memperbesar pendapatan penjualannya dengan menawarkan berbagai produk perusahaan yang margin tinggi kepada pelanggan tersebut. Kegiatan ini sering disebut up selling (Reinnartz & Kumar dalam Solihin, 2012:42).
Universitas Sumatera Utara
Pesaing potensial (Potential competitors) adalah usaha yang saat ini tidak bersaing dala satu industri tetapi memiliki kemampuan sumber daya untuk memasuki satu industri apabila perusahaan tersebut berkehendak. (Solihin, 2012:42). Mudah atau tidak suatu usaha masuk kedalam suatu industri sangat bergantung pada hambatan masuk yang diciptakan oleh para pemimpin pasar dalam suatu industri. hambatan masuk (entry barrier) merupakan berbagai faktor yang akan menjadikan pendatang baru harus membayar untuk memasuki suatu industri. semakin besar biaya yang harus ditanggung oleh pendatang baru, maka semakin besar pula hambatan masuk untuk industri tersebut. Elemen – elemen struktur industri yang akan mempengaruhi entry barriers adalah sebagai berikut: (Solihin, 2012:42) 1. Economic Of Scale 2. Proprietary Products Difference 3. Brand identity 4. Switching cost 5. Capital requirements 6. Access to distribution 7. Absolute cost advantage 8. Government Policy 9. Expected retaliation Menurut Antonelli et al dalam Chao et al (2016:2), sebuah usaha dapat memiliki kemampuan daya saing yang baik adalah saat usaha tersebut memiliki Teknologi komunikasi dan informasi yang baik dan pengetahuan tentang inovasi. Daya saing usaha sangat erat hubungannya dengan kemampuan mengelola pasar, pencipataan profit secara berkelanjutan, dan kemampuan untuk beradaptasi dalam menciptakan suatu produk sesuai dengan permintaan konsumen.
Berikut ini
Universitas Sumatera Utara
adalah gambaran bagaimana sebuah usaha dapat disebut memiliki daya saing yang tinggi :
Sumber : Chao et al (2016:2)
Gambar 2.1 Daya Saing Usaha 2.3 Daya Saing Usaha Menurut Laura dalam Marita (2013) menyatakan bahwa saing dapat hadir dan berkembang dengan sendirinya. Tyson dalam
Marita (2013:15)
mendefenisikan daya saing sebagai kemampuan menghasilkan barang atau jasa yang berhasil dalam bersaing dimana dalam waktu yang panjang. Menurut The institute for management development (IMD) dalam Marita (2013:15), daya saing sebagai kemampuan sebuah usaha atau bisnis membuat dan menjaga kemampuan usaha pada tingkat yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan usaha atau bisnis lain. Menurut Hawkins dalam Marita (2013:15), daya saing didefenisikan sebagai kemampuan suatu usaha untuk meningkatkan pangsa pasar dimana usaha tersebut memiliki keunggulan komparatif dean dapat menghasilkan produk tertentu dengan biaya kesempatan (opportunity cost) lebih rndah dibandingkan dengan usaha lainnya.
Peningkatan daya saing suatu usaha tercermin dari
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan yang berkelanjutan dan produktivitas usaha yang berasal dari strategi bisnis yang baik. Menurut Porter dalam Marita (2013:16), daya saing identik dengan produktivitas diukur dari tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Daya saing dalam pengertian yang umum, dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu usaha menyediakan lingkungan yang kompetitif . secara lebih spesifik yaitu kemampuan usaha untuk memelihara segmen usaha unggulan yang dimiliki oleh usaha dan produk unggulan yang dihasilkan oleh suatu usaha sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen ( Momaya dalam Marita,2013 :16) Daya saing adalah kempuan yang dimiliki oleh suatu usaha untuk menghasilkan produk dan jasa yang memenuuhi pengujian internasional dan dalam saat yang sama juga dapat memilihara pendapatan yang berkelanjutan (European Comission dalam Winardi, 2015 :8). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tetang standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukan hasilo yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. 2.3.1 Cara Menentukan Daya Saing Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain : (Putri, 2014) 1. Harga yang murah Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan kualitas. Kualitas sama tapi harga yang lebih murah tentu saja lebih menguntungkan konsumen. Akan lebih baik lagi bila harga murah tetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih
Universitas Sumatera Utara
murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisiensi. Dalam istilah Michael Potter, perusahaan mempunyai keunggulan dari segi biaya (cost leadership). Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih kecil. 2. Diferensiasi Melakukan diferensisai berarti menawarkan atau melakukan hal yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang ditawarkan berbeda, akan memberikan perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikan nilai tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing. 3. Pelayanan Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikan service excellence dapat memuaskan
pelanggan
Perusahaan-perusahaan
dan
meningkatkan
bersaing
terutama
loyalitas dalam
pelanggan. memanjakan
pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. 2.4 Keunggulan Usaha Keunggulan yang dimiliki oleh sebuah usaha sangat berganti pada sumber daya yang dimiliki, spesifikasi tenaga kerja, teknologi, tingfkat harga, struktur ekonomi, dan yang lain sebagainya. Keunggulan diperoleh oleh usaha adalah saat sebuah usaha mampu menghasilkan kuantitas, kualitas dan produk yang lebih baik dibandingkan oleh usaha lainnya . Berikut ini adalah teori – teori tentang
Universitas Sumatera Utara
keunggulan usaha yang diadopsi dari teori keunggulan dalam perdagangan internasional : 1. Teori Keunggulan Kompetitif
Adam Smith pada tahun 1776 dalam
bukunya The Wealth of Nation, menyatakan bahwa kebijakan negaranegara di dunia yang paling baik dilakukan adalah perdagangan bebas. Suatu negara dikatakan dapat menghasilkan dan mengekspor barang, apabila suatu negara memiliki keunggulan absolut atas produknya dengan negara lain. Ketika suatu negara mengimpor barang dari luar negeri, berarti negara tersebut memiliki kerugian absolut dalam memproduksi barang-barangnya.
Menurut
Siswanto
(2011:
56),
asumsi
yang
dikemukakan oleh Adam Smith dalam analisanya adalah : a) Terdapat teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) dalam menentukan nilai suatu barang. b) Tenaga kerja memiliki kulitas yang sama untuk setiap bidang produksi. Bahwa hanya tenaga kerja yang merupakan faktor produksi yang bersifat homogen. c) Terdapat immobilitas faktor produksi antar negara. Bahwa biaya transport diabaikan. Dengan asumsi-asumsi tersebut negara-negara akan terdorong untuk melakukan spesialisasi produk, sehingga terdapat pertambahan produksi dunia yang digunakan bersama-sama di dalam perdagangan internasional. Sehingga suatu negara tidak memperoleh kebutuhannya dari pengorbanan negara lain, akan tetapi semua negara dapat memperolehnya secara bersamaan (Salvatore dalam Siswanto, 2011:55). 2. Teori
Keunggulan
Komparatif
Teori
keunggulan
komparatif
dikemukakan pertama kali oleh David Ricardo pada tahun 1917 , yang menyatakan bahwa jika terdapat dua negara saling melakukan perdagangan dan masing-masing negara memfokuskan negaranya untuk
Universitas Sumatera Utara
mengekspor barang x jadi bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, maka kedua negara tersebut akan beruntung. Teori keunggulan komperatif ini menjawab permasalahan dari teori keunggulan absolut, yaitu jika terdapat negara yang tidak memiliki keunggulan absolut
yang
bisa
melakukan
perdagangan.
