BAB II LANDASAN TEORI
A. Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan Kata miskin atau kemiskinan merupakan kata yang tidak asing lagi didengar oleh telinga kita, menurut kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan mengatakan orang dianggap miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal. Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo per kalori per hari dan kebutuhan non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi. 17 Sedangkan Dinas Kesehatan melihat miskin itu karena tingkat akses kepelayanan kesehatan pemerintah yang kurang, ada anggota keluarga yang putus sekolah, frekuensi makanan kurang dari dua kali, dan kepala keluarga yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Selain itu, International Labour Organization (ILO) mengartikan miskin itu diukur dari segi pendapatan, yakni secara ekonomi berdasarkan penghasilan kurang 1 dolar penghasilan kurang 1 dolar perhari bagi penduduk perkotaan dan 0,8 dolar untuk pedesaan. 18
17
http://www.bbc.co.uk/indonesian/programes/story2009proverty1.shtml. diakses pada 10 desember 2015 18 http://www.yipd.or.id/berita_agenda/index.php?act=detail&p_id=3431&p_cat diakses pada 10 desember 2015
14
Dewasa ini, kemiskinan telah menjadi isu sosial sekaligus isu politik yang banyak dibicarakan di berbagai kalangan, baik kaum politisi maupun kaum cendekiawan. Tetapi, jawaban atas pertanyaan apa itu kemiskinan, masih simpang siur. Antara ahli satu dengan ahli yang lain telah menuliskan masalah ini bersama-sama Sar A. Levitan misalnya mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak, sedangkan menurut Bradley R. Schiller, kemiskinan adalah ketidak-sanggupan untuk mendapatkan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Dengan nada yang sama Emil Salim mendefinisikan kemiskinan sebagai kurangnya pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.19 2. Jenis-Jenis Kemiskinan Menurut jenisnya, kemiskinan bisa dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, kemiskinan relative, yakni yang dinyatakan dengan berapa persen dari pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibanding dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya. Menurut kriteria Bank Dunia : (1) jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12 % pendapatan ansional, maka disebut pembagian pendapatan nasional yang 19
Bagong Suyanto, Perangkap Kemiskinan Problem dan Strategi Pengentasannya, (Surabaya : Aditya Media, 1996, hlm. 1.
15
sangat timpang, (2) jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima 12-17% dari pendapatan nasional maka disebut ketidakmerataan, sedang dan (3) jika 40% jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari 17% dari pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan rendah. Kedua kemiskinan absolute, yakni suatu keadaan di mana tingkat pendapatan absolute dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti : sandang, pangan, pemukiman, dan pendidikan. Menurut criteria biro Pusat Statistik (BPS) dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi berdasarkan data Survei-Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan garis batas kemiskinan absolute adalah setara dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per orang plus beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti : sandang, papan, jasa, dan lain-lain. Di luar metode yang dikembangkan BPS, di Indonesia batasan lain tentang kemiskinan absolute dikembangkan oleh Sajogyo dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Di sini yang dimaksud dengan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi. Menurut Sajogyo, seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memperoleh penghasilan per kapita setara
16
320 kilogram beras untuk daerah pedesaan, atau 480 kg beras untuk penduduk di perkotaan. Menurut akar penyebab yang melatarbelakanginya, kemiskinan juga dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai sumber-sumber daya yang langka. Kedua, kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat yang tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan. Dalam perbincangan di kalangan ilmuwan sosial, pengertian kemiskinan buatan acap kali diidentikkan dengan pengertian kemiskinan struktural. Menurut Selo Soemardjan, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. 20 Dengan demikian, secara sederhana, kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural dapat diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber, dan oleh karena itu dapat dicari, pada struktur sosial yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Karena struktur sosial yang berlaku adalah
20
Ibid, hlm. 2.
17
sedemikian rupa keadaannya sehingga mereka yang termasuk ke dalam golongan miskin tidak berdaya untuk merubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya. Struktur sosial yang berlaku telah mengurung mereka ke dalam suasana kemiskinan selama turun-temurun selama bertahun-tahun. Sejalan dengan itu, mereka hanya keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktural yang mendasar. Kemiskinan struktural, biasanya terjadi di dalam suatu masyarakat di mana terdapat perbedaan yang tajam antara mereka yang hidup melarat dengan mereka yang hidup dalam kemewahan dan kaya raya. Mereka itu, walaupun merupakan mayoritas terbesar dari masyarakat, dalam realita tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk mampu memperbaiki nasib hidupnya. Sedangkan minoritas kecil masyarakat yang kaya raya biasanya berhasil memonopoli dan mengontrol berbagai kehidupan, terutama segi ekonomi dan politik. Selam golongan kecil yang kaya raya itu masih menguasai berbagi kehidupan masyarakat, selama itu pula diperkirakan struktur sosial yang berlaku akan bertahan. Akibatnya terjadilah apa yang disebut kemiskinan struktural. Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para petani yang tanah miliknya kecil sehingga hasilnya tidak mampu mencukupi umtuk member makan kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled laborers. Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha
18
tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah. Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan tetap menikmati kekayaannya. Mengapa bisa sampai begitu? Menurut pendekatan struktural, adalah terletak pada kungkungan struktural sosial yang menyebabkan mereka kakurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka
untuk
maju.
Umpamanya
kelemahan
ekonomi
tidak
memungkinkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang berarti agar bisa melepaskan diri dari kemelaratan.
21
Menurut akar penyebab yang melatarbelakanginya, kemiskinan juga dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai sumber-sumber daya yang langka. Kedua, kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat yang tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan. Dalam perbincangan di kalangan ilmuwan sosial, pengertian kemiskinan buatan acap kali diidentikkan dengan pengertian kemiskinan
21
Ibid, hlm. 4.
19
struktural. Menurut Selo Soemardjan, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. 22 Dengan demikian, secara sederhana, kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural dapat diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber, dan oleh karena itu dapat dicari, pada struktur sosial yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Karena struktur sosial yang berlaku adalah sedemikian rupa keadaannya sehingga mereka yang termasuk ke dalam golongan miskin tidak berdaya untuk merubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya. Struktur sosial yang berlaku telah mengurung mereka ke dalam suasana kemiskinan selama turun-temurun selama bertahun-tahun. Sejalan dengan itu, mereka hanya keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktural yang mendasar. Kemiskinan struktural, biasanya terjadi di dalam suatu masyarakat di mana terdapat perbedaan yang tajam antara mereka yang hidup melarat dengan mereka yang hidup dalam kemewahan dan kaya raya. Mereka itu, walaupun merupakan mayoritas terbesar dari masyarakat, dalam realita tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk mampu memperbaiki nasib hidupnya. Sedangkan minoritas kecil masyarakat yang kaya raya biasanya berhasil memonopoli dan mengontrol berbagai kehidupan, terutama segi
22
Ibid, hlm. 2.
20
ekonomi dan politik. Selam golongan kecil yang kaya raya itu masih menguasai berbagi kehidupan masyarakat, selama itu pula diperkirakan struktur sosial yang berlaku akan bertahan. Akibatnya terjadilah apa yang disebut kemiskinan struktural. Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para petani yang tanah miliknya kecil sehingga hasilnya tidak mampu mencukupi umtuk member makan kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled laborers. Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinama kan golongan ekonomi sangat lemah. Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan tetap menikmati kekayaannya. Mengapa bisa sampai begitu? Menurut pendekatan struktural, adalah terletak pada kungkungan struktural sosial yang menyebabkan mereka kakurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka
untuk
maju.
Umpamanya
kelemahan
ekonomi
tidak
memungkinkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang berarti agar bisa melepaskan diri dari kemelaratan.
23
Ibid, hlm. 4.
21
23
3. Faktor Penyebab Kemiskinan Akibat kemiskinan yang dialami warga, memberi dampak dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang terbatas sehingga mendesak untuk memaksa anak pun terpaksa melakukan aktifitas ekonomi demi kebutuhan keluarga. Untuk itu sebenarnya ada banyak faktor yang melatarbelakangi mereka itu miskin dan contoh realita di atas merupakan satu bagian dari realitas-realitas lain yang tidak diekspos. 24 Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka itu miskin, yaitu : a. Pendidikan yang Terlampau Rendah Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
kehidupannya.
Keterbatasan
pendidikan
yang
dimiliki
menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. Atas dasar kenyataan di atas dia miskin karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. b. Malas Bekerja Sikap malas merupakan suatu masalah yang mremprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan kepribadian seseorang. Adanya sikap malas ini, seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja, sikap pasif dalam hidupnya. Sikap malas ini cenderung untuk menggantungkan hidupnya pada orang lain, baik
24
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 2.
22
pada keluarga, saudara atau famili yang dipandang mempunyai kemampuan untuk menanggung kebutuhan hidup mereka. c. Keterbatasan Sumber Alam Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan kehidupan bagi mereka. Sering dikatakan para ahli bahwa masyarakat itu miskin karena dasarnya alamiah miskin. d. Terbatasnya Lapangan Kerja Keterbatasan
lapangan
kerja
membawa
konsekuensi
kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja baru. Tetapi secara faktual hal tersebut kecil kemungkinannya, karena keterbatasan kemampuan seseorang baik yang berupa skill maupun modal. e. Keterbatasan Modal Keterbatasan modal merupakan sebuah kenyataan yang ada di negara-negara
yang
sedang
berkembang,
kenyataan
tersebut
membawa kemiskinan pada sebagian masyarakat di negara tersebut. Seseorang miskin disebabkan karena mereka tidak memiliki modal untuk melengkapi alat
maupun bahan dalam rangka
menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan. Keterbatasan modal bagi negaranegara yang sedang berkembang dapat diibaratkan sebagai suatu
23
lingkaran yang tidak berujung baik segi permintaan akan modal maupun dari segi penawaran akan modal, f. Beban Keluarga Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula tunutan yang meningkat atau tingginya beban hidup yang harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan suadh pasti akan menimbulkan kemiskinan karena memang berangkat dari kemiskinan.
Kernaikan
pendapatan
yang
dibarengi
dengan
pertambahan jumlah keluarga, berakibat pada kemiskinan akan melanda dirinya dan bersifat laten. Pada dasarnya, penyebab masyarakat miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu mereka masing-masing seperti rendahnya motivasi yang ada dalam diri penduduk, minimnya modal, dan lemahnya penguasaan terhadap aspek
manajemen dan teknologi.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu
masing-masing
penduduk
seperti minimnya ketersediaan
infrastruktur, dan lain-lain, 25
25
Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan ,(Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 15.
24
B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.26 Motivasi
dapat
juga
dikatakan
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu, jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dekehendaki oleh subjek nelajar itu fdapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah hal penumbuh gairah merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
26
27
Chatidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), hlm. 44-45. 27 Ibid, hlm. 75.
25
Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi kuat dan memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan atau daya serap belajar tetapi juga memberi arah yang jelas. Motivasi juga bukan hanya berperan dalam belajar di sekolah, melainkan juga dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. 28 Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku, (2) kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, dan (3) ketahanan perilaku atau beberapa lama seseorang itu terus-menerus berperilaku menurut cara tertentu. Menurut Junardi T, bahwa motivasi adalah apa yang membuat seseorang melakukan aktivitas yang dominan, sebagai suatu proses yang menentukan, tingkah laku aktivitas, intersitas, serta arah umum perilaku manusia, merupakan konsep yang rumit. Motivasi berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, sikap, konsep diri, aspirasi dan sebagainya. 29 Menurut Syaeful Bahri Djamaroh, menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu terbentuk suatu aktivitas nyata berupa fisik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas
28
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Cet.V, Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo, 1999), hlm. 150-151. 29 Junardi T, Bimbingan Konseling Sekolah, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1989), hlm 154.
26
seseorang yang berupa kegiatan fisik itu adalah karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivita snya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. 30 Dalam definisi yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik tersebut terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu: 1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan
dalam
motivasi
timbul
dari
perubahan-
perubahan tertentu di dalam sistem neuropsikologis dalam organisme manusia, misalnya karena perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. 2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin boleh terjadi dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seseorang merasa hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu ia mengubah cara-cara belajarnya. Dorongan ini ditimbulkan oleh perasaan.
30
Syaeful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm 114.
27
3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah satu tujuan. Contoh seorang siswa kelas III SMA memiliki harapan untuk dapat diterima sebagai mahasiswa fakultas teknik. Siswa tersebut memperoleh hasil belajar rendah mata pelajaran matematika, fisika dan kimia dalam ulangan harian. Menyadari hal ini, maka siswa ini mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Pada ulangan berikutnya hasil belajarnya bertambah baik. Menyadari hasil belajar tambah baik tersebut, maka semangat belajar siswa semakin tinggi. 31 2. Motivasi dan Kebutuhan Motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan (need) seseorang, seperti kebutuhan menjadi orang kaya maka seseorang berusaha mencari penghasilan sebanyak-banyaknya dengan jalan berdagang, berbisnis, menjadi pengusaha dan sebagainya. Perhitungan ekonomi tumbuh dan berkembang
dalam diri seseorang,
seseorang
berusaha
menekan
pengeluaran biaya pribadi, rumah tangga dan memperbanyak pemasukan keuangan dan menabung di bank, aktifitas mendapat uang dalam kegiatan hidup sehari-hari menjadi prioritas. Kemudian motivasinya berkembang mengikuti aktivitas, bagaimana cara mencari dan menambah modal yang ada, memperluas usaha, informasi bisnis dipertajamnya, dia mencoba mendapat informasi bank untuk menambah modal bisnisnya. 32
31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Penerbit Bumi Aksara, 2001),
hlm. 160. 32
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007), hlm.
220.
28
Menurut Martinis Yamin, teori harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok: a. Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (out come expectancy). Misalnya anda mempunyai harapan bahwa bila anda memiliki skor dalam mata kuliah profesi keguruan sekurangkurangnya dengan nilai 80, anda tentunya dinyatakan lulus dalam mata kuliah ini. Juga anda mempunyai harapan atau kepercayaan bahwa bila anda mendapatkan nilai sekurang-kurangnya B di kelas. Keluarga anda akan menyetujui apa yang akan anda lakukan. Jadi dapat didefinisikan suatu harapan hasil sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut. b. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut dengan nilai (valency). Misalnya anda menghargai sebuah gelar, pangkat dan kemajuan karier, mungkin seseorang menghargai suatu hasil pekerjaannya atau hasil usaha yang dilakukan selama ini. Valence atau nilai dari sebagian aspek pekerjaan biasanya berasal dari kebutuhan internal, namun motivasi yang sebenarnya merupakan proses yang lebih rumit lagi. Jadi valence dapat kita definisikan sebagai nilai yang berkaitan kepada suatu hasil yang diharapkan. c. Settiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Hal ini disebut dengan harapan usaha (effort
29
expectancy). Misalnya, anda percaya dengan membaca buku profesi keguruan ini dengan giat, anda akan memperoleh nilai 80 dalam ujian semester, namun anda harus berusaha lebih giat lagi untuk mempelajari kuliah ini untuk mendapat nilai 90. Jadi dapat kita definisikan bahwa harapan usaha merupakan kemungkinan bahwa seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu. 33 Motivasi dijelaskan dengan megkoordinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang. Dengan demikian orang akan dapat memilih alternatif-alternatif, tingkat kinerja demikian akan memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang berkaitan dengannya. Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna seperti motivasi dalam berbagai literature, seperti needs, drivers, wants, interest. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan. Seorang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhan (needs) tersebut. Needs merupakan kecenderungan dalam diri seseorang yang bersifat relative permanent bagi orang-orang
33
Ibid, hlm. 221.
30
yang termotivasi dan ia merupakan perubahan internal dalam diri akibat dari stimulus-stimulus yang didapat dari lingkungannya. 34 3. Fungsi dan Tujuan Motivasi WS. Winkel mengibaratkan motivasi dengan kekuatan mesin di kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya kendaran biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada dayadaya belajar, tetapi juga memberi arah yang jelas. Kendaraan dengan tenaga mesin yang kuat akan mampu mengatasi rintangan yang ditemukan di jalan, tetapi belum memberi kepastian kendaraan akan sampai pada tujuan yang dikehendaki. Keputusan sangat tergantung pada sang sopir. Dalam motivasi belajar, siswa sendiri berperan baik sebagai mesin yang kuat atau lemah, maupun sang sopir yang menentukan tujuan. 35 Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik sebagai berikut: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. 36
34 35
Ibid, hlm. 222. W.S. Winkel, Psikologi Belajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996),
hlm. 94. 36
Oemar Hamalik, Op.Cit, hlm. 16.
31
Prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan , arahan dan perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah ditemui oleh para ahli ilmu belajar. Masalah pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah proses belajar, karena ia dalam sistem black box yang tidak dapat diamati secara langsung dan sulit menentukan kapan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang. Belajar merupakan sesuatu proses yang rumit dan unik. Kita hanya dapat mengamati perilaku belajarnya, dan kita hanya dapat mengamati terjadi perubahan perilaku tersebut setelah dilakukan penilaian. Dalam hubungan inilah para ahli mencoba mengembangkan berbagai teori tentang belajar. Memberikan motivasi kepada siswa, berarti kita memberdayakan afeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan langsung (eksternal), penguatan pengganti dan penguatan diri sendiri. McClelland mengemukakan teori motivasi yang berhubungan erat dengan konsep belajar. Ia berpendapat banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yaitu; kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for fower). 37 Menurut McClelland manakala kebutuhan seseorang terasa sangat mendesak, maka kebutuhan akan memotivasi orang tersebut untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut. Contohnya, apabila seseorang memiliki kebutuhan prestasi belajar yang tinggi, maka 37
McClelland, Organisasi Manajemen; Perilaku, Struktur, dan Proses, (Jakarta: Erlangga,1993), hlm. 77.
32
kebutuhan tersebut mendorong orang untuk menempatkan target yang mendorong orang untuk menetapkan target yang penuh tantangan, dia harus bekerja keras untuk mencapai tujuan dengan menggerakkan ketrampilan dan pengalaman yang ia miliki, ia rajin ke pustaka, toko buku, membeli buku, membaca dan mendengar informasi. Peningkatan prestasi belajar didukung sikap pribadinya, dalam mengolah pelajaran yang didapat di sekolah, keseriusan dalam belajar, membagi waktu beermain dan beelajar. 38 Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan diterapkan di dalam kurikulum sekolah. 39
4. Teori Motivasi Teori motivasi ada bermacam-macam, salah satu teori yang terkenal kegunaannya untuk
menerangkan motivasi adalah yang
dikembangkan oleh Maslow. Maslow percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. 38 39
Ibid, hlm. 78. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
72
33
Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku individu) dibagi Maslow ke dalam tujuh kategori, yaitu; a. Fisiologis. Ini merupakan kebutuhan manusia paling besar, meliputi kebutuhan akan makan, paklaian dan tempat berlindung yang penting untuk mempertahankan hidup. b. Rasa Aman. Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan, ketidakpastian, ketidakadilan, keterancaman, akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri sendiri. c. Rasa Cinta Ini merupakan kebutuhan efeksi dan pertalian dengan orang lain. d. Penghargaan Ini merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dan dihormati orang lain.
e. Aktualisasi Diri. Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. f. Mengetahui dan Mengerti.
34
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, untuk mendapatkan pengetahuan, keterangan dan mengerti sesuatu. g. Kebutuhan Estetik. Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keturunan, keseimbangan dari suatu tindakan 40 Relevan dengan kebutuhan itu maka ada teori motivasi lain yang perlu diketahui, yaitu: a. Teori Instink. Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah laku binatang atau animal. Tindakan manusia itu selalu terkait dengan instink atau pembawaan. Tokoh teori ini adalah Mc. Dougall. b. Teori Fisiologis Teori ini disebutkan ”Behavior Theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan atau kebutuhan organic atau kebutuhan fisiknya dan dalam teori ini muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival. c. Teori Hedonisme. Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam 40
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,Cet,Ke-3. (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 171-173.
35
filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, sikap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan dan sebagainya. Implikasi dari adanya teori ini adanya tanggapan bahwa semua orang
akan
cenderung
menghindari
hal-hal
yang
sulit
dan
mengusahakan atau yang mendukung resiko berat dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru Matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Contoh tersebut menunjukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teori hedonisme para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas memenuhi kesenangannya. 41 d. Teori Reaksi yang Dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang
41
Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 74.
36
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan tempat ia hidup dan dibesarkan, oleh karena itu, teori ini disebut teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin ataupun seseorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya. Pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka. e. Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan paduan utama antara ”Teori Naluri” dengan ”Teori Reaksi yang Dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain, semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Menurut teori ini, bila seorang pemimpin atau pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari lingkungan yang dimiliki. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang
37
dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik ataupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila seorang pendidik bermaksud berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimilikinya. f. Teori Psikoanalitik Teori ini mirip dengan teori intrinsik, tetapi lebih lanjut ditekankan pada unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi kesulitan 2) Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin 3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Dapat dipertahankan pendapatnya 6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 42 5. Macam-Macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi yang aktif itu sangat bervariasi.
42
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm 16.
38
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan Adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motif-motif ini seringkali diisyaratkan secara biologis. 2) Motif-motif yang dipelajari Maksudnya
yaitu
motif-motif
yang
timbul
karena
dipelajari. b. Jenis-jenis motivasi menurut bagian dari Woodwart dan Marquis: 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. 2) Motif-motif darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, untuk berusaha dan untuk memburu, jelasnya jenis motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar. 3) Motif-motif obyektif, motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah Yang ternasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: refleksi, instink dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan.
39
d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik 1) Motivasi Intrinsik Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi Ekstrinsik Yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang fungsinya perlu dirangsang dari luar. 43
43
Syaeful Bahri Djamaroh, Loc. Cit, hlm. 118
40