Sehingga
Ricardo
menambahkan, bahwa keunggulan dari tiap-tiap negara yang melakukan perdagangan memiliki sifat yang relatif, sehingga negara tidak memiliki keunggulan absolut seperti dalam teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith. Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu daerah apabila sudah diketahui lebih dahulu, pembangunan dapat dilakukan tanpa menunggu mekanisme pasar. (Siswanto, 2011:56) 3. Teori biaya relatif titik pangkal menurut Ricardo dalam Siswanto, (2011:56) tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang nilai. Menurut Ricardo, nilai suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost value theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masingmasing negara memiliki comparative cost yang terkecil Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage memiliki pengertian yang sama, hanya saja comparative advantage memiliki output yang berbeda dalam beberapa tenaga kerja di masing-masing negara. Sedangkan
comparative
cost,
memiliki
beberapa
output
yang
membutuhkan waktu yang berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Perdagangan internasional tidak hanya mendatangkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan yang statik, tetapi juga dapat bersifat dinamik. Artinya perdagangan internasional dapat menambah jumlah faktor produksi yang tersedia, seperti adanya transfer teknologi serta keahlian. Di samping itu perdagangan internasional dapat memperluas pasar sehingga suatu negara dapat menikmati adanya skala produksi yang ekonomis. Keuntungan perdagangan yang ditimbulkan karena adanya transfer teknologi, keahlian dan skala produksi yang dinamis ini disebut keuntungan yang dinamis. 2.5 Strategi Usaha/Bisnis Dalam pengertian yang sangat umum, siasat (strategy) dapat diartikan sebagai cara terbaik untuk mencapai suatu sasaran atau untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengertian yang lebih lengkap menyatakan bahwa strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi atau perusahaan, penentuan jumlah dan jenis kegiatan yang dibutuhkan, serta penjatahan sumber daya untuk pencapaiannya (Kotler dan Keller ,2013: 3). Strategi bisnis (business strategy) merupakan strategi yang dibuat pada level unit bisnis dan strateginya lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan didalam suatu industri atau segmen pasar tertentu (Solihin 2012:196). Menurut Tjiptono (2011: 6) pada dasarnya strategi pengembangan usaha memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran adalah melakukan strategi segmentasi dan targetting, yang kemudian dilanjutkan dengan positioning. 1) Segmentation (Segmentasi Pasar) Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kondisi konsumen dengan berbagai kebutuhan dan keinginan yang
Universitas Sumatera Utara
beragam, maka menjadi suatu keputusan yang bijak apabila perusahaan melakukan segmentasi pasar, agar dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dengan produk yang diproduksi. Menurut Rangkuti (2010: 1-2) dalam strategi pemasaran, tidak ada cara tunggal untuk membuat segmen pasar. Kita harus mencoba variabel-variabel yang berbeda, yang tidak monoton, sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen. Variabel tersebut sebagai berikut: a) Segmentasi Geografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografis, seperti negara, regional, negara bagian, provinsi, kota atau kompleks perumahan. b) Segmentasi Demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, dan kebangsaan c) Segmentasi Psikografis adalah segmentasi yang membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian. d) Segmentasi Perilaku adalah segmentasi yang mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan mereka terhadap produk e) Benefit Segmentation
membagi pasar berdasarkan kesamaan
benefit atau keiinginan manfaat yang diharapkan pelanggan terhadap suatu produk. Pertimbangannya adalah gabungan dari berbagai butir a sampai d tersebut di atas 2) Targetting (Menetapkan Pasar Sasaran) Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 26) menetapkan pasar sasaran, yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan
Universitas Sumatera Utara
memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya. Pada tahap ini, perusahaan memilih segmen yang sesuai dengan kemampuan perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan keiinginannya. Penetapan pasar sasaran yang dipilih dapat berasal dari satu atau beberapa segmen yang berbeda. 3) Positioning Menurut Renald Kasali dalam Sunyoto (2012: 88) cara-cara positioning produk dapat dilakukan sebagai berikut: a) Positioning berdasarkan perbedaan produk Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya di mana letak perbedaan produknya terhadap pesaing. b) Positioning berdasarkan manfaat produk Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen. Manfaat dapat bersifat ekonomis, fisik, dan emosional berhubungan dengan self image. c) Positioning berdasarkan pemakaiaan produk Di sini atribut-atribut produk yang ditonjolkan, salah satunya adalah atribut pemakaian produk, misal produk obat herbal dan pupuk organik yang menawarkan kembali ke alam atau anti kimia. d) Positioning berdasarkan kategori produk Positioning biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu ketegori produk, misal sepeda motor merek Honda. Konsumen mengenal produk ini yang hemat BBM. e) Positioning kepada pesaing Misalkan produk HP Nokia yang mengesankan produk HP teknologi terdepan daripada produk sejenis lainnya. f) Positioning melalui imajinasi
Universitas Sumatera Utara
Positioning produk merupakan hubungan asosiatif dan kita dapat menggunakan
imajinasi-imajinasi
produk
berdasarkan
tempatnya,
pemakainya, situasi dan sebagainya. g) Positioning berdasarkan masalah Terutama untuk produk/jasa baru belum begitu dikenal oleh konsumen. Produk/jasa baru umumnya diciptakan untuk memberikan solusi kepada konsumennya, masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan. 2. 6 Perumusan Strategi dengan Pendekatan Analisis SWOT Analisis SWOT adalah singkatan dari strengths, Weakness,Opportunities, dan Threats. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. (Freddy Rangkuti, 2011: 18).Sebelum melakukan perumusan strategi, maka peneliti mengadakan suatu kegiatan pengklasifikasian lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan tempat sukses masa depan mungkin akan berbeda dengan saat ini.
Perubahan
produk
yang
ditawarkan
oleh
pesaing
kadang
sangat
mempengaruhi tingkat penawaran konsumen, selera konsumen kadang sangat berubah dengan cara yang tidak terduga. Perkembangan teknologi sering secara tidak sengaja mengubah fungsi produk, dan juga bagaimana bisnis perusahaan dijalankan, pembelian, logistik, produksi, pemasaran, penjualan, dan pelayanan. Peraturan-peraturan ekonomi, politik, dan sosial seringkali muncul, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kondisi perusahaan atau persaingan. Perlu penyesuaian dan pengendalian diri terhadap pasar disaat terjadi perubahan internal. Jembatan antara lingkungan eksternal dan internal sangat diperlukan. Jika organisasi tidak merubah cara berpikir tentang lingkungan, maka organisasi tidak dapat mendahului perubahan yang terjadi pada pelanggan, pesaing, industri dan kebijakan pemerintah. Lingkungan memberi kesempatan
Universitas Sumatera Utara
bagi perusahan yang dapat dan mau mengerti tentang lingkungan diperusahaan. Berikut ini adalah penjelasan dari gambar faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi strategi pemasaran (Kotler dan Keller, 2010 :216) : 1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisa lingkungan eksternal perusahaan adalah meneliti kecenderungan dan perkembangan yang sedang berlangsung diluar perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang timbul dan menggunakan sebagai dasar pemilihan alternatif strategi perusahaan sebagai bagian dari proses perencanaan strategis. Analisis lingkungan eksternal usaha dapat dilaksanakan dengan Analisis STEEPPLE yang mencakup analisis terhadap lingkungan : (Solihin,2012) 1. Social/demographic 2. Technological 3. Economics 4. Environmental 5. Political 6. Legal 7. Ethical 2. Lingkungan Internal Usaha Analisis lingkungann internal usaha bertujuan untuk mengidenfikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki oleh suatu usaha. Sumber daya dan proses bisnis internal tersebut memilki kemampuan yang dapat menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif. Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan perusahaan pesaing. (Solihin, 2012)berikut ini adalah aspek – aspek internal usaha: 1. Firm Infrastructure 2. Human resource management 3. Technology development 4. Procurement 5. Operation 6. Marketing and sales 2.7 Kerangka Konseptual Dalam menentukan suatu penelitian sangat dibutuhkan penelitian terdahulu karena dari penelitian terdahulu akan diperoleh dasar – dasar dalam meneliti suatu fenomena yang terjadi. Berikut ini adalah penelitian terdahulu dalam penelitian ini : 1. Irpan Winardy (2015). “Analisis Daya Saing Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan”. Penelitian ini memnggunakan metode SWOT untuk menganalisis data yang diperoleh dari responden yang diberikan kuesioner. Hasil yang diperoleh adalah cara untuk meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif adalah dengan menggunakan strategi SO yaitu dengan mengoptimalkan atau memanfaatkan produk yang telah dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang telah dikenal masyarakat dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan memberikan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat meningkatkan harga yang terjangkau pada konsumen, sehingga dapat meningkatkan daya saing usaha kreatif di kota medan. 2. Rebecca Christina Febryanti Putri (2014). :Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Daerah”.Development Indicator (IDI), Environtment Indicator (EI), Technology Advancement Indicaor (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI). Penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks pariwisata, indeks komposit dan indeks daya saing pariwisata. Hasil analisis menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata dari kedelapan indikator penentu daya saing menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, sehingga dikatakan daya saing pariwisata di Kabupaten Jepara tergolong rendah. 3. Cindy Mediana Marita (2013). “ Analisis Daya Saing : Pendekatan Model Nine Factors Pada Industri Kakao Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan potensi industri kakao Indonesia memiliki indikasi yang baik. 4. Angel Diaz-Caho (2016). “ The Competitiveness of Small Network-Firm : A Practical Tool”. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan Asosiatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem informasi yang dimiliki oleh usaha kecil dan menengah tidak dudukung dengan alat pendukung yang dapat meningkatkan tingkat daya saing suatu usaha.
Viga Al Cafe
Kondisi Internal (Kekuatan dan Kelemahan Viga Al Café)
Kondisi Eksternal (Peluang dan Ancaman Viga Al Café)
Strategi Peningkatan Daya Saing Viga Al Cafe
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Olahan Penulis (2016)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara